Disusun oleh:
BAB I ...................................................................................................................... 4
B. ANAMNESIS ........................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................... 23
3
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Usia : 52 tahun
Alamat : Pakem
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama:
4
mempunyai riwayat penyakit darah tinggi dan mengonsumsi amlodipine 5
mg namun tidak dikonsumsi secara rutin, hanya saat pasien merasa pusing
saja. Mual dan muntah disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pendidikan
Pasien merupakan seorang ayah dari 1 orang putri. Pasien tinggal sendiri
dirumah. Istri pasien meninggal karena kecelakaa lalu lintas Bersama pasien
3 tahun yang lalu. Anak pasien baru saja menikah 2 tahun yang lalu dan
5
Pasien adalah seorang tukang parker di pasar pakem, namun
karena keadaan pasien yang tidak kuat untuk merapikan sepeda motor
Sosial
sangat baik. Mereka ramah serta peduli dengan apa yang terjadi pada
rumahnya.
Gaya Hidup
Lingkungan
6
Neurologi : Kesadaran menurun (-), pusing (+),
(+)
cair (-) warna hitam, perut kembung(-), sakit pada anus (-), flatus (+)
penyakit yang dialami, dan efek penyakit terhadap fungsi atau kehidupan sehari
– hari pasien.
No Komponen Pasien
7
akibat dari kecelakaan yang pasien pernah alami,
pasien bersyukur saat itu masih dapat hidup.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Antropometri
Berat badan : 55 kg
8
Status gizi : normal
Status Generalis
Kepala
o Bentuk normal
o Konjungtiva anemis (-)
o Pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
o Bibir sianosis (-)
Leher
o Pembesaran KGB (-)
o Trakea teraba di tengah
Thoraks
○ Paru
- Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris,
retraksi ICS (-).
- Palpasi : Pelebaran ICS (-)
- Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
○ Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung atas : ICS III sinistra
Batas jantung kanan : PSL dextra
Batas jantung kiri : MCL sinistra
Batas jantung bawah : ICS V sinistra
- Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler. Murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk flat
9
- Palpasi : Soefel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien
tidak teraba
- Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
- Auskultasi : Bising usus normal
Ekstremitas atas dan bawah
- Akral hangat, Oedem (-).
Status Neurologicus
Pemeriksaan Saraf Kranialis
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri
Olfaktorius (I)
Subjektif Normal Normal
Objektif (kopi dan teh) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Optikus (II)
Tajam penglihatan (Subjektif) Normal Normal
Lapangan pandang (Subjektif) Normal Normal
Melihat warna (+) (+)
Okulomotorius (III)
Sela mata Normal Normal
Pergerakan mata kearah
superior, medial, inferior, torsi (+) (+)
inferior
Strabismus (-) (-)
Nystagmus (-) (-)
Exoptalmus (-) (-)
Refleks pupil terhadap sinar (+) (+)
Melihat kembar (-) (-)
Pupil besarnya 3 mm 3 mm
Troklearis (IV)
10
Pergerakan mata (ke bawah- (+) (+)
keluar)
Trigeminus (V)
Membuka mulut (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Sensibilitas muka (+) (+)
Abdusens (VI)
Pergerakan mata ke lateral (+) (+)
Fasialis (VII)
Mengerutkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sudut bibir (+) (+)
Vestibulokoklearis (VIII)
Fungsi pendengaran (+) (+)
(Subjektif)
Glossofaringeus (IX)
Perasaan lidah (bagian (+) (+)
belakang)
Refleks muntah (+) (+)
Vagus (X)
Bicara (+) (+)
Menelan (+) (+)
Assesorius (XI)
Mengangkat bahu (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
Hipoglossus (XII)
Pergerakan lidah (+) (+)
11
Artikulasi (+) (+)
12
meningkat meningkat
Achilles (+) (+)
Meningkat meningkat
Refleks patologis
Babinski (+) (+)
Chaddock (+) (+)
Schaefer (+) (+)
Oppenheim (+) (+)
Rossolimo (+) (+)
Clonus paha (-) (-)
Clonus kaki (-) (-)
E. DIAGNOSIS KLINIS
HT S
D
C
S HT HT 56
52
27 31
13
Keterangan :
Laki-laki
Wanita
Meninggal
Satu rumah
C : Care giver
D : Decision Maker
S: Stroke
HT: Hipertensi
J: jantung
3. Family Map
Keterangan
- A : Pasien
- B : anak pasien
14
2017 50 Anak pasien menikah dan
tinggal dengan suaminya
sehingga pasien tinggal sendiri
dirumah.
Kadang – Hampir
Hampir
APGAR Keluarga kadang tidak
Selalu (2)
(1) pernah (0)
15
hal dengan saya dan berbagi masalah
dengan saya
3. Saya merasa puas karena keluarga
saya menerima dan mendukung
keinginan – keinginan saya untuk √
waktu bersama
Keterangan klasifikasi APGAR:
8 – 10 : sangat fungsional (high functional family)
4 – 7 : disfungsional sedang (moderate dysfunctional family)
0 – 3 : disfungsional berat (severe dysfunctional family)
Total Skor 8Kesimpulan : termasuk keluarga sangat fungsional
5. Family SCREEM
16
Religius Pasien adalah seorang muslim yang
taat dan rajin beribadah wajib sehari –
hari seperti sholat 5 waktu. Rajin
pengajian.
berdiri di tanah milik pribadi dengan luas sekitar 50 m2 (10x5 meter), yang
tidak berjarak. Atap rumah terbuat dari genteng. Lantai terbuat dari ubin.
17
Pasien tinggal sendiri. Kebersihan rumah kurang, dan terlihat
tv sekaligus dapur, dan kamar mandi. Kondisi bak mandi dan jamban bersih.
PDAM. selama ini tidak ada masalah dalam penggunaan sumur tersebut.
jendela hanya di rumah bagian depan. Pintu di tiap kamar hanya ditutupi
kain.
rumah pasien dengan rumah di depannya 3,5 meter dan rumah – rumah
3. Denah rumah
Km mandi
kamar
Ruang tv
Ruang tamu
18
INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
2. Diagnosis Holistik
19
I. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. Upaya Promotif
Edukasi kepada pasien dan minimal ada satu anggota keluarga yang ikut
mendengarkan, terkait:
kehidupan sehari-hari.
penyakitnya
pola hidup sehat. Yaitu untuk pasien berhenti merokok, dan untuk anak-
20
2. Upaya Preventif
bersantan.
seminggu.
3. Upaya Kuratif
- Amlodipin 1x 10 mg
- Biocombin 1 x 1
4. Upaya Rehabilitatif
Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang
baik secara aktif maupun secara pasif. Secara umum tujuan terapi latihan
21
perbaikan atau pemeliharaan dari kekuatan dan daya tahan otot,
5. Upaya Paliatif
Bina Rohani
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PPOK
A. Definisi PPOK
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
inflamasi yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya.
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
a. Riwayat merokok
- Perokok pasif
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah
rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
23
4. Hipereaktiviti bronkus
C. Etiologi PPOK
PPOK. Namun, polusi udara, gagal jantung, emboli pulmonal, infeksi nonpulmonal,
dan pneumothorax dapat memicu eksaserbasi akut. Terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa setidaknya 80 % dari PPOK eksaserbasi disebabkan oleh infeksi. Infeksi tersebut
40-50% disebabkan oleh bakteri, 30% oleh virus, dan 5-10% karena bakteri atipikal.
Infeksi bersamaan oleh lebih dari satu patogen menular tampaknya terjadi dalam 10
peningkatan polusi yang berkaitan dengan peningkatan ringan pada eksaserbasi PPOK
dan perawatan di rumah sakit, mekanisme yang terlibat sebagian besar tidak diketahui.
menunjukkan peningkatan risiko relatif perawatan di rumah sakit untuk PPOK untuk
SO2 (RR 1,02), NO2 (RR 1,02), dan ozon (RR 1,04). Emboli pulmonal juga dapat
menyebabkan eksaserbasi PPOK akut, dan, dalam satu penelitian terbaru, Emboli
Pulmonal sebesar 8,9% menunjukkan pasien rawat inap dengan eksaserbasi PPOK.
metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat
fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:
24
- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer,
terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama
- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal,
duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura Obstruksi
saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural
pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
Perubahan patologi pada PPOK mencakup saluran nafas yang besar dan kecil
bahkan unit respiratori terminal. Secara gamblang, terdapat 2 kondisi pada PPOK yang
menjadi dasar patologi yaitu bronkitis kronis dengan hipersekresi mukusnya dan
emfisema paru yang ditandai dengan pembesaran permanen dari ruang udara yang ada,
mulai dari distal bronkiolus terminalis, diikuti destruksi dindingnya tanpa fibrosis yang
nyata.
25
Penyempitan saluran nafas tampak pada saluran nafas yang besar dan kecil yang
disebabkan oleh perubahan konstituen normal saluran nafas terhadap respon inflamasi
yang persisten. Epitel saluran nafas yang dibentuk oleh sel skuamous akan mengalami
metaplasia, sel-sel silia mengalami atropi dan kelenjar mukus menjadi hipertropi.
Proses ini akan direspon dengan terjadinya remodeling saluran nafas tersebut, hanya
saja proses remodeling ini justru akan merangsang dan mempertahankan inflamasi yang
terjadi dimana T CD8+ dan limfosit B menginfiltrasi lesi tersebut. Saluran nafas yang
kecil akan memberikan beragam lesi penyempitan pada saluran nafasnya, termasuk
hiperplasia sel goblet, infiltrasi sel-sel radang pada mukosa dan submukosa,
Pada emfisema paru yang dimulai dengan peningkatan jumlah alveolar dan
septal dari alveolus yang rusak, dapat terbagi atas emfisema sentrisinar (sentrilobular),
dibahas dan skar emfisema atau irreguler dan emfisema dengan bulla yang agak jarang
dibahas. Pola kerusakan saluran nafas pada emfisema ini menyebabkan terjadinya
pembesaran rongga udara pada permukaan saluran nafas yang kemudian menjadikan
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK merupakan suatu respon inflamasi
yang diperkuat terhadap iritasi kronik seperti asap rokok. Mekanisme ini yang rutin
dibicarakan pada bronkitis kronis, sedangkan pada emfisema paru, ketidak seimbangan
pada protease dan anti protease serta defisiensi α 1 antitripsin menjadi dasar
patogenesis PPOK. Proses inflamasi yang melibatkan netrofil, makrofag dan limfosit
sel pada saluran nafas dan parenkim. Secara umum, perubahan struktur dan inflamasi
26
saluran nafas ini meningkat seiring derajat keparahan penyakit dan menetap meskipun
keparahan PPOK. Sel-sel inflamasi ini akan melepaskan beragam sitokin dan mediator
yang berperan dalam proses penyakit, diantaranya adalah leucotrien B4, chemotactic
factors seperti CXC chemokines, interlukin 8 dan growth related oncogene α, TNF α,
IL-1ß dan TGFß. Selain itu ketidakseimbangan aktifitas protease atau inaktifitas
antiprotease, adanya stres oksidatif dan paparan faktor risiko juga akan memacu proses
inflamasi seperti produksi netrofil dan makrofagserta aktivasi faktor transkripsi seperti
nuclear factor κß sehingga terjadi lagi pemacuan dari faktor-faktor inflamasi yang
saluran nafas pada saluran nafas yang kecil dengan diameter < 2 mm dan air trapping
pada emfisema paru. Proses ini kemudian akan berlanjut kepada abnormalitas
perbandingan ventilasi : perfusi yang pada tahap lanjut dapat berupa hipoksemia arterial
dengan atau tanpa hiperkapnia. Progresifitas ini berlanjut kepada hipertensi pulmonal
dimana abnormalitas perubahan gas yang berat telah terjadi. Faktor konstriksi arteri
pulmonalis sebagai respon dari hipoksia, disfungsi endotel dan remodeling arteri
pulmonalis (hipertropi dan hiperplasi otot polos) dan destruksi Pulmonary capillary
bad menjadi faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap hipertensi pulmonal.
E. Diagnosis PPOK
27
anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK klinis. Apabila
sesuai derajat (PPOK ringan, PPOK sedang, dan PPOK berat). Diagnosis PPOK klinis
ditegakkan apabila :
1. Anamnesis
a. Keluhan
- Batuk Kronik
Batuk kronik adalah batuk yang hilang timbul selama 3 bulan yang tidak
- Berdahak Kronik
disertai batuk.
- Sesak nafas
Sesak nafas yang progresif, bertambah berat dengan aktifitas, bias juga
persisten.
- Demam
Riwayat pajanan (asap rokok, asap tungku memasak, polusi udara, polusi tempat
kerja)
2. Pemeriksaan Fisik
28
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas
terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi
alveoli. Sedangkan PPOK derajat sedang dan PPOK derajat berat seringkali
Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :
a. Inspeksi
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
Blue bloater
edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.
b. Palpasi
- Fremitus melemah
29
c. Perkusi
d. Auskultasi
- Ekspirasi memanjang
- Ronki
3. Pemeriksaan Penunjang
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter
meter.
30
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit
kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau
kronik)
terjadi eksaserbasi)
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar
appearance)
- Normal
31
Normal Hyperinflation
anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor resiko disertai batuk kronik dan
berdahak dengan sesak nafas terutama saat melakukan aktivitas pada seseorang yang
1. Asma
3. Pneumotoraks
5. Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed
lung.
32
33
Klasifikasi Gejala Spirometri
Penyakit
Ringan - Tidak ada gejala waktu istirahat atau VEP > 80%
tangga)
75%
34
G. Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya
napas. Bila telah menjadi gagal napas segera atasi untuk mencegah
> 60 mmHg atau Sat O2 > 90%, evaluasi ketat hiperkapnia. gunakan
sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan (ventury masks) 24%, 28%
tergantung kadar Paco2 dan Pao2. Bila terapi oksigen tidak dapat
35
3. Pemberian obat-obatan yang maksimal
a. Antibiotik
b. Bronkodilator
36
- Terbutalin 0,3 ml subkutan dapat diulang sampai 3 kali setiap 1 jam
c. Kortikosteroid
d. Diuretik
5. Ventilasi mekanik
37
Dahulukan penggunaan NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan
- Pengeluaran sputum
1. Komplikasi
yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik, gagal nafas akut,
infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal nafas kronis ditunjukkan oleh hasil
analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan PaCO2>50 mmHg, serta Ph
dapat normal. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis ditandai oleh sesak nafas
dengan atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan
berulang. Selain itu, pada kondisi kronis ini imunitas tubuh menjadi lebih
rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor pulmonal
ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %, dan dapat disertai gagal
38
jantung kanan.
39
BAB III
ANALISIS KASUS
Puskesmas Pembantu Tompeyan dengan keluhan sesak nafas dan batuk. Pasien
merupakan perokok aktif yang sering merokok di dalam rumah. Pasien merupakan
seorang buruh bangunan yang terpapar debu setiap hari. Pemeriksaan fisik pada saat
Didapatkan sesak nafas, terdengar suara rhonki dan wheezing saat di auskultasi.
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
polusi udara
Pada pasien ini merupakan seorang perokok aktif selama 37 tahun, sering merokok
di dalam rumah, dan bekerja sebagai buruh bangunan yang terpapar debu setiap hari
40
• Inspeksi
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher
• Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
- ekspirasi memanjang
Pada pasien ini pada pemeriksaan fisik sesak nafas, hipersonor saat diperkusi
dan terdengar suara rhonki saat di auskultasi sebagai tanda dan gejala PPOK.
41
Penatalaksanaan obat yang diberikan dokter pada pasien adalah Salbutamol 2 x
Pada saat kunjungan rumah, keluhan yang masih dirasakan pasien adalah
sesak nafas yang kadang-kadang datang, membaik jika pasien posisi duduk dan
batuk masih tapi membaik. Kemudian pasien menjalani rawat jalan atas keinginan
pasien sendiri. Kini keluhan sudah cukup berkurang walaupun masih batuk dan
sesak nafas. Saat digali pada kegiatan homevisit, pasien ini kurang memiliki
atau kondisinya memburuk. Pengetahuan yang kurang pada pasien ini dapat
belum melaksanakan pola hidup sehat seperti seharusnya. Pola makan yang dijalani
pasien masih kurang sesuai untuk kondisi pasien, terlihat dari hasil food recall saat
kunjungan rumah. Pola makan yang kurang baik dapat disebabkan kurangnya
mewujudkan menu makanan yang baik. Misalnya pada keluarga pasien, setiap
42
kandungannya pun tidak dikhususkan untuk kondisi pasien. Seluruh perangkat
penilaian keluarga hasilnya baik dan keluarga pasien merupakan keluarga sangat
fungsional.
Pasien tidak memiliki hasil pemeriksaan laboratorium, dan rontgen. Hal ini
Pasien merasa kondisi penyakitnya saat ini sudah parah sehingga tidak
membutuhkan tindakan di rumah sakit dan hanya berpasrah pada tuhan walaupun
tetap berusaha dengan patuh meminum obat yang diberikan oleh dokter.
risiko terjadinya infeksi pada saluran pernapasan pasien. Sehingga edukasi PHBS
43
7. Patient-centered Care, Family Focused and Community-oriented Care:
eksplorasi mengenai aspek disease dan illness pada pasien dan keluarga serta
dilakukannya penilaian fungsi keluarga.
8. Collaborative Care: kolaborasi antara dokter dan bagian gizi dibutuhkan dalam
pemberian edukasi mengenai diit pasien.
44
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), 2016, Global
Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease, available from :http://www.goldcopd.org.
Price et al, (2003) Price, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC
Vestbo, J. et al. (2013). Global strategi For The Diagnosis, Management, and
Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.Am J Respir Crit Care
Med vol 187, Iss. 4, pp 347-365, feb 15, 2013
45