Perbedaannya:
================================
“Aswaja” (“ajaran asli warisan jawa”) mengartikan kata “SUNNAH” dan kata
“SALAF” dari sisi KEBAHASAAN “saja”.
ENTAH dari GENERASI atau ABAD yang manakah yang mereka ANGGAP sebagai
NENEK-MOYANG.
TAK HANYA dari sisi KEBAHASAAN tapi JUGA dari sisi PERISTILAHAN
“SYAR`IY”.
Untuk mengetahui yang MANA-kah “SUNNAH” atau “tradisi” yang berasal dari
“SALAF” dalam makna KEBAHASAAN “saja”,
dan yang MANA-kah “SUNNAH” atau “tradisi” yang berasal dari “SALAF” dalam
makna PERISTILAHAN “SYAR`IY”,
hendaknya kita SERAHKAN pada “AHLI” atau PAKAR-nya agar TERHINDAR dari
“kehancuran” dalam masalah ini.
Bukankah Nabi bersabda bahwa jika suatu URUSAN diserahkan pada SELAIN yang
BERHAK (atau “AHLI-HI”) maka tunggulah saat KEHANCURAN-nya??
Siapakah “AHLI” atau PAKAR dalam masalah ini?? Itulah “AHLUL HADIY-TSI”
atau “AHLUL AATSARI”.