Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam

pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan

yang lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial

maupun ekonomi. Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan

kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup,

maka di Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular

menjadi penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi.

Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya

adalah Diabetes Melitus (Bustan, 2002).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah dan memerlukan penanganan

mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya harus belajar

keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan

atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki

perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi pada kaki

diabetik jangka panjang (Brunner & Suddarth, 2001).

Kondisi Diabetes Melitus yang sudah berlangsung lama dapat menurunkan

indra perasa di bagian kaki sehingga kaki menjadi mudah terluka, yang terjadi

secara bertahap sehingga orang tidak menyadari bahwa mereka berpotensi

mendapatkan masalah yang serius. Berjalan tanpa alas kaki dapat menyebabkan

1
2

luka kecil, dan menjadi jauh lebih buruk keadaannya jika tanda-tanda awal

diabaikan (Fox, 2010). Komplikasi ini paling sering dialami pengidap diabetes

yaitu komplikasi pada kaki yang kini disebut kaki diabetik atau ulkus tungkai

(Morison, 2004).

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2002 di

dunia terdapat 120 juta penderita Diabetes Melitus yang diperkirakan naik dua

kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur,

kelebihan berat badan (obesitas) dan gaya hidup. 50% hingga 75% amputasi

ekstremitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita diabetes.

Sebanyak 50% dari kasus-kasus amputasi ini diperkirakan dapat dicegah bila

pasien diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan mempraktikkannya

setiap hari.

Penelitian berskala besar, baik di Inggris maupun di Eropa, menunjukkan

bahwa sekitar 1% populasi pernah mengalami ulkus tungkai dalam kehidupannya,

sedangkan seperlima dari mereka menderita ulkus terbuka setidaknya sekali dalam

hidupnya (Morison, 2004).


Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sekitar 15 %, angka

amputasi 30%, angka mortalitas 32 % dan ulkus diabetika merupakan sebab

perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80 % untuk diabetes mellitus.


Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24

November 2011 di RSUD Dr. Soegiri Kabupaten Lamongan, didapatkan data

bahwa pada bulan Januari sampai November 2011 terdapat 195 pasien DM.

79(40,51%) pasien mengalami kaki diabetik, dan 116 (59,49%) pasien tidak

mengalami kaki diabetik.


3

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan kaki

diabetik yaitu ROM (Range of motion), neuropati, penyakit vaskuler perifer dan

penurunan daya imunitas. ROM (Range of motion) merupakan bentuk latihan

pergerakan yang dilakukan dengan menggerakan semua bagian persendian,

hingga mencapai rentangan penuh tanpa menimbulkan rasa nyeri atau bunyi

berderik pada persendian (Brookside Associates, 2007). Latihan ROM (Range of

motion) ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan pergerakan

pada setiap persendian, mencegah kontraktur sendi dan atropi otot, memperlancar

aliran darah dan mencegah pembentukan trombus dan embolus, mempertahankan

dan meningkatkan kekuatan otot. ROM juga bermanfaat untuk membantu pasien

mencapai kemampuan aktivitas normal (Brookside Associates, 2007).

Untuk mengoptimalkan pengobatan kaki diabetik perlu adanya olahraga.

Namun tidak semua olahraga dianjurkan bagi pengidap Diabetes Melitus (bagi

orang normal juga demikian) karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak

diharapkan. Salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita

kaki diabetik adalah melakukan gerakan ROM (Range of motion). Karena salah

satu tujuan dilaksanakannya ROM (Range of motion) adalah memperlancar

peredaran darah untuk mencegah dan memperbaiki jaringan pada kaki diabetik.

Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan stabilitas

tekanan, sedangkan neuropati otonom menimbulkan peningkatan kekeringan dan

pembentukan fisura pada kulit (yang terjadi akibat perspirasi) (Morison, 2004).

Pada penyakit vaskuler perifer, sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk turut

menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan terjadinya gangren. Penurunan daya


4

imunitas disebabkan oleh hiperglikemia. Hiperglikemia akan mengganggu

kemampuan leukosit khusus yang berfungsi untuk menghancurkan bakteri.

Dengan demikian, pada pasien diabetes yang tidak terkontrol akan terjadi

penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu (Brunner & Suddarth, 2001).


Sampai saat ini, persoalan kaki diabetik masih kurang dapat perhatian dan

kurang dimengerti sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada

pengelolaan kaki diabetik. Akibatnya banyak penderita yang harus teramputasi

kakinya, padahal kaki tersebut masih bisa diselamatkan secara lebih dini, lebih

cepat dan lebih baik.


Upaya yang bisa dilakukan untuk mempercepat penyembuhan kaki

diabetik adalah tergantung dari peran perawat, yang dimaksud peran perawat oleh

peneliti adalah pemberian atau melakukan metode latihan ROM (Range of

motion). Dengan melakukan latihan ROM (Range of motion), peredaran darah

akan lancar sehingga gangren dapat dicegah dan dapat memperbaiki jaringan pada

kaki diabetik, Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh ROM

(Range of motion) Pasif terhadap penyembuhan derajat ulkus diabetik pada pasien

DM di Ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah pengaruh ROM (Range of motion) Pasif terhadap penyembuhan

derajat Ulkus diabetik pada pasien Diabetes Melitus di Ruang Bougenville RSUD

Dr. Soegiri Lamongan.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
5

Untuk Menganalisis pengaruh ROM (Range of motion) Pasif terhadap

penyembuhan derajat Ulkus diabetik pada pasien Diabetes Melitus di Ruang

Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.


1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi pelaksanaan ROM (Range of motion) Pasif pada pasien Diabetes

Melitus di Ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.


2) Mengidentifikasi penurunan derajat Ulkus diabetik pada pasien Diabetes Melitus

di Ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.


3) Menganalisis pengaruh ROM (Range of motion) Pasif terhadap derajat penurunan

Ulkus diabetik pada pasien Diabetes Melitus di Ruang Bougenville RSUD Dr.

Soegiri Lamongan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Praktis.
1) Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus yang

mengalami kaki diabetik.


2) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang

keperawatan pada pasien Diabetes Melitus yang mengalami kaki diabetik serta

dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang akan datang.


3) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan Mata

Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.


1.4.2 Akademis.
Dapat dibuat sebagai bahan pertimbangan dan dikembangkan untuk

penelitian lebih lanjut, serta memberikan sumbangan ilmu yang baru bagi dunia

pendidikan khususnya pada lingkup keperawatan medikal bedah.

Anda mungkin juga menyukai