Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan
dengan melihat indikator PHBS di tatanan rumah tangga. Indikator PHBS
yang ditetapkan pada tahun 2011 oleh pusat promosi kesehatan Kementrian
Kesehatan mencakup 10 indikator, yaitu: 1) persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan; 2) melakukan penimbangan bayi dan balita; 3) memberikan ASI
Eksklusif; 4) penggunaan air bersih; 5) mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun; 6) memberantas jentik nyamuk; 7) memakai jamban sehat; 8) makan
buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari; 10) tidak
merokok dalam rumah.(1)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1529/MENKES/SK/132010 tentang pedoman umum pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, dimana salah satu komponennya adalah PHBS
dalam Rumah Tangga, PHBS di Rumah Tangga telah menjadi salah satu
kewenangan wajib di standar pelayanan minimal bidang kesehatan bagi
pemerintah kabupaten / kota sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun
2005 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008/
serta didukung Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
828/Menkes/SK/I13/2008 tentang petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.(2) Kondisi perilaku
masyarakat dan lingkungan sekitar dapat menjadi penentu dalam peningkatan
taraf kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang baik serta informasi yang
benar dapat membantu penyelesaian masalah PHBS dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian.(2)

1
Dari hasil assessment evaluasi program sebelumnya mengenai Kegiatan
Kelurahan Siaga Aktif di Kelurahan Menteng Dalam, didapatkan PHBS
terakhir dilakukan di Menteng Dalam tahun 2018 dengan pencapaian 0% dari
target pencapaian 100%, sehingga setelah diskusi dengan pihak terkait,
tercapai sebuah kesepakatan dilakukan pelaksanaan kembali program
kelurahan siaga aktif pada kelurahan Menteng Dalam, dimana yang akan
digunakan sebagai percontohan adalah RW 13, yang merupakan salah satu
RW di Kelurahan Menteng Dalam yang paling padat penduduk dan kumuh,
serta lingkungan dekat dengan kali yang kotor.
Berdasarkan hasil assessment evaluasi program yang sebelumnya
terhadap kader dan warga RW 13. PHBS sebagai salah satu indikator
kelurahan siaga aktif di Kelurahan Menteng Dalam masih sangat rendah dan
paling tidak dilakukan dibandingkan dengan indikator kelurahan siaga
lainnya. Selain itu, PHBS memiliki 10 indikator didalamnya sehingga
masalah PHBS dapat dinilai sebagai suatu masalah yang besar dalam
terlaksananya kelurahan siaga aktif. Hasil assessment evaluasi, data yang
didapat dengan hasil pencapaian terendah yaitu 3M plus. Maka dari itu kami
akan melakukan intervensi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku 3M PLUS di tatanan Rumah Tangga di RW 13 Kelurahan Menteng
Dalam.

1.2 Perumusan Masalah


- Bagaimana pencapaian 3M plus di RW 13 Kelurahan Menteng Dalam ?
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian PSN 3M plus ?
- Bagaimana solusi untuk mencapai PSN 3M plus di RW 13 Kelurahan
Menteng Dalam ?

2
1.3 Tujuan Evaluasi Program
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pencapaian PSN 3M plus dalam tatanan Rumah
Tangga di wilayah RW 13 Kelurahan Menteng Dalam sebagai salah satu
indikator PHBS.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi penyebab masalah dilihat dari input, proses,
maupun lingkungan yang menyebabkan belum tercapainya indikator
PHBS berupa 3M plus di Kelurahan Menteng Dalam.
2. Menentukan alternatif pemecahan masalah dan prioritas
pelaksanaannya.
3. Membuat dan mengaplikasikan plan of action dari pemecahan
masalah terpilih di kelurahan Menteng Dalam.

1.4 Manfaat Evaluasi Program


1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas
a. Membantu Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam dalam penyuluhan
dan pencegahan penyakit DBD melalui PSN 3M plus.
b. Membantu Puskesmas dalam mengubah persepsi masyarakat tentang
pelaksanaan “fogging” sebagai alternatif utama.

1.4.2 Manfaat bagi Mahasiswa


a. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di
puskesmas sesuai peran sebagai dokter komunitas.
b. Mengetahui perencanaan kegiatan yang dapat dilakukan dalam
penyelesaian masalah pelaksanaan PSN 3M plus di Kelurahan
Menteng Dalam.
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah
yang ditemukan di dalam program puskesmas.

3
d. Meningkatkan pemahaman pentingnya upaya kesehatan berbasis
masyarakat yang komprehensif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat serta peran aktif dalam rumah
tangga dalam menjalankan PSN 3M plus.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PHBS
2.1.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Sekumpulan perilaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya(2).

2.1.2 Landasan Hukum


Pembinaan PHBS di Rumah Tangga melalui kemitraan dengan Tim
Penggerak PKK mempunyai landasan hukum, antara lain(3):
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera
2. Undang-undang44. Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48)
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4588)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

5
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4737)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum
Pengaturan Mengenai Desa dan Kelurahan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Kewenangan Wajib
Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan
9. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34
Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan Profil Desa/Kelurahan
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Penyelengaraan
Pemerintahan Desa
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Lurah
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa

6
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
21. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25
Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga
24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/I13/2008 tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/II/2010 tentang
Penetapan Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat
27. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun
2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
28. Kesepakatan Bersama Antara Kementerian Kesehatan RI dengan Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Nomor:
1260/MENKES/SK/13II/2009 dan Nomor: 10/SKEP/PKK PUSAT/13II/2009
tentang Peningkatan Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat dalam
Pembangunan Kesehatan

2.1.3 PHBS DI BERBAGAI TATANAN(4)

Di atas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua perilaku yang harus


dipraktikkan di bidang pencegahan dan penananggulangan penyakit, penyehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan
pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku tersebut harus dipraktikkan dimana
pun seseorang berada di rumah tangga, di institusi pendidikan, di tempat kerja, di

7
tempat umum dan di fasilitas pelayanan kesehatan – sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dijumpai.

1. PHBS di Rumah Tangga


Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat
menciptakan Rumah Tangga Ber- PHBS, yang mencakup persalinan ditangani
oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap
bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan
jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS), pengelolaan
limbah cair di rumah tanda, membuang sampah di tempat sampah, memberantas
jenik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas baik setiap
hari, tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.

2. PHBS di Institusi Pendidikan


Di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan dan
lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan
Institusi Pendidikan Ber-PHBS, yang mencakup antara lain mencuci tangan
menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adik􀆟􀆟 lainnya
(NAPZA), tidak meludah sembarangan tempat, memberantas jentik nyamuk dan
lain-lain.

3. PHBS di Tempat Kerja


Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer harus
mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja Ber-PHBS, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman
sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak
merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarangan tempat,

8
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

4. PHBS di Tempat Umum


Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga dan lain-
lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan
Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak
merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, 􀆟dak meludah di sembarang tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

5. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah sakit dan lain-lain),
sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Fasilitas
pelayanan kesehatan Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi
NAPZA, 􀆟dak meludah di sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan
lain-lain.

2.1.4 Definisi PHBS di Rumah Tangga


PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.(2)

2.1.5 Tujuan
2.1.5.1 Tujuan umum
Meningkatnya rumah tangga ber-PHBS di kabupaten/kota di
seluruh Indonesia.(2)
2.1.5.2 Tujuan Khusus

9
a. Memberdayakan keluarga untuk tahu, mau dan mampu
melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan
di masyarakat
b. Meningkatkan dukungan dan peran aktif Tim Penggerak PKK
secara berjenjang dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
c. Meningkatkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan
pembinaan PHBS di rumah tangga
d. Meningkatkan mutu penilaian pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga tingkat desa
e. Memberikan penghargaan kepada pelaksana terbaik PHBS di
rumah tangga tingkat desa.(2)

2.1.6 Sasaran
a. Sasaran Pembinaan
Sasaran pembinaan PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota
rumah tangga, yaitu (2) :
 Pasangan usia subur
 Ibu hamil dan ibu menyusui
 Anak, remaja dan dewasa
 Usia lanjut
 Pengasuh anak

b. Sasaran Penilaian
Sasaran penilaian PHBS di rumah tangga adalah seluruh
desa/kelurahan yang telah melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di rumah
tangga minimal satu tahun. (2)

2.1.7 Manfaat
Dengan melaksanakan PHBS di rumah tangga akan diperoleh beberapa
manfaat secara langsung maupun tidak langsung sebagai berikut(2):
a) Bagi rumah tangga

10
- Setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit
- Pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik
- Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat
- Pengeluaran biaya rumah tangga yang semula untuk biaya
lain yang tidak bermanfaat bagi kesehatan, dapat dialihkan
untuk pemenuhan gizi keluarga, biaya pendidikan, dan modal
usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga
- Mengurangi atau meniadakan biaya pengobatan dalam
keluarga.
b) Bagi masyarakat
- Masyarakat mampu mengupayakan terciptanya lingkungan
yang tertata rapi dan sehat
- Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang dihadapinya
- Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
untuk penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatannya
- Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) untuk pencapaian
PHBS di rumah tangga, seperti penyelenggaraan posyandu,
jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan ibu bersalin
(tubulin), dana sosial ibu bersalin (dasolin), ambulan desa,
kelompok pemakai air (pokmair) dan arisan jamban.
c) Bagi tim penggerak PKK
- Mempercepat tercapainya cakupan program-program
kesehatan
- Meningkatkan kemampuan dan kinerja Tim Penggerak PKK
dalam memberdayakan keluarga untuk mewujudkan rumah
tangga ber-PHBS
d) Bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

11
- Peningkatan presentasi rumah tangga ber-PHBS
menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota yang baik
- Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dapat dialihkan untuk
pengembangan lingkungan yang tertata rapi dan sehat serta
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau
- Provinsi dan kabupaten/kota dapat dijadikan pusat
pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
rumah tangga.

2.1.8 Indikator Rumah Tangga ber-PHBS


Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan
rumah tangga. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus
dipraktikkan di tatanan mana pun pada saat seseorang sedang berada. Selain
di tatanan rumah tangga, PHBS harus dikembangkan dan dipraktikkan di
tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana
kesehatan.
PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di Desa atau Kelurahan
Siaga Aktif meliputi perilaku sebagai berikut (2):
1. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui
dirinya, keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit
menular.

12
2. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke
Poskesdes/Pustu/Puskesmas bila terserang penyakit.
3. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan.
4. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu).
5. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (terutama
bagi perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui).
6. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak.
8. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan.
9. Mengonsumsi Kapsul Vitamin A bagi ibu nifas.
10. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan).
11. Memberi Makanan Pendamping ASI.
12. Memberi Kapsul Vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan
Februari dan Agustus.
13. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA untuk
memantau pertumbuhannya.
14. Membawa bayi/anak, ibu, dan wanita usia subur untuk diimunisasi.
15. Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan Diare.
16. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam
keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan,
dan lain-lain).
17. Menghimpun dana masyarakat RW untuk kepentingan kesehatan,
termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan.
18. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana.
19. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
20. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
21. Menggunakan jamban sehat
22. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan
menggunakannya.
23. Memberantas jentik-jentik nyamuk.

13
24. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, RW
maupun di lingkungan pemukiman.
25. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
26. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan
menyalahgunakan napza serta bahan berbahaya lain.
27. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau sarana
kesehatan lain.
28. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan
Warung Hidup di halaman masing-masing rumah atau secara bersama-
sama (kolektif).
29. Melaporkan kematian.
30. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan.
31. Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS.

Di tatanan rumah tangga, Kepala Rumah Tangga harus menjadi panutan


dan mendorong anggota rumah tangganya untuk mempraktikkan PHBS. Ia
juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi
dipraktikkannya PHBS di Rumah Tangga.
Di tatanan institusi pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah,
pesantren, seminari, dan sejenisnya, pemilik institusi pendidikan dan para
pendidik merupakan panutan dan mendorong anak didiknya dalam
mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan
sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan.
Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, toko, kantor/perusahaan, dan
lain- lain, pemilik dan pengelola tempat kerja tersebut harus menjadi panutan
dan mendorong para pekerja/ karyawannya dalam mempraktikkan PHBS.
Pemilik dan pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat Kerja.
Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal, pelabuhan,
bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat hiburan, tempat rekreasi/pariwisata,
tempat ibadah, dan lain-lain sejenis, pemilik dan pengelola tempat umum

14
harus menjadi panutan dan mendorong para pekerja/karyawan dan
pengunjungnya dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung
jawab untuk menyediakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya
PHBS di Tempat-tempat Umum.
Di tatanan institusi kesehatan seperti Pustu, Puskesmas, klinik, rumah
sakit, dan lain-lain, pemilik/pengelola dan para petugasnya merupakan
panutan dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam mempraktikkan
PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Kesehatan.

10 Indikator keberhasilan PHBS di rumah tangga (2):


1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Melakukan penimbangan bayi dan balita
3) Memberikan ASI Eksklusif
4) Penggunaan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Memberantas jentik nyamuk
7) Memakai jamban sehat
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok dalam rumah.
Indikator Tunggal dalam PHBS: (2)
1. Persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Persentase bayi yang diberi ASI saja sejak lahir sampai berusia 6 bulan
(ASI eklsklusif)
3. Persentase rumah tangga yang memiliki balita yang ditimbang setiap bulan
4. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih
5. Persentase rumah tangga yang mencuci tangan dengan air bersih yang
mengalir dan sabun
6. Persentase rumah tangga yang menggunakan jamban sehat

15
7. Persentase rumah tangga yang memberantas jentik di rumah seminggu
sekali
8. Persentase rumah tangga yang makan sayur dan buah setiap hari

Indikator Gabungan (Komposit)


Indikator gabungan adalah persentase rumah tangga ber-PHBS yang
diukur dari proporsi rumah tangga yang memenuhi 10 indikator PHBS di rumah
tangga. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak
ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah tangga ber-PHBS adalah
rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. (2)

2.1.9 Definisi Operasional PHBS


1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan (dokter kandungan and kebidanan, dokter umum
dan bidan)
2. Memberi bayi ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan
3. Menimbang balita setiap bulan adalah balita (umur 12-60 bulan)
ditimbang setiap bulan dan tercatat di KMS atau KIA
4. Menggunakan air bersih adalah rumah tangga yang menggunakan air
bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari: air kemasan, air
ledeng, air pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan
penampuhngan air huja dan memenuhi syarat air bersih yaitu tidak berasa,
tidak berbau dan tidak berwarna. Sumber air pompa, sumur dan mata air
terlindung berjarak minimal 10 meter dari sumber pencemar seperti tempat
penampungan kotoran atau limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan pakai sabun
adalah penduduk 5 tahun keatas mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi setelah menceboki anak,

16
dan sebelum menyiapkan makanan menggunakan air bersih mengalir dan
sabun
6. Menggunakan jamban sehat adalah anggota rumah tangga yang
menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang
penampungan kotoroan sebagai pembuangan akhir dan terpelihara
kebersihannya. Untuk daerah yang sulit air dapat menggunakan jamban
cemplung, jamban plengsengan.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu adalah rumah tangga
melakukan pemberantasan jentik nyamuk di dalam dan atau diluar rumah
seminggu sekali dengan cara 3M plus/abatisasi/ikanisasi atau cara lain
yang dianjurkan
8. Makan sayur dan buah setiap hari adalah anggota rumah tangga umur
10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi
buah atau setidaknya tiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah penduduk anggota keluarga
umur 10 tahun ke atas melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap
hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah adalah penduduk anggota rumah tangga
umur 10 tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah ketika berada
bersama anggota keluarga lainnya. (2)

2.1.10 Langkah Pembinaan PHBS di Rumah Tangga


Pembinaan PHBS di rumah tangga akan dilakukan secara berjenjang oleh
Tim Penggerak PKK mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan
sampai desa/kelurahan melalui langkah-langkah sebagai berikut (2):
 Di Pusat
A. Mengeluarkan kebijakan tentang Pembinaan PHBS di Rumah Tangga yang
ditindaklanjuti oleh tim penggerak PKK di seluruh Indonesia
B. Sosialisasi pembinaan PHBS di rumah tangga kepada tim penggerak PKK
Provinsi

17
C. Pusat promosi kesehatan bersama lintas program, lintas sektor terkait dan
tim penggerak PKK Pusat mengadvokasi Gubernur/DPRD/TP-PKK
provinsi untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan
PHBS di rumah tangga
D. Melatih tim penggerak PKK Provinsi tentang pembinaan PHBS di rumah
tangga dan penyelenggaraan lomba pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga secara berjenjang
E. Pusat promosi kesehatan bersama lintas program, lintas sektor terkait dan
tim penggerak PKK pusat menyusun panduan, media, dan kriteria penilaian
pembinaan PHBS di rumah tangga
F. Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di rumah tangga dan
pencapaian rumah tangga ber-PHBS di seluruh provinsi
G. Melaksanakan penilaian lomba pelaksana terbaik PHBS di rumah tangga
tingkat nasional
H. Memberikan penghargaan terhadap pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga tingkat nasional
I. Memanfaatkan sistem informasi kesehatan nasional (Siknas) untuk
pencatatan dalam pelaporan PHBS.

 Di Provinsi
A. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di rumah tangga yang
ditindaklanjuti oleh tim penggerak PKK di seluruh kabupaten/kota
B. Sosialisasi pembinaan PHBS di rumah tangga kepada tim penggerak PKK
Kabupaten/kota
C. Dinas kesehatan provinsi bersama lintas sektor terkait dan tim penggerak
PKK provinsi mengadvokasi bupati/walikota/DPRD/TP-KK
Kabupaten/kota untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi
pembinaan PHBS di rumah tangga
D. Melatih tim penggerak PKK Kabupaten/kota tentang pembinaan PHBS di
rumah tangga dan penyelenggaraan lomba pelaksana terbaik PHBS di
rumah tangga secara berjenjang

18
E. Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di rumah tangga dan
pencapaian rumah tangga ber-PHBS di seluruh kabupaten/kota
F. Melaksanakan penilaian PHBS di rumah tangga tingkat provinsi
G. Memberikan penghargaan terhadap pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga tingkat provinsi
H. Memanfaatkan sistem informasi kesehatan nasional (Siknas) untuk
pencatatan dalam pelaporan PHBS.

 Di kabupaten/kota
A. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di rumah tangga yang
ditindaklanjuti oleh tim penggerak PKK di seluruh kecamatan dan
desa/kelurahan
B. Sosialisasi pembinaan PHBS di rumah tangga kepada tim penggerak
PKK Kecamatan
C. Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama lintas sektor terakit dan tim
penggerak PKK Kabupaten/kota mengadvokasi bupati/walikota untuk
memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan Phbs di
rumah tangga di seluruh kecamatan dan desa/kelurahan.
D. Melatih tim penggerak PKK Kecamatan tentang pembinaan PHBS di
rumah tangga dan penyelenggaraan lomba pelaksana terbaik PHBS di
rumah tangga secara berjenjang.
E. Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama lintas sektor terkait dan tim
penggerak PKK Kabupaten/kota memantau kemajuan pelaksanaan
pembinaan PHBS di rumah tangga dan pencapaian Rumah tangga ber-
PHBS di seluruh kecamatan.
F. Melaksanakan penilaian lomba pelaksana terbaik PHBS di rumah tangga
tingkat kabupaten/kota.
G. Memberikan penghargaan terhadap pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga tingkat kabupaten/kota.
H. Memanfaatkan sistem informasi kesehatan nasional (Siknas) untuk
pencatatan dalam pelaporan PHBS.

19
I. Dinas kesehatan kab/kota melalui musyawarah perencanaan
pembangunan mengusulkan: anggaran untuk intervensi masalah PHBS.

 Di kecamatan
A. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di rumah tangga yang
ditindaklanjuti oleh tim penggerak PKK di seluruh desa/kelurahan.
B. Sosialisasi pembinaan PHBS di rumah tangga kepada tim penggerak PKK
Desa/kelurahan.
C. Puskesmas beserta lintas sektor terkait dan tim penggerak PKK Kecamatan
mengadvokasi camat dan lintas sektor terkait untuk memperoleh dukungan
kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di rumah tangga di seluruh
desa/keluruhan.
D. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di rumah
tangga berdasarkan prioritas masalah PHBS yang ada di desa/kelurahan.
E. Melatih TP-PKK Desa/kelurahan dalam melaksanakan pembinaan PHBS
di rumah tangga tentang:
- Cara pengumpulan, pengolahan dan pemetaan data PHBS
- Cara melaksanakan promosi kesehatan melalui penyuluhan
perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan
pengorganisasian masyarakat.
- Cara pencatatan kegiatan pembinaan PHBS di rumah tangga.
F. Puskesmas bersama lintas terkait dan tim penggerak PKK kecamatan
memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di rumah tangga dan
pencapain rumah tangga ber-PHBS di seluruh desa.
G. Puskesmas bersama TP-PKK kecamatan mengirimkan hasil pengumpulan
data PHBS di seluruh desa/kelurahan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
untuk diolah lebih lanjut melalui sistem informasi manajemen PHBS.
H. Melaksanakan penilaian lomba pelakana terbaik PHBS di rumah tangga
tingkat desa/kelurahan.
I. Memberikan penghargaan terhadap pelaksana terbaik PHBS di rumah
tangga tingkat desa/kelurahan.

20
J. Memanfaatkan sistem informasi kesehatan nasional untuk pencatatan dan
pelaporan PHBS.

 Di desa/kelurahan
A. Sosialisasi PHBS di rumah tangga
Melakukan sosialisasi di desa kepada kader PKK dusun dan kelompok
dasawisma, sedangkan di kelurahan kepada kader PKK RW dan kader
PKK RT
B. Pengumpulan data PHBS di rumah tangga
Pembinaan PHBS di rumah tangga diawali dengan kegaiatan pengumpulan
data oleh kader PKK Kel/desa pada saat pertemuan bulanan di kelompok
masing-masing dengan cara:
- Menyiapkan tenaga pengumpul data, disarankan menggunakan
ketua kelompok Dasawisma atau kader PKK desa/kelurahan yang
telah dilatih PHBS di rumah tangga
- Mendata jumlah rumh tangga yang ada di desa/kelurahan
- Menyiapkan formulir/kartu PHBS di rumah tangga sesuai jumlah
rumah tangga yang ada
- Memberi penjelasan singkat bagi para ketua kelompok Dasawisma
atau kader PKK desa/kelurahan yang telah dilatih PHBS di rumah
tangga tentang cara pengumpulan data di rumah tangga
- Ketua kelompok dasawisma atau kader PKK/desa kelurahan yang
telah dilatih PHBS di rumah tangga, mengumpulkan data rumah
tangga ber-PHBS berdasarkan 10 indikator PHBS di masing-
masing rumah tangga yang ada di desa/kelurahan dengan
menggunakan formulir/kartu PHBS di rumah tangga.
C. Pengolahan data dan pemetaan PHBS
Hasil pengumpulan data dari kelompok PKK selanjutnya diolah secara
manual oleh TP-PKK desa/kelurahan.
1. Setiap rumah tangga akan dikelompokkan menjadi Rumah
Tangga ber-PHBS atau Rumah Tangga Tidak ber-PHBS.

21
2. Kelompok rumah tangga ber-PHBS, apabila rumah tangga telah
memenuhi 10 indikator PHBS. Namun, bila dalam rumah tangga
tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita,
maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga
yang memenuhi hanya 7 indikator.
3. Untuk menghitung presentase rumah tangga ber-PHBS di
desa/kelurahan digunakan rumus sebagai berikut:

Gambar 2. Perhitungan persentase rumah tangga ber-PHBS


D. Perencanaan
Perencanaan meliputi penentuan prioritas, tujuan, kegiatan intervensi dan
jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan ini memanfaatkan forum
musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan yang ada.
E. Penggerakan dan Pelaksanaan
Penggerakan dan pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan:
1. Menggerakan anggota keluarga (bapak, ibu, remaja) agar mempunyai
tanggung jawab sosial untuk lingkungannyta, seperti: menjadi kader
posyandu, aktif pada kelompok yang peduli kesehatan.
2. Peningkatan pengetahuan keluarga/masyarakat melalui berbagai kegiatan
3. Mengupayakan dukungan tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa
dan kelompok potensial dalam bentuk komitmen dan sumber daya
F. Pemantauan
Untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, yang diukur atau dievaluasi
adalah PHBS di tatanan rumah tangga. Namun demikian disadari bahwa hasil
akhir ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil antara, yaitu PHBS di berbagai

22
tatanan lain. Oleh sebab itu, kemajuan dalam pembinaan PHBS di tatanan lain
tersebut dan di tatanan rumah tangga harus dipantau. Pemantauan pembinaan
PHBS di tatanan lain dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan
memanfaatkan data dari sistem Informasi PHBS yang terintegrasi dalam sistem
Informasi Kementerian terkait, yaitu:(4)
1. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan institusi pendidikan menggunakan
data dari sistem informasi PHBS tatanan institusi pendidikan yang terintegrasi
dalam Sistem Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Agama
2. Pemantauan pembinaan PHBS di tempat kerja menggunakan data dari sistem
informasi PHBS tatanan tempat kerja yang terintegrasi dalam sistem informasi
kementerian tenaga kerja dan transmigrasi
3. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan tempat umum menggunakan data
dari sistem informasi PHBS tatanan tempat umum yang terintegrasi dalam
sistem informasi kementerian kebudayaan pariwisata dan ekonomi kreatif,
kementerian perhubungan dan kementerian perdagangan
4. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan fasilitas kesehatan menggunakan
data dari sistem informasi PHBS fasilitas kesehatan yang terintgrasi dalam
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
5. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga dilaksanakan dengan
memanfaatkan kegiatan lomba desa dan kelurahan yang berlangsung setiap
tahun dan berjenjang. Pantia lomba desa dan kelurahan diberi tugas tambahan
untuk mengevaluasi pembinaan PHBS di rumah tangga. Di samping itu juga
melalui pencatatan dan pelaporan PHBS dalam SIKNAS dari kementerian
kesehatan dan data profil desa dari kementerian dalam negeri
Selain menggunakan data dari sistem informasi PHBS, pemantauan juga
dapat dilakukan dengan melaksanakan supervisi dan bimbingan secara berkala
dan sewaktu-waktu. Dengan supervisi dan bimbingan, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi di tingkat pelaksanaan dapat segera diatasi.(4)
G. Evaluasi

23
Evaluasi dilakukan terhadap dampak pembinaan PHBS, yaitu yang berupa
perubahan perilaku masyarakat di tatanan rumah tangga. Evaluasi dilakukan
beberapa tahun sekali dengan menyelenggarakan survai secara nasional terhadap
masyarakat. Oleh karena survai secara nasional memerlukan biaya yang cukup
besar, maka evaluasi terhadap keberhasilan pembinaan PHBS diintegrasikan
dengan survai-survai yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan yaitu
Riset Kesehatan Dasar dan oleh Badan Pusat Statistik seperti: Susenas, SDKI dan
lain-lain. Frekuensi evaluasi pembinaan PHBS dengan demikian mengikuti
frekuensi penyelenggaraan survei-survei tersebut.(4)

2.2 Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus(5)


2.2.1 Definisi

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah program pemerintah sebagai


upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang saat ini menjadi
masalah kesehatan Indonesia.

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) ini dilakukan dengan melaksanakan


Gerakan 3M Plus, yaitu dengan menguras, menutup, mendaur ulang dan
menghindari gigitan nyamuk. Gerakan 3M Plus ini sangat efektif dibanding
dengan metode pencegahan DBD yang lain karena Gerakan 3M Plus
menghilangkan sarang tempat nyamuk Aedes aegypti bertelur sehingga tidak
memberikan kesempatan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor demam berdarah
untuk melanjutkan siklus kehidupan dari mulai telur, jentik, pupa dan nyamuk
dewasa atau tidak memberikan kesempatan untuk berkembang biak. Gerakan 3M
Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk menurunkan insidensi DBD.(6,7)

Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.M(K) menyatakan bahwa
pengasapan (fogging) bukan strategi yang utama dalam mencegah demam
berdarah dengue (DBD). Fogging tidak dilakukan secara rutin, hanya dilakukan
saat terjadi kasus di suatu wilayah, sehingga daerah di sekitarnya melakukan
fogging untuk memberantas nyamuk sebagai vektor penyakit DBD.

24
Pencegahannya itu bukan melalui fogging, tetapi bagaimana kita menjaga
kebersihan dan menghilangkan jentik nyamuk.

2.2.2 Landasan Hukum 3M plus

Berdasarkan peraturan daerah provinsi daerah khusus Ibukota Jakarta


Nomor 6 tahun 2007 tentang pengendalian penyakit DBD, yaitu ;(8)

1. Pasal 3 :

Pencegahan penyakit DBD merupakan tanggungjawab Pemerintah


Daerah dan Masyarakat yang dapat dilakukan melalui upaya :

a. PSN 3M Plus;

b. PJB;

c. surveilans;

d. sosialisasi.

2. Pasal 4 :

1) PSN 3M Plus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a,


dilakukan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus melalui kegiatan 3M Plus.

2) Pemutusan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes


albopictus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan
oleh orang perorang, pengelola, penanggung jawab atau pimpinan
pada semua Tatanan Masyarakat.

3) Kegiatan pemutusan siklus hidup nyamuk sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan dengan membasmi jentik nyamuk di semua
tempat penampungan/genangan air yang memungkinkan menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk.

25
4) Kegiatan PSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3)

dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sekali.

3. Pasal 5 :

1) PJB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b wajib dilakukan


oleh Petugas Kesehatan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

2) Selain Petugas Kesehatan, pemeriksaan dan pemantauan jentik


juga wajib dilaksanakan secara rutin oleh Jumantik.

3) Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu sekali, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat


menjadi tempat perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus pada Tatanan Masyarakat dan
mencatat di kartu jentik;

b. memberikan penyuluhan dan memotivasi Masyarakat;

c. melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada


Lurah.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan dan pemantauan


jentik nyamuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Gubemur.

4. Pasal 9 :

Penanggulangan penyakit DBD merupakan tanggung jawab


bersama Pemerintah Daerah dan Masyarakat, yang dapat dilakukan
melalui upaya sebagai berikut:

26
a. Penyelidikan Epidemiologi;

b. Penanggulangan Fokus;

c. Fogging Massal; dan

d. Tatalaksana penanganan kasus.

5. Pasal 10 :

1) Penyelidikan Epidemiologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


huruf a merupakan kegiatan pelacakan kasus penderita DBD yang
dilaksanakan oleh Puskesmas setelah menemukan kasus, mendapat
laporan dari Masyarakat dan Rumah Sakit.

2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk


tindakan penanggulangan selanjutnya dalam bentuk pemberantasan
nyamuk dewasa.

6. Pasal 11 :

1) Penanggulangan Fokus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


huruf b merupakan kegiatan pemberantasan nyamuk DBD dengan
cara pengasapan atau fogging.

2) Pengasapan atau fogging sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan 2 (dua) putaran dengan interval waktu 1 (satu)
minggu dalam radius 100 (seratus) meter.

7. Pasal 12 :

1) Pengasapan atau fogging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


wajib dilaksanakan oleh Puskesmas pada setiap Penyelidikan
Epidemiologi positif paling lama 3 X 24 jam ( tiga kali dua puluh
empat jam ).

27
2) Selain Puskesmas, pengasapan atau fogging dapat dilakukan oleh
Masyarakat

dengan tenaga terlatih dibawah pengawasan Puskesmas.

3) Masyarakat wajib membantu kelancaran pelaksanaan pengasapan


dirumah dan

lingkungan masing-masing.

8. Pasal 13 :

1) Fogging massal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c


merupakan kegiatan pengasapan fokus secara serentak dan
menyeluruh pada saat KLB.

2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan


oleh Puskesmas dibawah koordinasi Unit Kerja Perangkat Daerah
yang bertanggung jawab dibidang kesehatan sebanyak 2 (dua)
putaran dengan interval waktu 1 (satu) minggu.

3) Selain Unit Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab


dibidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pengasapan atau fogging massal dapat dilakukan oleh Masyarakat
dengan tenaga terlatih dibawah pengawasan Puskesmas.

4) Masyarakat wajib membantu kelancaran pelaksanaan Fogging


missal di rumah dan lingkungan masing-masing.

9. Pasal 14 :

1) Tatalaksana penanggulangan kasus sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 huruf d merupakan upaya pelayanan dan perawatan
penderita DBD baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.

2) Pelayanan dan perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat berupa rawat jalan dan rawat inap.

28
10. Pasal 15 :

Setiap Puskesmas dan Rumah Sakit diwajibkan memberi pelayanan


kepada penderita

DBD sesuai prosedur yang ditetapkan.

11. Pasal 16 :

Ketentuan lebih lanjut mengenai Penanggulangan Penyakit DBD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 14 diatur
dengan Peraturan Gubernur.

2.2.3Tujuan

2.2.3.1 Tujuan umum

Meningkatnya rumah tangga ber-3M Plus di kabupaten/kota di


seluruh Indonesia.

2.2.3.2 Tujuan Khusus

a. Memberdayakan keluarga untuk tahu, mau


dan mampu melaksanakan 3M Plus dan
berperan aktif dalam gerakan kesehatan
di masyarakat
b. Meningkatkan dukungan dan peran aktif
Tim Penggerak PKK secara berjenjang
dalam pembinaan 3M Plus di rumah
tangga.
c. Meningkatkan kebijakan yang mendukung
pelaksanaan pembinaan 3M Plus di
rumah tangga
d. Meningkatkan mutu penilaian pelaksana
terbaik PHBS di rumah tangga tingkat

29
desa
e. Memberikan penghargaan kepada
pelaksana terbaik 3M Plus di rumah
tangga tingkat desa.
2.2.4 Sasaran

a. Sasaran Pembinaan

Sasaran pembinaan 3M Plus di rumah


tangga adalah seluruh anggota rumah tangga, yaitu :
 Pasangan usia subur

 Ibu hamil dan ibu menyusui

 Anak, remaja dan dewasa

 Usia lanjut

 Pengasuh anak

b. Sasaran Penilaian
Sasaran penilaian 3M Plus di rumah tangga adalah seluruh desa/kelurahan
yang telah melaksanakan kegiatan pembinaan 3M plus di rumah tangga minimal
satu tahun.

2.2.5 Manfaat

Dengan melaksanakan 3M Plus di rumah tangga akan diperoleh beberapa


manfaat secara langsung maupun tidak langsung sebagai berikut(1):

a) Bagi rumah tangga

- Setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya


dan tidak mudah sakit
- Pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik

30
- Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat

- Pengeluaran biaya rumah tangga yang semula


untuk biaya lain yang tidak bermanfaat bagi
kesehatan, dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi
keluarga, biaya pendidikan, dan modal usaha
untuk peningkatan pendapatan keluarga
- Mengurangi atau meniadakan biaya pengobatan
dalam keluarga.
b) Bagi masyarakat

- Masyarakat mampu mengupayakan terciptanya


lingkungan yang tertata rapi dan sehat
- Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi
masalah- masalah kesehatan yang dihadapinya
- Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada untuk penyembuhan penyakit dan
peningkatan kesehatannya
- Masyarakat mampu mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
untuk pencapaian 3M Plus di rumah tangga, seperti
penyelenggaraan PSN, gerebek PSN, pemeberian
bubuk ABATE, menguras penampungan air,
memakai obat anti nyamuk .
c) Bagi tim penggerak PKK

- Mempercepat tercapainya cakupan program-


program kesehatan
- Meningkatkan kemampuan dan kinerja Tim
Penggerak PKK dalam memberdayakan keluarga
untuk mewujudkan rumah tangga ber-3M Plus
d) Bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota -
Peningkatan presentasi rumah tangga ber-3M Plus

31
menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota yang baik
- Biaya yang tadinya dialokasikan untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehatan dapat
dialihkan untuk pengembangan lingkungan yang
tertata rapi dan sehat serta penyediaan sarana
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
- Provinsi dan kabupaten/kota dapat dijadikan pusat
pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan
3M Plus di rumah tangga.

2.2.6 Program 3M Plus(5,6)

Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus meliputi :


a. Menguras tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum
dan sebagainya sekurang-kurangnya seminggu sekali. Hal ini karena
dengan pertimbangan nyamuk harus dibunuh sebelummenjadi nyamuk
dewasa, karena periode pertumbuhan telur, jentik,dan kepompong selama
8-12 hari, sehingga sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati
sebelum menjadi nyamuk dewasa.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong
air/tempayandan lain sebagainya. Namun apabila tetap ditemukan jentik,
maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali kemudian ditutup rapat.
c. Menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti botol plastik, kaleng, ban bekas,dll. Banyak
barang-barang bekas yang dapat digunakan kembali dan bernilai
ekonomis, dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media
penampungan air menjadi produk atau barang-barang yang telah
diperbaharui bernilai ekonomis.

32
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (plus) yaitu:

a. Mengganti air vas bunga, minuman burung,dan tempat lainnya seminggu


sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon,dan lain-lain
dengan tanah.
d. Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
e. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong,dan lain
sebagainya.
f. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. Beberapa ikan pemakan jentik
yaitu ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang, ikan mujair, dan ikan nila.
g. Memasang kawat kasa. Memasang kawat nyamuk (kasa) pada pintu,
lubang jendela, dan ventilasi di rumah serta menggunakan kelambu juga
merupakan upaya pencegahan gigitan nyamuk demam berdarah.
h. Tidakmenggantung pakaian di dalam rumah. Nyamuk Aedes aegepty
menggigit pada siang hari di tempat yang agak gelap. Pada malam hari,
nyamuk ini bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung di dalam
kamar yang gelap dan lembab.
i. Tidur menggunakan kelambu
j. Mengatur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
k. Menggunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk. Obat
nyamuk semprot, bakar, elektrik serta obat oles anti nyamuk (repellent)
masuk dalam kategori perlindungan diri. Produk insektisida rumah tangga
seperti obat nyamuk semprot/aerosol, bakar dan elektrik, saat ini banyak
digunakan sebagai alat pelindung diri terhadap gigitan nyamuk.
l. Melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya
temephosdi tempat-tempat yang sulit dikuras atau didaerah yang sulit air.

33
2.3 Demam berdarah(9)
2.3.1.Pengertian
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang
terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS).
2.3.2 Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih
dan tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian
untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa
yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir.

2.3.3 Manifestasi Klinis

Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik
yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.

a. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari

b. Manifestasi perdarahan

1) Uji tourniquet positif

2) Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis, perdarahan


gusi, hematemesis, melena.

34
c. Hepatomegali

d. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau nadi
tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah.

2.3.4 Klarifikasi :

a. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.

b. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau


perdarahan lain.

c. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai


hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai
ekstremitas dingin, dan anak gelisah.

d. Derajat IV : demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai


hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan
tekanan darah tak terukur).

2.3.5 Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan


viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan
pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan
dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus Pada pasien dengan trombositopenia terdapat
adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut.
Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan

35
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masavirus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita


menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh,
ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena . Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang
tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah
pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.

36
2.3.6 Komplikasi

 Dehidrasi
 Pendarahan
 Jumlah platelet yang rendah
 Hipotensi
 Bradikardi
 Kerusakan hati
 g.esnepalopati dengue
 kelainan ginjal
 oedem paru
2.3.7 pemeriksaan

 Pemeriksaan diagnostic
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan :

a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
50%; wanita 35-47%.
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,
kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu
saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringanjaringan
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang
meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

37
2.3.8 Tatalaksana

Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas


nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan
sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.

a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit


karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri
epigastrium, dan perputaran bola mata. Perawat: istirahat baring, makanan lunak
(bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari),
diberi kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan
perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik
dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder

b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara,
bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai
dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan
memburuk segera lapor dokter.

c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun,


penderita mengalami pre shock/ shock. Perawatan: mengatur posisi tidur
penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan kepala extensi, membuka jalan
nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan
dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal

38
pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin
dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian kebersihan kulit
juga pakaian bersih dan kering.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a. Menggunakan insektisida Yang lazim digunakan dalam program


pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh
nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara
penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara
penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan
ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

b. Tanpa insektisida Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat
penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7
– 10 hari); Menutup tempat penampungan air rapat-rapat; Membersihkan halaman
rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan
nyamuk bersarang.

39
BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS KELURAHAN
MENTENG DALAM

3.1 Data Umum Puskesmas


3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas
Sesuai keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1251 tahun 1986
Kelurahan Menteng Dalam adalah salah satu bagian wilayah Kecamatan
Tebet yang mempunyai luas 210,60 Ha. Dari jumlah keseluruhan wilayah
seluas 210,60 Ha, sebagian besar merupakan pemukiman penduduk dengan
70% digunakan untuk perumahan dan pekarangan, 20% untuk perkantoran,
2% untuk tanah wakaf dan makam, serta 8% untuk lain-lain. Adapun batas-
batas wilayah Kelurahan Menteng Dalam adalah:
1. Sebelah Utara : Kelurahan Menteng Atas
2. Sebelah Timur : Jl. Saharjo / Jl. Soepomo, SH
3. Sebelah Selatan : Jl. Jenderal Gatot Subroto
4. Sebelah Barat : Kelurahan Kuningan Timur

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Tebet.

40
Wilayah Kelurahan Menteng Dalam 60% adalah wilayah yang padat
penduduk dari lingkungan pemukiman yang belum teratur dan terencana
dengan baik. Di wilayah Kelurahan Menteng Dalam ditemukan satu Rukun
Warga (RW), sebagi daerah Gerdu Taskin (Gerakan Terpadu Pengentasan
Kemiskinan) yaitu RW 013. Tidak ada daerah rawan banjir.
Jumlah Penduduk di Kelurahan Menteng Dalam sampai dengan Bulan
Desember 2018 adalah 43.310 Jiwa terdiri dari 217.867 laki-laki dan 21.443
perempuan dan 8.029 Kepala Keluarga (KK).

3.1.2 Data Demografi


a. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk di Kelurahan Menteng Dalam sampai dengan Bulan
Desember 2018 adalah 43.310 Jiwa terdiri dari 217.867 laki-laki dan 21.443
perempuan.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin
WNI WNA
NO. UMUR JUMLAH
LK PR JML LK PR JML
1. 00-04 1.329 2.180 3.509 - - - 3.509

2. 04-09 2.111 2.841 4.952 - - - 4.952

3. 10-14 2.365 2.047 4.412 - - - 4.412

4. 15-19 2.042 2.080 4.122 - - - 4.122

5. 20-24 2.063 1.847 3.910 - - - 3.910

6. 25-29 1.760 1.635 3.395 - - - 3.395

7. 30-34 1.842 1.382 3.224 - - - 3.224

8. 35-39 1.525 1.856 3.381 5 6 11 3.392

9. 40-44 1.421 1.200 2.621 - - - 2.621

41
10 45-49 1.286 1.029 2.315 19 - 19 2.334

11 50-54 1.038 875 1.913 - - - 1.913

12 55-59 850 710 1.560 - - - 1.560

13 60-64 679 554 1.233 - - - 1.233

14 65-69 594 480 1.074 - - - 1.074

15 70-74 511 401 912 - - - 912

16 > 75 427 320 747 - - - 747

JUMLAH 21.843 21.437 43.280 24 6 30 43.310

Berdasarkan tabel 1. didapatkan jumlah kelompok umur terbanyak pada


umur 4-9 tahun sebanyak 4.952 jiwa, sedangkan untuk jumlah kelompok
umur terkecil pada umur lebih sama dengan 75 tahun sebanyak 747.
Dari data tabel diatas, didapatkan dependency ratio sebesar 56,33% dan
sex ratio sebesar 101,94%.

Tabel 2. Perincian Menurut Jumlah Kepala Keluarga dan Kepadatan


Penduduk
No Rw Jmlh KK Penduduk

1 01 335 5.221

2 02 448 5.101

3 03 735 4.086

4 04 635 2.843

5 05 653 1.967

6 08 433 1.984

7 09 702 3.242

8 010 918 4.238

42
9 011 448 4.365

10 012 947 2.264

11 013 1.005 4.645

12 015 770 3.324

Jumlah 8.029 43.280

Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Tingkat Pendidikan


NO. URAIAN JUMLAH
1. Tidak tamat SD 653
2. Tamat SD 1.484
3. Tamat SLTP 1.801
4. Tamat SLTA 2.898
5. Akademi Perguruan Tinggi 1.193
JUMLAH 8.029

Tabel 4. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian


NO. URAIAN JUMLAH
1. Pegawai Negri Sipil 1.168
2. Swasta 2.569
3. TNI 534
4. Pedagang 4.207
5. Pensiunan 1.734
6. Pertukangan 453
7. Lain-lain 297
JUMLAH 10.962

43
b. Fasilitas kesehatan
Tabel 5. Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Menteng Dalam.
NO. JENIS FASILITAS JUMLAH
1. Puskesmas Kelurahan 1
2. Balai Pengobatan 1
3. Apotik 2
4. Bidan Swasta 2
5. Praktek Dokter Umum 9
6. Praktek Dokter Gigi 6
7. Praktek Dokter Spesialis 2
8. Klinik Bersama / 24 Jam -
9. Posyandu 21
10 Laboratorium -
11. Optik 1
12. Toko Obat 3

Berdasarkan tabel diatas, jumlah fasilitas kesehatan yang berada di


Kelurahan Menteng Dalan meliputi 1 puskesmas kelurahan, 1 balai
pengobatan, 2 apotik, 2 bidan swasta, 9 praktek dokter umum, 6 praktek
dokter gigi, 2 praktek dokter spesialis, 21 posyandu, 1 optik, dan 3 toko
obat.

3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas


3.1.3.1 Sejarah Puskesmas Menteng Dalam
Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam dibangun pada tahun 1976.
Diresmikan oleh Dr. Suyani Kamarwan. Yang beralamat di J1. Rasamala I Rt 003
Rw 002 Menteng Dalam. Pada tahun 2006 Puskesmas direnovasi dan Kepala
Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam adalah dr. Linda Tobing.

44
3.1.3.2 Visi dan Misi Puskesmas
VISI PUSKESMAS
Menjadi Puskesmas unggulan menuju jakarta sehat untuk semua.
MISI PUSKESMAS
• Memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal sesuai
standar mutu.
• Meningkatkan kualitas SDM dan sarana prasarana pendukung.
• Menjamin kesehatan dan kesejahteraan seluruh karyawan.
• Menyelenggarakan pelayanan berbasis teknologi informasi.
• Membangun masyarakat mandiri, berbudaya dan peduli kesehatan melalui
kerjasama lintas sektoral.

3.1.3.3 Manajemen Puskesmas


a. Penyusunan perencanaan anggaran,
Meliputi upaya kesehatan wajib, pengembangan dan penunjang, yang meliputi:
 Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin,
sarana/prasarana, operasional dan program hasil analisis masalah).
 Kebutuhan sumber daya berdasarkan keteserdiaan sumber daya yang ada
pada tahun sekarang.
 Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan.
b. Penyusunan rencana kerja,
 Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
 Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui.
 Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
 Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan
rencana kerja.
c. Komunikasi internal,
Upaya kegiatan pertemuan intern Puskesmas Kel. Menteng Dalam, dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara :

45
- Membandingkan rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya.
Membandingkan cakupan kehiatan dari daerah binaan dengan targetnya. Serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnva.
d. Pembinaan pegawai
Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur pemerintah Puskesmas
kelurahan Menteng Dalam yang dilakukan Diktat Provinsi DKI Jakarta maupun
unsur pelatihan terkait lainnya. Pemantauan pelaksanaan program/kegiatan, Pada
Program Kerja Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam yang Clisesuaikan dengan
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 169 Tahun 2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta.
f. Pengendalian program/kegiatan
Kegiatan pelaksanaan program kerja Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam
dilakukan dengan skala prioritas pada warga masyarakat yang dirasakan harus
didahulukan dengan dilakukan penyaringan dan verifikasi, sehingga program
pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan efektif
g. Evaluasi kinerja pegawai/organisasi.
Melakukan penilaian terhadap seluruh pegawai yang ada di Puskesmas Kel.
Menteng Dalam setiap bulannya dan melaporkan hasil kinerjanya ke Puskesmas
kecamatan Tebet.

3.1.3.4 Fasilitas Puskesmas


Puskesmas Kel. Menteng Dalam Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam I
memiliki fasilitas gedung terdiri dari
❖ Luas Bangunan 363 m 2 ( dibangun tahun 1976 )
❖ Daya listrik 16.500 watt
❖ Air dari pompa listrik Sanyo dan PAM
❖ Bangunanan terdiri dari :

Lantai I :
- 1 ruang Loket

46
- 1 ruang Ka.Puskesmas kel./ruang periksa gigi
- 1 ruang tamu
- 1 ruang tunggu
- 1 ruang periksa umum
- 1 ruang Obat
- 1 ruang KB / KIA
- 2 buah Km.Mandi
- 1 ruang dapur
- 1 ruang Gudang Obat
- l ruang Gudang Barang

3.1.3.5 Ketenagaan Puskesmas

Tabel 6. Ketenagaan Puskesmas


NO KUALIFIKASI/JENIS PNS Non PNS JUMLAH
TENAGA
1 Dokter Umum - 1 1
2 Dokter Gigi 1 - 1
3 Bidan - 2 2
4 Perawat 1 1 2
5 Asisten Apoteker - 1 1
6 Pelaksana Gizi - 1 1
7 Administrasi - 2 2
8 Kesehatan Lingkungan - 1 1
Jumlah 2 9 11

47
3.1.3.6 Fasilitas Penunjang

Tabel 7. Fasilitas Penunjang


No. Nama Barang Jumlah Barang Lokasi

1. Sepeda Motor 2 Pkl Menteng Dalam

2. Telepon 6 Pkl Menteng Dalam

3. Faximile 1 Pkl Menteng Dalam

4. Komputer 3 Pkl Menteng Dalam

5. Laptop 1 Pkl Menteng Dalam

6. Printer 2 Pkl Menteng Dalam

Jumlah 15

3.1.4 Program Puskesmas

No. Program Kegiatan Prioritas Rincian Kegiatan Angg.


2015

III. 1 Yankes a. Pelayanan Poli a. 1. Pelayanan Umum


Umum
a. 2. Pelayanan Gigi

a. 3. Pelayanan Kia

a. 4. Pelayanan KB

III. 2 Kesmas a. Pencegahan dan a. 1. Pengembangan


pemberantasan Program Imunisasi
penyakit menular (PPI)

a. 2. Pemberantasan
Penyakit Menular

a. 3. Penyakit
Bersumber Binatang
(P2B2)

b. Penyehatan b.1. Pembing. depo air


lingkungan &

48
kesehatan kerja isi ulang

b.2. Kesling Usaha dan


Kes. Kerja

c. Peningkatan Gizi c. 1. SKDN

c. 2. Status gizi

c. 3. Vit a

d. Perawatan d. 1. Kegiatan
Kesehatan Puskesmas
Masyarakat
d. 2. Follow up Kasus

e.Penyuluhan e. 1. Penyuluhan
Keseehatan didalam dan luar
gedung

f. Uks f. 1. Pembinaan
Sekolah

f. 2. Skrining Sekolah

f. 3. Imunisasi pada
anak sekolah

f.4 Dokter Kecil

g. Lansia g. 1. Lansia yang


dibina

g. 2. Kegiatan Lansia

g. 3. Penyakit Pada
Lansia.

h. Kesehatan Jiwa h. 1. Jenis Penyakit


Jiwa

i. Kesehatan Mata i. 1. Jenis Penyakit


Mata.

III. 3 Siaga Kes a. Peningkatan Siaga a. 1.Posko Kebakaran


Kesehatan

49
III. 4 Perbaikan a. Penyelenggaraan a. 1. Verifikasi data
kebijakan & BPJS kesehatan BPJS
manajemen
a. 2. Pelayanan BPJS

b. penerapan, b. 1. AMI
pemeliharaan SMM
b. 2. Tinjauan
Manajemen

b. 3. Adult Surveilans

c. 1. Pemeliharaan
Jaringan Net
c.Pemeliharaan
sarana & prasarana c. 2. Kalibrasi alat

3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan


A. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya
tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas di Indonesia.
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita, serta anak pra sekolah. Pada
tahun 2018, terdapat program yang cakupan kegiatannya masih belum
mencapai target. Program tersebut meliputi KB aktif/CPR (68,8%), Ibu hamil
dengan komplikasi yang ditangani (74%), SDIDTK (80%), kunjungan nifas

50
(80,2%), kunjungan neonatus (81,5%), dan kunjungan balita (89,9%). dan
kunjungan bumil K4 (96,4%).Sedangkan program yang cakupan kegiatannya
sudah mencapai target adalah kunjungan MTBS (100%), kunjungan bayi
(103,5%), kunjungan bumil K1 (108,5%), pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan (119,8%), KN 1 (119,8%).

Tabel 8. Hasil Kegiatan Pelayanan KIA di Puskesmas Kelurahan Menteng


Dalam Periode Tahun 2018

Pencapaian
Indikator Target (%) Penilaian
(%)

Kunjungan bumil K1 100 108.5 Tercapai

Tidak
Kunjungan bumil K4 100 96.4
Tercapai

Ibu hamil dengan


Tidak
komplikasi yang 100 74
Tercapai
ditangani

Pertolongan persalinan
100 119.8 Tercapai
oleh tenaga kesehatan

Tidak
Kunjungan nifas 100 80.2
Tercapai

Tidak
CPR (KB aktif) 100 68.8
Tercapai

KN1 100 119.8 Tercapai

Tidak
KN 100 81.5
Tercapai

Kunjungan Bayi 100 103.5 Tercapai

Tidak
Kunjungan Balita 100 89.9
Tercapai

Kunjungan Balita
100 100 Tercapai
MTBS

51
Tidak
SDIDTK 100 80
Tercapai

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Periode


Tahun 2018

Tabel 6 menunjukkan pada tahun 2018 terdapat 12 indikator yang


dinilai pada kegiatan KIA dan dari indikator-indikator yang masih berada
dibawah dari target adalah KB aktif/CPR , Ibu hamil dengan komplikasi yang
ditangani, SDIDTK, kunjungan nifas, kunjungan neonatus, dan kunjungan
balita, dan kunjungan bumil K4.

Tabel 9. Hasil Kegiatan Imunisasi di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam


Periode Tahun 2018

Target
Indikator Pencapaian (%) Penilaian
(%)

BCG 100 96,6 Tidak Tercapai

DPT/HB-Hib (1) 100 101,9 Tercapai

DPT/HB-Hib (3) 100 101,57 Tercapai

Polio(4) 100 102.2 Tercapai

Campak 100 97.7 Tidak Tercapai

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam periode Tahun


2018
Tabel 7 di atas menunjukkan 8 indikator kegiatan P2P Imunisasi. Dari
8 nilai pencapaian indikator, terdapat pencapain keseluruhan mencapai target
dan ada beberapa program yang masih belum mencapai target yang
diharapkan.

52
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan program ini adalah meningkatkan gizi seluruh anggota
masyarakat terutama pada sasaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
Kegiatan yang dilakukan antara lain pembinaan dan pelayanan gizi dengan
jalan melakukan monitoring status gizi masyarakat pada kegiatan Puskesmas
dan di Posyandu, yang meliputi penimbangan balita, pemberian tablet vitamin
A dosis tinggi pada anak balita di Posyandu dan murid taman kanak-kanak,
pemberian tablet Besi pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan, dan
memberikan penyuluhan.

 Pelayanan gizi, indikatornya adalah:


1. Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe sebesar 136.77%
2. Balita usia 0 – 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif sebesar
203.5%

Tabel 10. Hasil Kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas Kelurahan Menteng


Dalam Periode Tahun 2018

Pencapaian
Indikator Target (%)
(%)

Balita usia 0-6 bulan


mendapat air susu ibu 100 38
(ASI) Eksklusif

Ibu Hamil yang


mendapat tablet tambah
darah (TTD) minimal 100 90
90 tablet selama
kehamilan

Ibu nifas mendapat


100 88
kapsul vit A

53
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya
atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana
dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan.

 Monitoring TP2M
 Monitoring TTU
 Monitoring Air Bersih
 Penyehatan Lingkungan Pemukiman
 Monitoring TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara
 Monitoring KepadatanVektor
 PSN DBD
a. Pencatatan jumlah kasus
b. Penyelidikan Epidemiologi
c. Tindakan pencegahan

Tabel 11. Data PSN DBD


INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN
Rumah bebas jentik 100% 45,2

d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)


Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian
serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit serta mengkonsolir
penyakit yang telah dapat dikendalikan.

Tabel 12. Data Penderita TB di Kelurahan Menteng Dalam tahun 2018

Indikator Target (%) Pencapaian (%)

Angka kesembuhan TB 100 28


Case Detection Rate 100 20

54
e. Promosi Kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya di bidang kesehatan
yang menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat
melalui upaya-upaya pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat
melalui media penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Tabel 13. Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Kelurahan


Menteng Dalam periode Per Tahun 2018

Frekuensi Pengunjung
Pengunjung
Program Dalam
Luar Gedung
Gedung

Kesehatan Ibu dan Anak 36 240 325

Keluarga Berencana 28 220 315

Gizi 47 374 257

Imunisasi 25 139 137

Diare 6 100 142

Demam Berdarah Dengue 22 353 149

AIDS - - -

Hepatitis 4 30 140

ISPA - - -

Rokok, Narkoba/ obat berbahaya - - -

Keganasan, kanker - - -

Penyakit Degeneratif - - -

Air dan kesehatan lingkungan 10 55 155

TBC 4 54 245

55
Kesehatan Gigi dan Mulut 2 29 400

Kesehatan Mata - - -

Kesehatan Kerja - - -

Kesehatan Jiwa 4 80 185

Cacingan - - -

Lain-lain 3 54 210

f. Upaya Pengobatan Dasar


Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan
gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi
yang khusus untuk keperluan tersebut. Tujuan dari upaya pengobatan dapat
dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Tujuan umum, yaitu meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat
b. Tujuan khusus, yang terdiri dari 4 komponen yaitu:
 Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
 Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
 Mencegah dan mengurangi kecacatan.
 Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik
Pelayanan pengobatan di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam terdiri
daripelayanan rawat jalan di poliklinik umum dan poliklinik gigi. Pelayanan
pengobatan dibuka setiap hari Senin-Jumat pukul 07.30-16.00 WIB dan dikelola oleh
1 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi.

56
Tabel 14. Jumlah kunjungan pelayanan pengobatan di Puskesmas
Kelurahan Menteng Dalam periode Tahun 2018

Poli Jumlah Pasien

Umum 20.532

Gigi dan Mulut 1.799

TOTAL 25.565

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Periode Tahun


2018

B. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada.

a. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)


Menurut Depkes RI, UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang
dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya
sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat
yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal. Tujuan
diselenggarakannya program UKS, secara umum untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan
lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang
mencakup:

1. Penurunan angka kesakitan anak sekolah


2. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)

57
3. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta
berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak
sekolah
5. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh
buruk narkotika, rokok, alcohol dan obat-obatan berbahaya
lainnya
Program Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam pada kegiatan UKS
mencangkup pembinaan sekolah, skrining sekolah, imunisasi pada anak
sekolah, pembinaan dokter kecil.

b. Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut


Kesehatan gigi dan mulut merupakan indikator yang menjadi tolok ukur
keberhasilan. Indikator status gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan
manusia seutuhnya, mengacu pada Oral Health Global Goal2010 dari WHO:

Tabel 15. Tindakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Kelurahan Menteng
Dalam periode Tahun 2018
No. Keterangan Jumlah

1. Cabut Gigi Tetap 28

2. Cabut Gigi Susu 168

3. CTP 66

4. Scalling 237

5. Atraumatic Restorative Treatment 167

6. Tambal Sementara 1.155

7. Perawatan Saraf 1.157

58
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam periode Tahun 2018

c. UpayaKesehatanUsiaLanjut
Upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam
berupa penyuluhan kesehatan rutin, pemeriksaan tekanan darah, senam,
pembinaan mental, keterampilan, dan rekreasi.
Tabel 16. Jumlah Peserta Upaya Kesehatan Lansia Kelurahan Menteng
Dalam periode Tahun 2018
Laporan Kegiatan Jumlah

Lansia Usia 45-59 84

Lansia Usia 60-69 176

Lansia Usia > 70 72

Total 332

Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Menteng Dalam periode Tahun 2018

d. Upaya Kesehatan Jiwa


Upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam adalah
kunjungan pada pasien jiwa.
Tabel 17. Jumlah Kunjungan Jiwa Per Golongan Penyakit Jiwa di
Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Periode Tahun 2018
Jumlah
No Nama Penyakit
Kunjungan

1 Gangguan Jiwa 67

2 Epilepsi 1

Jumlah 68

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam periode Tahun


2018

59
3.1.6 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Menteng
Dalam

Tabel 18. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan


Menteng Dalam Tahun 2018

No Nama Obat Jumlah

1 Common Cold 3.122

2 Gastritis Dan Duodenitis 1.863

3 Penyakit Sistem Otot Jaringan Pengikat 1.846

4 Hipertensi 1.725

5 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1.492

6 Diare 664

7 Tonsilofaringitis akut 616

8 Diabetes Mellitus 252

9 Penyakit Kulit Alergi 164

10 Penyakit Kulit Infeksi 129

3.2. Data Khusus Program Kelurahan Siaga


3.2.1 Kriteria
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan
Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan
memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Kepedulian Pemerintah Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap
Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
Forum Kelurahan.
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.

60
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
buka atau memberi pelayanan setiap hari.
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) surveilens berbasis
masyarakat, (b) penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c)
penyehatan lingkungan.
5. Tercakupnya pendanaan untuk pengembangan Kelurahan Siaga Aktif
dalam Anggaran Pembangunan Kelurahan serta dari masyarakat dan
dunia usaha.
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam
kegiatan kesehatan di Kelurahan Siaga Aktif.
7. Peraturan tingkat kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga di
kelurahan

3.2.2 Pentahapan
Atas dasar kriteria Kelurahan Siaga Aktf yang telah ditetapkan, maka
perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Kelurahan Siaga Aktif,
sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori Kelurahan Siaga
Aktif sebagai berikut;
A. Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu kelurahan yang;
1. Sudah memiliki forum masyarakat kelurahan, tetapi belum berjalan.
2. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.
5. Sudah ada dana untuk pengembangan Kelurahan Siaga Aktif dalam
anggaran pembangunan kelurahan tetapi belum ada sumber dana
lainnya.

61
6. Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif
organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Belum memiliki peraturan di tingkat kelurahan yang melandasi dan
mengatur pengembangan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Kurang dari 20 persen rumah tangga di kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
B. Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu kelurahan yang;
1. Sudah memiliki Forum Masyarakat Kelurahan yang berjalan, tetapi
belum secara rutin setiap triwulan.
2. Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan
Kelurahan Siaga Aktif antara 3-5 orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.
5. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif dalam anggaran pembangunan kelurahan serta satu sumber
dana lainnya baik dari masyarakat ataupun dunia usaha.
6. Sudah pada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas
dalamm kegiatan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Sudah memiliki peraturan di tingkat kelurahan yang melandasi dan
mengatur pengembangan Kelurahan Siaga Aktif, tetapi belum
direalisasikan.
8. Minimal 20 persen rumah tangga di Kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
C. Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu kelurahan yang;
1. Sudah memiliki Forum Masyarakat Kelurahan yang berjalan secara
rutin, setiap triwulan.
2. Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan
Kelurahan Siaga Aktif antara 6-8 orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

62
4. Sudah memiliki Posyandu dan 3 UKBM lainnya yang aktif.
5. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif dalam anggaran pembangunan kelurahan serta mendapat
dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.
6. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas
dalam kegiatan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Sudah memilki peraturan formal (tertulis) di tingkat Kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Minimal 40 persen rumah tangga di Kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
D. Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, kelurahan yang;
1. Sudah memiliki forum masyarakat kelurahan yang berjalan rutin
setiap bulan.
2. Sudah memilki kader pemberdayaan pemberdayaan
masyarakat/kader kesehatan Kelurahan Siaga Aktif lebih dari 9
orang.
3. Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
4. Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari UKBM lainnya yang aktif
dan berjejaring.
5. Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif dalam anggaran pembangunan kelurahan serta mendapat
dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.
6. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari lebih dari dua
ormas dalam kegiatan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Sudah memilki peraturan formal (tertulis) di tingkat Kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Kelurahan Siaga Aktif.
8. Minimal 70 persen rumah tangga di Kelurahan mendapat pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Kelurahan Siaga
Aktif tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

63
Tabel 19. Pentahapan Kelurahan Siaga Aktif.
Kriteria Pertahapan Desa/Kelurahan Siaga Aktif

Pratama Madya Purnama Mandiri


Forum desa/ Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan setiap Berjalan setiap
kelurahan belum berjalan belum rutin triwulan bulan
setiap triwulan
KPM/Kader Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
Kesehatan minimal 2 orang orang orang orang atau lebih
Kemudahan Ya Ya Ya Ya
akses pelayanan
kesehatan dasar
Posyandu & Posyandu ya, Posyandu & 2 Posyandu & 3 Posyandu & 4
UKBM lain aktif UKBM lain UKBM lain aktif UKBM lain aktif UKBM lain aktif
tidak aktif
Dukungan dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana
untuk kegiatan dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah
kesegatan di Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
Desa&kelurahan Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta
- Pemerintah belum ada satu sumber dua sumber dana dua sumber dana
desa & sumber dana dana lainnya lainnya lainnya
kelurahan lainnya
- Masyarakat
- Dana usaha
Peran serta Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
masyarakat dan masyarakan dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
organisasi tidak ada peran peran aktif satu peran aktif dua peran aktif lebih
kemasyarakatan aktif ormas ormas ormas dari dua ormas
Peraturann Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
kepala desa atau direalisasikan direalisasikan direalisasikan
peraturan Bupati/
walikota
Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS di Rumah PHBS <20% PHBS minimal PHBS minimal PHBS minimal
Tangga rumah tangga 20% rumah 40% rumah 70% rumah
yang ada tangga yanga tangga yanga tangga yanga
ada ada ada

Dengan ditetapkannya kategorisasi tersebut, maka Kelurahan Siaga


yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi untuk menetapkan
apakah masih dalam kategori Kelurahan Siaga atau sudah dapat dimasukkan
ke dalam salah satu dari tingkatan Kelurahan Siaga Aktif. Evaluasi ini
dilakukan dengan mengau kepada petunjuk teknis yang disusun bersama
oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

64
3.2.3 Indikator Keberhasilan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Kelurahan
a. Keberadaan dan keaktifan forum kelurahan
b. Adanya kader pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan dan kelurahan
Siaga Aktif
c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
buka atau memberikan pelayanan setiap hari
d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan penanggulangan bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan, surveilens berbasis masyarakat serta
penyehatan lingkungan.
e. Adanya pendanaan untuk pengembangan kelurahan Siaga Aktif dari
anggaran kelurahan, masyarakat dan dunia usaha.
f. Adanya peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
dalam kegiatan kesehatan di Kelurahan Siaga Aktif.
g. Adanya peraturan di kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan kelurahan siaga aktif.
h. Adanya pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.

3.2.4 Pencapaian Program Kelurahan Siaga Aktif di Kelurahan Menteng


Dalam

Tabel 20. Pencapaian Kegitan Kelurahan Siaga Aktif di Kelurahan Menteng


Dalam

Kriteria Keterangan
Forum Desa/Kelurahan Ada
KPM/Kader Kesehatan Ada
Kemudahan Akses Pelayanan
Ada
Kesehatan Dasar
Posyandu dan UKBM lainnya
Ada
aktif
Dukungan dana untuk
kegiatan kesehatan di Desa
dan Kelurahan : Belum diketahui
- pemerintahan desa dan
kelurahan

65
- Masyrakat
- Dunia usaha
Peran serta masyrakat dan
Tidak Ada
organisasi kemasyarakatan
Tidak Ada Peraturan
Peraturan kepala desa atau
di Tingkat
peraturan Bupati/Walikota
Kelurahan
Pembinaan PHBS di rumah
Tidak Ada
tangga

3.3 Data Khusus Program PHBS

3.3.1 Indikator keberhasilan PHBS


1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) melakukan penimbangan bayi dan balita
3) memberikan ASI Eksklusif
4) penggunaan air bersih
5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) memberantas jentik nyamuk
7) memakai jamban sehat
8) makan buah dan sayur setiap hari
9) melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) tidak merokok dalam rumah.
3.3.2 Perencanaan
Perencanaan meliputi penentuan prioritas, tujuan, kegiatan
intervensi dan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.
a. Menentukan Prioritas Masalah
Berdasarkan masalah yang ada, disusun rencana kegiatan
intervensi.
b. Menentukan Tujuan
Berdasarkan hasil pengumpulan data PHBS, maka dapat
ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat. Selanjutnya
berdasarkan masalah yang ditemui dan ketersediaan sumber daya,
maka ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi
masalah yang ditemukan.

66
c. Menentukan Kegiatan
Setelah tujuan ditetapkan, selanjutnya ditentukan kegiatan yang
akan dilakukan. Caranya adalah membuat beberapa alternatif
kegiatan, kemudian dipilih kegiatan yang dapat dilakukan
dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya.
d. Menyusun Jadwal Kegiatan
Setelah ditentukan kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian
disusun jadwal kegiatan selama jangka waktu tertentu, misalnya
satu bulan, dua bulan, enam bulan atau satu tahun sesuai dengan
ketersediaan sumber daya. Jadwal kegiatan ini sebaiknya dibahas
pada pertemuan bersama dengan warga, tokoh masyarakat,
selanjutnya di ajukan ke kelurahan agar diperoleh kesepakatan
bersana.
3.3.3 Penggerakan dan Pelaksanaan
Penggerakan dan pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan:
1. Menggerakan anggota keluarga (bapak, ibu, remaja) agar mempunyai
tanggung jawab sosial untuk lingkungannyta, seperti: menjadi kader
posyandu, aktif pada kelompok yang peduli kesehatan.
2. Peningkatan pengetahuan keluarga/masyarakat melalui berbagai
kegiatan
3. Mengupayakan dukungan tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa
dan kelompok potensial dalam bentuk komitmen dan sumber daya

3.3.4 Pemantauan dan penilaian


Pemantauan dan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui
perkembangan/kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan dan
memberikan hasil yang diharapkan terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat di Rumah Tangga.
- Pemantauan

67
Pemantauan kegiatan dapat dilakukan dalam pertemuan bulanan
kelompok dengan topik bahasan adalah kegiatan yang telah
dilaksanakan dengan jadwak yang telah ditetapkan. Waktu
pemantauan disesuaikan dengan rencana yang telah disepakati.
Dalam pertemuan tersebut dibahas juga berbagai kendala yang
ditemukan, serta pemecahannya. Cara pemantauan dapat
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan rumah atau melihat
pencatatan pelaksanaan kegaitaan.
- Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan formulir/kartu PHBS di
rumah tangga yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Penilaian dilakukan terhadap indicator masukan, proses
kegiatan dan kelurahan atau hasil kegiatan. Penilaian dapat
dilakukan melalui cara pemantauan ulang, pengamatan di lapangan,
wawancara dan diskusi dengan masyarakat.

68
BAB IV

ANALISIS MASALAH, PEMECAHAN MASALAH, DAN METODE


DIAGNOSIS KOMUNITAS

4.1 Alur Pemecahan Masalah

1.Identifikas
i masalah
7.
2.
Monitoring
Penentuan
& evaluasi
prioritas
hasil
masalah
penerapan

6.
3. Memilih
Penyusunan
penyebab
rencana
yang paling
untuk
mempengaru
memperbaik
hi masalah
i masalah

4.
5. Penetapan Menentukan
pemecahan alternatif
dari masalah pemecahan
dari masalah

Gambar 4. Alur Pemecahan Masalah

Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah yang


dimulai dari identifikasi masalah. Dari masalah-masalah yang ditemukan
dipilih salah satu yang menjadi prioritas utama melalu teknik Hanlon
Kuantitatif. Kemudian penyebab masalah diidentifikasi melalui metode
pendekatan sistem. Konfirmasi penyebab masalah yang paling mungkin
dilakukan dengan wawancara dan observasi. Setelah itu setiap masalah dikaji
untuk dicari alternatif pemecahannya yang kemudian diurutkan sesuai
prioritas menggunakan kriteria Matrix. Rencana penerapan pemecahan
masalah dituangkan dalam tabel plan of action. Setelah itu dilakukan

69
intervensi terhadap masalah tersebut dan hasil kegiatan, monitoring dan
evaluasi diserahkan kepada pihak puskesmas.

4.2 Identifikasi Cakupan Program


Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai target
dengan keadaan pada program Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam tercantum
dalam Tabel di bawah ini, yakni dilihat dari cakupan indikator program yang
belum mencapai target.

Tabel 21. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kelurahan Menteng


Dalam tahun 2018
Target Pencapaian
Indikator
(%) (%)
Promosi Kesehatan

Pembinaan PHBS 100% 0%


Gizi
Ibu Hamil yang mendapat 100% 90%
tablet tambah darah (TTD)
minimal 90 tablet selama
kehamilan
Ibu nifas mendapat kapsul vit 100% 88%
A
Imunisasi
DPT Hb-HIB3 100% 98,5%
Polio 4 100% 102,2%
Campak 100% 97,7%
DO DPT HB-HIB 0% 93%
DO Campak 0% 97%
Kesehatan Ibu
Cakupan K1 100% 108,5%
Cakupan K4 100% 96,4%
Penanganan komplikasi pada 100% 74%
ibu hamil
Persalinan tenaga kesehatan 100% 90%
Kunjungan nifas 100% 80,2%
KB
KB aktif (CPR) 100% 68,8%
Kesehatan Anak

70
KN1 100% 119,8%
KN 100% 80%
Kunjungan bayi 100% 77%
Kunjungan balita 100% 29%
SDIDTK 100% 80%
TB
Case detection Rate (CDR) 100% 20%
Angka keberhasilan 100% 28%
pengobatan TB (Succes Rate)
DBD
Rumah bebas jentik 100% 45,2%
HIV/AIDS
Kepatuhan ODHA 100% 86%
mengambil ARV
KPLDH
Cakupan pendataan 600 Jiwa 100% 65%
per bulan

4.3 Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Hanlon Kuantitatif)


Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon
Kuantitatif. Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut:
(A + B) x C x D
1. Kriteria A : Besarnya masalah
2. Kriteria B : Kegawatan masalah
3. Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D : Faktor PEARL

Tabel 22. Penentuan Prioritas Masalah Kriteria A


Identifikasi Masalah Sasaran Pencapaian Besarnya masalah
Promosi Kesehatan
Pembinaan PHBS 100% 0% 100%
Gizi
Ibu hamil yang 100% 90% 10 %
mendapat tablet
tambah darah (TTD)
minimal 90 tablet
selama kehamilan
Ibu nifas mendapat 100% 88% 12%
kapsul vitamin A
Imunisasi
DPT Hb-HIB3 100% 98,5% 1,5%

71
Polio 4 100% 102,2% 0%
Campak 100% 97,7% 2,3%
DO DPT Hb-HIB 0% 93% 0%
DO Campak 0% 97% 0%
Kesehatan Ibu
Cakupan K1 100% 108,5% 0%
Cakupan K4 100% 96,4% 3,6%
Penanganan 100% 74% 26%
komplikasi pada ibu
hamil
Persalinan tenaga 100% 90% 10%
kesehatan
Kunjungan nifas 100% 80,2% 19,8%
KB
KB aktif (CPR) 100% 68,8% 31,2%
Kesehatan Anak
KN1 100% 119,8% 0%
KN 100% 80% 20%
Kunjungan bayi 100% 77% 23%
Kunjungan balita 100% 29% 71%
SDIDTK 100% 80% 20%
Penyakit Menular
Angka Keberhasilan 100% 20% 80%
pengobatan TB
(Success Rate)
Case Detection Rate 100% 28% 72%
(CDR)
Kesehatan
lingkungan
Rumah bebas Jentik 100% 45,2% 54,8%
HIV/AIDS
Kepatuhan ODHA 100% 86% 14%
mengambil ARV
KPLDH
Cakupan pendataan 100% 65% 35%
600 jiwa per bulan

Kriteria A: Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

72
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase pencapaian
hasil kegiatan dengan pencapaian sesuai dengan target

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 19
= 1+ 3,3 (1.27)
= 5.21 dibulatkan menjadi 5
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar 100%
terkecil 0%
Interval : Nilai terbesar – Nilai terkecil
K
: 20
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:
Tabel 23. Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 0 – 20 1
Skala 2 21 – 40 2
Skala 3 41 – 60 3
Skala 4 61– 80 4
Skala 5 81 – 100 5

73
Langkah 5 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

Tabel 24. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas


NO Indikator 0 – 20 21 – 40 41 – 61 – 81 – Nilai
(1) (2) 60 (3) 80 (4) 100
(5)

1 Pembinaan PHBS X 5

2 Ibu hamil yang X 1


mendapat tablet tambah
darah (TTD) minimal
90 tablet selama
kehamilan
3 Ibu nifas mendapat X 1
kapsul vitamin A
4 DPT Hb-HIB3 X 1

5 Polio 4 X 1

6 Campak X 1

7 DO DPT Hb-HIB X 1

8 DO Campak X 1

9 Cakupan K1 X 1

10 Cakupan K4 X 1

11 Penanganan komplikasi X 2
pada ibu hamil
12 Persalinan tenaga X 1
kesehatan
13 Kunjungan nifas X 1

14 KB Aktif X 2

15 KN1 X 1

74
16 KN X 1

17 Kunjungan bayi X 2

18 Kunjungan balita X 4

19 SDIDTK X 1

20 Angka Keberhasilan X 4
pengobatan TB
(Success Rate)
21 Case Detection Rate X 4
(CDR)
22 Rumah bebas jentik X 3

23 Kepatuhan ODHA X 1
mengambil ARV
24 Cakupan pendataan 600 X 2
Jiwa perbulan

.
Kriteria B: Kegawatan Masalah
Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P) yang
dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5.
1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mendesak :5
b. Mendesak :4
c. Cukup mendesak :3
d. Kurang mendesak :2
e. Tidak mendesak :1

2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :


a. Sangat gawat :5

75
b. Gawat :4
c. Cukup gawat :3
d. Kurang gawat :2
e. Tidak gawat :1
3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mudah menyebar/meluas :5
b. Mudah menyebar/meluas :4
c. Cukup menyebar/meluas :3
d. Sulit menyebar/meluas :2
e. Tidak menyebar/meluas :1
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
a. Sangat banyak :5
b. Banyak :4
c. Cukup banyak :3
d. Kurang banyak :2
e. Tidak banyak :1

Tabel 25. Kegawatan Masalah


No. Masalah U S G P Jumlah
1 PHBS 3 3 4 4 14
2 Ibu hamil yang 2 2 2 5 11
mendapat tablet
tambah darah
(TTD) minimal
90 tablet selama
kehamilan
3 Ibu nifas 3 2 2 5 12
mendapat kapsul
vitamin A

76
4 DPT Hb-HIB3 1 1 1 1 4
5 Polio 4 1 1 1 1 4
6 Campak 1 1 1 1 4
7 DO DPT Hb- 1 1 1 1 4
HIB
8 DO Campak 1 1 1 1 4
9 Cakupan K1 2 2 3 3 10
10 Cakupan K4 1 1 2 3 7
11 Penanganan 2 3 2 4 11
komplikasi pada
ibu hamil
12 Persalinan tenaga 1 1 1 4 7
kesehatan
13 Kunjungan nifas 2 2 3 2 9
14 KB Aktif 2 2 3 3 10
15 KN1 2 3 3 2 10
16 KN 2 2 3 3 10
17 Kunjungan bayi 2 1 2 4 9
18 Kunjungan balita 2 1 1 3 7
19 SDIDTK 1 1 1 2 5
20 Angka 3 3 3 3 12
Keberhasilan
pengobatan TB
(Success Rate)
21 Case Detection 3 3 4 3 13
Rate (CDR)
22 Rumah bebas 2 2 3 5 12
jentik
23 Kepatuhan 2 2 2 3 9
ODHA

77
mengambil ARV
24 Cakupan 1 1 1 5 8
pendataan 600
Jiwa perbulan

Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan
nilai 1 – 5 dimana:
1. Sangat mudah :5
2. Mudah :4
3. Cukup mudah :3
4. Sulit :2
5. Sangat sulit :1

Tabel 26. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam


Penanggulangan
No. Masalah Nilai
1 PHBS 3
2 Ibu hamil yang 3
mendapat tablet
tambah darah
(TTD) minimal
90 tablet selama
kehamilan
3 Ibu nifas 2
mendapat kapsul
vitamin A
4 DPT Hb-HIB3 2
5 Polio 4 2

78
6 Campak 2
7 DO DPT Hb- 2
HIB
8 DO Campak 2
9 Cakupan K1 2
10 Cakupan K4 3
11 Penanganan 3
komplikasi pada
ibu hamil
12 Persalinan tenaga 3
kesehatan
13 Kunjungan nifas 2
14 KB Aktif 2
15 KN1 2
16 KN 2
17 Kunjungan bayi 2
18 Kunjungan balita 2
19 SDIDTK 2
20 Angka 3
Keberhasilan
pengobatan TB
(Success Rate)
21 Case Detection 3
Rate (CDR)
22 Rumah bebas 4
jentik
23 Kepatuhan 4
ODHA
mengambil ARV
24 Cakupan 5

79
pendataan 600
Jiwa perbulan

Kriteria D . PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
2. Secara Ekonomis murah (Economic)
3. Dapat diterima (Acceptability)
4. Tersedianya sumber (Resources availability)
5. Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 27. Kriteria D (PEARL Faktor)


No. Masalah P E A R L Hasil
Kali
1 PHBS 1 1 1 1 1 1
2 Ibu hamil yang 1 1 1 1 1 1
mendapat
tablet tambah
darah (TTD)
minimal 90
tablet selama
kehamilan
3 Ibu nifas 1 1 1 1 1 1
mendapat
kapsul vitamin
A
4 DPT Hb-HIB3 1 1 1 1 1 1

80
5 Polio 4 1 1 1 1 1 1
6 Campak 1 1 1 1 1 1
7 DO DPT Hb- 1 1 1 1 1 1
HIB
8 DO Campak 1 1 1 1 1 1
9 Cakupan K1 1 1 1 1 1 1
10 Cakupan K4 1 1 1 1 1 1
11 Penanganan 1 1 1 1 1 1
komplikasi
pada ibu hamil
12 Persalinan 1 1 1 1 1 1
tenaga
kesehatan
13 Kunjungan 1 1 1 1 1 1
nifas
14 KB Aktif 1 1 1 1 1 1
15 KN1 1 1 1 1 1 1
16 KN 1 1 1 1 1 1
17 Kunjungan 1 1 1 1 1 1
bayi
18 Kunjungan 1 1 1 1 1 1
balita
19 SDIDTK 1 1 1 1 1 1
20 Angka 1 1 1 1 1 1
Keberhasilan
pengobatan
TB (Success
Rate)
21 Case Detection 1 1 1 1 1 1
Rate (CDR)

81
22 Rumah bebas 1 1 1 1 1 1
jentik
23 Kepatuhan 1 1 1 1 1 1
ODHA
mengambil
ARV
24 Cakupan 1 1 1 1 1 1
pendataan 600
Jiwa perbulan

4.4 Kerangka Pikir Masalah


Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-
program Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam. Dasar untuk memutuskan adanya
masalah, yaitu:

1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.


2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut,
dikarenakan kurangnya kesadaran kader dan masyarakat Kelurahan siaga
aktif
Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan
sistem yang terdiri dari input, proses, output, dan lingkungan yang mempengaruhi
input dan proses. Input terdiri dari Man (Tenaga Kerja), Money (Pembiayaan),
Material (Perlengkapan), Method (Metode), Market (Masyarakat) Sedangkan dari
proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), P3
(Penilaian, Pengawasan, dan Pengendalian).
Setelah ditentukan penyebab masalah, selanjutnya menentukan alternatif
pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah yang terbaik
dengan kriteria matrix menggunakan rumus M x I x V/C. Kemudian membuat
rencana penerapan pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk POA (plan of
action). Kegiatan tersebut dipantau apakah penerapannya sudah baik dan apakah
masalah tersebut sudah dapat dipecahkan.

82
4.5 Penentuan prioritas masalah
Setelah nilai dari kriteria A,B,C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D

Tabel 28. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif


No Masalah A B C D NPD NPT Urutan
Priorita
s
1 PHBS 5 14 3 1 57 57 II

2 Ibu hamil 1 11 3 1 36 36 IX
yang
mendapat
tablet
tambah
darah (TTD)
minimal 90
tablet selama
kehamilan
3 Ibu nifas 1 12 3 1 39 39 VII
mendapat
kapsul
vitamin A
4 DPT Hb- 1 4 2 1 10 10 XX

83
HIB3
5 Polio 4 1 4 2 1 10 10 XXI
6 Campak 1 4 2 1 10 10 XXII
7 DO DPT 1 4 2 1 10 10 XXIII
Hb-HIB
8 DO Campak 1 4 2 1 10 10 XXIV
9 Cakupan K1 1 10 2 1 22 22 XIV
10 Cakupan K4 1 7 3 1 24 24 X
11 Penanganan 2 11 3 1 39 39 VIII
komplikasi
pada ibu
hamil
12 Persalinan 1 7 3 1 24 24 XI
tenaga
kesehatan
13 Kunjungan 1 9 2 1 20 20 XVIII
nifas
14 KB Aktif 2 10 2 1 24 24 XII
15 KN1 1 10 2 1 22 22 XVII
16 KN 1 10 2 1 24 24 XIII
17 Kunjungan 2 9 2 1 22 22 XV
bayi
18 Kunjungan 4 7 2 1 22 22 XVI
balita
19 SDIDTK 1 5 2 1 12 12 XIX
20 Angka 4 12 3 1 48 48 V
Keberhasilan
pengobatan
TB (Success
Rate)

84
21 Case 4 13 3 1 51 51 IV
Detection
Rate (CDR)
22 Rumah 3 12 4 1 60 60 I
bebas jentik
23 Kepatuhan 1 9 4 1 40 40 VI
ODHA
mengambil
ARV
24 Cakupan 2 8 5 1 50 50 III
pendataan
600 Jiwa
perbulan

4.6 Urutan Prioritas Masalah


Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon
Kuantitiatif, didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas
Kelurahan Menteng Dalam adalah :
1. Rumah bebas jentik
2. Pembinaan PHBS
3. Cakupan pendataan 600 Jiwa perbulan

4.7 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Ada beberapa faktor yang menimbulkan kesenjangan antara target dan
hasil yang dicapai. Dalam menentukan penyebab masalah dapat digunakan
diagram fishbone yang berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti
yang tampak pada tabel berikut:

85
Tabel 29. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Belum Tercapainya
Program PHBS dari Faktor Input.
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN - Adanya pemegang program - Kurangnya pemahaman
pembinaan 3M plus dan peran pemegang
- Tersedia petugas puskesmas program pembinaan 3M
(petugas promkes, dokter, Plus dalam menjalankan
perawat, bidan) program pembinaan 3M
Plus
MONEY - adanya dana khusus
puskesmas terkait
kegiatan pembinaan
PHBS
METHOD 1. Penyuluhan tentang 3M - Kurangnya sosialisasi
Plus rumah tangga dan penyuluhan tentang
2. Menggunakan indikator rumah tangga dengan
penilaian rumah tangga ber- 3M Plus
3M Plus
3. Menggunakan pedoman
program pembinaan 3M Plus
oleh Departemen Kesehatan
4. Melakukan pendataan
rumah tangga dengan 3M
Plus untuk evaluasi
MATERIAL - Tersedianya sarana (tempat - Kurangnya edukasi
untuk melakukan promosi kegiatan 3M
penyuluhan, media promosi) Plus

Tabel 30. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari Proses dan


Lingkungan

Proses Kelebihan Kekurangan


P1(perencanaan) - Terdapatnya pedoman - Jadwal PSN 3M Plus di
umum mengenai satu wilayah belum
pembinaan dan teratur
penilaian 3M Plus di
tatanan rumah tangga
- Tersedianya jadwal
pendataan rumah
tangga dengan 3M Plus
P2 (penggerakan dan - Adanya KPM/kader - Kurangnya
pelaksanaan) kesehatan, lembaga penyuluhan pada

86
kemasyarakatan kader tentang 3M
- Dilakukan pembekalan plus
kepada perangkat desa - Kurangnya
khususnya kader pendekatan kepada
sebelum pendataan kepala lurah dan
- Koordinasi kader tokoh masyarakat
dengan petugas untuk memperoleh
kesehatan dalam dukungan dalam
pendataan rumah pembinaan rumah
tangga dengan 3M plus tangga sehat
- Mengupayakan
dukungan tokoh agama, Lintas Program
kepala desa, dan lurah - Tidak adanya pelatihan
dalam membuat bagi KPM/kader
gerakan 3M Plus kesehatan, lembaga
kemasyarakatan, yang
menjadi petugas dan
pelaksana pembinaan
3M plus
- Kurangnya aktifnya
KPM/Kader kesehatan,
dan masyarakat
terhadap pembinaan 3M
plus

Lintas Sektoral
- Kelurahan selaku PIC
kurang memahami
program pembinaan
PHBS

P3 (penilaian, - Terdapat pencatatan - Kurangnya pemantauan


pengawasan, dan dan penilaian mengenai kemajuan pencapaian
pengendalian) rumah tangga dengan 3M Plus rumah tangga
3M Plus dan tindak lanjut hasil di
tingkat kelurahan
Lingkungan - Tingkat Pengetahuan - Kurangnya kesadaran &
masyarakat tentang pemahaman masyarakat
rumah tangga sehat untuk berperilaku hidup
cukup bersih dan sehat
- Masyarakat kooperatif - Kurangnya antusiasme
pada saat melakukan masyarakat dalam
pendataan rumah berperilaku hidup bersih
tangga sehat dan sehat
- Lingkungan dekat

87
dengan kali yang kotor

88
INPUT
Kurangnya peran pemegang program
Dana puskesmas terkait kegiatan pembinaan PHBS
pembinaan 3M plus dalam menjalankan
program pembinaan 3M plus MONEY tersedia PHBS

MATERIAL
MAN Kurangnya edukasi promosi kegiatan 3M Plus

- Sosialisasi dan penyuluhan METHODD


tentang rumah tangga dalam 3M Belum terlaksananya
plus sudah terlaksana pembinaan PHBS di
-
tingkat rumah tangga
wilayah RW 13
Jadwal PSN 3M plus di satu wilayah belum teratur
P2 Kelurahan Menteng
P1 Dalam
Lintas Program
• Kurangnya penyuluhan pada kader tentang


3M plus
Kurangnya pendekatan kepada kepala lurah
LINGKUNGAN
-Belum adanya pengingat pelaksanaan 3M plus
P3 dan tokoh masyarakat untuk memperoleh
dukungan dalam pembinaan rumah tangga
• Kurangnya kesadaran masyarakat
untuk melaksanakan 3M plus
-Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian sehat
3M plus rumah tangga dan tindak lanjut hasil di • Kurangnya antusiasme masyarakat
tingkat kelurahan Lintas Sektoral
Kelurahan selaku PIC kurang memahami program dalam berperilaku hidup bersih dan
pembinaan PHBS sehat

PROSES • Kurangnya kewaspadaan


masyarakat akan bahaya DB
Gambar 5 Diagram fish bone

89
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah
selanjutnya yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini
adalah alternatif pemecahan penyebab masalah yang ada:

Atas permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka kami menentukan


berbagai alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

Tabel 30. Penentuan alternatif pemecahan masalah


Permasalahan Alternatif penyelesaian masalah
- Kurangnya peran pemegang Mengoptimalisasi kader dan
program pembinaan 3M plus dalam Berkoordinasi dengan petugas
menjalankan program pembinaan puskesmas untuk program rumah
tangga ber-3M Plus
3M plus

Dana khusus puskesmas terkait


kegiatan pembinaan 3M plus
tersedia
- Kurangnya kesadaran masyarakat Melakukan penyuluhan kepada
untuk 3M plus masyarakat tentang pentingnya
rumah tangga ber-3M Plus
- Kurangnya edukasi promosi Mengadakan penyuluhan kepada para
kegiatan 3M plus kader kesehatan dan masyarakat RW
13 mengenai pembinaan 3M Plus

- Jadwal PSN 3M plus di satu wilayah - Melakukan evaluasi secara berkala


belum teratur setiap tahunnya untuk mengetahui
keberhasilan dari pembinaan 3M
- Pembinaan tentang 3M mandiri

- Kurangnya pemantauan kemajuan - Melakukan monitoring dan evaluasi


pencapaian 3M plus rumah tangga penerapan kebijakan
dan tindak lanjut hasil di tingkat
kelurahan

4.9 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Kriteria Matriks


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas

90
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
matriks dengan rumus M x I x V/ C

Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:

1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan


Dengan nilai 1-5, dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5, dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5, dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka
nilainya mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.

Tabel 31. Penentuan Prioritas Masalah dengan Kriteria Matrix

Kriteria Hasil akhir


Penyelesaian masalah Urutan
M I V C (MxIxV)/C
Melakukan penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya rumah
tangga sehat 2 4 4 4 8 I

Mengoptimalisasi kader dan


Berkoordinasi dengan petugas
puskesmas untuk program rumah 2 5 3 5 6 II
tangga ber-PHBS

Melakukan monitoring dan evaluasi


penerapan kebijakan
1 4 4 3 5,3 III

- Melakukan evaluasi secara berkala


setiap tahunnya untuk mengetahui 1 4 4 3 5,3 III
keberhasilan dari pembinaan PHBS

91
BAB V
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS

5.1 Rancangan Diagnostik Komunitas


Jenis penelitian ini adalah penelitian berbasis diagnosis komunitas
dimana diagnosis komunitas merupakan tahapan diagnosis sebagaimana
yang dilakukan oleh dokter ketika mendiagnosis seorang pasien. Kegiatan
dimulai melalui wawancara atau anamnesis mengenai symptom and sign,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sederhana sampai lanjutan,
diagnosis banding, diagnosis sementara, dan akhirnya penetapan diagnosis
tetap seorang pasien
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang ditanyakan
pada masyarakat dan kader untuk mengukur pengetahuan dan sikap
mengenai program PHBS di Kelurahan Menteng Dalam pada tahun 2018.

5.2 Indikator Keberhasilan


Terlaksananya 3M plus di seluruh rumah tangga di RW 13 Kelurahan
Menteng Dalam.

5.3 Lokasi dan Waktu


a. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah RW 13 di Kelurahan Menteng
Dalam, Jakarta Selatan.
b. Waktu
Penelitian dilakukan pada periode April - Mei 2019.

92
5.4 Target Sasaran Evaluasi Program
5.4.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik alternative non random
sampling

5.4.2 Besarnya Sampel


Untuk memperkirakan banyaknya sampel yang diperlukan maka rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan.
Zα : Tingkat kemaknaan dikehendaki adalah 95%, dengan nilai .
p : Persentase PHBS di Jakarta yaitu 72,4% (0,724)
q :1-p didapatkan 0,2584.
d : Kesalahan absolut yang dapat diterima, berdasarkan pustaka yang ada
pada studi ini digunakan 5% atau 0,05.
N : Jumlah kepala keluarga di wilayah RW X di kelurahan Menteng Dalam
yaitu X KK

Maka cara perhitungan jumlah sampel tersebut adalah:

93
5.5 Analisis Komunitas dan Tabel Plan of Action
Data hasil kegiatan yang diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Menteng
Dalam kemudian dianalisis berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Masalah pada evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan dengan
pencapaian yang kurang dari target yang sudah ditentukan berdasarkan SPM.
Dari beberapa masalah tersebut dilakukan upaya pemecahan dengan
menerapkan metode algoritma problem solving cycle, yaitu setelah dilakukan
identifikasi masalah maka selanjutnya ditentukan prioritas masalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Setelah didapatkan prioritas
masalah maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hal-hal apa saja
yang menjadi penyebab terjadinya masalah dengan menggunakan diagram
fishbone berdasarkan pendekatan sistem dan ditentukan alternatif pemecahan
masalahnya. Setelah didapatkan alternatif pemecahan masalah maka
ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode
kriteria matriks. Berdasarkan hasil perhitungan kriteria matriks maka
didapatkan prioritas pemecahan masalah dan akan melakukan diagnostik
komunitas

94
Tabel 32. Plan of Action untuk Pembinaan PHBS Rumah Tangga
Penangung Pelaksan Kriteria
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Waktu Dana Metode
Jawab a Keberhasilan

Semua kader
Dokter
Untuk menambah mampu
Dokter Muda,
pengetahuan kader meakukan
Muda, dokter
agar bisa Semua penyuyluhan dan
Pelatihan 3M dokter pembimb April –
mensosialisasikan kader di RW 13 pelatihan kepada
1 kepada kader pembimbin ing, Mei Pribadi Penyuluhan
kepada warga RW RW 13 warga RW 13
g, dokter dokter 2019
13 Kelurahan Kelurahan
puskesmas puskesm
Menteng Dalam Menteng Dalam
as
secara mandiri
dan berkala

Semua kader
mampu
melaksanakan
Kader melakukan
penyuluhan
penyuluhan secara Seluruh
Penyuluhan secara mandiri,
mandiri dan warga warga RW
3M plus yang Dokter April – dan warga
mendapat 13 RPTRA Dokter
2 dilakukan oleh Muda Mei - Penyuluhan mendapat
pengetahuan Kelurahan Rasamala muda
kader 2019 pengetahuan
tentang 3M plus Menteng
serrta mampu
Dalam
melaksanakan
3M secara
mandiri

95
Meningkatk
Warga mampu
Semua rumah an
menanam
tangga di RW 13 kepedulian Kader, Semua
tanaman anti
Pelatihan Kelurahan masyarakat Dokter warga
nyamuk dan
menanam Menteng Dalam tentang Muda, RW 13 April -
RPTRA menjaga nya di
3 tanaman anti bisa menanam keindahan dokter Keluraha Mei - Pelatihan
Rasamala setiap rumah di
nyamuk tanaman anti dan fungsi pembimbin n 2019
RW 13
nyamuk tanaman anti g Menteng
Kelurahan
nyamuk Dalam
Menteng Dalam

Kader,
Pelatihan
Dokter
Meningkatnya pengelolaan Warga mampu
Semua Muda,
pengetahuan dan Kader, sampah, dan mengelola
warga RW dokter
Pelatihan kesadaran Dokter mendaur sampah dan di
13 penangg April –
pengelolaan masyarakat akan RPTRA muda, Dana ulang lingkungan sudah
4 Kelurahan ung Mei
sampah sampah dan Rasamala Dokter swadaya sampah tidak ada sampah
Menteng jawab, 2018
mengetahui cara pembimbin anorganik berserakan
Dalam dokter
mengelola g dan organik
puskesm
menjadi
as
pupuk

96
Lampiran 2. Kuisioner Penilaian PHBS

KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU IBU RUMAH TANGGA


TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)

I. DATA RESPONDEN
1. NAMA / USIA :
2. ALAMAT :
3. PENDIDIKAN :
4. PENDAPATAN KELUARGA : ............................................PER BULAN
5. SUKU / AGAMA :

II. PENGETAHUAN
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan yang
ibu ketahui!
1. Menurut ibu, mana yang sesuai dengan indikator PHBS di rumah tangga
adalah: *jawaban bisa lebih dari satu
a. Menggunakan jamban sehat
b. Makan sayur dan buah setiap hari
c. Tidak merokok dalam rumah
2. Menurut ibu, yang menolong ibu melahirkan seharusnya adalah: *jawaban
bisa lebih dari satu
a. Bidan
b. Dokter
c. Dukun beranak
3. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif:
a. Memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan selama 6 bulan
b. Memberikan ASI serta makan tambahan
c. Memberikan ASI sampai 2 tahun
4. Menurut ibu, keunggulan ASI dibandingkan susu formula adalah: *jawaban
bisa lebih dari satu
a. Untuk perkembangan dan kecerdasan bayi
b. Mengandung zat kekebalan
c. Melindungi bayi dari risiko alergi
5. Apa tujuan dilakukan penimbangan balita setiap bulan:
a. Untuk memantau pertumbuhan balita
b. Untuk dapat makanan tambahan
c. Karena balita sakit
6. Syarat air bersih adalah:
a. Air yang berbau dan berwarna
b. Air yang mengandung bahan kimia
c. Air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, dan tidak berwarna
7. Menurut ibu, mencuci tangan sebaiknya menggunakan:
a. Air bersih
b. Air bersih mengalir
c. Air bersih mengalir dan sabun

97
8. Menurut ibu, kegunaan mencuci tangan sesudah dan sebelum melakukan aktivitas
yaitu untuk: *jawaban bisa lebih dari satu
a. Supaya tangan bersih
b. Untuk mencegah penularan penyakit
c. Untuk membunuh kuman penyakit yang dapat menyebabkan penyakit
9. Setiap anggota rumah tangga sebaiknya mengkonsumsi sayur & buah:
a. 1 porsi sayur atau buah 2 hari sekali
b. 1 porsi sayur atau buah 1 minggu sekali
c. 1 porsi sayur dan 1 porsi buah setiap hari
10. Menurut ibu, tujuan dari melakukan aktivitas fisik setiap hari selama 30 menit adalah:
*jawaban bisa lebih dari satu
a. Agar terhindar dari penyakit stroke
b. Agar tubuh sehat bugar dan bertenaga
c. Agar berat badan terkendali
11. Menurut ibu, dampak merokok di dalam rumah adalah: *jawaban bisa lebih dari satu
a. Anggota keluarga berisiko terkena penyakit akibat racun rokok
b. Dapat menularkan penyakit TBC
c. Susah bernafas
12. Menurut ibu, yang dimaksud dengan perokok pasif adalah:
a. Orang yang merokok dan menghirup asap rokok bersama dengan perokok
lainnya
b. Orang yang berada di ruangan tertutup bersama orang yang sedang merokok
c. Orang yang tidak merokok dan memiliki anggota keluarga lain yang merokok
13. Salah satu syarat jamban sehat adalah tidak mencemari sumber air. Jarak sumber air
dengan septic tank sebaiknya adalah:
a. 3 meter
b. 5 meter,
c. >10 meter
14. Menurut ibu, jenis jamban yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah:
a. Septic tank dengan leher angsa
b. Cubluk / cemplung tanpa septic tank
c. Langsung ke empang / kali / sungai
15. Menurut ibu, penyakit apa saja yang bisa ditularkan melalui nyamuk: *jawaban bisa
lebih dari satu
a. Demam berdarah
b. Malaria
c. Kaki gajah
16. Salah satu memberantas nyamuk adalah dengan 3M plus, yang dimaksud 3M plus
adalah: *jawaban bisa lebih dari satu
a. Menguras dan menutup rapat tempat-tempat penampungan air
b. Menghindari gigitan nyamuk dengan cara memakai kelambu atau obat
nyamuk ketika tidur
c. Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas

98
III. SIKAP
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan yang ibu ketahui!
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

NO PERTANYAAN SS S TS STS
Setiap rumah tangga harus melakukan perilaku hidup
1.
bersih dan sehat
2. Persalinan boleh dibantu oleh dukun beranak
Bayi sebaiknya hanya diberikan ASI saja sampai 6
3.
bulan tanpa tambahan makanan atau susu formula
Balita perlu dibawa ke posyandu setiap bulan untuk
4. ditimbang
Ibu dan anggota keluarga selalu mencuci tangan pakai
5. sabun sebelum dan setelah melakukan aktivitas
Agar sehat keluarga perlu makan buah dan
6. sayur setiap hari
7. Aktivitas fisik tidak berpengaruh pada kesehatan
Di rumah tangga perlu tersedia air bersih untuk
8.
kebutuhan sehari-hari
Ibu dan anggota keluarga mengkonsumsi air
9. bersih yang memiliki ciri tidak bewarna, tidak
berasa, dan tidak berbau
10. Ibu menguras bak mandi sekali seminggu
Ibu memeriksa tempat perkembangbiakan nyamuk
11.
(bak mandi, vas bunga, talang air) secara berkala
Fogging atau pengasapan merupakan cara yang
12.
efektif untuk memberantas jentik nyamuk
Buang air besar sebaiknya di jamban keluarga
13.
(sendiri) yang memakai septic tank & leher angsa
14. Anggota keluarga tidak boleh merokok
Perokok aktif lebih berbahaya daripada perokok
15.
pasif

99
IV. PERILAKU

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan benar sesuai dengan yang dilakukan


keluarga!

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Persalinan ditolong tenaga kesehatan
Ibu membawa balita untuk ditimbang
2
setiap bulan ke posyandu
3 Ibu memberikan ASI eksklusif
Ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah
4
melakukan aktivitas
Ibu melakukan 3M plus setiap 1 minggu
sekali:
 Membersihkan tempat-tempat
5 penampungan
 Mengubur barang-barang bekas
 Tidak menggantung baju
 Menghindari gigitan nyamuk
Ibu dan anggota rumah tangga melakukan
6 olahraga / aktivitas fisik selama 30 menit
setiap hari
Ibu dan anggota rumah tangga
7
mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari
Ibu dan anggota rumah tangga tidak
8
merokok di dalam rumah
Ibu dan anggota rumah tangga
9 menggunakan air bersih untuk keperluan
rumah tangga
Ibu dan anggota rumah tangga
10
menggunakan jamban sehat (pribadi)

100
V. PEMBINAAN PHBS RUMAH TANGGA

NO PERTANYAAN YA TIDAK
Ada pembentukan forum kelurahan untuk
1.
meningkatkan PHBS
Ada pembinaan bagi individu untuk
2.
meningkatkan PHBS
Ada pembinaan bagi keluarga untuk
3.
meningkatkan PHBS
4. Ada pemuka masyarakat sebagai pembina PHBS
5. Terdapat kader di RT ini
Ada pengurus RT / RW yang menjadi panutan
6.
agar terciptanya PHBS rumah tangga
Ada pengurus PKK yang menjadi panutan
7.
agar terciptanya PHBS rumah tangga
Ada pengurus organisasi pemuda yang menjadi
8.
panutan agar terciptanya PHBS rumah tangga
Ada organisasi kemasyarakatan tingkat
Kelurahan
9.
yang berperan dalam meningkatkan PHBS rumah
tangga
Ada penyandang dana dalam membantu
10.
upaya pembinaan PHBS rumah tangga
Kader yang melakukan pendataan menggunakan
11.
kartu / pencatatan PHBS
Kader melakukan penyuluhan perorangan /
12.
kelompok untuk melaksanakan PHBS
Kader mengembangkan kegiatan yang
13. mendukung
terwujudnya rumah tangga ber-PHBS
Kader memantau kemajuan pencapaian rumah
14. tangga
ber-PHBS setiap tahun melalui pencatatan PHBS
Kader melakukan pendekatan dengan Kelurahan
15. untuk memperoleh dukungan dalam pembinaan
PHBS

101
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga


Aktif. Ed ke-1. Jakarta:2010.
2. Kemenkes RI 2011. Panduan Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Rumah Tangga Melalui Tim Penggerak PKK. Ed ke-1.
Jakarta:2011.
3. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet 2018
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia,2011;1-71
5. Gifari MA, Rusmartini T, Indi Astuti RD. Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Perilaku Gerakan 3M Plus dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegepty.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. 2017.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Di Banding Fogging, PSN
3M Plus Lebih Utama Cegah DBD. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2016.

7. Ariyati IS. Hubungan Antara Perilaku PSN (3M PLUS) dan Kemampuan
Mengamati Jentik dengan Kejadian DBD di Kelurahan Tembalang. Semarang:
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. 2015
8. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pengendalian
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. 2007

102
103

Anda mungkin juga menyukai