Anda di halaman 1dari 9

PENGELOLAAN SAMPAH

“MELAKUKAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA


PENGOMPOSAN DAN VERMIKOMPOSTING”

Disusun oleh: Kelompok 3

2 D3 A

1. Adara Amalia P2.31.33.0.17.001

2. Erfin Syahrullah P2.31.33.0.17.010

3. Rizqa Hasanah Hasibuan P2.31.33.0.17.032

4. Tania Saosa Pratiwi P2.31.33.0.17.040

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643

Fax. 021.7397769 E-mail: info@poltekkesjkt2.ac.id Website: http://poltekkesjkt2.ac.id


A. Pengertian Kompos, Jenis dan Manfaat Kompos
a. Pengertian Kompos
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik,
misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain Pembusukan
itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium
yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman, Menurut Wahyono,
dkk (2003) penghomposan didefiniisikan sebacal proses dekomposisi materi organik
secara biologis menjadii material seperti humus dalam kondisi aerobik yang torkendali.
Dałam proses pengkomposan akan timbul panas dengan sendirinya, Panas tersebut
timbul sebagai hasil respirasi biokimia di dalam limbah. Jika panas tersabut terisolasi,
tumpukan sampah yang dikomposkan akan semakin panas. Meningkatnya temperatur
mangakibatkan komposisi populasi mikroba berubah dari mesofilik (<40 °C) menjadi
mikroba termofilik (>40 °C), Selama proses komposting. oksigen di konsumsi dan
karbondioksida dlepaskan Pada fase pematangan suhu akan turun sarnpai stabil.
Secara umum teknologi pengomposan dibagi menjadi dua sistem, yatu sistem in
visel (lertutup) dan sistem non vesel (terbuka). Pengomposan tertutup adałah
pengomposan yang cilakukan secara tertutup didalam reaktor. Pengomposan sistem
terbuka adalah pengkomposan yang dilakukan secara terbuka tanpa reaktor
Pembuatan kompos dapat dilakukan untuk skala kecil (rumah tangga, sekolah dan
lain-lain) maupun skala besar (industri). Untuk skalah rumah tangga pembuatan
kompos dapat dilakukan pada drum plastic, ember atau dapat pula dari tembikar,
sedangkan untuk skala industri biasanya biasanya menggunakan mesin pembuat
kompos.
b. Jenis-Jenis Kompos
1. Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang
dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
2. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di
pabrik gula.
3. Kompos bokashi.
c. Manfaat Kompos

Manfaat kompos diataranya kompos dapat memberikan nutrisi bagi tanaman,


kompos memperbaiki struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
Selain itu kompos juga memiliki ekonomis, yaitu dapat dipasarkan yang mendatangkan
income bagi pembuatanya.

B. Peralatan dan Bahan Pembuatan Kompos


a. Peralatan Pembuatan Kompos
• Golok/pisau untuk merajang dan memisahkan batang dan daun
• Sapu lidi
• Sekop
• Ember
• APD petugas (sepatu boot, masker dan sarung tangan)
• Karung untuk untuk menyimpan kompos.
b. Bahan Pembuatan Kompos
a) Bahan pembuatan kompos metode aerob
Material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N)
kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah
hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas.
Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam
padi ke dalam adonan pupuk.
b) Bahan pembuatan kompos metode anaerob
Material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1).
Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing.

C. Prosedur Pembuatan Kompos


a. Cara membuat kompos metode aerob
1. Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik
apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan.
2. Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang
1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.
3. Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran
ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil.
Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai terlalu
halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung.
4. Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak kayu, kemudidan
padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh.

(Sumber Gambar : https://alamtani.com/cara-membuat-kompos/)


5. Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan
kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan starter
mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu,
naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan
terus hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter.
6. Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65˚C, biarkan keadaan
yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur
dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran jangan sampai lebih dari 4 hari.
Karena berpotensi membunuh mikroorganisme pengurai kompos. Apabila
mikroorganisme dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya.
7. Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme
dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada kisaran 45-60˚C dan
kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik
kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos dengan air. Pada
kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk mencegahnya kita bisa menutup
tumpukan kompos dengan terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari
siraman air hujan.
8. Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode berikut. Angkat bak
kayu, lepaskan dari tumpukan kompos. Lalu letakan persis disamping tumpukan
kompos. Kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu
tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan
terus hingga seluruh tumpuka kompos berpindah kesampingnya. Dengan begitu,
semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya
dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai. Atau balik apabila
suhu dan kelembaban melebihi batas yang ditentukan.
9. Apabila suhu sudah stabil dibawah 45˚C, warna kompos hitam kecoklatan dan
volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah
proses pematangan selama 14 hari.
10. Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar
bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam karung. Simpan
pupuk kompos di tempat kering dan teduh.

(Sumber Gambar : https://alamtani.com/cara-membuat-kompos/)


b. Cara membuat kompos metode anaerob
1. Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak
terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain,
hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran
kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
2. Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan
1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
3. Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus
di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai
perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan
tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang
lembab bisa disemprotkan air.
4. Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah
dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk
menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar
35-45˚C.
5. Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan
dengan baunya yang harum seperti bau tape.

D. Pengertian Vermikomposting, Jenis dan Manfaat


a. Pengertian Vermikomposting
Vermicomposting merupakan proses pengomposan bahan organik oleh
mikroorganisme cacing tanah mejadi pupuk berkualitas tinggi. Secara umum
pengomposan sama halnya seperti pengomposan menggunakan mikroorganisme lain
seperti bakteri maupun jamur, dimana proses pengomposan dilakukan dengan
menguraikan substrat, atau senyawa organik biodegradable yang dipecah dengan
sebagian sisa bahan organik diubah menjadi humus seperti zat dan kompos sebagai
produks utama yang stabil secara kimia (Epstein, 1997 ; Ipek et al, 2002).
Pengomposan menggunakan cacaing tanah berbeda dengan pengomposan dengan
mikroorganisme lain. Proses vermicomposting menghasilkan biokonversi limbah
organik yang sangat bermanfaat yaitu, biomassa cacing tanah yang lebih jauh lagi dapat
diproses menjadi protein sebagai sumber pakan ternak maupun bahan baku industri,
serta vermikompost sebagi hasil akhir (Ndegwa and Thompson , 2001).
b. Jenis Vermikomposting
1) Sistem Windrow, prinsipnya adalahpenumpukan bahan yang dikomposkan dalam
barisan yang disusun sejajar
2) Sitem bed atau bin, yang menggunakan wadah yang telah dilubangi bagian
bawahnya untuk menjaga aerasi
3) Sistem flow-through reactor (Munroe), cacing ditempatkan di kotak yang
tinggi,biasanya berbentuk bujur sangkar dan lebarnya tidak lebih dari tiga meter.
c. Manfaat Vermikomposting
1) Meningkatkan petumbuhan tanaman lebih cepat, peningkatan hasil tanaman
2) Menghasilkan tanaman dengan kualitas yang baik, tanpa residu bahan-bahan
beracun(bahan-bahan kimia)
3) Meningkatkan kapasitas air tanah
4) Produksi mudah dan biaya rendah
5) Menjaga keasaman tanah (pH tanah)

E. Peralatan dan Bahan Pembuatan Vermikomposting


1. Wadah (tempat) peternakan cacing (dapat dibuat dari kotak kayu) atau karung plastik.
2. Cacing 2 kg
3. Bahan Organik berserat tinggi (jerami, batang pisang, sabut kelapa, kertas) yang telah
dikering anginkan 5 kg
4. Air secukupnya
5. Pakan untuk cacing (sayuran yang telah digiling atau kotoran ternak yang telah
diencerkan)

F. Prosedur Pembuatan Vermikomposting


1. Bahan organik yang digunakan tidak berbau menyengat, kemudian dikering anginkan
(tidak dibawah sinar matahari), selama pengeringan dilakukan juga penyiraman setiap
hari dan pembalikan 3 hari sekali selama 1-2 minggu.
2. Apabila bahan nomor 1 suhunya sudah stabil, kemudian dimasukkan ke dalam kotak
kayu yang telah dilapisi plastik atau dimasukkan ke dalam karung plastik. Pernadingan
ukuran kotak kayu dan cacing kira-kira 1 x 1 x 0,10 m : 2000 ekor cacing.
3. Masukkan cacing ke dalam wadah nomor 2, kumudian masukkan cacing ke dalamnya,
wadah sebaiknya ditutup dengan potongan batang pisang agar terlindungi dari sinar
matahari dan cacing menyukai tempat yang lembah serta dingin.
4. Cacing dipelihara selama 6 minggu dengan memberi pakan setiap 1 hari sekali
sebanyak berat cacing yang dimasukkan (bila cacing dimasukkan 100 garam maka
pakan yang diberikan juga 100 gram).
5. Selama proses pembuatan amati dan catat keadaan suhu setiap hari dengan
menggunakan termometer.
6. Pemanenan, dapat dilakukan apabila bahan organik yang diberikan telah habis dimakan
oleh cacing dan telah menampakkan butiran kotoran cacing.
7. Pemanenen dilakukan dengan cara menumpukkan bahan (kascing) menjadi gundukan
agar cacing turun ke bawah gundukan menghindari sinar matahari.
8. Kascing dikering anginkan lalu diayak. Pengayakan bertujuan untuk mendapatkan
kascing yang halus dan dapat mengambil cacing dan telur.
9. Cacing yang telah dipanen dapat digunakan lagi untuk proses pembuatan kascing
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mulat, Tri. 2003. Membuat dan memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Jakarta :
Agromedia Pustaka

Puspawati, Catur. 2012. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat (A). Jakarta :
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II

https://alamtani.com/cara-membuat-kompos/

http://eprints.umm.ac.id/41526/3/BAB%20II.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Kompos

https://kascingsidoarjo.com/2017/09/21/kelebihan-vermicompost/

https://www.scribd.com/doc/19420131/Mengolah-Sampah-Dengan-Vermicomposting

Anda mungkin juga menyukai