Justus Liebig (1803-1873), seorang perintis ilmu kimia modern lahir di Darmstadt,
Jerman pada tanggal 12 Mei 1803. Pada tahun 1840, Liebig mengemukakan
teorinya yang dinamakan Hukum Minimum Liebig (Law of Minimum). Berikut
bunyi hukum minimum Liebig :
“Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus
memiliki bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan
dengan keadaan” (Rahardjanto, 2001).
Maksudnya, di bawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang tersedia
dalam jumlah paling dekat mendekati minimum yang genting yang diperlukan akan
cenderung merupakan pembatas. Namun, hukum minimum ini kurang dapat
diterapkan di bawah keadaan sementara apabila jumlah, pengaruhnya dari bahan
sangat cepat berubah. Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang
dibutuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cenderung menjadi
pembatas (Rahardjanto, 2001).
Hukum ini lebih populer melalui buku yang ditulis oleh seorang ahli agronomi,
Justus von Liebig (1855). Hal ini disebabkan oleh isi bukunya lebih bersifat umum
dan membahas isu terbaru pada masa itu, mengenai pertumbuhan populasi dan
ancaman kelaparan. Pada buku tersebut tersisip tulisan Liebig yang menyatakan
bahwa pertumbuhan tidak dikendalikan oleh total sumberdaya yang tersedia, tetapi
dikendalikan oleh sumberdaya yang paling sedikit (faktor pembatas) (Jerz 2013).
Sehingga hukum ini lebih dikenal sebagai “Hukum Minimum Liebig”. Kontroversi
mengenai penemu hukum tersebut, memicu para ahli untuk menamainya sebagai
“Hukum Minimum Sprengel-Liebig”.
Suatu faktor atau beberapa faktor dikatakan penting apabila pada waktu tertentu
faktor atau faktor-faktor itu sangat mempengaruhi hidup dan perkembangan
tumbuh-tumbuhan, karena terdapat dalam batas minimum, maksimum dan
optimum menurut batas-batas toleransi dari tumbuhan tersebut. Jadi tidak hanya
terlalu sedikit saja sesuatu itu merupakan faktor pembatas, akan tetapi juga dalam
keadaan terlalu banyak faktor juga merupakan pembatasan misalnya faktor-faktor
panas, sinar, dan air. jadi organisme memiliki maksimum dan minimum ekologi,
dengan kisaran di antaranya merupakan batas-batas toleransi.
Dengan kata lain, besar populasi dan penyebaran suatu jenis makhluk hidup dapat
dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas toleransi maksimum atau
minimum dan mendekati batas toleransi maka makhluk hidup atau populasi itu akan
berada dalam keadaan tertekan /stres sehingga apabila melampaui batas itu yaitu
lebih rendah dari batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari batas tolerensi
maksimum maka makhluk itu akan mati dan populasinya akan punah dari sistem
tersebut.
Telah kita ketahi bahwa bila suatu faktor pembatas dapat diatasi maka akan timbul
faktor pembatas lain. Bila salah satu dari faktor lingkungan kita ubah perubahan ini
akan memperngaruhi atau mengubah komponen-komponen lain. Contohnya, bila
suhu udara dalam rumah kaca dinaikkan 10˚C maka udara di dalam rumah kaca
mengandung lebih banyak uap air. tekanan uap air dari permukaan cairan dalam
ruangan akan bertambah, akibatnya laju transpirasi penguapan akan meningkat. Hal
ini juga akan meningkakan laju transpirasi sehingga absorpsi air akan niak pula.
Kadar air tanah menjadi berkurang, lebih banyak udara masuk ke dalam tanah dan
menyebabkan tanah menjadi semakin kering. Reaksi berantai ini dapat berulang-
ulang.
Di dalam hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa besar populasi dan penyebaran
suatu jenis makhluk hidup dapat dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas
toleransi maksimum atau minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi
atau makhluk hidup itu akan berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga
apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimum atau
lebih tinggi dari batas toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu akan mati dan
populasinya akan punah dari sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat toleransi
sering dipakai istilah steno untuk sempit dan euri untuk luas.
Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang
penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam merupakan
faktor lingkungan yang penting untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak hanya
merupakan faktor pembatas dalam arti yang merugikan akan tetapi juga merupakan
faktor pengatur dalam arti yang menguntungkan sehingga komunitas selalu dalam
keadaan keseimbangan atau homeostatis
Suatu organisme mempunyai toleransi yang besar terhadap suatu faktor yang
konstan, maka faktor itu tidak merupakan pembatas. Sebaliknya bila mempunyai
toleransi tertentu terhadap suatu faktor yang bervariasi dalam lingkungan, dapat
menjadi faktor yang membatasi. Sebagai contoh oksigen yang tersedia cukup
banyak dan tetap serta siap untuk digunakan dalam lingkungan daratan sehingga
jarang membatasi organisme daratan. Pada pihak lain, oksigen jarang dan sangat
bervariasi dalam air sehingga merupakan faktor pembatas pada organisme perairan.
Contoh : Suhu naik 10C maka uap air tekanan uap air permukaan cairan
naik penguapan naik transpirasi naik absorpsi naik
defisiensi air.
Holocoenotik menurut Karl Friedrich (Jerman) “Tak ada dinding pemisah di antara
faktor-faktor lingkungan, dengan organisme (kelompok organisme). Ekosistem
bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan.