Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PELAYANAN SEDASI

RUMAH SAKIT UMUM PURI HUSADA TEMBILAHAN


2017

1
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Definisi ........................................................................................................... 1
1.2 Kriteria Sedasi ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Sedasi ................................................................................................. 3
1.4 Resiko dan Kompikasi ................................................................................... 3
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................ 4
2.1 Petugas Pemberi Sedasi .................................................................................. 5
2.2 Managemen Keselamatan Pasien ................................................................... 5
2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Sedasi .................................................................. 6
BAB III TATA LAKSANA .............................................................................................. 7
3.1 Persiapan Pra Sedasi....................................................................................... 7
3.2 Persiapan Alat dan Obat ................................................................................. 8
3.3 Monitoring Intra Sedasi .................................................................................. 10
3.4 Pilihan Obat-obat sedasi ................................................................................. 14
3.5 Titrasi Dosis ................................................................................................... 14
3.6 Penggunaan Obat Anestesi Induksi (Diazepam,Midazolam, propofol, Ketamin,
Etomidate, Penthotal, Dexmethomidin) ......................................................... 14
3.7 Akses Intravena .............................................................................................. 14
3.8 Obat Antagonis ............................................................................................... 15
3.9 Monitoring Pasca Sedasi ................................................................................ 15
BAB IV DOKUMENTASI .............................................................................................. 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresi dari sistem saraf
pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama tindakan, kontak verbal
dengan pasien harus tetap terjaga. Berdasarkan definisi ini, maka setiap kehilangan
kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai
anestesi umum. Selama sedasi, diharapkan pasien dapat dipertahankan jalan nafas dan reflek
protektif. Telah disarankan suatu konsep sedasi dalam, akan tetapi definisi terhadap hal ini
belum jelas. Mungkin lebih sulit untuk menentukan tingkat sedasi pada anak serta
kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinu, sehingga tidak selalu
mungkin untuk memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi. Oleh
karena itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan
segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam / berat daripada efek yang
seharusnya terjadi.
Pedoman terbaru dari Departement Of Health on general anesthesiaand dentistry telah
merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar dan lokal anestesi, sisanya
untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan anestesi umum.

1.2 Kriteria Sedasi


Sedasi diklasifikasikan ke dalam 3 tahapan yaitu :
1. Sedasi ringan / minimal (anxiolysis): kondisi di mana pasien masih dapat merespons
dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat
terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskular tidak terpengaruh
Contoh sedasi minimal adalah:
a. Blok saraf perifer yang mendapatkan ansiolitik
b. Anestesi lokal atau topikal yang mendapat ansiolitik
c. Pemberian 1 jenis obat sedatif / analgesik oral dengan dosis yang sesuai untuk
penanganan insomnia, ansietas, atau nyeri

2. Sedasi sedang/moderat (pasien sadar): suatu kondisi depresi tingkat kesadaran di mana
pasien memberikan respons terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi
untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi
kardiovaskular biasanya terjaga dengan baik.
3. Sedasi berat / dalam: suatu kondisi depresi tingkat kesadaran di mana pasien memberikan
respons terhadap stimulus berulang / nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat terganggu /
tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi
jalan napas. Fungsi kardiovaskular pada umumnya terjaga dengan baik.

3
Sedasi berbeda dengan anestesi umum, anestesi umum mempunyai pengertian
hilangnya kesadaran di mana pasien tidak sadar, bahkan dengan pemberian stimulus nyeri.
Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan
mungkin membutuhkan ventilasi tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi spontan/
fungsi kardiovaskular dapat terganggu.

Sedasi
Sedasi
ringan / Sedasi berat Anestesi
sedang/moderat
minimal / dalam umum
(pasien sadar)
(anxiolysis)
Merespons
Respons setelah
Merespons Tidak sadar,
normal diberikan
terhadap meskipun
Respons terhadap stimulus
stimulus dengan
stimulus berulang /
sentuhan stimulus nyeri
verbal stimulus
nyeri
Mungkin Sering
Tidak Tidak perlu
Jalan napas perlu memerlukan
terpengaruh intervensi
intervensi intervensi
Ventilasi Tidak Dapat tidak Sering tidak
Adekuat
spontan terpengaruh adekuat adekuat
Biasanya
Biasanya dapat
Fungsi Tidak dapat
dipertahankan Dapatterganggu
kardiovaskular terpengaruh dipertahankan
dengan baik
dengan baik

1.3 Tujuan
Tujuan sedasi antara lain :
1. mengurangi kecemasan, memberikan efek tenang agar dapat membantu berjalannya
prosedur dan memfasilitasi pengalaman yang membuat pasien merasa nyaman.
2. Membantu pelaksanaan tindakan diagnostic radiologi agar pasien tenang selama tindakan
3. Membuat pasien tenang dan nyaman saat dipasang ventilator di ICU
4. Membuat pasien tenang selama prosedur diagnostic endoscopy

1.4 RESIKO DAN KOMPLIKASI


Faktor resiko sedasi antara lain :
1. Riwayat gagal sedasi
2. Mengalami efek samping pada pemberian obat sedasi

4
3. Riwayat sulit intubasi atau ventilasi
4. Bentuk jalan nafas yang tidak normal
5. Status ASA klas 3-4
6. Pengosongan lambung terganggu dan resiko refluk Gastro-Esphageal yang tinggi
7. Neonatus, infant, dan prematuritas
8. Kehamilan
9. Geriatri
10. Gangguan fungsi organ vital yang berat (jantung, paru, hati atau ginjal)

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Jika pemilihan pasien secara cermat dan dengan prosedur yang sesuai, penggunaan sedasi
bisa sangat berhasil . Semua penggunaan sedasi harus mempunyai :
1. Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan dental staf, perawat dan personil
operasi lain dalam departemen ini, yang semuanya harus terlatih dalam aspek teoritis dan
klinis tentang sedasi dan masing-masing mengerti jelas tentang peran mereka.
2. Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai operator dan orang yang terlatih
secara terpisah mengelola sedasi dan merawat selama sedasi disebut sedationist.
3. Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk : penilaian pra operasi, informasi pra
dan pasca operasi, protokol puasa, pemberian informed consent.
4. Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. Monitoring minimal meliputi tingkat
kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola pernafasan, denyut nadi. Jika menggunakan sedasi
IV, penggunaan oksimetri nadi merupakan prosedur standar dan pada banyak prosedur
lainnya monitoring tekanan darah, elektrokardiogram dan suhu semakin sering digunaan
secara rutin.
5. Fasilitas resusitasi
6. Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan advanced life support.
7. Pelatihan resusitasi secara reguler
8. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis

6
BAB I
DEFINISI

2.1 Petugas Pemberi Sedasi


Berikut adalah anggota tim pemberi sedasi :
1. Dokter
a. Anestesiologis / sedationist (Dokter spesialis anestesi dan Terapi Intensif) –
Pimpinan Tim sedasi
Merupakan seorang dokter yang memiliki STR dan SIP yg telah menyelesaikan
program studi spesialisasi di bidang anestesi yang terakreditasi.
b. Fellow anestesiologi
Merupakan anestesiologis yang sedang mengikuti program pelatihan / studi untuk
memperoleh pendidikan tambahan dalam salah satu subdisiplin ilmu anestesiologi.
c. Residen anestesi
Merupakan dokter yang sedang mengikuti program studi spesialisasi di bidang
anestesi yang terakreditasi.
2. Non-dokter
Penata anestesi
Merupakan perawat dengan STR dan SIKPA yang telah menyelesaikan program
studi Perawat Anestesi terakredit
.
2.2 Managemen Keselamatan Pasien
1. Dokter Anestesi yang mengawasi bertanggungjawab akan semua aspek yang terlibat
selama penanganan pasien (pre-, intra-, dan pasca-prosedur).
2. Saat pasien disedasi, dokter anestesi yang bertanggungjawab harus hadir /
mendampingi di ruang tindakan.
3. Praktisi yang melakukan sedasi harus terlatih dengan baik dalam mengevaluasi
pasien sebelum prosedur dilakukan untuk mengenali kapan terdapat peningkatan
risiko sedasi.
4. Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi untuk menolak
berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka merasa tidak kompeten dalam
melakukan suatu tindakan sedasi dan terdapat kemungkinan dapat membahayakan
pasien / menurunkan kualitas pelayanan pasien.
5. Dokter anestesi yang mengawasi bertanggungjawab memimpin timnya dalam situasi
emergensi di mana diperlukan tindakan resusitasi, termasuk manajemen jalan napas.
6. Sertifikat PTC dan atau ACLS dan ATLS merupakan standar persyaratan minimal
yang harus dimiliki oleh praktisi yang melakukan sedasi dan dokter non-anestesi
yang mengawasinya, serta sertifikat BLS dan atau sertifikat perawat asisten/terampil
anestesi bagi tenaga asisten perawat.

7
2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Sedasi
Ruang lingkup pelayanan sedasi meliputi :
1. Unit Kamar Operasi
2. Unit Intensif Care Unit (ICU)
3. Unit Radiologi
4. Unit Kebidanan dan Kandungan

8
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Persiapan Pra Sedasi


1. Persetujuan tindakan
Pasien dan keluarga pasien harus mendapatkan informasi tentang komponen rencana
tindakan sedasi yang mencakup : resiko, keuntungan dan alternative dari tindakan
sedasi. Point penting pada pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya
mencakup :
a. Durasi / lamanya dari tindakan sedasi
b. Respon terhadap reaksi sedasi yang bervarias
c. Kemungkinan terjadinya kegagalan pada saat dilakukan tindakan sedasi
d. Kemungkinan timbulnya efek samping dari tindakan sedasi
e. Alternative lain apabila pasien tidak bisa / kegagalan saat dilakukan tindakan
sedasi
f. Kemungkinan observasi ketat yang akan dilakukan oleh perawat setelah tindakan
sedasi
g. Adanya penilaian/kreteria apabila pasien pulang
Pemberian persetujuan tindakan sedasi ini harus dilengkapi dan di
dokumentasikan pada medical record pasien.
2. Status ASA
Status ASA pasien di nilai sebelum dilakukan tindakan sedasi.
3. Riwayat pemberian obat sedasi yang pernah di dapatkan pasien, termasuk reaksi yang
ada ( termasuk reaksi alergi ). Riwayat pengobatan yang di konsumsi pasien saat ini
4. Status puasa
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi harus di puasakan sesuai dengan
panduan dari Directorate of Anaesthesia.

Panduan puasa sebelum pasien menjalani prosedur sedasi menurut


AMERICASOCIETY OG ANESTHESIOLOGIST
JENIS MAKANAN PERIODE PUASA MINIMAL
Cairan bening / jernih 2 jam
Air susu Ibu ( ASI ) 4 jam
Susu formula untuk bayi 6 jam
Susu sapi 6 jam
Makanan ringan 6 jam

9
Instruksi tentang puasa di berikan pada pasien sebagai persiapan sebelum tindakan
sedasi dan harus di lakukan pengecekan dengan memberikan pertanyaan pada pasien
mencakup jam berapa pasien terakhir kali makan dan minum. Dan data ini harus di
dokumentasikan.Pemberian sedasi pada situasi emergensi berpotensi terjadi
pneumonia aspirasi, pertimbangkan dalam menentukan tingkat / kategori sedasi,
apakah perlu penundaan prosedur, dan apakah perlu proteksi trakea dengan intubasi.
5. Berat badan dan tanda vital
6. Pemeriksaan fisik yang lengkap, focus pada :
 Tanda vital
 Evaluasi jalan napas
 Auskultasi jantung dan paru
7. Riwayat merokok, alcohol atau penyalahgunaan obat-obatan
8. Pemeriksaan laboratorium (berdasarkan pada kondisi yang mendasari dan efek yang
mungkin terjadi dalam penanganan pasien)
9. Untuk pasien yang poliklinis / rawat jalan, harus ada orang dewasa / keluarga yang
mendampingi dan bertanggungjawab saat tindakan dan saat pasien pulang dan harus
didampingi sepanjang malam saat di rumah
10. Pengaturan saat pasien pulang

3.2 Persiapan Alat dan Obat


Standart minimal fasilitas yang harus ada adalah :
1. Airway Management Kit
Tersedianya alat untuk penanganan kegawatan nafas, antara lain :
a. Ambubag sesuai ukuran
b. Jackson Reese
c. Ventilasi Breathing Mask (VBM) sesuai ukuran
d. Oro-Pharingeal Airway (OPA) / guedel sesuai ukuran
e. Naso-Pharingeal Airway (NPA)
f. Laringeal Mask Airway (LMA) sesuai ukuran
g. Laringoskop
h. Endo-Tracheal Tube (ETT) dan introduser/stylet sesuai ukuran
i. Masker oksigen (NRBM)
2. Gas Oksigen
Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai gas oksigen, dalam hal ini
bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap dengan konektor
humidifier.
3. Alat Pijat Jantung / Defibrillator
4. Bedside Monitor

10
Bedside monitor yang harus ada mencakup alat pemantauan saturasi oksigen
(oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat pengukur nadi, alat
rekam jantung (ECG minimal 2 lead), alat pengukur suhu tubuh.

5. Mesin suction
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung, slang
suction dan catheter suction (sesuai ukuran)
6. Obat Emergency
Obat-obatan emergensi yang harus tersedia di ruang pelayanan sedasi, antara lain :
a. Sulfas Atrophine (SA)
b. Ephineprine
c. Epedrine
d. Lidokain
e. Dexamethason
f. Aminophilyne
7. IV canule dan infuse set
8. Cairan infuse
9. Lembar Rekam Medis
Lembar rekam medis yang diperlukan adalah :
a. Form. laporan sedasi
b. Form informed consent dan penolakan tindakan.
10. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) minimal harus ada, yaitu :
a. SPO Pemberian Sedasi
b. SPO Monitoring Selama Sedasi
c. SPO Perawatan Pasca Sedasi

3.3 Monitoring Intra Sedasi


Selama proses sedasi dilakukan penilaian dan pencatatan yang meliputi ;
1. Pengecekan kembali identitas pasien pasien yang disesuaikan dengan gelang pasien
(nama, tanggal lahir, No.RM).
2. Semua pasien yang akan mendapatkan sedasi melalui injeksi intranenous harus
sudah terpasang akses intravenous catheter.
3. Pada setiap tahapan sedasi yang dilakukan harus dilakukan management yang tepat
meliputi :
a. Tepat obat yang dipakai, tepat dosis, tepat rentang waktu pemberian obat
b. Penggunaan obat antagonis dan reserval

11
c. Managemen / pengelolaan pasien apabila terjadi kegagalan dalam tindakan
pemberian sedasi
d. Tepat pemberian resep untuk obat sedasi
4. Pada prosedur yang melibatkan pemakaian instrument pada saluran pernafasan atas
seperti : bronchoscopy, transoephageal echocardiography,mungkin akan
membutuhkan obat local anestesi. Catat secara tepat pemakaian local anestesi,
termasuk :
a. Pemakaian obat,dosis obat
b. Teknik pemberian obat
5. Pasien yang dilakukan tindakan sedasi harus mempunyai data monitoring, termasuk
monitoring sebelum dilakukan tindakan pemberian sedasi. Monitoring ini harus
dilakukan secara berkala, yang melalui:

Jika Sadar
Ramsey 1
Cemas, Bingung/Gugup, Gelisah
Ramsey 2
Kooperatif, berorientasi, tenang
Ramsey 3
Responsif jika ada perintah
Jika Tidur
Ramsey 4
Respon cepat untuk tekan glabellar atau stimulus pendengaran keras
Ramsey 5
Respon lambat untuk tekan glabellar atau stimulus pendengaran keras
Ramsey 6
Tidak ada respon terhadap tekan glabellar atau stimulus pendengaran keras

RS (RamsayScale) adalah Skala sederhana dimulai dari Skor1(pasien cemas dan


gelisah atau gelisah atau keduanya) ke 6 (ada tanggapan respons tekanglabellar).
TINGKAT RESPON

1 Sadar : Cemas, Bingung/Gugup, atau gelisah.

2 Sadar : Kooperatif, berorientasi, tenang.

3 Sadar : Hanya menanggapi perintah.

4 Tidur : Respon cepat untuk tekan glabellar cahaya atau suara keras.

5 Tidur : Respon lambat untuk tekan glabellar atau stimulus suara keras tapi
tidak merespon stimulus yang menyakitkan.

6 Tidur : Tidak menanggapi tekan glabellar atau suara keras.

12
SEDASI MINIMAL (ANXIOLYSIS)
Pasien masih merespon perintah verbal. Fungsi kognitif mungkin terdapat gangguan, tetapi
ventilasi dan fungsi kardiovaskular tidak terpengaruh.
SEDASI MODERAT (CONSCIOUS SEDATION)
Pasien masih merespon perintah verbal dengan atau tanpa stimulasi sentuhan ringan. Pernapasan
spontan dan memadai, serta fungsi kardiovaskular masih dalam batas normal.

SEDASI DALAM
Pasien tidak mudah terangsang tetapi masih merespon rangsangnyeri.Pasien mungkin tidak
dapat mempertahankan jalan napas paten, dan bernafas spontan tetapi mungkin tidak memadai.
Fungsi kardiovaskular masih dalam batas normal.

a. Tingkat kesadaran pasien


Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien terhadap stimulus)
 respons menjawab (verbal): menunjukkan bahwa pasien bernapas
 hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri (withdrawal): dalam
sedasi berat / dalam, mendekati anestesi umum, dan harus segera ditangani.
b. SpO2
 memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses anestesi
 gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry)
c. Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
 Semua pasien yang menjalani sedasi harus memiliki ventilasi yang adekuat
dan dipantau secara terus-menerus
 Lihat tanda klinis: pergerakan dinding dada, pergerakan kantong
pernapasan, auskultasi dada
Observasi Jumlah pernafasan dalam 1 menit( paling tidak dilakukan setiap 5
menit ).
d. Sirkulasi
 Elektrokardiogram (EKG) untuk pasien dengan penyakit kardiovaskular
yang signifikan
 Pemeriksaan analisis gas darah (AGD)
 Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung setiap 5 menit (kecuali
dikontraindikasikan

6. Untuk prosedur tindakan yang lama, perhatikan :


a. Posisi pasien
b. Cairan ( Pemasangan infus wajib dilakukan )
c. Kontrol suhu tubuh pasien

13
d. Gunakan pelindung untuk melindungi bagian tubuh yang tertekan

3.4 Pilihan Obat – Obat Sedasi


1. Sedatif: untuk mengurangi ansietas / kecemasan, menyebabkan kondisi somnolen
2. Analgesik: untuk mengurangi nyeri
3. Kombinasi sedatif dan analgesik: efektif untuk sedasi sedang dibandingkan dengan
penggunaan satu jenis obat

3.5 Titrasi Dosis


1. Pengobatan intravena diberikan secara bertahap dengan interval yang cukup antar-
pemberian untuk memperoleh efek yang optimal
2. Pengurangan dosis yang sesuai jika menggunakan sedatif dan analgesik
3. Pemberian berulang dosis obat-obatan oral untuk menambah efek sedasi / analgesik
tidak direkomendasikan.

3.6 Penggunaan Obat Anestesi Induksi (diazepam, midazolam, propofol, ketamin,


etomidate, penthotal, dexmethomidin)
1. Digunakan untuk sedasi ringan, sedang, berat dan anestesi umum
2. Tanpa memandang rute pemberian dan tingkat sedasi yang diinginkan, pasien
dengan sedasi berat harus dipantau secara konsisten, termasuk penanganan jika
pasien jatuh dalam keadaan anestesi umum.

3.7 Akses Intravena


1. Pemberian obat sedasi melalui jalur intravena: pertahankan akses intravena dengan
baik selama prosedur hingga pasien terbebas dari risiko depresi kardiorespirasi dan
ekstravasasi.
2. Pemberian obat sedasi melalui jalur lain: keputusan diambil berdasarkan kasus per-
kasus.
3. Tersedia personel / petugas yang memiliki keterampilan / keahlian mengakses jalur
intravena
3.8 Obat Antagonis
Tersedia nalokson dan flumazenil jika pasien diberikan obat opioid dan benzodiazepin.
3.9 Monitoring Pasca sedasi
Penilaian setelah pemberian sedasi :
a. Pasien di observasi di ruang pemulihan selama 30 menit, atau sampai dengan efek
sedasi menghilang.
b. Oksigenasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien terbebas dari risiko
hipoksemia
c. Ventilasi dan sirkulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien
diperbolehkan pulang.

14
d. Biasanya tidak ada efek lanjutan / ikutan setelah pemberian sedasi. Akan tetapi
terdapat kemungkinan terjadinya gengguan, reflek / reaksi dan ingatan jangka
pendek selama 24 jam pasca-sedasi.
c. Pasien tidak di perbolehkan untuk mengemudi sehingga diperlukan orang dewasa
lainnya untuk mendampingi pasien pulang ke rumah.
d. Pasien juga di sarankan untuk tidak mengoperasikan peralatan yang berbahaya,
membuat keputusan penting atau menandatangani dokumen resmi apapun dalam 24
jam pasca- sedasi.
Karena pemberian obat sedasi dapat menimbulkan efek yang lebih dari yang diharapkan,
dari yang ringan sampai dengan berat, tergantung dari respon pasiennya, maka
pemberian obat – obatan sedasi seharusnya bisa menolong pasien bila terjadi kejadian
yang tidak diharapkan,penolong yang dimaksud harus bisa membebaskan airway,
member nafas buatan untuk mencegah terjadinya hipoksi maupun hipoventilasi, bisa
mengatasi gangguan cardiovascular misalnya hipotensi dan mengembalikan keadaan
pasien ke level sedasi yang dikehendaki.
Respon pada pasien sedasi
RESPON SEDASI SEDASI
SEDASI BERAT
PASIEN RINGAN SEDANG
Respon Normal Merespon Merespon setelah
terhadap terhadap diberikan stimulus
stimulus verbal stimulus berulang / stimulus
sentuhan nyeri
Jalan Nafas Tidak Tidak perlu Mungkin perlu
berpengaruh intervensi intervensi
Ventilasi Tidak Adekwat Dapat tidak adekwat
spontan terpengaruh
Fungsi Tidak Biasanya dapat Biasanya dapat
Kardiovaskuler terpengaruh dipertahankan dipertahankan
dengan baik dengan baik

Untuk pasien rawat jalan atau one day surgery maka diperlukan suatu kriteria
pemulangan pasien agar pasien aman. Kriteria pasien pulang mencakup :
1. Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik. Bayi dan pasien dengan
gangguan status mental harus kembali ke status semula / awal ( sebelum menjalani
prosedur tindakan ). Dokter dan pasien anak – anakyang memiliki resiko obstruksi
jalan nafas harus duduk dengan posisi kepala menunduk ke depan.
2. Tanda vital harus stabil
3. Penggunaan system scoring dapat membantu pencatatan kreteria pemulangan
pasien

15
4. Telah melewati waktu yang cukup ( hingga 2 jam ) setelah pemberian terakhir
dosis antagonis ( nalokson , flumazenil ), untuk memastikan bahwa pasien tidak
masuk ke fase sedasi kemblai, setelah efek obat antagonis menghilang
5. Pasien rawat jalan boleh dipulangkan dengan didampingi oleh orang dewasa yang
dapat mengantarkan pasien sampai ke rumah dan melaporkan jika terjadi
komplikasi paska – prosedur
6. Pasien rawat jalan dan pendampingnya harus di berikan instruksi tertulis mengenai
diet paska – prosedur, obat – obatan, aktivitas, dan nomor telepon yang dapat
dihubungi jika terjadi keadaan emergensi.

16
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian dari semua asesmen yang diberikan kepada pasien adalah suatu tindakan
yang penting. Semua informasi yang penting harus di dokumentasikan, termasuk catatan klinis
yang mencakup :
A. Penilaian pre – prosedur harus lengkap
B. Proses persetujuan dan salinan formuler persetujuan harus lengkap
C. Catat semua pemberian obat – obatan
D. Catat semua hasil observasi, pre, intra, dan post prosedur
E. Catat semua kejadian yang merugikan selama prosedur atau hasil dari pemberian sedasi
F. Catatan dari proses pelaksanan dan fakta bahwa pasien telah memenuhi kreteria pelaksanan
dalam tindakan sedasi

Ditetapkan di Tembilahan
Pada tanggal 10 Mei 2017
Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan

dr. H. IRIANTO. Sp. PD. Finasim


Pembina Tk.I
NIP. 19660102 199603 1 001

17

Anda mungkin juga menyukai