ABSTRACT
The successful increase of food crops productivity that followed by environmental sustainability is a
principle of environmentally-friendly and sustainable agriculture. Various environmentally friendly agriculture
systems have been developed based on good agricultural practices which are synergic among technological
components, e.g., integrated crops management, superior wide-spacing rows systems, integrated crops-
livestock with zero wastes, and integrated pest management. Application of environmentally friendly
agriculture through synergic integrated technological components could increase food crops productivity,
maintain soil quality, and reduce greenhouse gas emissions. Some technological components that could give
high grain yield, low greenhouse gas emissions, and low contaminants are intermittent irrigation, fermented
organic matter application using bio-decomposer (low C/N ratio), balanced fertilization, integrated pest
management with priority of botanical pesticides use, crops spacing of legowo, and use of high-yielding
variety with low emission. Through applying integrated crop management, rice yield could increase to 47
percent, farmer income increases as much as 29–76 percent, and greenhouse gas emissions decrease
about 18–26 percent.
key words: productivity, food crops, environmentally friendly, zero waste, integrated
Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan 155
Anicetus Wihardjaka
melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) sebagai pertanian yang menerapkan teknologi
maupun perluasan luas baku sawah untuk serasi dengan lingkungan untuk optimasi
mewujudkan kemandirian pangan. Sasaran pemanfaatan sumber daya alam dalam
produksi komoditas pangan terutama padi, memperoleh produksi tinggi dan aman, serta
jagung, dan kedelai pada 2015–2019 adalah menjaga kelestarian lingkungan dan sumber
peningkatan produksi padi dari 73.162.171 ton daya alam pertanian. Berdasarkan definisi
(2014) menjadi 81.971.853 ton (2019), jagung tersebut, pembangunan pertanian diarahkan
dari 20.087.445 ton (2014) menjadi 22.506.235 pada pencapaian ketahanan pangan sekaligus
ton (2019), dan kedelai dari 1.265.646 ton (2014) juga memperhatikan keamanan pangan. Konsep
menjadi 1.418.046 ton (2019) (Kementerian pertanian ramah lingkungan tersebut bermuara
Pertanian, 2015). pada kualitas tanah yang mempengaruhi :
(i) produktivitas tanah untuk meningkatkan
Pembangunan pertanian dihadapkan pada
produktivitas tanaman dan aspek hayati lainnya;
berbagai tantangan, antara lain: perubahan
(ii) memperbaiki kualitas lingkungan dalam
iklim yang mengancam kerawanan pangan,
menetralisasi kontaminan-kontaminan dalam
konversi areal budidaya menjadi non pertanian,
tanah dan produk pertanian; dan (iii) kesehatan
pertumbuhan penduduk yang sejalan dengan
manusia yang mengkonsumsi produk pertanian
peningkatan kebutuhan bahan pangan,
(Doran dan Parkin, 1999).
eksploitasi dan degradasi sumber daya lahan
pertanian yang menurunkan kualitas tanah, Pengembangan pertanian ramah lingkungan
lingkungan, dan produk pertanian. Undang- terutama untuk tanaman pangan dan
Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan hortikultura harus memperhatikan beberapa
mengamanatkan bahwa selain ketahanan hal, antara lain: (i) menjaga keragaman hayati
dan kemandirian pangan, keamanan pangan dan keseimbangan ekologis biota alami; (ii)
perlu diperhatikan. Peningkatan produktivitas memelihara kualitas fisik, kimiawi, hayati
tanaman pangan hendaknya juga diimbangi sumber daya lahan pertanian; (iii) meminimalisasi
dengan peningkatan kualitas tanah dan produk kontaminan residu bahan agrokimia, limbah
pertanian. Dalam mencapai sasaran tersebut, organik dan anorganik yang berasal dari dalam
budidaya tanaman pertanian, khususnya ataupun luar usaha tani; (iv) mempertahankan
tanaman pangan dilakukan dengan pendekatan produktivitas lahan secara alami; (v) patogen
budidaya pertanian yang baik (good agricultural penyakit dan serangan hama tidak terakumulasi
practices/GAP) yang tidak lain adalah sistem secara endemik dan terjaganya musuh alami;
pertanian ramah lingkungan. dan (vi) produk pertanian aman sebagai bahan
pangan dan pakan (Soemarno, 2001).
Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan
informasi bahwa penerapan pertanian ramah Sistem pertanian ramah lingkungan
lingkungan berpengaruh nyata terhadap sebenarnya telah banyak diterapkan oleh
perbaikan kuantitas dan kualitas hasil tanaman masyarakat tani, antara lain pertanian konservasi
pangan. dengan tanpa olah atau olah tanah minimum,
pengelolaan tanaman terpadu, penerapan
II. PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
jajar legowo super, pengelolaan organisme
Pertanian ramah lingkungan merupakan pengganggu tanaman secara terpadu, sistem
sistem pertanian berkelanjutan yang bertujuan integrasi tanaman-ternak bebas limbah,
untuk meningkatkan dan mempertahanan dan pertanian organik. Menurut Soemarno
produktivitas tinggi dengan memperhatikan (2001), tindakan operasional pertanian ramah
pasokan hara dari penggunaan bahan organik, lingkungan meliputi: (i) penggunaan pupuk
minimalisasi ketergantungan pada pupuk anorganik bersifat suplementatif dengan
anorganik, perbaikan biota tanah, pengendalian efisiensi tinggi untuk mencapai target hasil
organisme pengganggu tanaman (OPT) optimal; (ii) penerapan pengendalian hama dan
berdasarkan kondisi ekologi, dan diversifikasi penyakit dengan memperhatikan keseimbangan
tanaman (Hendrawati, 2001). Soemarno (2001) ekologis alamiah; (iii) penerapan pengelolaan
mendefinisikan pertanian ramah lingkungan tanaman secara terpadu; (iv) penerapan sistem
Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan 157
Anicetus Wihardjaka
Tabel 2. Hasil Gabah dan Emisi Metana di Ekosistem Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Segar
dan Kompos Jerami
Pertanian telah mengembangkan SITT bebas fisik, kimia, dan hayati tanah, yaitu jerami yang
limbah yang dijelaskan pada Gambar 1. dikomposkan, kompos kotoran ternak, limbah
Dalam sistem ini, varietas padi unggul pasca biodigester berupa padatan (sludge)
rendah emisi gas rumah kaca digunakan dan maupun cairan (slurry), dan kombinasi kompos
ditanam dengan sistem tanam jajar legowo kotoran sapi + arang hayati. Energi terbarukan
2:1. Beberapa varietas unggul berdaya emisi berupa metana dari biodigester dimanfaatkan
rendah antara lain adalah Ciherang, Mekongga, untuk kebutuhan harian rumah tangga
Memberamo, Way Apoburu, Situ Bagendit, Inpari dan sebagai energi dalam proses pirolisis
13, dan Inpari 24. Menurut Setyanto (2006), pembuatan arang hayati dari limbah pertanian
indeks emisi atau nisbah hasil padi terhadap fluk yang berlignin tinggi. Kompos kotoran sapi yang
metana digunakan untuk menghitung jumlah dihasilkan dari biodigester mampu menurunkan
metana yang dilepaskan dari varietas padi. emisi metana dari tanaman padi sebesar
Makin tinggi indeks emisi suatu varietas, varietas 59,1 persen dibandingkan jerami segar yang
tersebut relatif mengemisi metana rendah, misal langsung dibenamkan ke dalam tanah sawah
Indeks emisi dari Way Apoburu dan Tukad Unda (Wihardjaka, dkk., 2013)
yang masing-masing 48,1 dan 28,6 kg gabah/kg
Hasil biomassa berupa jerami padi
CH4, berarti varietas Way Apoburu melepaskan
metana lebih rendah daripada Tukad Unda. digunakan sebagai pakan ternak dan sebagian
Komponen teknologi lainnya berupa pemupukan dikomposkan untuk dikembalikan ke dalam
berimbang dimana pemberian pupuk anorganik tanah. Sebagai pakan ternak, kualitas jerami
berdasarkan hasil uji tanah dan bagan warna perlu ditingkatkan melalui fermentasi dengan
daun (BWD). Sistem pengairan menerapkan probiotik starbio untuk menurunkan kadar fraksi
irigasi berselang (intermittent) sesuai kebutuhan serat kasar (NDF, NDS, ADF, dan hemiselulosa)
tanaman dan kondisi di lapangan. Penerapan (Sembiring dan Kusdiaman, 2008). Perbaikan
pengairan berselang nyata menurunkan emisi kualitas pakan dari jerami nyata menurunkan
gas rumah kaca tanpa mengurangi hasil produksi metana dari fermentasi enterik ternak
tanaman. ruminansia.
Bahan organik pada sistem ini dikembalikan Proses dekomposisi jerami dipercepat
ke dalam tanah untuk memperbaiki kesuburan dengan menggunakan biodekomposer yang
Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan 159
Anicetus Wihardjaka
mengandung mikroba perombak bahan organik. diazinon); Sulaeman dan Ardiwinata (2009)
Kompos jerami dapat mengurangi biaya melaporkan bahwa residu organoklorin DDT
kebutuhan pupuk KCl. Arang hayati (biochar) dan aldrin di tanah dan air sawah di Jawa Barat
dapat digunakan sebagai pelapis pupuk urea telah melebihi nilai ADI.
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
Pendekatan pengendalian OPT terpadu
pupuk nitrogen, sebagai pengikat kontaminan
diarahkan sebagai upaya pengendalian
residu bahan agrokimia, dan sebagai bahan
yang ramah lingkungan. Konsep HPT awal
filter saluran irigasi.
adalah pengendalian hama yang memadukan
VI. PENGENDALIAN OPT TERPADU pengendalian hayati dengan pengendalian
kimiawi untuk membatasi penggunaan pestisida
Serangan organisme pengganggu tanaman
(Stern dkk. dan Untung, 2000). Menurut Bottrell
(OPT) seperti gulma, hama, dan penyakit
dalam Untung (2000), PHT menekankan
tanaman merupakan kendala dan tantangan
pada pemilihan, perpaduan, dan penerapan
dalam memantapkan hasil budidaya tanaman
pengendalian hama yang didasarkan pada
pertanian yang tinggi atau memperkecil
perhitungan dan penaksiran konsekuensi-
kehilangan hasil. Keberadaan gulma mampu
konsekuensi ekonomi, ekologi, dan sosiologi.
menurunkan hasil berkisar 18–68 persen
Pelatihan petani tentang konsep PHT telah
(Humaedah, 2017). Menurut Rola dan Pingali
dilakukan bahkan hingga tahun 1999 tercatat
(1993), serangan hama nyata meningkatkan
lebih dari satu juta petani padi dan hortikultura
kehilangan hasil tanaman budidaya, misal
telah mengikuti program pelatihan PHT selama
serangan penggerek batang mampu
satu musim dalam forum sekolah lapangan
mengakibatkan kehilangan hasil padi berkisar
pengendalian hama terpadu (SL-PHT) (Untung,
20–95 persen di beberapa negara Asia Tenggara
2000).
dan Selatan. Sejak era revolusi hijau pada
tahun 1970-an, penggunaan pestisida sintetis Konsep PHT di Indonesia, selain sebagai
meningkat nyata dan berpengaruh terhadap teknik pengendalian hama, tetapi juga sebagai
keberhasilan capaian produksi tanaman tinggi. pendekatan pemberdayaan dan peningkatan
Namun kecenderungan petani menggunakan kualitas sumber daya manusia dan menempatkan
pestisida sintetis secara tidak bijaksana petani sebagai penentu dan pelaksana utama
meningkatkan akumulasi residu dalam tanah, PHT di tingkat lapangan (Untung, 2000). Menurut
air, produk pertanian, menyebabkan resurjensi, Rola dan Pingali (1993), ketergantungan
predator dan musuh alami hama terbunuh, serta terhadap pestisida sintetis dalam konsep PHT
mengganggu kesehatan manusia (Soejitno, dikurangi dengan menggunakan varietas
2002). tahan, bio-kontrol dengan agensia hayati
seperti Bacillus thuringiensis, atau penggunaan
Residu pestisida yang terdeteksi dalam
pestisida botani/nabati. Beberapa varietas padi
tanah dan produk pertanian telah banyak
yang relatif tahan terhadap wereng coklat biotipe
dilaporkan, antara lain: Indraningsih, dkk.
1, 2, 3 adalah Inpari 13, 18, 19, 22, 23, 31, dan
dalam Harsanti, dkk. (2009) melaporkan residu
33 (Mejana, dkk., 2014).
pestisida organoklorin (DDT, heptaklor, lindan)
dalam padi, jagung, kedelai, tomat; Indratin, Tumbuhan-tumbuhan potensial sebagai
dkk. (2009) melaporkan residu beberapa pestisida nabati terlihat dalam Tabel 3.
senyawa organoklorin terdeteksi dalam darah Pengelolaan rantai ketersediaan (supply
petani sayuran di Jawa Tengah (Pati, Magelang, chain management) dari bahan baku tumbuh-
Brebes) dengan kisaran konsentrasi td-0,77 mg/ tumbuhan tersebut perlu diperhatikan untuk
kg lindan; 0,02–0,13 mg/kg aldrin; td-0,05 mg/ menyediakan bahan baku pestisida nabati
kg heptaklor; dan td-0,15 mg/kg endosulfan; yang cukup dan berkesinambungan (Fagi,
Kurnia, dkk. (2009) melaporkan bahwa residu dkk., 2013). Pemberian pestisida nabati dari
organofosfat terutama klorpirifos dan diazinon biji mimba secara rutin sebagai upaya preventif
dalam tanah sawah di Jawa Tengah telah dapat mengurangi serangan wereng coklat di
melebihi nilai acceptable daily intake/ADI (0,01 lahan sawah tadah hujan Pantura Jawa Tengah
mg/kg untuk klorpirifos dan 0,002 mg/kg untuk bagian timur dan menyelamatkan kehilangan
(Sumber: Ditjen Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan dalam Fagi, dkk., 2013)
hasil sebesar 23,55 persen. Biji mimba selain terutama para petani, serta secara ekonomi
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati (Zakiah, dapat memperbaiki kesejahteraan petani. Sistem
2017) juga dapat digunakan dalam mitigasi emisi pertanian tanaman pangan ramah lingkungan
gas N2O dan memperbaiki efisiensi penggunaan secara rasional harus dapat menyejahterakan
pupuk nitrogen (Wihardjaka, 2017). petani dan keluarganya melalui perbaikan
produktivitas tanaman pertanian dan pendapatan
VII. KESIMPULAN
sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan.
Inovasi teknologi budidaya tanaman pangan
Upaya peningkatan produktivitas tanaman
ramah lingkungan yang berkelanjutan secara
pangan harus selalu memperhatikan kelestarian
sosial harus dapat menjamin keberlanjutan
lingkungan. Penerapan pertanian ramah
pertanian mendatang dan diterima pengguna
lingkungan menjamin stabilitas hasil gabah dan
Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan 161
Anicetus Wihardjaka
memberikan andil terhadap mitigasi emisi gas Edisi Kesatu. Badan Penelitian dan
rumah kaca di subsektor tanaman pangan. Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Gunarto, L., P. Lestari, H. Supadmo, dan A.R.
Penerapan budidaya tanaman pangan Marzuki. 2002. Dekomposisi jerami padi,
ramah lingkungan pada prinsipnya menghindari inokulasi Azospirillum dan pengaruhnya
eksploitasi sumber daya alam dan penggunaan terhadap efisiensi penggunaan pupuk N pada
masukan sarana produksi secara bijaksana padi sawah. Penelitian Pertanian Tanaman
(terutama bahan agrokimia seperti pupuk Pangan 21(1): 1–10.
anorganik dan pestisida). Penerapan model Harsanti, E.S., S.Y. Jatmiko, dan A.N. Ardiwinata.
pertanian ramah lingkungan untuk tanaman 2009. Mitigasi residu organofosfat pada lahan
pangan yang mengintegrasikan komponen bawang merah. Prosiding Seminar Nasional dan
teknologi spesifik lokasi menjadi efektif dengan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku III,
Informasi Sumberdaya Air, Iklim dan Lingkungan.
melibatkan peran penyuluh dan partisipasi aktif
Bogor, 18–20 November 2008. Hlm. 189–200.
petani baik pada skala petak percontohan,
Hendrawati, T. 2001. Pengelolaan lahan sawah
demfarm, dan hamparan.
tadah hujan berwawasan lingkungan. Prosiding
Beberapa komponen teknologi dalam Seminar Nasional Budidaya Tanaman Pangan
sistem pertanian ramah lingkungan mampu Berwawasan Lingkungan. Jakenan, 7 Maret
memberikan hasil tanaman tinggi, emisi gas 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor. Hlm. 21–35.
rumah kaca rendah, dan rendah kontaminan,
antara lain pengairan berselang, penggunaan Humaedah, U. 2017. Inovasi teknologi menggapai
swasembada kedelai. Sinar Tani Edisi 16–22
bahan organik matang (nisbah C/N rendah)
Agustus 2017. Hlm. 3.
dengan bantuan biodekomposer, pemupukan
Indratin, Poniman, A. Ichwan, dan A.N. Ardiwinata.
berimbang, pengendalian hama secara terpadu
2009. Kontaminasi residu organoklorin pada
dengan mengandalkan pestisida nabati, jarak darah petani sayuran di Pati, Magelang, dan
tanam legowo, dan varietas padi unggul rendah Brebes. Prosiding Seminar Nasional dan Dialog
emisi. Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku III, Informasi
DAFTAR PUSTAKA Sumberdaya Air, Iklim dan Lingkungan. Bogor,
18–20 November 2008. Hlm. 113–122.
Abdulrachman, S. 2011. Peranan pendekatan teknologi Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis
dan input produksi terhadap produktivitas dan Kementerian Pertanian Tahun 2015–2019.
mutu hasil padi. Pangan 20(4): 415–424. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Asnawi, R. 2014. Peningkatan produktivitas dan Kurnia, A., S. Wahyuni, dan A.N. Ardiwinata. 2009.
pendapatan petani melalui penerapan model Residu organofosfat di lahan pertanian Jawa
pengelolaan tanaman terpadu padi sawah Tengah. Prosiding Seminar Nasional dan Dialog
di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku III, Informasi
Penelitian Pertanian Terapan 14(1): 44–52. Sumberdaya Air, Iklim dan Lingkungan. Bogor,
Balitbangtan. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu 18–20 November 2008. Hlm. 181–188.
Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Mejana, M.J., R.H. Praptana, N.A. Subekti, M. Aqil,
Pengembangan Pertanian. Jakarta. A. Musaddad, dan F. Putri. 2014. Deskripsi
Balitbangtan. 2016. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Varietas Unggul Tanaman Pangan 2009–2014.
Jajar Legowo Super. Badan Penelitian dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pengembangan Pertanian. Jakarta. Pangan. Bogor.
Ditjen Tanaman Pangan. 2014. Pedoman Teknis Republika. 2016. Jajar legowo super dikembangkan
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman ke 11 provinsi. Republika edisi 18 April
Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Tahun 2016. http://nasional.republika.co.id/berita/
2014. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, nasional/umum/16/04/18/jajar-legowo-super-
Kementerian Pertanian. dikembangkan-ke-11-provinsi
Doran, J.W., dan T.B. Parkin. 1999. Quantitative Rola, A.C., and P.L. Pingali. 1993. Pesticides, Rice
indicators of soil quality: A minimum data set. Productivity, and Farmers’ Health: An Economic
Soil Science Society of America Inc. Winconsin. Assessment. International Rice Research
Fagi, A.M., A. Djulin, P. Setyanto, dan A. Wihardjaka. Institute-World Resources Institute. Manila,
2013. Pedoman Umum Pengembangan Model Washington.
Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan. Sembiring, H., dan D. Kusdiaman. 2008. Inovasi
Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan 163
Anicetus Wihardjaka
164 PANGAN, Vol. 27 No. 2 Agustus 2018 : 155 – 164
PETUNJUK PENULISAN “PANGAN”
KATEGORI TULISAN
Artikel Ilmiah (Research Article) (sekitar 8-20 halaman jurnal). Artikel yang diajukan berisi kemajuan utama (major
advance) yang merupakan . Artikel ilmiah harus mencakup abstrak, pandahuluan, bagian-
bagian dengan sub-judul (sub-heading) ringkas, dan maksimum 40 referensi. Materi dan metode harus dimasukkan guna
menunjang material online, yang juga harus memasukkan informasi lain yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan.
Kajian (Review)
menyorot pertanyaan-pertanyaan yang belum teresolusi serta arahnya di masa mendatang. Semua review akan melalui
proses pengkajian oleh peer-reviewer. Review yang dikirim harus memuat abstrak, pandahuluan, bagian-bagian dengan
sub-judul (sub-heading) ringkas, dan maksimum 40 referensi.
Tulisan selain artikel ilmiah dan kajian yang berkaitan dengan pangan (sekitar 2-8 halaman jurnal) menyajikan
internasional, komentar terhadap masalah pangan, diseminasi undang-undang, Peraturan Pemerintah, Inpres, Keppres,
bedah buku, wawancara.
Tulisan yang dikirim diprioritaskan yang berskala nasional dan internasional.
SELEKSI NASKAH
Pertama, Proses pengajuan dan review tulisan dilakukan baik lewat hardcopy maupun softcopy.
Kedua, Tulisan yang dipertimbangkan untuk di review adalah yang memenuhi persyaratan penulisan sesuai petunjuk
penulisan.
Ketiga, Semua tulisan yang telah memenuhi tata cara penulisan akan diberikan penilaian tentang kepantasan pemuatannya
oleh Dewan Editor (Board of Reviewing Editors).
Keempat, Tulisan yang layak diterbitkan akan diproses lebih lanjut. Waktu yang dibutuhkan untuk proses penelaahan
oleh dewan editor dan mitra bestari paling lama 8 minggu setelah tulisan diterima.
Kelima, Tulisan yang tidak dapat diterbitkan akan diberitahukan kepada penulis via e-mail.
FORMAT PENULISAN
Umum. Seluruh bagian dari tulisan termasuk judul, abstrak, judul tabel dan gambar, catatan kaki dan daftar acuan diketik
satu spasi pada dan print out dalam kertas ukuran A4. Pengetikan dilakukan dengan menggunakan huruf
(font) Arial berukuran 11 point dengan jarak spasi 1 (spasi) dan jarak antar paragraph 6 point.
Setiap halaman diberi nomor serta secara berurutan termasuk halaman gambar dan tabel. Hasil penelitian atau ulas balik/
tinjauan ditulis minimal 8 lembar dan maksimal 20 lembar, termasuk gambar dan tabel. Selanjutnya susunan naskah
dibuat sebagai berikut :
Tulisan ilmiah dari hasil penelitian harus mempunyai struktur sebagai berikut :
Judul (Titles) makalah ilmiah bahan publikasi hasil riset semestinya menonjolkan fenomena yang diteliti (objek
PENGIRIMAN
Penulis dapat mengirimkan tulisan dalam bentuk softcopy melalui email ke :
redaksi@jurnalpangan.com
Penulis juga dapat mengirimkan tulisan dalam bentuk compact disk (CD) yang harus disiapkan dengan Program Microsoft
Word dan dikirim ke :
Redaksi Jurnal Pangan
Perum BULOG, Divisi R & D, Lt 11 Gedung BULOG 1
Jl. Gatot Subroto Kav 49, Jakarta Selatan, 12950.
Telp . (021) 5252209 ext. 2123, 2131, 2103
Pengiriman naskah harus disertai dengan surat resmi dari penulis penanggung jawab/korespondensi (corresponding
outhor), yang harus berisikan dengan nama jelas penulis korespondensi, alamat lengkap untuk surat menyurat, nomor
telephone dan faks, serta alamat email dan telephon genggam jika memiliki. Penulis korespondensi bertanggungjawab
atas isi naskah dan legalitas pengiriman naskah yang bersangkutan. Naskah juga sudah harus diketahui dan disetujui oleh
seluruh anggota penulis dengan pernyataan tertulis.