Anda di halaman 1dari 13

HAJI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Fiqih
Dosen Pengampu : H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I.

Disusun oleh :
Nurkhakiki (23010170077)
Muhammad Mustofa (23010170096)
Ahmad Darojat (23010170097)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2017
A. Pendahuluan
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima bagi umat muslim, dan
wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakannya. Haji memerlukan
persyaratan-persyaratann yang tidak dapat dipenuhi oleh setiap muslim,
sehingga kewajiban ini hanya berlaku bagi kaum muslim yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakannya. Mengingat pentingnya ibadah haji bagi
kaum muslim yang telah diberi kemampuan untuk melaksanakannya, mari
kita melaksanakan tugas mulia tersebut dengan sebaik-baiknya dan penuh
semangat dalam mempelajari ilmu tentang haji secara mendalam. Dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan tentang haji dan aspek-aspek dalam
haji, dengan tujuan untuk mengetahui secara lebih tentang haji.
B. Pembahasan
1. Pengertian Haji
‫ يحححجُج – حح ج‬- ًّ‫ححججا‬, yang
Secara bahasa, haji berasal dari bahasa Arab ‫ج‬
berarti qoshada, yakni bermaksud atau berkunjungg. Haji (asal maknanya)
adalah “menyengaja sesuatu”.1 Haji yang dimaksud di sini (menurut
syara’) ialah “menyengaja mengunjungi Ka’bah (rumah suci) untuk
melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat – syarat yang tertentu”.2
Dalam istilah Islam, haji adalah sengaja berkunjung ke Ka’bah di
Makkah Al-Mukarromah untuk melakukan rangkaian amalan yang telah
diatur dan di terapkan oleh Allah Ta’ala sebagai ibadah dan persembahan
dari hamba kepada Tuhan, yang berupa Wukuf, Tawaf, Sa’i, dan amalan
lainnya pada masa dan tempat tertentu, demi memenuhi panggilan Allah
Ta’ala dengan mengarap ridho-Nya.3
Dapat disimpulkan bahwa haji adalah menyegaja untuk datang ke
Ka’bah dengan maksud untuk beribadah kepada Allah dengan rangkaian-
rangkaian ibadah tertentu serta syarat-syarat yang telah ditentukan.

1Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: Era Adicitra
Intermedia, 2011), hlm. 3.
2Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1986), hlm. 247.
3Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji...., hlm. 3.

1
Menurut Bapak Kiyai Muhadzib, seorang ustad di Pondok
Pesantren A.P.I Al-Futhucchiyyah Susukan, Kabupaten Semarang, tujuan
haji adalah untuk menyempurnakan Islam seseorang karena haji adalah
rukun Islam yang ke-5. Sedangkan waktu pelaksanaan haji didasarkan
pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 27 :

‫اعلمجج أمعشلهتر ممععللوُمماَ ت‬


{197 :‫ت…ٌ}البقرة‬
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,”

Kemudian para Ulama bersepakat bahwa pelaksanaan Haji itu


jatuh pada bulan Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah.4
2. Sejarah Haji
Haji merupakan ibadah yang sejarahnya kembali kepada Nabi
Ibrahim, bapak para Nabi dan Rasul, kekasih Allah SWT. 5 Ka’bah
merupakan bangunan lama, yang dijadikan Allah tempat ibadah kepada-
Nya, pondasinya sudah ada sebelum Nabi Ibrahim as., dan ketika Ibrahim
as. berhasil melewati berbagai ujian, Allah menunjukkan tempat fondasi
Ka’bah dan memerintahkan beliau meninggikannya sebagai masjid,
sebagai simbol ketauhidan dan ketundukan kepada Allah.
Setelah selesai membangun Ka’bah, Allah memperintahkan Nabi
Ibrahim agar mengundang manusia untuk datang ibadah ke Makkah,
dengan naik bukit Shafa dan memanggil seluruh manusia untuk berhaji ke
Ka’bah.6 Sejak itu kaum pengikut Nabi Ibrahim dan nabi – nabi setelah
beliau melaksanakan haji ke baitullah. Sampai-sampai orang jahiliyah
pada masa Rasulullah, walaupun dengan kesyirikan mereka juga
melaksanakan ibadah haji.
Ibadah haji yang Islami diajarkan oleh Rasulullah saat pelaksanaan
haji wada’. Momentum haji wada’ (perpisahan) merupakan ibadah haji

4Syarifudin HZ, dkk, Studi Islam 2, (Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu


Dasar Bidang Studi Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009),
hlm. 92.
5Muh. Mu’inudinillah Basri dan Elly Damaiwati, Kuketuk Pintu..., hlm. 7.
6Ibid., hlm. 9.

2
yang pertama kali dilakukan oleh beliau Rasulullah SAW sekaligus ibadah
haji yang terkahir.7 Pada peristiwa haji wada’ itulah, Rasulullah SAW
menyampaikan khutbah perpisahannya. Salah satunya: Rasulullah
bertanya: “Hari apakah ini?” Mereka menjawab: “Hari Haji Akbar!” Nabi
bertanya lagi: “Katakanlah kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu
oleh Allah disucikan, seperti hari ini yang suci, sampai masanya kamu
sekalian bertemu Tuhan.”8 Setelah selesai menyampaikan khutbahnya
Rasulullah turun dari untanya, Ia masih di tempat itu juga sampai pada
waktu shalat zuhur dan asar, kemudian menaiki kembali untanya menuju
Sakharat.9 Pada waktu itulah Nabi SAW membacakan firman Allah ini
kepada mereka:

‫ت لملكسلم اعللعسسلممم‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ت معلمعيلكسعم نععمملتس مومرضسعي ل‬
‫ت لملكسعم ديِعسنملكسعم موأمعتمعمس ل‬
‫عاليم سعوُمم أمعكممعلس ل‬
َ‫لديِعسمنا‬.
“Hari ini Ku-sempurnakan agamamu bagimu dan Ku-cukupkan
karunia-Ku untukmu dan Ku-pilihkan Islam menjadi agamamu.” (QS. Al-
Maidah 5: 3).
Sejak saat itu haji menjadi salah satu dari lima Rukun Islam. Ada
orang yang menamakannya dengan ‘Ibadah Haji Islam’ karena Allah telah
menyempurnakan agama ini kepada umat manusia dan mencukupkan pula
nikmatnya.10

3. Aspek-aspek dalam Haji


Menurut pelaksaannya, haji dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Ifrad

7Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (6): Haji & Umrah, Cet. 1, (Jakarta: DU
Publishing, 2011), hlm. 17.
8Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali Audah, Cet. 42,
(Jakarta: Tintamas Indonesia, 2015), hlm. 566.
9Ibid.
10Ibid., hlm. 567.

3
Yaitu haji yang cara pelaksanaanya dengan mendahulukan haji, baru
kemudian melaksanakan umrah.11
b. Tamattu
Yaitu haji yang cara pelaksanaannya dengan mendahulukan umrah,
baru kemudian melaksanakan haji.12
c. Qiran
Yaitu haji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan haji dan
umrah secara bersamaan.13
Haji diwajibkan atas orang yang kuasa, satu kali seumur
hidupnya.14 Dengan demikian maka dapat di ambil kesimpulan
bahwasanya haji hukumnya adalah wajib, terutama atas orang yang kuasa,
yaitu sebanyak satu kali seumur hidupnya. Firman Allah SWT :

‫ع اللمعيله مسبلعيلل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل ل‬


‫مولله معملىَ النناَلس حجج عالبمسعيت مملن اعستممطاَ م‬.
“Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”
(Ali Imran : 97).
Sabda Rasulullah SAW :
“Dari Abu Hurairah, “Rasulullah SAW telah berkata dalam
pidato beliau, ‘Hai Manusia! Sesungguhnya Allah Telah mewajibkan atas
kamu mengerjakan ibadah Haji, maka hendaklah kamu
kerjakan. ......”(Riwayat Ahmad, Muslim, dan Nasai)
Telah kita ketahui, bahwa hukum haji adalah wajib bagi orang
yang mampu atau kuasa. Selain orang tersebut harus mampu, jika ingin
mengerjakan haji ternyata ada syarat – syarat lain untuk menunaikan haji,
dan syarat – syarat haji antara lain :
a. Islam; d. Mampu;
b. Baligh; e. Aman perjalanan.15

11Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah Haji..., hlm. 24-25.


12Ibid.
13Ibid.
14Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,..., hlm. 247.
15Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah..., hlm. 20-21.

4
c. Berakal sehat;
Selain syarat diatas, sebagaimana ibadah-ibadah lain seperti
sholat, zakat dan sebagainya, haji juga mempunyai rukun tersendiri. Rukun
haji adalah bagian dari ibadah haji yang tidak boleh ditinggalkan, apabila
salah satu rukun tersebut ditinggalkan maka hajinya batal. 16 Adapun
rukun-rukun haji adalah sebagai berikut:
a. Niat dengan berihrom;
b. Wukuf di Arofah;
c. Tawaf Ifadhoh dengan mengelilingin Ka’bah sebanyak tujuh kali;
1) Syarat – syarat tawaf:
a) Menutup aurat;
b) Suci dari hadas dan najis;
c) Ka’bah hendaklah di sebelah kiri orang yang tawaf;
d) Permulaan tawaf itu hendaklah dari Hajar Aswad;
e) Tawaf hendaklah tujuh kali;
f) Tawaf hendaklah di dalam masjid karena Rasulullah SAW
melakukan tawaf di dalam masjid.17
2) Macam - macam tawaf:
a) Tawaf Qudun (tawaf ketika baru sampai) sebagai salat
Tahiyatul masjid;
b) Tawaf Ifadah (tawaf rukun haji);
c) Tawaf Wada’ (tawaf ketika akan meniggalkan Mekah).18
d. Sa’i antara bukit Safa dan Marwah tujuh kali;
Syarat – syarat sa’i yaitu:
1) Hendaklah dimulai dari bukit Safa dan disudahi di bukit Marwah;
2) Hendaklah sa’i itu tujuh kali karena Rasulullah SAW telah sa’i
tujuh kali, dari Safa ke Marwah dihitung satu kali, kembalinya dari
Marwah ke Safa dihitung dua kali, dan seterusnya;
3) Waktu sa’i itu hendaklah sesudah tawaf, baik tawaf rukun ataupun
tawaf qudum.19
e. Bercukur rambut kepala;
f. Tertib.20
Selain rukun haji, adapula wajib dan sunah haji. Adapun wajib
haji adalah amalan wajib yang harus dikerjakan, tetapi apabila amalan

16Ibid., hlm. 21.


17Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,..., hlm. 253-254.
18Ibid., hlm. 255.
19Ibid., hlm. 256.
20Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah..., hlm. 21.

5
wajib tersebut tidak bisa dipenuhi karena beberapa sebab, maka ibadah
haji tetap sah apabila telah membayar dam (denda). Sedangkan sunah
adalah amalan yang jika dikerjakan akan memperoleh pahala, dan jika
ditinggalkan kesempatan mendapat pahala akan hilang. Wajib haji
diantaranya adalah:
a. Berihrom dari Miqot;
b. Mabit (menginap) di Muzdalifah;
c. Mabit di Mina pada hari–hari Tasyriq;
d. Melempar Jumrah Ula, Wustho, Aqobah di Mina;
e. Tawaf Wada’ sebelum meninggalkan Makkah.21
Selain wajib haji juga terdapat sunah haji, berikut adalah
beberapa sunah-sunah haji :
a. Ifrad;
Yaitu ihram untuk haji saja dahulu dari miqat-nya, terus
diselesaikannya pekerjaan haji, kemudian ihram untuk umrah, serta
terus mengerjakan segala urusannya, berarti dikerjakan satu-satu dan
didahulukannya haji.22
b. Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki;
Bagi perempuan hendaklah diucapkan sekedar terdengar oleh
telinganya sendiri. Membaca talbiyah disunahkan selama dalam ihram
sampai melontar Jumrah ‘Aqabah pada hari raya.23
c. Berdoa sesudah membaca talniyah;
d. Membaca zikir sewaktu tawaf;
e. Shalat dua rakaat sesudah tawaf;
f. Masuk ke Ka’bah (rumah suci).24
Disamping ada syarat, wajib, sunah dan rukun, maka setiap
ibadah pasti ada larangan-larangannya. Hal yang tidak boleh dikerjakan
oleh orang yang sedang haji ada yang terlarang hanya bagi laki-laki saja,
ada yang terlarang bagi perempuan saja, dan pula larangan bagi keduanya
(laki-laki dan perempuan). Dan larangan atau hal yang tidak boleh
dikerjakan ketika haji antara lain :
a. Yang dilarang bagi laki-laki

21Ibid., hlm. 22.


22Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ..., hlm. 262.
23Ibid., hlm. 263.
24Ibid., hlm. 262-264.

6
1) Dilarang memakai pakaian yang berjahit, baik jahitan biasa atau
bersulam, atau diikatkan kedua ujungnya;
2) Dilarang menutup kepala, kecuali karena suatu keperluan, maka
diperbolehkan, tapi ia wajib membayar dam (denda).25
b. Yang dilarang bagi perempuan
Dilarang memakai penutup kepala dan penutup tangan, kecuali
apabila keadaan yang mendesak, tetapi ia wajib membayar fidyah.26
c. Yang dilarang bagi keduanya
1) Dilarang memakai wangi-wangian baik di badan ataupun di
pakaian;
2) Dilarang memotong kuku;
3) Di perbolehkan mencukur rambut karena uzur seperti sakit, tetapi
wajib membayar fidyah;
4) Dilarang mengakadkan nikah;
5) Dilarang bersetubuh dan pendahuluannya;
6) Dilarang berburu dan membunuh binatang yang liar dan halal
dimakan.27 Kecuali binatang-binatang yang boleh di bunuh seperti
ular dan kalajengking.
Di atas kita telah membahas tentang rukun dan syarat. Jika ada
orang yang tidak dapat menyelesaikan hajinya, maka orang tersebut
dikenakan dengan dam (denda). Dam karena dia terkepung (terhambat).28
Orang yang terhalang dijalan tidak dapat meneruskan pekerjaan
haji atau umrah, baik terhalang di Tanah Halal atau Tanah Haram,
sedangkan tidak ada jalan lain, ia hendaklah tahallul dengan menyembelih
seekor kambing di tempatnya terhambat itu, dan mencukur rambut
29
kepalanya. Menyembelih dan bercukur itu hendaklah dengan niat
tahallul (penghalalan yang haram).
Seperti halnya ibadah-ibadah lain yang terdapat hikmah yang
dapat kita ambil, maka adapun hikmah yang dapat diambil dari ibadah
haji, yaitu antara lain :
a. Memperluas wawasan dan pandangan;
b. Meningkatkan rasa saling menghormati dan toleransi antar sesama
muslim dari seluruh penjuru dunia;
25Ibid., hlm. 264-265..
26Ibid., hlm. 265.
27Ibid., hlm. 264-268.
28Ibid., hlm. 274.
29Ibid.

7
c. Mempererat hubungan antar sesama;
d. Memperteguh Iman;
e. Melebur dosa-dosa yang telah lalu.30

C. Kesimpulan
Haji artinya adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah (rumah suci)
untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat – syarat yang tertentu.
Tujuan menunaikan haji sendiri adalah untuk menyempurnakan Islam
seseorang karena haji adalah rukun Islam yang ke-5, dimana waktu
pelaksanaannya jatuh pada bulan Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah.
Haji merupakan ibadah yang sejarahnya kembali kepada Nabi Ibrahim
dimana beliau di perintah Allah untuk membangun Ka’bah dan mengundang
manusia untuk datang ibadah ke Makkah, dengan naik bukit Shafa dan
memanggil seluruh manusia untuk berhaji ke Ka’bah. Ibadah haji yang Islami
diajarkan oleh Rasulullah saat pelaksanaan haji wada’, sekaligus saat itu haji
menjadi rukun Islam yang ke-5.
Haji hukumnya adalah wajib, terutama atas orang yang kuasa, yaitu
sebanyak satu kali seumur hidupnya. Serta haji juga dilakukan dengan syarat
dan rukun tertentu, serta juga harus diperhatikan bahwa haji juga memiliki
amalan wajib, sunah, dan larangan–larangan tersendiri. Sama seperti ibadah
yang lainnya, dalam ibadah haji juga terdapat hikmah atau manfaat.

30Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah..., hlm. 4-5.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bashri, Muh. Mu’inudinillah dan Elly Damaiwati. 2009. Kuketuk Pintu Rumah-
Mu, ya Allah. Cet. 1. Surakarta : Indiva Pustaka.

Dimjati, Djamaluddin. 2011. Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap. Solo :
Era Adicitra Intermedia.

Haekal, Muhammad Husain. 2015. Sejarah Hidup Muhammad. Terj. Ali Audah.
Cet. 42. Jakarta: Tintamas Indonesia.

Rasjid, Sulaiman. 1986. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih Kehidupan (6): Haji & Umrah. Cet. 1. Jakarta:
DU Publishing.

Z, Syarifudin H., dkk. 2009. Studi Islam 2. Surakarta: Lembaga Pengembangan


Ilmu-Ilmu Dasar Bidang Studi Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

9
Pertanyaan

1. Ahmad Musyafak : Kenapa haji laki – laki tidak boleh memakai pakaian yang
berjahit?
Jawab :
Pertama, karena itu adalah syariah.
Kedua, kalau syariat berarti apa yang dilakukan oleh nabi maka nabi ketika
haji menggunakan itu. Kenapa perempuan tidak? Karena waktu itu waktu haji
sedang berjalan yang menjalankan baru laki–laki, sedangkan
perkembangannya perempuan berbeda dengan laki – laki, kenapa ? karena
wilayah sensitivitas yang dimiliki laki-laki dengan perempuan berbeda.
Perkembangannya, wilayah yang di sebut aurat antara laki – laki dan
perempuan berbeda. Oleh karena itu memiliki kebijakan kusus, karena
wilayah yang dianggap aurat merupakan wilayah yang di anggap privasi,
maka cara islam memberikan syariat pun berbeda, termasuk jenis pakaian.
Maka jawaban yang pertama adalah
1) Itulah syariat, kalau syariat ya udah, tidak bisa di katakana kenapa!
2) Yang kedua, itulah contoh dari Rasulullah saw., Rasulullah saw.
menjalaninya dengan cara seperti itu, maka kita harus mengimaninya
dengan cara seperti itu.
3) Ketiga karena proporsi aurat laki – laki dengan perempuan berbeda.
2. Tiara Salsabila : Jika mau berhaji tapi kita meniggal, hajinya di gantikan
orang lain apakah itu boleh atau tidak ?
Jawab :
Boleh, umpamanya seorang telah meninggal dunia, sedangkan sewaktu
hidupnya ia telah mencukupi syarat – syarat wajib haji, maka hajinya wajib
dikerjakan oleh orang lain. Tetapi ongkos mengerjakannya diambilkan dari
harta peniggalannya. Maka wajiblah atas ahli warisnya mencarikan orang
yang akan mengerjakan hajinya serta membayar ongkos orang yang
megerjakannya. Ongkos itu diambilkan dari harta peninggalannya sebelum
dibagi, caranya sama dengan hal mengeluarkan uatang – ppiutang keapada
manusia. Namanya adalah Haji Badal. Namun syaratnya, orang yang
mengerjakan haji adalah orang yang pernah berhaji. Jangan belum pernah,
karena kalau belum pernah berari dia berhaji untuk dirinya sendiri. Yang
kedua, diniatkan jelas haji kepada seseorang yang akan dihajikan. Yang ketiga,
sumber dana didapat dari orang yang mau dihajikan

3. Tita : Apabila perempuan haid apakah ada rukun Haji yang harus di
tinggalkan ?
Jawab :
1) Dia boleh meninggalkan yang wajib haji, karena bisa diganti dam (denda),
tapi kalau rukun tetap harus dikerjakan seperti Wukuf di Arafah, haji harus
Wukuf di Arafah. Dia tetap harus menjalankan Wukuf, kalau meninggalkan
Wukuf, berarti dia tidak haji. Sedangkan lainnya seperti tawaf bisa diganti
dengan dam (denda).
2) Dia masih bisa menyempurnakan ibadah haji tersebut, tanpa harus
meninggalkan rukun, salah satunya adalah Wukuf di Arafah, karena orang
yang tidak wukuf, maka dia tidak bisa dikatakan haji, tapi kalau tawaf,
maka masih bisa diganti dam (denda).

4. Dimas Wahyu Alami : Definisi haji mabrur?


Jawab :
Haji Mabrur adalah haji yang sempurna yang dipenuhi dengan keberkahan
1) Haji Mabrur dilihat dari prosesnya
a. Harus berangkat dengan harta dari diri sendiri dan uangnya dihasilkan
dari harta yang halal
b. Pernah mengikuti manasik haji, jadi tau apa yang harus dibaca saat
haji.
c. Berniat menyempurnakan rukun Islam.
2) Sempurna dalam melaksanakan ibadah haji.
3) Indikator ketika pulang adalah ibadahnya semakin rajin
5. Alip Bagas Subekti : Apabila kita sudah mampu haji, tapi saat mau
berangkat kita takut ketinggian, maka hajinya dibatalkan atau tidak ?
Jawab :
Kata mampu itu tidak hanya secara harta, tetapi juga mampu secara fisik dan
psikolog. Kalau memang ia mampu secara harta, tapi saat mau berangkat dia
ada phobia pada ketinggian yang dapat menyebabkan stress atau gila yang
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, maka tidak apa-apa jika tidak
dilakukan, tapi jika ia hanya takut ketinggian maka bisa mengambil rute lain
yaitu jalur laut, dan jika tidak mampu juga bisa di wakilkan orang lain dengan
haji badal.

Anda mungkin juga menyukai