Anda di halaman 1dari 15

Identitas Artikel Diskusi

Judul Artikel : Efek Farmakologis Senyawa Bioaktif Ekstrak Bunga Cengkeh


Tujuan : Mengetahui efek farmakologis senyawa bioaktif ekstrak bunga
cengkeh
Kata Kunci : Ekstrak Bunga Cengkeh, Senyawa bioaktif. Efek Farmakologis
Anggota Diskusi : Ayman Abdan Syakuro (240210160029)
Arnifah Fauziasyafira A (240210160034)
Dzil Arsyi Sabila Azhar (240210160073)
Suriati (240210160104)

Identitas Artikel Acuan


Nama penulis : Fatimatuzzahroh, Novi Khila Firani, Heri Kristianto
Judul artikel : Efektifitas Ekstrak Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum)
terhadap Jumlah Pembuluh Darah Kapiler pada Proses
Penyembuhan Luka Insisi Fase Proliferasi
Ditinjau dari : Majalah Kesehatan FKUB
Jumlah halaman : 8 halaman

1. Pendahuluan
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry)
merupakan tanaman tropis asli Indonesia dan dapat tumbuh di berbagai daerah
di Indonesia, baik di dataran rendah, dekat pantai maupun daerah pegunungan
di ketinggian 900 mdpl (Armando dan Asman, 2009). Cengkeh dikenal
sebagai tanaman yang tergolong rempah dan bernilai ekonomi tinggi. Pohon
cengkeh berukuran cukup besar, terdiri atas batang, daun, dan bunga. Bunga
cengkeh berwarna kemerahan dan biasanya dijual dalam bentuk kering yang
sudah berwarna kecoklatan.
Awalnya, cengkeh hanya digunakan sebagai obat tradisional dan
upacara keagamaan di India dan Tiongkok. Cengkeh digunakan sebagai
rempah oleh masyarakat Eropa. Mulai abad ke-7 pemanfaatan cengkeh mulai
beraneka ragam mulai dari rempah-rempah kemudian berkembang sebagai
campuran rokok kretek. Cengkeh kini digunakan dibidang industri sebagai
bahan pembuatan rokok kretek dan di bidang farmasi sebagai obat tradisional
untuk analgesik (mengurangi rasa nyeri) (Sri dan Danarti, 2003).

Cengkeh mempunyai sifat khas, karena semua bagiannya mulai dari


akar, batang, daun serta bunga mengandung minyak atsiri atau essential oil
(Kumala dan Indriani, 2008). Cengkeh dapat diolah menjadi minyak atsiri
dengan cara ekstraksi. Proses ekstraksi minyak cengkeh dapat menghasilkan
25% minyak atsiri (Fatimatuzzahroh, 2015). Minyak cengkeh yang dihasilkan
selain digunakan dalam industri makanan dan minuman, digunakan pula dalam
industri obat-obatan karena mempunyai efek farmakologi sebagai stimulan,
anastetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan antispasme
(Nurdjannah, 2004). Minyak atsiri cengkeh juga digunakan untuk mengobati
infeksi pada kulit (Kumala dan Indriani, 2008).

2. Latar Belakang
Tanaman cengkeh menghasilkan ekstrak yaitu minyak cengkeh (clove
oil). Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya
mahal karena rendemennnya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80-
90% (Alma, dkk., 2007; Srivastava, dkk., 2005). Kandungan terbesar minyak
bunga cengkeh adalah eugenol, yaitu sebanyak 64%-85%, dan sisanya adalah
eugenyl asetat, β-caryophyllene, dan senyawa minor lainnya yang bermanfaat
dalam bidang kesehatan (Fatimatuzzahroh, 2015). Eugenol mengandung
senyawa aktif seperti polifenol, flavonoid, saponin dan tannin
(Fatimatuzzahroh, dkk., 2015).
Tanaman cengkeh adalah tanaman rempah, dimana bagian utama
tanaman cengkeh yang paling komersial adalah bunga cengkeh yang sebagian
besar digunakan dalam industri rokok yaitu berkisar 80-90% (Nurdjannah
dalam Nuryoto, 2011). Hal tersebut disayangkan karena minyak bunga
cengkeh memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti eugenol, polifenol,
flavonoid, saponin, dan tannin yang memiliki efek farmakologis yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penelitian di Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), minyak bunga cengkeh
dapat menekan bahkan mematikan pertumbuhan miselium jamur, koloni
bakteri dan nematoda. Minyak bunga cengkeh juga bisa digunakan sebagai
fungisida, bakterisida, nematisida, dan insektisida (Asman, dkk., 1997).
Kurangnya pemanfaatan minyak bunga cengkeh dalam bidang kesehatan
dapat disebabkan karena ketidaktahuan atas manfaat farmakologis dari
minyak bunga cengkeh itu sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
rumusan masalah dari artikel ilmiah diskusi ini adalah bagaimana efek
farmakologis senyawa bioaktif ekstrak bunga cengkeh.

3. Keunggulan
Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas, karena semua bagiannya
mulai dari akar, batang, daun serta bunga mengandung minyak atsiri atau
essential oil (Kumala dan Indriani, 2008). Minyak cengkeh digunakan dalam
industri makanan, minuman dan pengobatan sehari-hari, minyak cengkeh juga
digunakan dalam industri obat-obatan karena mempunyai efek farmakologi
sebagai stimulan, anastetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan
antispasme (Nurdjannah, 2004). Daun cengkeh sering digunakan dalam
berbagai macam pengobatan, antara lain sebagai obat batuk, obat sakit perut,
dan obat sakit gigi. Minyak atsiri cengkeh juga digunakan untuk mengobati
infeksi pada kulit (Kumala dan Indriani, 2008).
Senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh antara lain eugenol,
carophyllene, eugenol asetat dan alpha-humelene. eugenol merupakan
senyawa terbanyak, yang memiliki aktivitas antibakteri yang berspektrum luas
terhadap bakteri gram positif ataupun gram negatif. Eugenol termasuk dalam
golongan Fenol yang dapat mendenaturasi protein dengan cara merusak
dinding sel bakteri.
Jika dilihat dari komposisi zat kimianya, bunga cengkeh memiliki
kandungan zat saponin, tannin, flavonoid, dan polifenol yang mampu
membantu proses penyembuhan luka. Senyawa tersebut memiliki efek
farmakologis sebagai antiinflamasi, antioksidan, analgesik, fungisidal, dan
bakterisidal yang berpotensi dalam memperpendek proses inflamasi serta
meningkatkan proses angiogenesis.

4. Kekurangan
Penggunaan minyak cengkeh di Indonesia masih sangat terbatas,
padahal minyak cengkeh tersedia melimpah di Indonesia. Minyak cengkeh ini
hanya digunakan sebagai analgesik pada kasus sakit gigi dan kebanyakan
untuk diekspor. Selain itu, Daun cengkeh sering kali kurang dimanfaatkan dan
dianggap sebagai limbah, apabila daun cengkeh dikeringkan dan didistilasi
uap dapat memperoleh minyak daun cengkeh yang bernilai ekonomi.
Sehingga perlu alternatif lain dari penggunaan minyak cengkeh menjadi
senyawa yang berguna terutama dalam bidang kefarmasian atau obat-obatan
agar meningkatkan nilai ekonominya (Anwar, 1994).

5. Diskusi
Ekstraksi Minyak Bunga Cengkeh

Bunga cengkeh dapat di ekstrak dengan banyak cara. Umumnya,


bunga cengkeh di ekstrak dengan cara maserasi, yaitu perendaman
menggunakan etanol. Selain menggunakan etanol, maserasi bisa dilakukan
dengan pelarut heksana. Etanol mempunyai titik didih yang rendah dan
cenderung aman. Etanol juga tidak beracun dan berbahaya, selain itu etanol
juga mempunyai kepolaran tinggi sehingga mudah untuk melarutkan senyawa
resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa organik lainnya.
Sedangkan heksana merupakan pelarut non polar yang bersifat stabil dan
mudah menguap, selektif dalam menguapkan zat, mengekstrak zat pewangi
dalam jumlah besar (Munawaroh & Handayani 2010).
Maserasi dilakukan dengan cara merendam bunga cengkeh yang sudah
dikeringkan dengan pelarut etanol atau heksana. Etanol yang digunakan
umumnya berkadar 96%. Perbandingan antara bunga cengkeh dengan etanol
yaitu 1:10. Perendaman dilakukan selama kurang lebih 24 jam kemudian hasil
dari perendaman di pisahkan ekstrak bunga cengkehnya dengan etanolnya.
Cara pemisahannya dilakukan dengan menggunakan evaporator. Hasil dari
ekstraksi bunga cengkeh umumnya sekitar 16-25 % (Fatimatuzzaroh, 2015).
Menurut percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, perbandingan jumlah
bunga dengan pelarut dan lamanya waktu ekstraksi berpengaruh pada hasil
ekstraksi, baik secara jumlah dan mutu yang terkandung di minyak cengkeh.
Kadar eugenol dalam minyak cengkeh hasil ekstraksi dengan etanol lebih
tinggi dibandingkan dengan n-heksana, sebaliknya kandungan β-
Caryophyllene lebih rendah (Pratiwi, 2016)
Selain dengan cara maserasi, ekstraksi juga dapat dilakukan dengan
cara distilasi. Kelebihan metode-metode distilasi tersebut yaitu rendahnya
biaya produksi, tetapi penggunaan suhu tinggi dan adanya air dapat
menyebabkan kerusakan minyak cengkeh karena panas yang tinggi dan
terjadinya reaksi hidrolisis dengan air, sehingga dapat menurunkan kualitas
minyak cengkeh. Penelitian sebelumnya terkait distilasi minyak cengkeh telah
dilakukan beberapa peneliti (Nuryoto et al. 2011; Prianto et al. 2013).
Perbedaan metode isolasi berpengaruh pada mutu minyak yang dihasilkan.
Kekurangan metode distilasi dapat diatasi dengan metode ekstraksi yang
menggunakan pelarut. Suhu ekstraksi dapat dilakukan pada suhu ruang dan
tidak melibatkan air dalam proses pengambilan minyaknya. Beberapa jenis
pelarut yang sering digunakan yaitu etanol, heksana, benzena, aseton, metanol
dan iso propil alkohol (Guenther 1987).

Kandungan Kimia Ekstrak Minyak Cengkeh


Ektrak tanaman cengkeh yang didapatkan yaitu minyak cengkeh
(clove oil). Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari
tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum), yang termasuk dalam famili
Myrtaceae, yang banyak ditanam di Indonesia, India dan Madagaskar (Alma,
dkk., 2007). Minyak cengkeh dapat diperoleh dari bunga cengkeh (clove oil),
daun cengkeh (clove leaf oil), dan tangkai atau gagang bunga cengkeh (clove
steam oil). Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3%
dengan kadar eugenol antara 78-95%, dari tangkai atau gagang bunga
mencapai 6% dengan kadar eugenol antara 89-95%, dan dari daun cengkeh
mencapai 2-3% dengan kadar eugenol antara 80-85% (Hadi, 2012). Minyak
atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal
karena rendemennya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80-90%
(Alma, dkk., 2007; Srivastava, dkk., 2005).
Kandungan terbesar minyak cengkeh adalah eugenol, yaitu sebanyak
64%-85%, dan sisanya adalah eugenyl asetat, β-caryophyllene, dan senyawa
minor lainnya yang bermanfaat dalam bidang kesehatan (Fatimatuzzahroh,
2015). Berdasarkan hasil penelitian Prianto, dkk. (2013), komponen minyak
bunga cengkeh hasil distilasi uap dapat dilihat pada Tabel 1. Minyak cengkeh
hasil distilasi uap mengandung 6 komponen teridentifikasi yang mewakili
98,78% dari minyak bunga cengkeh. Dari 6 komponen tersebut, 3 diantaranya
memiliki cincin aromatis dengan persentase area yang besar yaitu eugenol,
eugenil asetat, trimetoksiasetofenon, dan 3 lainnya merupakan senyawa
golongan sesquiterpen yaitu trans-karyofilen, alfa-humulen, dan karyofilen
oksida (Prianto, dkk., 2013)
Tabel 1. Komponen Minyak Bunga Cengkeh Hasil Distilasi Uap

(Sumber : Prianto, dkk., 2013)

Eugenol mengandung senyawa aktif seperti polifenol, flavonoid,


saponin dan tannin (Fatimatuzzahroh, dkk., 2015). Eugenol merupakan suatu
metoksifenol dengan rantai hidrokarbon pendek (Anonima, 2004). Eugenol
mempunyai nama lain 1-allil-3-metoksi-4-hidroksibenzena atau 1-(3-metoksi-
4-hidroksi-benzena)-1-propena. Eugenol mengandung beberapa gugus
fungsional yaitu allil, fenol, dan eter (Busroni, 2000). Eugenol (C 10H12O2)
memiliki warna bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak, mudah
larut dalam pelarut organik, sedikit larut dalam air, berat molekul 164.20 dan
titik didih 250-255°C (Bustaman, 2011).

Gambar 1. Struktur Kimia Eugenol


Eugenol memegang peranan penting sebagai bahan dasar pembuatan
produk dalam industri farmasi. Proses lebih lanjut dari eugenol dapat
menghasilkan isoeugenol, eugenol asetat, dan vanilin yang merupakan bahan
baku industri parfum, dan makanan. Industri kesehatan gigi (obat kumur, pasta
dan formulasi bahan penambal gigi) menggunakan bahan baku eugenol dalam
minyak cengkeh karena mempunyai daya antiseptik (Anonimb, 2004).
Efek Farmakologis Minyak Bunga Cengkeh
Minyak cengkeh memiliki efek farmakologis seperti analgesik,
antiinflamasi, antibakteri, antifungal, dan antioksidan dan secara
tradisional banyak digunakan dalam dunia kedokteran. Bagian utama cengkeh
yang sering dijadikan sebagai bahan obat-obatan maupun rempah-rempah
adalah bagian bunganya, karena terdapat kandungan minyak atsiri sebesar 10-
20 %, sedangkan tangkainya sebesar 5-10 % dan 1-4 % pada bagian daunnya
(Ketaren, 2008). .
Sifat antibakteri ekstrak bunga cengkeh telah diteliti baik itu
terhadap bakteri gram positif ataupun gram negatif. Chaieb et al. (2007)
melaporkan minyak atsiri cengkeh memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Campylobacter jejuni, Salmonella enteritidis, Escherichia coli dan
Stapphylococcus aureus. Azizah et al. (2017) menyimpulkan kemampuan
penghambatan pertumbuhan bakteri gram positif oleh ekstrak bunga cengkeh
lebih mudah dibandingkan dengan penghambatan pertumbuhan bakteri gram
negatif. Bakteri gram negatif memiliki nilai KHM 6,25 mg/ml, sedangkan
bakteri gram positif memiliki KHM sebesar 3,9 mg/ml. Hal ini disebabkan
lapisan peptidoglikan dan asam teikoat pada bakteri gram positif lebih tipis
dibanding bakteri gram negatif, sehingga bahan bioktif lebih mudah masuk ke
dalam sel.
Eugenol yang merupakan kelompok senyawa fenol memiliki sifat
antimikorba dengan menggangu fungsi membran sel, inaktivasi enzim,
menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta menghambat produksi
energi oleh ATP (Oyedemi et al., 2008). Menurut Maryati (2007), sifat
hidrofobik dari senyawa eugenol mempengaruhi kemudahan eugenol
melewati dan merusak dinding sel bakteri gram negatif yang memiliki
konsentrasi lipid tinggi. Adapun sifat antibakteri tannin berhubungan dengan
kemampuannya mengganggu transport protein pada lapisan dalam sel serta
mengganggu pembentukan dinding sel bakteri yang terdiri dari komponen
polipeptida, sehingga dinding sel yang terbentuk menjadi kurang sempurna
(Smullen, 2007).
Saponin memiliki aktivitas permukaan yang dapat menurunkan
tegangan permukaan dinding sel bakteri sehingga kelangsungan hidup bakteri
menjadi terganggu (Sirait, 2007). Flavonoid memiliki aktivitas antibakteri
diduga dipengaruhi aktivitas gugus alkohol yang mengikat peptidoglikan di
dinding sel serta gugus alkohol flavonoid juga mampu merusak membrane sel
bakteri melalui pengikatan pada lipopolisakarida (Jawetz, 2013).
Kandungan zat saponin, tannin, flavonoid, dan polifenol pada minyak
bunga cengkeh pun memiliki sifat yang mampu proses penyembuhan luka.
Senyawa – senyawa tersebut yang memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan,
analgesik, dan antimikroba berpotensi dalam memperpendek proses inflamasi
serta meningkatkan proses angiogenesis. Fatimatuzzaroh et al. (2015)
melaporkan pemberian minyak bunga cengkeh pada luka insisi pada tikus
percobaan dapat meningkatkan jumlah pembentukan pembuluh darah kapiler
baru.
Senyawa tannin membantu proses penyembuhan luka melalui
peningkatan jumlah pembentukan pembuluh darah kapiler dan sel-sel
fibroblast. Selain itu, flavonoid juga mampu mengatur fungsi sel dengan cara
merangsang produksi vascular endothelial growth factor (VEGF) yang
berperan dalam pembentukan pembuluh darah baru (Kumar et al., 2012).
Penyembuhan luka oleh flavonoid juga dipengaruhi oleh sifat antioksidan
senyawa tersebut, di mana flavonoid menginduksi sistem seluler antioksidan
dan menambah sekitar 50 % konsentrasi seluler glutathione dalam tubuh.
Flavonoid juga telah diketahui dapat berfungsi sebagai vasodilator yang dapat
memperlancar aliran darah (Prihanti, 2006). Saponin mampu merangsang
pembentukan kolagen, suatu protein yang berperan dalam proses
penyembuhan luka (Dahlan, 2011). Selain itu, saponin diketahui dapat
menstimulasi pembentukan pembuluh darah serta mempunyai kemampuan
meningkatkan proses angiogenesis dengan memicu pelepasan vascular
endothelial growth factor (VEGF) yang berperan penting dalam pembentukan
kembali pembuluh darah (Majewska et al., 2011).
Komponen eugenol pada ekstrak bunga cengkeh pula dapat
menghambat perkembangan jamur Candida albicans penyebab penyakit
candidiasis (Nunez et al., 2001). Infeksi candidiasis sering menyerang kulit,
membrane mukosa mulut, saluran pernapasan, dan vagina, di mana nilai IC50
untuk menghambat pertumbuhan jamur tersebut adalah pada kadar eugenol
0,041-0,204 μg/ml (Taguchi et al., 2005).
Aktivitas antioksidan dari ekstrak minyak bunga cengkeh telah diuji
oleh Nurjannah et al (2013) menggunakan electron spin resonance. Minyak
bunga cengkeh sebanyak 55 μL terbukti efektif menangkap radikal bebas alkil
60%, hidroksil 48,57%, dan peroksil 35,71%, di mana senyawa eugenol
merupakan senyawa yang berperaran dalam menangkap radikal bebas
dibuktikan dengan uji aktivitas eugenol standar.

6. Kesimpulan
Kesimpulan dari artikel diskusi ini adalah
- Metode ekstraksi minyak cengkeh dapat dilakukan dengan cara maserasi dan
distilasi. Maserasi dengan pelarut etanol menghasilkan minyak cengkeh
dengan kadar eugenol yang lebih tinggi dibanding menggunakan pelarut n-
heksana. Adapun metode distilasi walaupun memiliki biaya produksi yang
lebih rendah, namun menyebabkan kerusakan minyak karena panas yang
tinggi dan reaksi hidrolisis dengan air.
- Efek farmakologis minyak cengkeh seperti antibakteri, antiinflamasi,
fungisidal, dan antioksidan dipengaruhi oleh kandungan senyawa bioaktif
pada minyak cengkeh seperti eugenol, saponin, flavonoid, dan tannin.
- Sifat antibakteri minyak cengkeh memiliki spektrum yang luas baik pada
bakteri gram positif maupun negatif. Eugenol dengan persentase tertinggi
bersifat sebagai antibakteri dengan menggangu fungsi membran sel, inaktivasi
enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta menghambat
produksi energi oleh ATP
- Sifat penyembuhan luka minyak cengkeh dipengaruhi oleh senyawa tannin
yang berperan dalam meningkatkan jumlah pembentukan pembuluh darah
kapiler dan sel-sel fibroblast, flavonoid yang menginduksi sistem seluler
antioksidan dan menambah sekitar 50 % konsentrasi seluler glutathione dalam
tubuh, serta saponin yang dapat menstimulasi pembentukan pembuluh darah
baru denganmemicu pelepasan vascular endothelial growth factor (VEGF).
DAFTAR PUSTAKA
Alma, M.H., M. Ertas, S. Nitz, H. Kollmannsberger, 2007, Chemical Composition
and Content of Essential Oil from The Bud of Cultivated Turkish Clove
(Syzygium aromaticum L.), J. Bio Resources, 2(2), pp.265-269.
Anonim, 2004, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh, 11-13,
Direktorat Jenderal BP Perkebunan, Jakarta.
Anwar, C., 1994, The Conversion of Eugenolin to more Valuable Substanses,
Desertasi, Faculty of Mathematics and Natural Sciense inGadjah Mada
University, Yogyakarta, hal. 10-14
Armando R, Asman A, 2009, Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Asman, A, M. Tombe, dan D. Manohara. 1997. Peluang Penggunaan Produk Cengkeh
sebagai Pestisida Nabati, Monografi Tanaman Cengkeh Ke-2. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Busroni, 2000, Sintesis 1-(3,4 Dimetoksi Fenil)-2-Propanon Turunan Eugenol
Melalui Pembentukan Senyawa 1-(3,4 Dimetoksi Fenil)-2-Propanil Format
pada Suhu 250 - 300oC,Jurnal ILMU DASAR,Vol. 1, No.I, 35-45
Bustaman, S. (2011). Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkeh Sebagai
Komoditas Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian 30 (4): 132-139.
Chaieb, K., Hajlaoui, H, Zmantar, T., Nakbi, A.B., Rouabhia, M., Mahdouani, K.,
Bakhrout, A., 2007, The Chemical Composition and Biological Acivity of
Clove Essential Oil, Eugenia caryophyllata (Syzygium aromaticum L.
Myrtaceae): A Shot Review, Phytotherapy Research, 21: 501-506.
Dahlan MS. Statistik Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba
Medika. 2011
Fatimatuzzahroh, N. F. Firani, dan H. Kristianto. 2015. Efektifitas Ekstrak Bunga
Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Jumlah Pembuluh Darah Kapiler
pada Proses Penyembuhan Luka Insisi Fase Proliferasi, Majalah Kesehatan
FKUB, 2(2): 92-98.
Guenther, E., 1990. Minyak Atsiri Jilid 3, Universitas Indonesia.
Hadi, S. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)
Menggunakan Pelarut n-Heksana dan Benzena. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan, 1(2) : 25-30.
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 2013. Medical Microbiology Twenty-Seventh Edition.
McGraw- Hill Companies. US
Ketaren. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika, Jakarta.
Kumala, Shirly, dan Dian Indriani. 2008. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Cengkeh (Eugenia aromaticum L). Jurnal Farmasi Indonesia.

Kumar SG, Saikishore MBP, Panchal S. 2012. Evaluation of Flower Buds Syzygium
Aromaticum for Antimicrobial and Wound Healing Activity in Rats. Int J Ph
Sci. 2012; 4(1):1746-1750.
Majewska I, Gendaszewska E. Proangiogenic Activity of Plant Extracts in
Accelerating Wound Healing- A New face of Old Phytomedicines. Acta
Biochim Pol. 2011; 58:449-60.
Maryati, Fauzia SR, Rahayu T. Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun kemangi
(Ocimum basillum L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 8, No. 1, 2007; 30 – 38.
Munawaroh, S. & Handayani, P.A., 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik,
2(1), pp.73–78.
Najiyati Sri dan Danarti. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pascapanen. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Nunez, L., M.D. Aquino and J. Chirife. 2001..Antifungal properties of clove oil in
sugar solution. Brazilian Journal of Microbiology 32 : 123-126.
Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Bogor : Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Indonesian Center for
Agricultural Postharvest Research and Development.
Nurjannah, Dian Ayu., Retnowati, Rurini, dan Juswono. 2013. Aktivitas Antioksidan
dari Minyak Bunga Cengkeh ((Syzygium Aromaticum) Kering Berdasarkan
Aktivitas Antiradikal Yang Ditentukan Menggunakan Electron Spin
Resonance. Kimia.Studentjournal, Vol. 1, No. 2, Pp. 283-288 Universitas
Brawijaya Malang
Nuryoto, Jayanudin & Hartono, R., 2011. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Limbah
Daun Cengkeh. In Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan.”
pp. C07–1.
Oyedemi, S.O., A.I. Okoh, L.V. Mabinya, G. Pirochenva and A.J. Afolayan. 2008.
The proposed mechanism of bactericidal action of eugenol, α-terpinol and γ-
terpinen against Listeria monocytogenes, Streptococcus pyogenes, Proteus
vulgaris and Escherichia coli. African Journal of Biotechnology 8(7) : 1280-
1286.
Pratiwi, Luluk. 2016. Ektraksi Minyak Atsiri dari Bunga Cengkeh dengan Pelarut
Etanol dan N-Heksana. The 3rd Universty Research Colloquium 2016
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Prianto, H., R. Renowati, dan U. P. Juswono, 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari
Minyak Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum) Kering Hasil Distilasi Uap.
Kimia Student Journal, 1(2) : 269-275.
Prihanti. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Renata
K (Penerjemah). Edisi ke-4. Jakarta: EGC. 2006.
Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Hal.
158- 159
Smullen J., Koutsou, G. A., Zumbe, A. & Storey, D. M., 2007, The Antibacterial
Activity of Plant Extracts Containing Polyphenols Against Streptococcus
mutans, Caries Res.,41, 342-349
Srivastava A.K., SK Srivastava, K.V. Syamsundar, 2005, Bud and Leaf Essential Oil
Composition of Syzygium aromaticum from India and Madagascar, Flavour
Fragr. J., 20, pp.51-53.
Taguchi, Y., H. Ishibashi, T. Takizawa, S. Inoue, H. Yamaguchi and S. Abe. 2005.
Protection of oral or intestinal candidiasis in mice by oral or intragastric
administration of herbal food, clove (Syzygium aromaticum). Japan J. Med.
Mycol 46 : 27-33.

Anda mungkin juga menyukai