Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spektrum adalah sebuah keadaan atau harga yang tidak terbatas hanya pada
suatu set harga saja tetapi dapat berubah secara tak terbatas di dalam sebuah
kontinum. Kata ini ber-evolusi dari kata bahasa Latin, spectre, yang berarti
hantu, tetapi arti modern sekarang berasal dari penggunaannya dalam ilmu
alam. Spektrum Emisi adalah proses di mana suatu zat mengeluarkan atau
memancarkan radiasi ketika dipanaskan atau diolah secara kimia. Tingkat
emisi zat tergantung pada komposisi dan temperatur spektroskopi nya.
Spektrum emisi dapat dibagi menjadi dua yaitu spektrum garis dan spektrum
kontinyu. Spektrum Absorpsi adalah proses di mana elektron dari suatu zat
menyerap atau mengambil panjang gelombang energi. Struktur atom dan
molekul dari bahan mengatur tingkat penyerapan, bersama dengan jumlah
radiasi elektromagnetik, suhu, struktur kristal padat, dan interaksi
antarmolekul. Spektrum absorpsi dari unsur diwakili oleh pita kontinu warna
dengan garis-garis gelap yang terpisah antara mereka. Seluruh Band
merupakan total cahaya yang difokuskan pada elemen. Garis gelap adalah
bagian dari spektrum di mana elektron menyerap foton cahaya, maka, ada tidak
adanya cahaya pada bagian-bagian ini. Sisa bagian berwarna dari spektrum
tersebut merupakan bagian dari cahaya insiden yang belum diserap, dan
karenanya, muncul sebagai warna panjang gelombang tertentu. Adapun tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat membuktikan dan
mengidentifikasi bahan dengan menganalisis spektrum dan dapat menentukan
panjang gelombang dari masing-masing garis spektrum
2

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut :


1. Mahasiswa dapat membuktikan dan mengidentifikasi bahan dengan
menganalisis spektrum.
2. Menentukan panjang gelombang dari masing-masing garis spektrum.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Absorpsi dan Emisi

sinar matahari merupakan sinar yang tersusun dari komponen warna-warna


yang dapat dikombinasikan menjadi warna putih kembali, seperti yang telah
dikemukakan oleh Isaac Newton pada permulaan abad ke-17 M. Beberapa
tahun kemudian, 1860, Robert Bunsen (yang dikenal karena pembakar
bunsen temuannya) menyelidiki emisi cahaya dari nyala gas. Bunsen
mengamati spektra emisi yang dihasilkan bukan kontinu, namun berupa garis-
garis berwarna (spektrum garis). Dia mencatat bahwa setiap unsur
menghasilkan spektrum yang unik dan karakteristik. Suatu unsur dapat
menghasilkan spektrum yang berbentuk garis atau yang berbentuk pita
kontinu. Spektrum emisi suatu bahan dapat diperoleh bila unsure itu diberi
energi, baik energi termal maupun energi dalam bentuk lain, misalnya, energi
listrik, yaitu dengan memberikan potensial yang tinggi pada gas. Potongan
besi yang telah dipanaskan memancarkan cahaya yang khas. Pijaran yang
terlihat itu merupakan bagian dari spektrum emisi yang ditangkap oleh mata,
tetapi sebenarnya ada pula bagian spektrum yang tidak dapat ditangkap oleh
mata kita. Cahaya matahari merupakan bentuk energi yang dikenal sebagai
energi elektromagnetik, atau disebut juga radiasi. Energi elektromagnetik ini
bergerak bergelombang dan berirama. Irama yang diciptakanya diserupakan
(analog) dengan gelombang berirama yang diciptakan oleh air yang
dijatuhkan kedalamnya sebuah kerikil. Panjang gelombang dari sinar
matahari berkisar antara kurang dari satu nanometer (untuk sinar gamma)
hingga lebih dari satu kilometer (untuk gelombang radio). Keseluruhan
kisaran radiasi ini dikenal sebagai spektrum elektromagnetik. Radiasi yang
dapat dideteksi oleh mata manusia hanyalah berkisar kira-kira antara 380
4

hingga 750 nm. Radiasi ini dikenal dengan cahaya tampak, radiasi ini
terdeteksi olah mata manusia berupa macam-macam warna. Apabila cahaya
mengenai sebuah materi, cahaya itu dapat dipantulkan, diteruskan (transmisi),
atau diserap (diabsorpsi). Bahan-bahan yang menyerap cahaya tampak
disebut pigmen. Pigmen yang berbeda akan menyerap cahaya yang panjang
gelombangnya berbeda, dan panjang gelombang yang diserap akan
hilang (Sastrohamidjojo, 1999).

B. Absorpsi dan Emisi

Absorpsi merupakan suatu berkas radiasi elektromagnetik, bila dilewatkan


melalui sampel kimia, sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnetik
ditransfer ke atom atau molekul dalam sampel, berarti pertikel terpromosikan
dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu
tingkat tereksitasi. Absorpsi tergantung pada keadaan tisis, lingkungan spesies
pengabsorpsi dan faktor-faktor lainnya. Pada absorpsi atom,
atom dieksitasikan ke tingkat yang lebih tinggi pada radiasi UV dan tampak
menyebabkan transisi elektron valensi dalam unsur(Underwood, 2002).

Emisi radiasi merupakan radiasi elektromagnetik di hasilkan bila ion, atom


atau molekul tereksitasi kembali ketingkat energi lebih rendah atau energi
dasar. Eksitasi dapat dilakukan dengan nyala, bunga api atau loncatan listrik.
Partikel teradiasi menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang tertentu,
suatu spektrum garis. Pendar flour dan penda-fosfor, merupakan salah satu
jenis proses emisi. Atom atau molekul tereksitasi dengan absorpsi radiasi
elektromagnetik dan suatu emisi terjadi jika spesies tereksitasi kembali ke
keadaan dasar. Pendar flour terjadi lebih cepat dari pada pendar-fosfor dan
berakhir sekitar 10-5 detik atau kurang setelah eksitasi. Emisi pendar-fosfor
terjadi lebih lama dari 10-5 detik dan dapat berlangsung beberapa menit atau
bahkan berjam-jam setelah radiasi dihentikan. seperti pada proses absorpsi
emisi dan pemendaran maka penghamburan radiasi elektromagnetik tidak
memerlukan. Penghamburan meliputi pengacakan arah berkas. Jika suatu
berkas radiasi elektromagnetik tiba pada suatu partikel yang kecil, partikel
5

mengalami gangguan baik akibat medan listrik maupun medan magnet yang
berotasi selama radiasi (Endro, 2004).

C. Jenis Spektrum

Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi dalam suatu


atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu spektrum emisi dan
spektrum absorpsi yang dapat diamati menggunakan spektroskop. Spektrum
emisi dihasilkan oleh suatu zat yang memancarkan gelombang elektromagnetik
dan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu spektrum garis, spektrum pita,
dan spektrum kontinu. Spektrum absorpsi adalah spektrum yang terjadi karena
penyerapan panjang gelombang tertentu oleh suatu zat terhadap radiasi
gelombang elektromagnetik yang memiliki spektrum kontinu. Spektrum ini
terdiri dari sederetan garis-garis hitam pada sederetan spektrum kontinu.
Contoh spektrum absorpsi adalah spektrum matahari. Secara sepintas spektrum
matahari tampak seperti spektrum kontinu. Akan tetapi, jika dicermati akan
tampak garis-garis gelap terang yang disebut dengan garis-garis
Fraunhofer. Gejala emisi dan absorpsi pertama kali dijelaskan oleh Kirchoff
pada tahun 1869 dengan mengajukan tiga hukum analisis spektrum, yaitu:
1). Zat padat ataupun zat cair yang memijar akan memancarkan cahaya dengan
spektrum pada seluruh panjang gelombang, sehingga menghasilkan
spektrum kontinu.
2). Gas renggang yang memijar akan memancarkan cahaya dengan spektrum
berupa garis-garis terang yang dinamakan spektrum garis.
3). Cahaya putih dari sumber cahaya bila dilewatkan dari gas renggang yang
dingin, maka gas itu akan menyerap panjang gelombang tertentu sehingga
pada spektrum kontinu terdapat garis-garis gelap yang dinamakan garis
serat atau garis absorbsi. Panjang garis serat ini tepat sama dengan panjang
gelombang garis emisi ini bila gas itu memijar.
Ternyata unsur-unsur kimia tertentu bila dalam keadaan gas akan
menghasilkan pola garis atau garis terang yang memiliki ciri khas tertentu. Ini
berarti tiap gas tertentu hanya menyerap atau memancarkan panjang
gelombang cahaya tertentu saja. Pola-pola garis spektrum unsur-unsur ini dapat
6

digunakan untuk manganalisis unsur yang dikandung oleh sumber cahaya.


Adanya pola karakteristik spektrum garis unsur tertentu ini dapat digunakan
sebagai indikator adanya unsur tersebut pada sumber yang memancarkan
cahaya itu (Willard, 1989).

D. Spektrofotometer

Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi


elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut
“spektrometer” atau spektrofotometer. Spektrofotometer sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkam sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Materi
akan diuji juga bertindak sebagai elektroda bila materi tersebut tahan
temperature tinggi. Selain itu sampel diletakkan dalam suatu bintik kecil pada
elektroda grafit atau karbon. Elektroda yang lebih rendah biasanya adalah
elektroda positif. Medium pengurai sinarnya dalam spektrograf dapat berupa
prisma, grafiting ataupun celah sempit (slit). Slit harus lurus dan bersih. Suatu
plat fotografi dapat merekam daerah spektrum 200-800 nm. Susunan prisma
dapat beupa tipae cornu atau tipe littrow. Beberapa peralatan menggunakan tipe
grating dengan liputan spektrum 220-780 nm. Proses fotografi utnuk merekam
intensitas garis masih sering dilakukan (Khopkar, 1990).
7

III. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperti :

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

(i) (j) (k) (l)


Gambar 1. (a) Bingkai untuk lampu spektrum, (b) Lampu spektrum HgZnCd,
(c) Lampu spektrum Na, (d) Trafo universal, (e) Bangku optik
8

kecil, (f) Lensa 1-50 mm, (g) Lensa 1-100 mm, (h) Celah variabel, (i)
Jepitan meja, (j) Jepitan leybold, (k) Lavil terali rouland, (l) Layar tembus
cahaya.

B. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur pada percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Penyusunan Alat
Menyusun alat sesuai skema dengan memasukkan salah satu lampu
spektrum dan memasangnya diujung awal bangku optik. Menghubungkan
ke trafo universal dan menghidupkannya. Memasang lensa 1-50 mm, celah
variabel, lensa 1-100 mm dan layar tembus cahaya pada bangku optik sesuai
skema.
2. Penyetelan
Menerangi sempurna celah dan menggeser lensa 1-100 mm sampai celah
tergambar jelas pada layar tembus cahaya. Masukkan lavil terali rouland
pada penunjang dengan jepitan per dan memasang diantara lensa 1-100 mm
dan layar tembus cahaya pada bangku optik.
3. Evaluasi dan Hasil
Lampu spektrum yang berbeda-beda memberikan spektrum garis
karakteristik bagi atom-atom yang teremisi.
4. Petunjuk
Spektrum yang berbeda tersebut, dapat dibandingkan dengan tabel spektrum
dari bahan yang digunakan, sehingga dapat menentukan panjang gelombang
dari masing-masing garis spektrum.
5. Pelaksanaan
Menutup celah variabel sampai garis spektrum masing-masing terpisah pada
layar, secara berurutan pada lampung spektrum yang berbeda pada
bingkainya dan membandingkan spektrum tersebut satu sama lain.
6. Contoh Pengukuran
Untuk memisahkan kedua garis kuning pada spektrum Mg, dengan menyetel
celah variabel pada lebar celah yang minimal, garis violet bercahaya sangat
lemah. Kuat penyinaran dari lavil terali rouland tidak cukup untuk
9

memisahkan kedua garis natrium kuning orde-1. Spektrum dengan banyak


garis-garis hijau sangat lemah cahaya intenitas garis-garis berikut yang
teremisi, dengan susunan ini tidak semua kelihatan.

C. Sketsa Alat

Adapun sketsa alat pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

(III) (IV) (V) (VI) (VII)

(II)

(I)

Gambar 2. Sketsa susunan alat


Keterangan :
(I) = Trafo universal
(II) = Lampu spektrum
(III) = Lensa 1-50 mm
(IV) = Celah Variabel
10

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini yaitu seperti Tabel 1 dan Tabel
2.
Tabel 1. Hasil pengamatan untuk sumber cahaya lampu HgZnCd
No L(cm) Celah Nama Lebar Warna Jarak
Variabel spektrum spektrum spektrum antar
(cm) spektrum
(cm)

1 10 0,8 Hijau 0 0,9 H0-U1 6,1


Ungu 1 0,5 H0-H1 8,2
Hijau 1 0,5 H0-O1 8,8
Orange 1 0,5 H0-U2 5,7
Ungu 2 0,5 H0-H2 8,1
Hijau 2 0,5 H0-O2 8,7
Orange 2 0,5 O1-O2 18,2
1,0 Hijau 0 0,5 H0-U1 6,4
Ungu 1 0,5 H0-H1 8,1
Hijau 1 0,5 H0-O1 8,6
Orange 1 0,6 H0-U2 6,3
Ungu 2 0,5 H0-H2 7,9
Hijau 2 0,4 H0-O2 8,5
Orange 2 0,4 O1-O2 17,7
1,2 Hijau 0 0,8 H0-U1 8,0
Ungu 1 0,7 H0-H1 8,2
11

Hijau 1 0,6 H0-O1 8,8


Orange 1 0,5 H0-U2 6,1
Ungu 2 0,5 H0-H2 8,0
Hijau 2 0,7 H0-O2 8,5
Orange 2 0,5 O1-O2 19

2 15 0,8 Hijau 0 0,4 H0-U1 4,8


Ungu 1 0,6 H0-H1 6,8
Hijau 1 0,3 H0-O1 7,1
Orange 1 0,5 H0-U2 5,0
Ungu 2 0,4 H0-H2 6,5
Hijau 2 0,4 H0-O2 6,9
Orange 2 0,6 O1-O2 14,3
1,0 Hijau 0 0,7 H0-U1 4,5
Ungu 1 0,9 H0-H1 6,3
Hijau 1 0,6 H0-O1 6,9
Orange 1 0,7 H0-U2 4,9
Ungu 2 0,6 H0-H2 6,5
Hijau 2 0,6 H0-O2 6,9
Orange 2 0,4 O1-O2 14,3
1,2 Hijau 0 0,6 H0-U1 4,5
Ungu 1 0,6 H0-H1 6,2
Hijau 1 0,3 H0-O1 6,8
Orange 1 0,4 H0-U2 4,9
Ungu 2 0,5 H0-H2 6,7
Hijau 2 0,5 H0-O2 7,1
12

Orange 2 0,5 O1-O2 14,4

3 20 0,8 Hijau 0 0,4 H0-U1 3,2


Ungu 1 0,5 H0-H1 4,6
Hijau 1 0,4 H0-O1 4,9
Orange 1 0,4 H0-U2 4,1
Ungu 2 0,5 H0-H2 5,0
Hijau 2 0,5 H0-O2 5,8
Orange 2 0,5 O1-O2 10,7
1,0 Hijau 0 0,5 H0-U1 3,4
Ungu 1 0,4 H0-H1 4,7
Hijau 1 0,4 H0-O1 5,1
Orange 1 0,4 H0-U2 3,7
Ungu 2 0,4 H0-H2 4,9
Hijau 2 0,5 H0-O2 5,2
Orange 2 0,4 O1-O2 10,9
1,2 Hijau 0 0,6 H0-U1 3,3
Ungu 1 0,5 H0-H1 4,5
Hijau 1 0,4 H0-O1 5,0
Orange 1 0,3 H0-U2 4,3
Ungu 2 0,5 H0-H2 5,4
Hijau 2 0,4 H0-O2 6,0
13

Orange 2 0,5 O1-O2 10,9

Tabel 2. Hasil pengamatan untuk sumber cahaya lampu Na


No L(cm) Celah Nama Lebar Warna Jarak
variabel spektrum spektrum spektrum antar
(cm) spektrum
(cm)

1 10 0,8 Jingga 0 0,9 J0-J1 5,7


Jingga 1 0,9 J0-J2 5,7
Jingga 2 0,9 J1-J2 12,6
1,0 Jingga 0 0,5 J0-J1 5,2
Jingga 1 0,9 J0-J2 7,4
Jingga 2 0,9 J1-J2 13,2
1,2 Jingga 0 0,5 J0-J1 8,7
Jingga 1 0,8 J0-J2 8,2
Jingga 2 0,6 J1-J2 17,7
2 15 0,8 Jingga 0 0,5 J0-J1 6,5
Jingga 1 0,6 J0-J2 6,5
Jingga 2 0,4 J1-J2 13,0
1,0 Jingga 0 0,3 J0-J1 6,5
Jingga 1 0,5 J0-J2 6,4
Jingga 2 0,6 J1-J2 12,9
1,2 Jingga 0 0,5 J0-J1 6,4
Jingga 1 0,6 J0-J2 6,4
Jingga 2 0,6 J1-J2 12,8
14

3 20 0,8 Jingga 0 0,3 J0-J1 4,2


Jingga 1 0,4 J0-J2 4,3
Jingga 2 0,4 J1-J2 8,5
1 Jingga 0 0,4 J0-J1 4,3
Jingga 1 0,6 J0-J2 4,2
Jingga 2 0,5 J1-J2 8,5
1,2 Jingga 0 0,2 J0-J1 4,0
Jingga 1 0,4 J0-J2 4,3
Jingga 2 0,3 J1-J2 8,3

B. Pembahasan

Isaac Newton membuat studi tentang warna mulai dari usia 23 pada Tahun
1666, dan mengembangkan teori lingkaran warna Newton yang
memberikan wawasan tentang warna komplementer dan pencampuran
warna aditif. Dia menyadari bahwa beberapa warna (magenta, ungu) tidak
dapat diproduksi sebagai warna spektral. Salah satu kontribusinya adalah
gagasan tentang cahaya putih terang yang mengandung semua panjang
gelombang dari spektrum warna yang terlihat. Dia menunjukkan fakta ini
dengan percobaan pada dispersi cahaya dalam prisma kaca.
15

Thomas Young menyarankan karakter tiga kali lipat dari persepsi warna pada
Tahun 1802 dan berspekulasi bahwa ada tiga jenis reseptor warna sensitif di mata.
Pada Tahun 1860-an, James Clerk Maxwell menyelidiki penggunaan tiga warna
primer dan menyadari bahwa tidak ada kombinasi aditif dari tiga warna primer
dapat menutupi keseluruhan seluruh warna yang dipahami. Dia menunjukkan
bahwa himpunan warna primer tidak unik, tapi itu pendahuluan spektral lebih luas
dipisahkan dalam panjang gelombang yang dapat digunakan untuk menghasilkan
jangkauan yang lebih luas dari warna yang dirasakan. Dia juga menyadari bahwa
dengan beberapa pengurangan, keseluruhan warna dirasakan bisa ditutupi. Maxwell
menyadari bahwa Kromatisitas (hue dan saturasi) dari permukaan warna relatif
tidak sensitif terhadap kecerahan. Kerja Maxwell dapat dianggap sebagai dasar
untuk kolorimetri modern.
Thomas Young menunjukkan bahwa mata memiliki tiga macam reseptor warna,
secara kasar yaitu dengan warna primer merah, hijau, dan biru yang telah ditemukan
berguna dalam pencocokan berbagai warna visual dengan warna aditif
pencampuran. Ide ini menempatkan secara lebih kuantitatif oleh Hermann von
Helmholtz dan kadang-kadang disebut teori Young-Helmholtz. Percobaan rinci
dilakukan pada Tahun 1920 menunjukkan bahwa pemilihan pendahuluan RGB
memang bisa cocok dengan semua warna visual dalam kisaran tertentu disebut
gamut, tetapi bahwa mereka tidak bisa cocok dengan semua warna spektral,
terutama dalam kisaran hijau. Ditemukan bahwa jika sejumlah lampu merah
ditambahkan ke warna yang cocok, maka semua warna bisa disesuaikan. Hasil
kuantitatif dinyatakan dalam nilai tristimulus untuk pemilihan pendahuluan RGB,
tapi itu diperlukan untuk memungkinkan nilai negatif untuk nilai tristimulus merah
agar cocok dengan semua warna.
16

Pada Tahun 1931 International Commission de l'Eclairage (KIE) pindah untuk


mendefinisikan sebuah sistem standar di mana semua nilai tristimulus akan positif
dan di mana semua warna terlihat jelas dapat diwakili oleh dua Kromatisitas
koordinat x, y. Pemetaan warna visual yang menyebabkan kurva tapal kuda
sekarang akrab di x, y pesawat dikenal sebagai diagram Kromatisitas CIE. Ini
adalah dasar untuk pengukuran warna yang paling kuantitatif saat ini.

Barulah sekitar Tahun 1965 bahwa percobaan fisiologis rinci dilakukan untuk
mengukur penyerapan berbagai jenis kerucut pada mata. Percobaan diverifikasi
dalil muda bahwa memang ada tiga jenis kerucut. Tampaknya sekarang kita bisa
menggunakan sesuatu yang mirip dengan kurva respon dari tiga jenis kerucut
sebagai fungsi pencocokan warna, tetapi kurva CIE mapan sebagai kurva standar.
Ada beberapa hal aneh tentang diagram Tahun 1931, Kromatisitas standar CIE.
Sebagai Fortner dan titik Meyer keluar, "mencurahkan sejumlah besar real estate
untuk berbagai nuansa hijau" dan sedikit ruang untuk warna seperti merah dan ungu
yang lebih terdiferensiasi untuk mata. Pada Tahun 1976, baru standar CIE dirilis
17

yang mengoreksi beberapa masalah dan menghasilkan sebuah diagram dimana


jarak antara dua titik pada diagram adalah sebanding dengan perbedaan warna yang
dirasakan. Namun, di Tahun 1976 ini, standar CIE telah gagal untuk mendapatkan
penerimaan, dan baru pada Tahun 1931, standar CIE hampir secara universal
digunakan.

Di dalam percobaan ini hal yang pertama kali dilakukan yaitu menyiapkan semua
alat dan bahan yang di butuhkan serta mengecek kelengkapan alat yang dibutuhkan,
antara lain: lampu Na, lampu HgZnCd, catu daya, jepitan meja, bangku optik kecil,
jepitan leybold, celah variabel, jepitan penunjang per, terali rouland, lensa f = 50
mm, lensa f = 100 mm, layar tembus cahaya, pita ukur, dan pensil. Setelah semua
alat dan bahan telah disiapkan secara lengkap dan disusun sesuai dengan sketsa
percobaan. Selanjutnya merangkai peralatan. Karena semua peralatan yang
dibutuhkan telah dirangkai secara sempurna oleh asisten, sehingga praktikan hanya
perlu menghubungkan catu daya dengan sumber listrik lalu menghidupkan trafo
universal kemudian menunggu hingga lampu (sumber cahaya) menyala. Sebelum
memulai pengambilan data asisten menerangkan cara kerja alat dan menjelaskan
terkait proses pengambilan data agar sesuai dengan prosedur yang ada dalam buku
panduan. Percobaan ini menggunakan dua lampu sebagai sumber cahaya yang
berbeda jenis secara bergantian yaitu berupa lampu Na dan HgZnCd. Percobaan
pertama dilakukan menggunakan lampu HgZnCd yang dipasangkan pada bangku
optik. Setelah itu meletakkan posisi lensa 1-50 mm tepat didepan lampu HgZnCd.
Selanjutnya memasangkan celah variabel dan lensa 1-100 mm pada bangku optik
serta layar tembus cahaya. Celah variabel berguna sebagai celah penerima sinar dan
berfungsi untuk mengatur intensitas warna spektrum yang dihasilkan oleh lampu
yang sebelumnya masuk pada lensa 1-50 mm. Dari celah variabel, sinar akan
diteruskan menuju lensa 1-100 mm dan melewati lavil terali rouland. Lavil terali
rouland ini berfungsi untuk mengatur jarak antara bangku optik dan layar tembus
cahaya, hingga akhirnya sinar sampai ke layar tembus cahaya. Pada saat percobaan
menggunakan sumber cahaya dari lampu HgZnCd, warna spektrum yang dihasilkan
berupa hijau, ungu, dan orange dengan lebar celah yang digunakan adalah 0,8 cm,
1,0 cm, dan 1,2 cm. Percobaan selanjutnya menggunakan sumber cahaya lampu Na,
pada percobaan ini lebar celah variabel yang digunakan sama seperti pada lampu
18

HgZnCd yaitu 0,8 cm, 1cm, dan 1,2 cm. Warna spektrum yang dihasilkan berupa
warna jingga atau orange. Kemudian barulah praktikan melakukan proses
pengambilan data dan mengidentifikasi bahan dengan menganalisa spektrum yang
dihasilkan oleh kedua lampu tersebut

Selanjutnya percobaan menggunakan sumber cahaya berupa lampu HgZnCd. Pada


pecobaan ini, spektrum yang dihasilkan memiliki aneka warna yang bervariasi
seperti yang tertera pada gambar dibawah ini.

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 3. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 10 cm dan lebar


celah 0,8
Gambar 3 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
10 cm dan nilai celah variabel 0,8. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,9cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,5cm, Hijau1
sebesar 0,5cm, dan Orange1 sebesar 0,5cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2 sebesar 0,5cm,
dan Orange2 sebesar 0,5cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 6,1cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 8,2cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
8,8cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 5,7cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 8,1cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 8,7cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 18,2cm.
19

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 4. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 10 cm dan lebar


celah 1,0
Gambar 4 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
10 cm dan nilai celah variabel 1,0. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,5cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,5cm, Hijau1
sebesar 0,5cm, dan Orange1 sebesar 0,6cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2 sebesar 0,4cm,
dan Orange2 sebesar 0,4cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 6,4cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 8,1cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
8,6cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 6,3cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 7,9cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 8,5cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 17,7cm.

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 5. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 10 cm dan lebar


celah 1,2
20

Gambar 5 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd


dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
10 cm dan nilai celah variabel 1,2. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,8cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,7cm, Hijau1
sebesar 0,6cm, dan Orange1 sebesar 0,5cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2 sebesar 0,7cm,
dan Orange2 sebesar 0,5cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 8,0cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 8,2cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
8,8cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 6,1cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 8,0cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 8,5cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 19,0cm.

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 6. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 15 cm dan lebar


celah 0,8
Gambar 6 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
15 cm dan nilai celah variabel 0,8. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,4cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,6cm, Hijau1
sebesar 0,3cm, dan Orange1 sebesar 0,5cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,4cm, hijau2 sebesar 0,4cm,
dan Orange2 sebesar 0,6cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 4,8cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 6,8cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
7,1cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 5,0cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 6,5cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 6,9cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 14,3cm.
21

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 7. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 15 cm dan lebar


celah 1,0
Gambar 7 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
15 cm dan nilai celah variabel 1,0. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,7cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,9cm, Hijau1
sebesar 0,6cm, dan Orange1 sebesar 0,7cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,6cm, hijau2 sebesar 0,6cm,
dan Orange2 sebesar 0,4cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 4,5cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 6,3cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
6,9cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 4,9cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 6,5cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 6,9cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 14,3cm.

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 8. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 15 cm dan lebar


celah 1,2
22

Gambar 8 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd


dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
15 cm dan nilai celah variabel 1,2. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,6cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,6cm, Hijau1
sebesar 0,3cm, dan Orange1 sebesar 0,4cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2 sebesar 0,5cm,
dan Orange2 sebesar 0,5cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 4,5cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 6,2cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
6,8cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 4,9cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 6,7cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 7,1cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 14,4cm.

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 9. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 20 cm dan lebar


celah 0,8
Gambar 9 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
20 cm dan nilai celah variabel 0,8. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,4cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,5cm, Hijau1
sebesar 0,4cm, dan Orange1 sebesar 0,4cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2 sebesar 0,5cm,
dan Orange2 sebesar 0,5cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 4,5cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 3,2cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
4,6cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 4,9cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 4,1cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 5,0cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 10,7cm.
23

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 10. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 20 cm dan lebar
celah 1,0
Gambar 10 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd
dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
20 cm dan nilai celah variabel 1,0. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,5cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,4cm, Hijau1
sebesar 0,4cm, dan Orange1 sebesar 0,4cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,4cm, hijau2 sebesar 0,5cm,
dan Orange2 sebesar 0,4cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 3,4cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 4,7cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
5,1cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 3,7cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 4,9cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 5,2cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 10,9cm.

O2 H2 U2 H0 U1 H1 O1
O1 − O2

H0 − O2 H0 − O1
H0 − H2 H0 − H1
H0 − U2 H0 − U1

Gambar 11. Garis cahaya lampu HgZnCd pada jarak 20 cm dan lebar
celah 1,2
24

Gambar 11 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu HgZnCd


dengan nilai (L) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh
20 cm dan nilai celah variabel 1,2. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna Hijau0
sebesar 0,6cm, spektrum berwarna Hijau0 ini merupakan warna pusat. Dari warna
Hijau0 kesebelah kanan diperoleh lebar spektrum Ungu1 sebesar 0,5cm, Hijau1
sebesar 0,4cm, dan Orange1 sebesar 0,3cm. Dari warna Hijau0 ke sebelah kiri
diperoleh lebar spektrum untuk warna Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2 sebesar 0,4cm,
dan Orange2 sebesar 0,5cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna Hijau0 ke
Ungu1 sebesar 3,3cm, Hijau0 ke Hijau1 sebesar 4,5cm, Hijau0 ke Orange1 sebesar
5,0cm, Hijau0 ke Ungu2 sebesar 4,3cm, Hijau0 ke Hijau2 sebesar 5,4cm, Hijau0 ke
Orange2 sebesar 6,0cm, dan Orange1 ke Orange2 sebesar 10,9cm.

Pada saat sumber cahaya dari lampu Na dinyalakan maka akan didapatkan sebuah
pancaran garis berupa spektrum cahaya yang berwarna orange atau jingga. Hasil
pengamatan pada percobaan ini terlihat pada gambar berikut.

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 12. Garis cahaya lampu Na pada jarak 10cm celah 0,8

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 12 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 10 cm dan pada celah variabel selebar 0,8 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,9cm, jingga1 sebesar 0,9cm, dan jingga2 sebesar 0,9cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 5,7 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 5,7 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 12,6 cm.
25

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 13. Garis cahaya lampu Na pada jarak 10cm celah 1,0

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 13 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 10 cm dan pada celah variabel selebar 1,0 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,9cm, dan jingga2 sebesar 0,9cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 5,2 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 7,4 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 13,2 cm.

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 14. Garis cahaya lampu Na pada jarak 10cm celah 1,2

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 14 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 10 cm dan pada celah variabel selebar 1,2 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,8cm, dan jingga2 sebesar 0,6cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 8,7 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 8,2 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 17,7 cm.
26

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 15. Garis cahaya lampu Na pada jarak 15cm celah 0,8

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 15 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 15 cm dan pada celah variabel selebar 0,8 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,4cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 6,5 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 6,5 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 13,0 cm.

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 16. Garis cahaya lampu Na pada jarak 15cm celah 1,0

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 16 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 15 cm dan pada celah variabel selebar 1,0 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,3cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,5cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 6,5 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 6,4 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 12,9 cm.
27

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 17. Garis cahaya lampu Na pada jarak 15cm celah 1,2

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 17 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 15 cm dan pada celah variabel selebar 1,2 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,5cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,6cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 6,4 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 6,4 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 12,8 cm.

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 18. Garis cahaya lampu Na pada jarak 20cm celah 0,8

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 18 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 20 cm dan pada celah variabel selebar 0,8 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,3cm, jingga1 sebesar 0,4cm, dan jingga2 sebesar 0,4cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 4,2 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 4,3 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 8,5 cm.
28

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 19. Garis cahaya lampu Na pada jarak 20cm celah 1,0

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 19 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 20 cm dan pada celah variabel selebar 1,0 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,4cm, jingga1 sebesar 0,6cm, dan jingga2 sebesar 0,5cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 4,3 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 4,2 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 8,5 cm.

J2 J0 J1

J1 − J2

J0 − J1
J0 − J2

Gambar 20. Garis cahaya lampu Na pada jarak 20cm celah 1,2

Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 20 mempunyai jarak antar spektrum
yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya
bernilai tetap yakni 20 cm dan pada celah variabel selebar 1,2 diperoleh lebar
spektrum jingga0 sebesar 0,2cm, jingga1 sebesar 0,4cm, dan jingga2 sebesar 0,3cm
serta jarak warna spektrum antara jingga0 ke jingga1 sebesar 4,0 cm, jingga0 ke
jingga2 sebesar 4,3 cm dan jingga1 ke jingga2 sebesar 8,3 cm.
29

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Perubahan lebar celah yang diberikan berpengaruh terhadap lebar spectrum.
Semakin besar celah yang diberikan maka semakin besar lebar spektrum.
2. Celah variabel berpengaruh terhadap lebar spektrum dan intensitas spektrum,
semakin besar nilai celah variabel maka akan semakin besar lebar spektrum
yang dipancarkan pada lampu HgZnCd dan lampu Na.
3. Pada percobaan menggunakan lampu Na sebagai sumber cahaya menghasilkan
spektrum warna orange atau jingga
4. Pada percobaan menggunakan lampu HgZnCd sebagai sumber cahaya
menghasilkan spektrum warna yang bervariasi, yaitu warna hijau, ungu, dan
orange.
5. Pada percobaan dengan lampu Na berjarak 20cm celah variable 1,2 didapatkan
hasil pengamatan lebar spectrum Hijau0 sebesar 0,6cm, Ungu1 sebesar 0,5cm,
Hijau1 sebesar 0,4cm, dan Orange1 sebesar 0,3cm, Ungu2 sebesar 0,5cm, hijau2
sebesar 0,4cm, dan Orange2 sebesar 0,5cm.
30

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Sastrohamidjojo. 1999. Spektroskopi. Liberty. Yogyakarta

Endro, Jatmiko. 2004. Rancang Bangun Spektorskopi Cahaya Tampak Untuk


Penentuan Kualitas Susu Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan.
Jurnal Kimia. ITB. Bandung.

Willard. 1989. Instrumental Methods of Analysis. Wadsworth. New York

Anda mungkin juga menyukai