Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

J DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG FLAMBOYANT
RSUD DR. DORIS SYLVANUS KOTA PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH:

NAMA : ERNA SARI


NIM : 2017.C.09a.0886

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan laporan pendahuluan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada An. J Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Akut
(GEA) Di Ruang Flamboyant RSUD Dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya”
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan ini.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga proposal ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak.

Palangka Raya, 18 Mei 2019

Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Menurut WHO secara klinis didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari.
Disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa
darah.
Menurut Depkes RI, diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah.
1.1.2 Anatomi Fisiologi
1.1.2.1 Anatomi Sistem Pencernaan
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian, yaitu:
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi,
bibir dan pipi.
2) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris
disebelah belakang bersambung dengan faring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas
tulang belakang.
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan
tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk
kedalam abdomen ke lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung,
yaitu :
1) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak
disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah notura minor.
3) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal
membentuk spinkter pilorus.
4) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari
osteum kordi samapi pilorus.
5) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari
sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju
kekanan sampai ke pilorus anterior.
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ±
6cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan
dan obstruksi hasil pencernaan makanan. Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput
lendir yang nambulir disebut papila vateri.
2) Jejunum (Usus kosong) adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum).
3) Ileum (Usus penyerapan) adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar
terdiri atas 8 bagian:
1) Sekum.
2) Kolon asenden, terletak diabdomen sebelah kanan, membujur
keatas dari ileum sampai kehati, panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu), sering disebut umbai cacing dengan
panjang ± 6 cm.
4) Kolon transversum, membujur dari kolon asenden sampai ke
kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.
5) Kolon desenden, terletak dirongga abdomen disebelah kiri
membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6) Kolon sigmoid, terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang
membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7) Rektum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus.
8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar.
1.1.2.1 Fisiologi Sistem Pencernaan
Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu pencernaan dan
absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-
enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret
pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk
kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan
dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas
bagi kerja lipase pankreas.
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis
gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf
autonom dan hormon (Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan segmental
usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari
salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi
optimal dan suplai kontinu isi lambung.
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan
karbohidrat, lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-
asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk
digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga
diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor
aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah terjadinya dehidrasi.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari
kolon kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan
pola yang paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksai
ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan dan kolinergik.
Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad
melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, tekanan 100-200 mmHg, tiga
sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.
1.1.3 Etiologi
1.1.3.1 Faktor infeksi
a. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur
(C. albicans).
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
1.1.3.2 Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
1.1.3.3 Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
1.1.3.4 Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
1.1.4 Klasifikasi
Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan jenis diare menjadi 4
kelompok, yaitu:
a. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnhya kurang dari 7 hari)
b. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya
c. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus
d. Diare dengan masalah lain yaitu anak yang mnederita diare (diare
akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti
demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
1.1.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
WOC GEA

Faktor Infeksi Faktor malabsorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologi


karbohidrat, lemak dan protein

Masuk dan Hiperperistaltik


Tek. Osmotik meningkat
berkembang dalam
usus
Pergeseran air dan Menurunnya kesempatan usus
elektrolit ke rongga usus menyerap makanan
Hipersekresi air dan
elektrolit

DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi Abdomen

Mual dan Muntah


Kehilangan cairan dan Gangguan integritas kulit
elektrolit berlebihan perianal
Nafsu makan
Risiko Ketidakseimbangan Asidosis metabolik Menuurun
Elektrolit
Sesak
Risiko Hipovolemia Defisit Nutrisi

Gangguan Pertukaran
Gas
1.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dialami anak saat terkena diare, antara lain:
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi
dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan
kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
1.1.7 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan
prioritas diagnosis yang paling mungkin, yaitu:
1. Tes darah : secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED,
biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin
serum, vitamin B12 dan folat
2. Mikroskopik dan kultur tinja (x3) : hasil kultur negatif melum
menyingkirkan giardiasis
3. Lemak dan tinja : cara paling sederhana aalah pewarnaan sampel
tinja dengan Sudan Black kemudian diperiksa dibawah mikroskop
4. Foto polos abdomen : dapat terlihat klasifikasi pankreas sebaiknya
diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) atau Pankreas
5. Endoskopi,aspirasi duodenum dan biopsi : untuk menyingkirkan
penyakit Selliaka dan Giardiasis
6. Kolonoskopi dan biopsi : endoskopi saluran pecernaan bagian bawah
lebih menguntungkan daripada pencitraan radiologi dengan kontras
karena ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan
kolitis mikroskopik.
7. Hyrogen breath test : untuk hipolaktasia dan pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus
8. Pencitraan usus halus : bisa menunjukkan divertikulum jejuni,
penyakit Crohn atau bahkan struktur usus halus
1.1.9 Penatalaksanaan Medis
1.1.9.1 Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer
Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan
dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn
NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan
diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk
mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah
cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Menilai tingkat dehidrasi ringan
sedang berat dengan menggunakan Skor Maurice King, sebagai
berikut :
Bagian Tubuh Nilai Untuk Gejala Yang Diperiksa
Yang Diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau,
apatis, ngantuk koma, syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut nadi dan Cepat Sedang Lemas
nafas
Keterangan:
1. Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
2. Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
3. Nilai 7-12: dehidrasi berat
c. Dietetik. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
2. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
d. Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
1. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
1.2 Kebutuhan Dasar Manusia
1.2.1 Kebutuhan Oksigenasi
Meningkatnya frekuensi buang air besar memungkinkan terjadinya
kekurangan cairan dan elektrolit yang berat sehingga menimbulkan
intoleransi metabolisme dalam tubuh dan tubuh menjadi asidosis
metabolic untuk mempertahankan tubuh tetap seimbang maka nafas
menjadi lebih cepat (sesak).
1.2.2 Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Diare mengakibatkan pengeluaran air dan elektrolit berlebih, dengan
adanya hipokalemi, hiponatremi dan sebagainya, meka perlu adanya
koreksi dengan rehidrasi cairan elektrolit secara instan.
1.2.3 Kebutuhan Sirkulasi
Pada keadaan hipovolemia menyebabkan penurunan tekanan darah,
tachycardia sebagai respon untuk meningkatakan perfusi jaringan.
Adanya deklasi kalium dapat menimbulkan disritmia jantung.
1.2.4 Kebutuhan Eliminasi
Peningkatan frekuensi BAB menyebabkan dehidrasi, maka ginjal
menahan Na+ dan air sehingga urin menjadi pekat dan produksinya
menurun.
1.2.5 Kebutuhan Nutrisi
Diare dapat menyebabkan anorexia dan peningkatan rasa haus.
Penurunan berat badan 2% pada diare ringan, 5% pada diare sedang ,dan
8% pada diare berat sebagai akibat menurunya absorbsi usus terhadap
nutrient.
BAB 2
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan
pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
BAB cair lebih dari 3x.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
3) Riwayat Keperawatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Nadi, Respirasi dan suhu tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh
a. Mata : cekung, kering, sangat cekung
b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
f. Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan diare atau output berlebih dan intake
yang kurang.
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
2.3 Intervensi Keperawatan
1) Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder terhadap diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR
: < 24 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung,
UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
b. Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
c. Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt.
d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3
lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
e. Kolaborasi :
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare/output berlebih dan tidak adekuatnya intake. Defisit nutrisi
berhubungan dengan diare atau output berlebih dan intake yang kurang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam terapi gizi : Diet TKTP
rendah serat dan obat-obatan atau vitamin
R/ Mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2. Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
laesa)
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (
adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat
R/ Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
4) Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawatan selama 3 x 24 jam
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
2. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang
lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tinakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai