I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spektrum adalah sebuah keadaan atau harga yang tidak terbatas hanya pada
suatu set harga saja tetapi dapat berubah secara tak terbatas di dalam sebuah
kontinum. Kata ini ber-evolusi dari kata bahasa Latin, spectre, yang berarti
hantu, tetapi arti modern sekarang berasal dari penggunaannya dalam ilmu
alam. Spektrum Emisi adalah proses di mana suatu zat mengeluarkan atau
memancarkan radiasi ketika dipanaskan atau diolah secara kimia. Tingkat
emisi zat tergantung pada komposisi dan temperatur spektroskopi nya.
Spektrum emisi dapat dibagi menjadi dua yaitu spektrum garis dan spektrum
kontinyu. Spektrum Absorpsi adalah proses di mana elektron dari suatu zat
menyerap atau mengambil panjang gelombang energi. Struktur atom dan
molekul dari bahan mengatur tingkat penyerapan, bersama dengan jumlah
radiasi elektromagnetik, suhu, struktur kristal padat, dan interaksi
antarmolekul. Spektrum absorpsi dari unsur diwakili oleh pita kontinu warna
dengan garis-garis gelap yang terpisah antara mereka. Seluruh Band
merupakan total cahaya yang difokuskan pada elemen. Garis gelap adalah
bagian dari spektrum di mana elektron menyerap foton cahaya, maka, ada tidak
adanya cahaya pada bagian-bagian ini. Sisa bagian berwarna dari spektrum
tersebut merupakan bagian dari cahaya insiden yang belum diserap, dan
karenanya, muncul sebagai warna panjang gelombang tertentu. Adapun tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat membuktikan dan
mengidentifikasi bahan dengan menganalisis spektrum dan dapat menentukan
panjang gelombang dari masing-masing garis spektrum
2
B. Tujuan Percobaan
hingga 750 nm. Radiasi ini dikenal dengan cahaya tampak, radiasi ini
terdeteksi olah mata manusia berupa macam-macam warna. Apabila cahaya
mengenai sebuah materi, cahaya itu dapat dipantulkan, diteruskan (transmisi),
atau diserap (diabsorpsi). Bahan-bahan yang menyerap cahaya tampak
disebut pigmen. Pigmen yang berbeda akan menyerap cahaya yang panjang
gelombangnya berbeda, dan panjang gelombang yang diserap akan
hilang (Sastrohamidjojo, 1999).
mengalami gangguan baik akibat medan listrik maupun medan magnet yang
berotasi selama radiasi (Endro, 2004).
C. Jenis Spektrum
D. Spektrofotometer
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperti :
kecil, (f) Lensa 1-50 mm, (g) Lensa 1-100 mm, (h) Celah variabel, (i)
Jepitan meja, (j) Jepitan leybold, (k) Lavil terali rouland, (l) Layar tembus
cahaya.
B. Prosedur Percobaan
C. Sketsa Alat
(II)
(I)
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini yaitu seperti Tabel 1 dan Tabel
2.
Tabel 1. Hasil pengamatan untuk sumber cahaya lampu HgZnCd
No L(cm) Celah Nama Lebar Warna Jarak
Variabel spektrum spektrum spektrum antar
(cm) spektrum
(cm)
B. Pembahasan
Isaac Newton membuat studi tentang warna mulai dari usia 23 pada Tahun
1666, dan mengembangkan teori lingkaran warna Newton yang
memberikan wawasan tentang warna komplementer dan pencampuran
warna aditif. Dia menyadari bahwa beberapa warna (magenta, ungu) tidak
dapat diproduksi sebagai warna spektral. Salah satu kontribusinya adalah
gagasan tentang cahaya putih terang yang mengandung semua panjang
gelombang dari spektrum warna yang terlihat. Dia menunjukkan fakta ini
dengan percobaan pada dispersi cahaya dalam prisma kaca.
15
Thomas Young menyarankan karakter tiga kali lipat dari persepsi warna pada
Tahun 1802 dan berspekulasi bahwa ada tiga jenis reseptor warna sensitif di mata.
Pada Tahun 1860-an, James Clerk Maxwell menyelidiki penggunaan tiga warna
primer dan menyadari bahwa tidak ada kombinasi aditif dari tiga warna primer
dapat menutupi keseluruhan seluruh warna yang dipahami. Dia menunjukkan
bahwa himpunan warna primer tidak unik, tapi itu pendahuluan spektral lebih luas
dipisahkan dalam panjang gelombang yang dapat digunakan untuk menghasilkan
jangkauan yang lebih luas dari warna yang dirasakan. Dia juga menyadari bahwa
dengan beberapa pengurangan, keseluruhan warna dirasakan bisa ditutupi. Maxwell
menyadari bahwa Kromatisitas (hue dan saturasi) dari permukaan warna relatif
tidak sensitif terhadap kecerahan. Kerja Maxwell dapat dianggap sebagai dasar
untuk kolorimetri modern.
Thomas Young menunjukkan bahwa mata memiliki tiga macam reseptor warna,
secara kasar yaitu dengan warna primer merah, hijau, dan biru yang telah ditemukan
berguna dalam pencocokan berbagai warna visual dengan warna aditif
pencampuran. Ide ini menempatkan secara lebih kuantitatif oleh Hermann von
Helmholtz dan kadang-kadang disebut teori Young-Helmholtz. Percobaan rinci
dilakukan pada Tahun 1920 menunjukkan bahwa pemilihan pendahuluan RGB
memang bisa cocok dengan semua warna visual dalam kisaran tertentu disebut
gamut, tetapi bahwa mereka tidak bisa cocok dengan semua warna spektral,
terutama dalam kisaran hijau. Ditemukan bahwa jika sejumlah lampu merah
ditambahkan ke warna yang cocok, maka semua warna bisa disesuaikan. Hasil
kuantitatif dinyatakan dalam nilai tristimulus untuk pemilihan pendahuluan RGB,
tapi itu diperlukan untuk memungkinkan nilai negatif untuk nilai tristimulus merah
agar cocok dengan semua warna.
16
Barulah sekitar Tahun 1965 bahwa percobaan fisiologis rinci dilakukan untuk
mengukur penyerapan berbagai jenis kerucut pada mata. Percobaan diverifikasi
dalil muda bahwa memang ada tiga jenis kerucut. Tampaknya sekarang kita bisa
menggunakan sesuatu yang mirip dengan kurva respon dari tiga jenis kerucut
sebagai fungsi pencocokan warna, tetapi kurva CIE mapan sebagai kurva standar.
Ada beberapa hal aneh tentang diagram Tahun 1931, Kromatisitas standar CIE.
Sebagai Fortner dan titik Meyer keluar, "mencurahkan sejumlah besar real estate
untuk berbagai nuansa hijau" dan sedikit ruang untuk warna seperti merah dan ungu
yang lebih terdiferensiasi untuk mata. Pada Tahun 1976, baru standar CIE dirilis
17
Di dalam percobaan ini hal yang pertama kali dilakukan yaitu menyiapkan semua
alat dan bahan yang di butuhkan serta mengecek kelengkapan alat yang dibutuhkan,
antara lain: lampu Na, lampu HgZnCd, catu daya, jepitan meja, bangku optik kecil,
jepitan leybold, celah variabel, jepitan penunjang per, terali rouland, lensa f = 50
mm, lensa f = 100 mm, layar tembus cahaya, pita ukur, dan pensil. Setelah semua
alat dan bahan telah disiapkan secara lengkap dan disusun sesuai dengan sketsa
percobaan. Selanjutnya merangkai peralatan. Karena semua peralatan yang
dibutuhkan telah dirangkai secara sempurna oleh asisten, sehingga praktikan hanya
perlu menghubungkan catu daya dengan sumber listrik lalu menghidupkan trafo
universal kemudian menunggu hingga lampu (sumber cahaya) menyala. Sebelum
memulai pengambilan data asisten menerangkan cara kerja alat dan menjelaskan
terkait proses pengambilan data agar sesuai dengan prosedur yang ada dalam buku
panduan. Percobaan ini menggunakan dua lampu sebagai sumber cahaya yang
berbeda jenis secara bergantian yaitu berupa lampu Na dan HgZnCd. Percobaan
pertama dilakukan menggunakan lampu HgZnCd yang dipasangkan pada bangku
optik. Setelah itu meletakkan posisi lensa 1-50 mm tepat didepan lampu HgZnCd.
Selanjutnya memasangkan celah variabel dan lensa 1-100 mm pada bangku optik
serta layar tembus cahaya. Celah variabel berguna sebagai celah penerima sinar dan
berfungsi untuk mengatur intensitas warna spektrum yang dihasilkan oleh lampu
yang sebelumnya masuk pada lensa 1-50 mm. Dari celah variabel, sinar akan
diteruskan menuju lensa 1-100 mm dan melewati lavil terali rouland. Lavil terali
rouland ini berfungsi untuk mengatur jarak antara bangku optik dan layar tembus
cahaya, hingga akhirnya sinar sampai ke layar tembus cahaya. Pada saat percobaan
menggunakan sumber cahaya dari lampu HgZnCd, warna spektrum yang dihasilkan
berupa hijau, ungu, dan orange dengan lebar celah yang digunakan adalah 0,8 cm,
1,0 cm, dan 1,2 cm. Percobaan selanjutnya menggunakan sumber cahaya lampu Na,
pada percobaan ini lebar celah variabel yang digunakan sama seperti pada lampu
18
HgZnCd yaitu 0,8 cm, 1cm, dan 1,2 cm. Warna spektrum yang dihasilkan berupa
warna jingga atau orange. Kemudian barulah praktikan melakukan proses
pengambilan data dan mengidentifikasi bahan dengan menganalisa spektrum yang
dihasilkan oleh kedua lampu tersebut
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
Gambar 10. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 20 cm dan lebar
celah 1,0
Gambar 10 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
20 cm dan nilai celah variabel 1,0. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,5cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,4cm, Hijau1
sebesar 0,4cm, dan Orange1 sebesar 0,4cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,4cm, hijau2 sebesar 0,5cm,
dan Orange2 sebesar 0,4cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 3,4cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 4,7cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
5,1cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 3,7cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 4,9cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 5,2cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 10,9cm.
O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2
H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1
Gambar 11. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 20 cm dan lebar
celah 1,2
24
Pada saat sumber cahaya dari lampu Na dinyalakan maka akan didapatkan sebuah
pancaran garis berupa spektrum cahaya yang berwarna orange atau jingga. Hasil
pengamatan pada percobaan ini terlihat pada gambar berikut.
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 12. Garis cahaya lampu Na pada jarak 10cm celah 0,8
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 12 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 10 cm dan pada celah variabel selebar 0,8 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,9cm, jingga1 sebesar 0,9cm, dan jingga2 sebesar 0,9cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 5,7 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 5,7 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 12,6 cm.
25
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 13. Garis cahaya lampu Na pada jarak 10cm celah 1,0
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 13 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 10 cm dan pada celah variabel selebar 1,0 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,9cm, dan jingga2 sebesar 0,9cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 5,2 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 7,4 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 13,2 cm.
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 14. Garis cahaya lampu Na pada jarak 10cm celah 1,2
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 14 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 10 cm dan pada celah variabel selebar 1,2 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,8cm, dan jingga2 sebesar 0,6cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 8,7 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 8,2 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 17,7 cm.
26
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 15. Garis cahaya lampu Na pada jarak 15cm celah 0,8
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 15 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 15 cm dan pada celah variabel selebar 0,8 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,4cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 6,5 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 6,5 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 13,0 cm.
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 16. Garis cahaya lampu Na pada jarak 15cm celah 1,0
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 16 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 15 cm dan pada celah variabel selebar 1,0 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,3cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,5cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 6,5 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 6,4 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 12,9 cm.
27
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 17. Garis cahaya lampu Na pada jarak 15cm celah 1,2
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 17 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 15 cm dan pada celah variabel selebar 1,2 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,6cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 6,4 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 6,4 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 12,8 cm.
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 18. Garis cahaya lampu Na pada jarak 20cm celah 0,8
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 18 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 20 cm dan pada celah variabel selebar 0,8 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,3cm, jingga1 sebesar 0,4cm, dan jingga2 sebesar 0,4cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 4,2 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 4,3 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 8,5 cm.
28
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 19. Garis cahaya lampu Na pada jarak 20cm celah 1,0
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 19 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 20 cm dan pada celah variabel selebar 1,0 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,4cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,5cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 4,3 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 4,2 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 8,5 cm.
J2 J0 J1
J1 − J2
J0 − J1
J0 − J2
Gambar 20. Garis cahaya lampu Na pada jarak 20cm celah 1,2
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 20 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 20 cm dan pada celah variabel selebar 1,2 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,2cm, jingga1 sebesar 0,4cm, dan jingga2 sebesar 0,3cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 4,0 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 4,3 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 8,3 cm.
29
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA