Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha perkembangan perusahaan
dari waktu ke waktu, untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya dan
untuk menilai kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Maka dari itu diperlukan analisa agar terlihat
kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil yang dianggap baik kemudian hasil analisa tersebut
digunakan untuk membuat perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan untuk masa yang
akan datang. Laporan arus kas merupakan laporan yang menyediakan informasi yang relevan
tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa
mendatang. Oleh sebab itu, kas merupakan faktor penting yang perlu mendapatkan perhatian
khusus.
Hanafi (2016:50) “Laporan arus kas menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar
bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan
pendanaan”. Menurut Baridwan (2010:40), “Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk
menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu.” Analisis laporan arus kas merupakan analisis finansial yang sangat
penting bagi seorang manajer keuangan suatu perusahaan disamping analisis finansial lainnya.
Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
suatu perusahaan pada periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan operasi,
investasi, dan pendanaan selama satu periode tertentu.
Carl, dkk (2000:45) dalam Octavianus (2015:14), banyak investor dan kreditor beranggapan
bahwa menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari besarnya laba yang dicapai
perusahaan. Ketika laba tinggi maka kinerja keuangan perusahaan tersebut sudah baik, tetapi itu
sangat keliru karena laba yang tinggi belum dapat menjamin perusahaan tersebut memiliki uang kas
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dari kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu,
dibutuhkan laporan arus kas untuk dapat menilai kinerja keuangan perusahaan. Dalam laporan arus
kas dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas yang berasal dari aktivitas operasi
dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya, serta membayar deviden.
Darsono dan Ashari (2005:218), untuk menilai kinerja keuangan perusahaan maka
digunakan analisis rasio arus kas sebagai berikut: rasio likuiditas arus kas dan rasio fleksibilitas arus
kas. Rasio likuiditas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek. Rasio fleksibilitas digunakan untuk membayar kembali kewajibannya di masa yang
akan datang dengan kas bersih dari aktivitas operasi.
Selama periode 2013-2015 PT. Indosat selalu mengalami rugi. Penilaian yang tepat atas
kinerja perusahaan tidak hanya memperhatikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba tetapi
juga memperhatikan kemampuan arus kas positif dari kegiatan operasinya. Jika perusahaan
profitable tapi arus kasnya defisit maka perusahaan diindikasikan mengalami masalah keuangan dan
dikhawatirkan tidak mampu mengambalikan pinjaman kepada investor maupun membayar deviden
kepada investor. Jika perusahaan memiliki arus kas positif namun laba yang diperoleh negatif,
kondisi tersebut menjadikan investor tidak mempercayakan invesasinya kembali kepada perusahaan
karena dai kondisi laba yang negatif menjadikan tidak adanya deviden.
Kas merupakan elemen yang terpenting didalam sebuah perusahaan untuk menunjang
kegiatan operasional, oleh karena itu melalui analisa komponen arus kas, maka dapat diketahui
bagaimana PT. GARUDA METALINDO Tbk mengelola dana yang dimilikinya dan kesanggupan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melihat bahwa betapa pentingnya laporan arus kas
dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Maka dari itu, peneliti ingin membuat penelitian
dengan judul “Analisis Laporan Arus Kas sebagai Dasar Pengukuran Kinerja Keuangan PT.
GARUDA METALINDO Tbk”.
2. RUMUSAN MASLAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah:
 Analisis rasio laporan arus kas dalam mengelola dana PT. GARUDA METALINDO Tbk
 Kinerja keuangan PT. GARUDA METALINDO Tbk berdasarkan analisis rasio arus kas.

TINJAUAN PUSTAKA
 Pengertian Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (2012) mengemukakan pengertian laporan keuangan yaitu laporan
keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah
entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi
mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus
kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para
penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain
dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu
pengguna memprediksi arus kas masa depan serta membatu dalam proses pengeloaan dana arus kas
RSUD di Sumatera Selatan.
 Pengertian Laporan Arus Kas
a. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 2 Tahun 2009, arus kas
adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2013).
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
b. Menurut Skousen dkk (2009), laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan
yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu. Sedangkan menurut Fess (2006), laporan arus kas (cash flow statement) adalah bagian
dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntasi yang
menunjukkan aliran masuk dan keluar uang perusahaan.
 Klasifikasi Laporan Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut Skousen (2009) dalam (Kaunang, 2013) :
1. Aktivitas Operasi (Operating Activities) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
dan aktivitas lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus
kas dalam aktivitas ini biasanya didefinisikan sebagai berikut:
a. Arus kas masuk adalah kas yang diterima dari pelanggan; piutang bunga; dividen dari
investasi; dana yang dikembalikan oleh pemasok
b. Arus kas keluar adalah kas yang dibayarkan untuk pembelian barang untuk dijual kembali;
kewajiban bunga; pajak penghasilan; gaji dan upah.
Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas masuk bersih dari kegiatan
operasi.
2. Aktivitas Investasi (Investing Activities) adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang
serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Berikut ini jenis arus kas yang termasuk
dalam kegiatan investasi:
a. Arus kas masuk atau kas yang diterima dari pelepasan atau penjualan aktiva; pelepasan atau
penjualan sekuritas investasi; penerimaan pinjaman (tidak termasuk bunga keuangan karena
masuk dalam kegiatan operasi)
b. Arus kas keluar atau kas yang dibayar untuk perolehan atau pembelian aktiva; investasi
jangka panjang dalam hutang sekuritas ekuitas; pinjaman kepada pihak lain (tidak termasuk
bunga karena masuk dalam kegiatan operasi); perolehan aktiva lainnya yang digunakan
dalam produksi seperti paten atau aktiva tak berwujud lainnya (tidak termasuk persediaan,
karena masuk dalam kegiatan operasi).
Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas masuk (keluar) bersih dari
kegiatan investasi.
3. Aktivitas Pendanaan (Financing Activities) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahaan
dalam jumlah atau komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas yang biasanya masuk
dalam klasifikasi aktivitas pendanaan adalah:
a. Arus kas masuk atau yang diterima dari pemilikan dari penerbitan sekuritas ekuitas; kreditor
dari penerbitan sekuritas hutang
b. Arus kas keluar atau yang dibayarkan kepada pemilik untuk dividen dan distribusi lainnya;
pemilik untuk penarikan saham atau pembelian saham treasuri; kreditor untuk pembayaran
kembali sejumlah pinjaman (tidak termasuk bunga masuk dalam kegiatan operasi).
 Metode Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut Darsono (2005), terdapat dua metode dalam penyusunan laporan arus kas, antara lain:
1. Metode Langsung (Direct Method)
Dalam metode ini, pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok
penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara lengkap (gross), tanpa melihat
laporan laba atau rugi dan dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Dalam metode ini penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau
pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, serta unsur penghasilan atau
beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Jadi pada dasarnya metode tidak
langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Metode ini
memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan
neraca. Dalam metode tidak langsung arus kas bersih diperoleh dari aktifitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan.
b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan
kerugian, valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum
dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi.
c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

METODOLOGI PENELITIAN
 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskiptif dengan melakukan pendekatan
kuantitatif, yaitu memperoleh informasi dari laporan tahunan pada PT. Garuda Metalindo Tbk Tahun
2016-2018.
 Sumber Data
Data yang digunakan dalam sumber data ini ialah sumber data sekunder. Menurut Sugiyono
(2010) data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan sumber data kepada pengumpul
data seperti dari literatur dan buku penunjang lainnya yang berhubungan dengan permasalahan
skripsi tersebut. Yang diperoleh dari data sekunder dengan cara mengumpulkan data laporan
keuangan tahunan perusahaan PT. Garuda Metalindo Tbk tahun 2016-2018 yang sudah
dipublikasikan.
 Metode Pengumpulan Data
 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa laporan keuangan, catatan keuangan, kebijakan,
profil perusahaan. Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan laporan arus kas dari PT.
Garuda Metalindo Tbk dari tahun 2016-2018.
 Sampel dan Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau
kejadian dimana penulis tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Objek
dilakukan dalam penelitian ini adalah terhadap PT. Garuda Metalindo Tbk. Himpunan adalah bagian
dari populasi unit yang disebut dengan sampel. Penelitian didalam ini mengambil dari sampel
perusahaan laporan arus kas yang menerbitkan selama 3 periode yaitu 2016 sampai 2018.
 Metode Analisis Data
Menurut Darsono (2005), salah satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan laporan
arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen
dalam laporan arus kas, komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio. Adapun
rasio yang digunakan yaitu:
1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO)
Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban
lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar.
Rumus yang digunakan:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐴𝐾𝑂 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Keterangan:
AKO = Arus Kas Operasi
Jika AKO > 1 = Baik
Jika AKO < 1 = Tidak Baik

2. Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna
membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dividen preferen). Rasio yang besar
menunjukan bahwa kemampuan yang lebih baik dari laba sebelum pajak dalam menutup
komitmen yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Rumus yang digunakan:
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐶𝐴𝐷 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛
Keterangan:
CAD = Cakupan Arus Dana
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax)
Jika CAD > 1 = Baik
Jika CAD < 1 = Tidak Baik
3. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas
hutang yang telah ada. Semakin besar rasio ini menunjukan bahwa arus kas operasi mempunyai
kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahan tidak
mampu membayar bunga sangat kecil.
Rumus yang digunakan:
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐶𝐾𝐵 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
Keterangan:
CKB = Cakupan Kas terhadap Bunga
Jika CKB > 1 = Baik
Jika CKB < 1 = Tidak Baik

4. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus
kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas opearasi ditambah dividen kas dibagi
hutang lancar. Rasio yang rendah menunjukan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi
dalam menutupi kewajiban lancar.
Rumus yang digunakan:
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑠
𝐶𝐾𝐻𝐿 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Keterangan:
CKHL = Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar
Jika CKHL > 1 = Baik
Jika CKHL < 1 = Tidak Baik

5. Rasio Pengeluaran Modal (PM)


Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang
yang ada. Rasio yang rendah menunjukan kemapuan yang rendah sedangkan rasio yang tinggi
menunjukan kemampuan yang tinggi pula dari arus kas dalam membiayai pengeluaran modal.
Rumus yang digunakan:
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑀 =
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
Keterangan:
PM = Pengeluaran Modal
Jika PM > 1 = Baik
Jika PM < 1 = Tidak Baik
6. Rasio Total Hutang (TH)
Rasio ini menunjukan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua
arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Rasio yang cukup rendah menunjukan
bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua
kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasional perusahaan.
Rumus yang digunakan:
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑇𝐻 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Keterangan:
TH = Total Hutang
Jika TH > 1 = Baik
Jika TH < 1 = Tidak Baik

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini rasio dilakukan analisis arus kas, cakupan kas terhadap bunga, cakupan kas
terhadap hutang lancar, pengeluaran modal, total hutang, dan cakupan arus dana. Berikut hasil
perhitungannya:
1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kecukupan arus kas operasi untuk membiayai
kewajiban jangka pendek.
 Tahun 2016
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 147.030.558.657
𝐴𝐾𝑂 = = = 2,28
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 64.455.224.010
 Tahun 2017
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 102.038.578.597
𝐴𝐾𝑂 = = = 0,59
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 172.769.473.994
 Tahun 2018
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 58.409.108.583
𝐴𝐾𝑂 = = = 0,16
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 352.222.592.938

Tabel 1.1
Rasio Arus Kas (AKO) PT. GARUDA METALINDO Tbk
Tahun Jumlah Arus Kas Operasi Kewajiban Lancar Rasio AKO
2016 Rp. 147.030.558.657 Rp. 64.455.224.010 2,28
2017 Rp. 102.038.578.597 Rp. 172.769.473.994 0,59
2018 Rp. 58.409.108.583 Rp. 352.222.592.938 0,16
Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti
Analisis:
Dari hasil tabel diatas terlihat rasio arus kas operasi untuk tahun 2016 adalah 2,28 yang
artinya setiap seratus rupiah dijamin kewajiban lancar dengan 228 rupiah arus kas operasi. Untuk
rasio arus kas operasi untuk tahun 2017 adalah 0,59 yang artinya setiap seratus rupiah dijamin
kewajiban lancar dengan 59 rupiah arus kas operasi. Sedangkan tahun 2018 rasio arus kas operasi
ialah 0,16 yang artinya setiap seratus rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 16 rupiah kas dari
operasi perusahaan. Menurut Darsono dan Ashari (2005) rasio arus kas yang baik berstandar >1.
 Tahun 2016 dengan rasio 2,28 menunjukan bahwa rasio operasi arus kas berada diatas satu
artinya kemampuan arus kas operasi perusahaan untuk membayarkan kewajiban lancar sangat
baik.
 Tahun 2017 dengan rasio 0,59 menunjukkan bahwa rasio operasi arus kas berada dibawah satu
artinya kemampuan arus kas operasi perusahaan untuk membayarkan kewajiban lancar cukup
rendah.
 Tahun 2018 dengan rasio 0,16 ini menunjukan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang
sangat rendah untuk memenuhi kewajiban lancarnya karena rasio yang diperoleh kurang dari
satu.
Dari tiga perbandingan periode tahun 2016, 2017 dan 2018 terlihat rasio yang diperoleh tahun 2018
terjadi penurunan rasio dari tahun 2017 dan 2016. Hal ini terjadi karena pada tahun 2017 dan 2018
kewajiban perusahaan lebih besar dibandingkan dengan arus kas operasi. Untuk itu perusahaan harus
memaksimalkan kas arus masuk dari kegiatan operasi.

2. Rasio Cakupan Arus Dana CAD)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan deviden preferen).
 Tahun 2016
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐶𝐴𝐷 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
146.836.687.300
=
−1.466.035.983 − 38.353.271.313 − 58. 608.186.463

= 1,49

 Tahun 2017
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐶𝐴𝐷 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
131.970.355.069
=
25.098.279.325 + 34.699.400.993 + 65.090.049.592

= 1,05
 Tahun 2018
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐶𝐴𝐷 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
102.840.767.511
=
31.533.959.147 + 27.102.667.897 + 75.000.000.000

= 0,77

Tabel 1.2
Rasio Cakupan Arus Dana (CAD) PT. GARUDA METALINDO Tbk
Rasio
Tahun EBIT Bunga Pajak Dividen
AKO
2016 Rp. 146.836.687.300 Rp. 1.466.035.983 Rp. 38.353.271.313 Rp. 58. 608.186.463 1,49

2017 Rp. 131.970.355.069 Rp. 25.098.279.325 Rp. 34.699.400.993 Rp. 65.090.049.592 1,05

2018 Rp. 102.840.767.511 Rp. 31.533.959.147 Rp. 27.102.667.897 Rp. 75.000.000.000 0,77
Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti
Analisis:
Dari perhitungan tabel diatas tersebut terlihat bahwa rasio cakupan arus dana untuk tahun
2016 adalah 1,49 , rasio cakupan arus dana untuk tahun 2017 adalah 1,05 sedangkan untuk tahun
2018 adalah sebesar 0,77. Hasil rasio menunjukkan cakupan arus dana tahun 2016 dan tahun 2017
sangat baik karena berada diatas 1. Sedangkan hasil rasio menunjukkan cakupan arus dana tahun
2018 tidak baik karena berada dibawah 1.

3. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB)


Rasio ini meyakinkan para kreditur tentang kemampuan dan keyakinan perusahaan untuk
melunasi semua beban hutang.
 Tahun 2016
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐶𝐾𝐵 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
147.030.558.657 + 1. 466.035.983 + 38.353.271.313
=
1. 466.035.983
= 127, 45

 Tahun 2017
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐶𝐾𝐵 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
102.038.578.597 + 25.098.279.325 + 34.699.400.993
=
25.098.279.325
= 6,44
 Tahun 2018
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐶𝐾𝐵 =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
58.409.108.583 + 31.533.959.147 + 27.102.667.897
=
31.533.959.147
= 3,71

Tabel 1.3
Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB) PT. GARUDA METALINDO Tbk
Rasio
Tahun Arus Kas Operasi Bunga Pajak
CKB
2016 Rp. 147.030.558.657 Rp. 1. 466.035.983 Rp. 38.353.271.313 127,45

2017 Rp. 102.038.578.597 Rp. 25.098.279.325 Rp. 34.699.400.993 6,44

2018 Rp. 58.409.108.583 Rp. 31.533.959.147 Rp. 27.102.667.897 3,71


Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti
Analisis:
Dari hasil tabel diatas perhitungan terlihat bahwa cakupan arus kas terhadap bunga:
 Tahun 2016 adalah sebesar 127,45 yang artinya jumlah arus kas yang dapat menutupi biaya
bunga yang harus dibayar sebanyak 127 kali.
 Tahun 2017 rasio yang diperoleh sebesar 6,44 yang berarti bahwa sebanyak 6 kali jumlah arus
kas yang dapat menutupi biaya bunga yang harus dibayar.
 Tahun 2018 rasio yang diperoleh sebesar 3,71 yang berarti bahwa sebanyak 3 kali jumlah arus
kas yang dapat menutupi biaya bunga yang harus dibayar.
Rasio cakupan arus kas terhadap bunga menunjukan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menutupi biaya bunga dalam tahun 2016 sangat tinggi sedangkan pada tahun 2017 dan 2018 sangat
rendah. Hal ini dikarenakan semakin tinggi rasio cakupan arus kas terhadap bunga yang diperoleh
maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar biaya bunga begitu pula sebaliknya.

4. Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancar berdasarkan kas bersih.
 Tahun 2016
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑠
𝐶𝐾𝐻𝐿 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
147.030.558.657 + 58. 608.186.463
=
64.455.224.010
= 3,19
 Tahun 2017
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑠
𝐶𝐾𝐻𝐿 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
102.038.578.597 + 65.090.049.592
=
172.769.473.994
= 0,97
 Tahun 2018
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑠
𝐶𝐾𝐻𝐿 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
58.409.108.583 + 75.000.000.000
=
352.222.592.938
= 0,38

Tabel 1.4
Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. GARUDA METALINDO Tbk
Rasio
Tahun Arus Kas Operasi Dividen Kas Hutang Lancar
CKHL
2016 Rp. 147.030.558.657 Rp. 58. 608.186.463 Rp. 64.455.224.010 3,19

2017 Rp. 102.038.578.597 Rp. 65.090.049.592 Rp. 172.769.473.994 0,97

2018 Rp. 58.409.108.583 Rp. 75.000.000.000 Rp. 352.222.592.938 0,38


Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti
Analisis:
Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa nilai cakupan arus kas terhadap hutang lancar adalah:
 Pada tahun 2016 adalah sebesar 3,19 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk
membayar hutang lancar sebesar 3 kali.
 Pada tahun 2017 sebesar 0,97 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar
hutang lancar sebesar 0,97 kali.
 Pada tahun 2018 sebesar 0,38 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar
hutang lancar sebesar 0,38 kali.
Menurut Darsono dan Ashari (2005) standar CKHL yang baik yaitu jika >1. Berdasarkan rasio
cakupan kas terhadap hutang lancar terlihat bahwa pada tahun 2016 perusahaan memiliki
kemampuan yang tinggi dalam membayar hutang lancarnya, sedangkan untuk tahun 2017 dan 2018
perusahaan memiliki kemampuan yang rendah dalam membayar hutang lancarnya. Hal ini terjadi
karena pada tahun 2017 dan 2018 hutang lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan
dengan arus kas operasi ditambah dengan deviden kas. Untuk itu perusahaan harus mengurangi
melakukan pinjaman untuk tiap tahunnya.
5. Rasio Pengeluaran Modal (PM)
Menggunakan rasio ini untuk mengukur tersedia modal dalam investasi dan membayar hutang
yang ada.
 Tahun 2016
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 147.030.558.657
𝑃𝑀 = = = 5,92
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 24.866.838.051
 Tahun 2017
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 102.038.578.597
𝑃𝑀 = = = 4,60
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 22.190.360.779
 Tahun 2018
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 58.409.108.583
𝑃𝑀 = = = 1,60
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 36.585.180.328

Tabel 1.5
Rasio Pengeluaran Modal (PM) PT. GARUDA METALINDO Tbk
Tahun Arus Kas Operasi Pengeluaran Modal Rasio PM
2016 Rp. 147.030.558.657 Rp. 24.866.838.051 5,92
2017 Rp. 102.038.578.597 Rp. 22.190.360.779 4,60
2018 Rp. 58.409.108.583 Rp. 36.585.180.328 1,60
Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti
Analisis:
Dari tabel diatas perhitungan terlihat bahwa rasio pengeluaran modal:
 Pada tahun 2016 adalah sebesar 5,92 yang berarti kemampuan arus kas operasi dalam membiayai
pengeluaran modal tahun 2016 sebesar 5 kali.
 Pada tahun 2017 adalah sebesar 4,60 yang berarti kemampuan arus kas operasi dalam membiayai
pengeluaran modal tahun 2017 sebesar 4 kali.
 Pada tahun 2018 adalah sebesar 1,60 yang berarti kemampuan arus kas operasi dalam membiayai
pengeluaran modal tahun 2018 sebesar 1 kali.
Rasio tersebut menunjukkan bahwa rasio PM berada diatas satu yang berarti baik menurut standar.
Rasio diatas satu ini menunjukan bahwa PT. Garuda Metalindo Tbk dalam investasi pada aktiva tetap
dapat meningkatkan penerimaan kas dari aktivitas operasinya. Rasio lebih dari satu tersebut berarti
bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam membiayai pengeluaran modalnya.
Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam
membiayai pengeluaran modal.

6. Rasio Total Hutang (TH)


Rasio ini menunjukan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua
arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang.
 Tahun 2016
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 147.030.558.657
𝑇𝐻 = = = 1,19
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 123.816.707.010
 Tahun 2017
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 102.038.578.597
𝑇𝐻 = = = 0,22
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 468.122.101.794
 Tahun 2018
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 58.409.108.583
𝑇𝐻 = = = 0,11
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 574.341.524.938

Tabel 1.6
Rasio Total Hutang (TH) PT. GARUDA METALINDO Tbk
Tahun Arus Kas Operasi Total Hutang Rasio TH
2016 Rp. 147.030.558.657 Rp. 123.816.707.010 1,19
2017 Rp. 102.038.578.597 Rp. 468.122.101.794 0,22
2018 Rp. 58.409.108.583 Rp. 574.341.524.938 0,11
Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti
Analisis:
Dari table diatas perhitungan terlihat bahwa rasio total hutang:
 Pada tahun 2016 adalah sebesar 1,19 yang berarti total hutang perusahaan yang dijamin dengan
arus kas operasi bersih adalah sebesar 119%.
 Pada tahun 2017 adalah sebesar 0,22 yang berarti total hutang perusahaan yang dijamin dengan
arus kas operasi bersih adalah sebesar 22%.
 Pada tahun 2018 adalah sebesar 0,11 yang berarti total hutang perusahaan yang dijamin dengan
arus kas operasi bersih adalah sebesar 11%.
Menurut Darsono dan Ashari (2005) standar rasio TH jika >1 dikatakan baik. Hasil rasio
menunjukkan tahun 2017 sebesar 0.22 dan tahun 2018 sebesar 0.11 yang artinya tidak memenuhi
standar yaitu kurang dari satu. Rasio yang rendah pada tahun 2017 dan tahun 2018 menunjukkan
bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya
yaitu dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal perusahaan. Hal ini dikarenakan oleh jumlah
kewajiban yang dimiliki perusahaan pada tahun 2017 dan 2018 lebih besar dibandingkan arus kas
operasi. Sedangkan rasio pada tahun 2016 sebesar 1,19 menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai
kemampuan yang baik dalam membayar semua kewajibannya yaitu dari arus kas yang berasal dari
aktivitas normal perusahaan.
SIMPULAN
Dari hasil analisis laporan arus kas terhadap tingkat likuiditas perusahaan pada PT. Garuda Metalindo
Tbk selama kurun waktu tiga tahun, yaitu dari 2016 - 2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasio Arus Kas Operasi pada PT. Garuda Metalindo Tbk, selama tahun 2017 - 2018 belum
maksimal, karena tidak mencapai standar Rasio Arus Kas Operasi sedangkan pada tahun tahun
2016 sudah maksimal karena rasio arus kas operasi sudah mencapai standar rasio AKO.
2. Rasio Cakupan Arus Dana pada PT. Garuda Metalindo Tbk selama tahun 2016 – 2017 sudah
maksimal karena sudah mencapai standar rasio CAD sedangkan pada tahun 2018 mengalami
penurunan sehingga menunjukan cakupan arus dana pada tahun 2018 tidak baik karena tidak
mencapai standar rasio CAD.
3. Rasio Cakupan Bunga menunjukan bahwa kemampuan Arus Kas pada PT. Garuda Metalindo Tbk
selama tahun 2016- 2018 sudah maksimal, Hal ini dapat dilihat dari perhitungan Rasio Cakupan
Kas Terhadap Bunga > 1 yaitu mecapai standar rasio cakupan kas terhadap bunga .
4. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar pada PT. Garuda Metalindo Tbk, selama tahun 2017
- 2018 belum maksimal, karena tidak mencapai standar Rasio CKHL sedangkan pada tahun tahun
2016 sudah maksimal karena rasio arus kas operasi sudah mencapai standar rasio CKHL.

5. Rasio Pengeluaran Modal menunjukkan nilai yang memuaskan karena hasil yang diperoleh
selama Tahun 2016 – 2018 PT. Garuda Metalindo Tbk sudah mampu menjamin pengeluaran
modalnya dalam aktivitas arus kas operasi perusahaan.

6. Rasio Total Hutang pada PT. Garuda Metalindo Tbk selama tahun 2017 – 2018 menunjukkan
nilai yang tidak memuaskan karena hasil yang diperoleh tidak mencapai standar rasio total hutang.
Sedangkan pada tahun 2016 menunjukan nilai yang memuaskan dengan hasil perhitungan rasio
total hutang > 1.

SARAN
Berdasarkan hasil analisis laporan arus kas yang telah dilakukan, maka penulis menguraikan saran
sebagai berikut:
1. Rasio Arus Kas Operasi. Perusahaan harus memperhatikan kinerjanya, dimana perusahaan harus
mengfokuskan aktivitas dalam upaya meningkatkan arus kas operasi untuk itu sebaiknya PT. Garuda
Metalindo Tbk mengurangi jumlah hutang, agar kemudian hari kinerja Perusahaan bisa lebih baik.
2. Rasio Cakupan Terhadap Bunga, karena kemampuan Perusahaan dalam menutupi biaya bunga belum
maksimal maka Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan lagi arus kas operasi dari Perusahaan, jika
perusahaan memiliki arus kas operasi yang meningkat tentu perusahaan mampu menutupi biaya
bunga dan menghasilkan kinerja yang baik.
3. Rasio pengeluaran Modal, PT. Garuda Metalindo Tbk harus meningkatkan jumlah arus kas operasi,
jika perusahaan mampu meningkatkan arus kas operasi maka ditahun tahun yang akan datang
Perusahaan mampu membiayai pengeluaran modal sehingga bisa memperoleh kinerja yang baik.
4. Rasio Total Hutang, diharapkan agar PT. Garuda Metalindo Tbk bisa mengurangi jumlah hutang dan
mengupayakan untuk lebih meningkatkan arus kas perusahaan, ketidak mapuan perusahaan dalam
meningkatkan arus kas operasi bisa berakibat perusahaan tidak bisa membayar hutang dan akan
berujung pada kebangkrutan perusahaan.
5. Rasio Laba Bersih, diharapkan agar PT. Garuda Metalindo Tbk memperhatikan kinerja dengan cara
mengurangi hutang dan berusaha meningkatan perolehan laba bersih. Dengan begitu perusahaan bisa
memperbaiki kinerja menjadi lebih baik.
Dari hasil tersebut maka PT. Garuda Metalindo Tbk harus lebih meningkatkan kinerja perusahaan
dengan mengurangi jumlah hutang dan meningkatkan arus kas operasi. Jika Perusahaan lebih
meningkatkan hal tersebut dan berusaha memperbaiki masalah- masalah tersebut, maka pasti ditahun
selanjutnya kinerja perusahaan akan jauh lebih baik.
ANALISIS LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT UKUR
KINERJA KEUANGAN PT. GARUDA METALINDO Tbk

Disusun Oleh :
Nama : Isti Mutmainnah
NIM : 16010354M
Kelas : K02
Semester : VI (Enam)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BIMA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AKADEMIK 2019

Anda mungkin juga menyukai