Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN: 2442-2665

Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018


e-ISSN: 2614-3046

CASE STUDY PERAWATAN LUKA POST OPERASI SKIN


How to cite: GRAFT POSTERIOR TIBIALIS SINISTRA:
Darlia Darlia, Abrar Eva Arna,
Perawatan Luka Post Operasi STUDI KASUS
Skin Graft Posterior Tibialis
Sinistra: Studi Kasus. Jurnal Luka
Indonesia. 2018, 4(2): 82-93
Darlia1, Eva Arna Abrar2,3

1
Conflict of interest: Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Nothing Hasanuddin
2 Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin
3 ETN Centre Indonesia
Funding resources:

Nothing ABSTRAK

Latar Belakang: Luka merupakan masalah umum bagi masyarakat


Corresponding authors:
terutama di Indonesia yang mengalami peningkatan pravalensi tiap
darlia.id@gmail.com tahunnya. Luka akut dapat berkembang menjadi luka kronis salah satunya
luka operasi. Meskipun demikian tidak jarang luka operasi mengalami
Note: kegagalan penyembuhan seperti luka akibat prosedur skin graft, oleh
karena itu laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran
proses perawatan luka post operasi skin graft posterior tibialis sinistra.
Metode: Penelitian ini merupakan laporan kasus yang dilaksanakan
secara prospektif mulai tanggal 17 April sampai 18 Mei 2018 di Klinik ISAM
Cahaya Holistik Care, Makassar. Status demografi didapatkan melalui
wawancara langsung kepada pasien dan keluarga menggunakan format
standar.
Hasil: Gambaran luka pada minggu pertama keadaan kedua luka banyak
mengalami hipergranulasi baik luka A maupun luka B. Selain itu
penampilan klinis lain ditemukan: slough/infeksi dan risiko kerusakan
epitel. Dari masalah luka tersebut maka tujuan perawatannya adalah
untuk menghilangkan/autolysis slough, mencegah perdarahan,
melindungi kulit sekitar luka dan epitel. Adapun ukuran luka pada luka A
yakni 9.5 x 7 cm sedangkan luka B 8 x 5 cm. Sedangkan pada minggu
terkhir pada tanggal 14 Mei dan 18 Mei 2018, keadaan luka A kembali
mengalami perubahan ukuran luka menjadi 6 x 3 cm dan luka B menjadi
4.3 x 2.5 cm.
Kesimpulan: Secara signifikan terdapat perbedaan perawatan
sebelumnya dan perawatan saat ini. Penggunaan modern dressing
mempengaruhi proses penyembuhan luka skin graft. Pemilihan balutan
yang tepat dapat mempercepat penyembuhan luka skin graft.
Keywords: perawatan luka, skin graft, hipergranulasi.

82
82
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Luka merupakan masalah umum bagi masyarakat terutama di


LATAR BELAKANG Indonesia yang mengalami peningkatan pravalensi tiap tahunnya (Riskesdas,
2013). Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan, dan lama penyembuhan. Luka berdasarkan sifat terdiri
dari luka abrasi, kontusio, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dan
insisi (Kartika, 2015). Luka insisi terjadi biasa disebabkan oleh tindakan
operasi, salah satu jenis operasi untuk penyembuhan luka adalah dengan skin
graft.
Skin graft adalah suatu lapisan kulit yang diangkat dengan
pembedahan dari satu bagian tubuh dan ditransplantasikan atau dilekatkan
ke bagian tubuh yang lain (Sibero, 2015). Berdasarkan ketebalan dermis skin
graft pada umumnya diklasifikasikan atas dua bagian yakni split-thickness dan
full-thickness grafts (Bisono, 2008).
National Health Service (2018) mengatakan bahwa lokasi donor full-
thickness skin graft, biasanya dapat diambil dari leher, di belakang telinga atau
bagian dalam lengan atas, sedangkan pada split-thickness skin graft sering
diambil bagian paha, pantat atau lengan atas. Pike & Bethesda (2018),
mengungkapkan bahwa Sebagian besar masyarakat melakukan skin graft
menggunakan metode split-thickness skin graft. Metode ini mengambil dua
lapisan kulit teratas dari epidermis dan lapisan dibawah epidermis (dermis).
Pencangkokkan dilakukan dengan hati-hati pada area yang akan
ditransplantasikan dimana area luka diberikan tekanan lembut dengan
menggunakan balutan yang baik untuk menutupi keseluruhan luka. Area luka
yang ditutup menggunakan balutan steril selama 3 hingga 5 hari. Orang
dengan kehilangan jaringan yang lebih dalam membutuhkan cangkok kulit
yang lebih tebal.
Skin graft biasanya diperlukan jika luka terlalu besar untuk menutup
secara langsung, mempercepat penyembuhan, mencegah infeksi,
memperbaiki fungsi fisik, dan digunakan untuk alasan kosmetik (Tasmanian
Government, 2013). Namun tidak menutup kemungkinan kegagalan skin graft
dapat terjadi. Kegagalan skin graft dapat terjadi karena beberapa hal,
diantaranya kekurangan asupan nutrisi dan darah, kontak graft dengan dasar
luka buruk berupa pergerakan graft berlebihan (aktivitas, trauma, kurang
imobilisasi), infeksi (imunosupressi, diabetes, penyakit sistemik, perawatan
luka yang buruk), dan teknik dokter dimana defatting tidak sempurna,
tegangan terlalu tinggi karena ukuran tidak sesuai (Sibero, 2015).
Luka akut dapat berkembang menjadi luka kronis salah satunya luka
operasi. Meskipun demikian tidak jarang luka operasi mengalami kegagalan
penyembuhan seperti luka akibat prosedur skin graft, oleh karena itu laporan
kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran proses perawatan luka post
operasi skin graft posterior tibialis sinistra.

METODE Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan secara


prospektif di ISAM Cahaya Holistik Care, Makassar. Data dasar pasien meliputi
PENELITIAN data demografi, status kesehatan, riwayat DM, dan riwayat luka. Proses

83
p-ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

perawatan luka menggunakan standar format pengkajian, format asuhan


keperawatan dan format evaluasi penyembuhan luka Griya afiat makassar,
pada bulan April sampai bulan Mei 2018. Luka diukur menggunakan mistar
kertas dan foto menggunakan kamera Android dengan kapasistas minimal 5-
18 megapixel.
Perawata luka meliputi pencucian dengan menggunakan cairan NaCl
dan sabun cuci luka (woundclean), debridement jaringan slough serta aplikasi
balutan untuk mempertahankan kelembaban luka berdasarkan masalah luka.
Proses penyembuhan luka dinilai berdasarkan warna dasar luka. Telah
dilakukan informed consent sebelumnya kepada pasien dan keluarga terkait
proses perawatan yang akan dilakukan.

HASIL Pasien Tn. S berusia 48 tahun, jenis kelamin laki-laki. Pendidikan


PENELITIAN terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta, Suku bugis, dan beragama islam. Pasien
tidak memiliki riwayat DM. Luka Tn. S merupakan luka post operasi skin graft
pada kaki kiri pada 1 maret 2018. Riwayat luka yang dialami klien disebabkan
oleh trauma benda tajam, dimana klien terkena mesin pemotong kayu pada
kaki kiri yang kemudian mendapat tindakan operasi skin graft. Hari pertama
post operasi pasien mencoba untuk berjalan, sehingga menyebabkan
beberapa jahitan luka terlepas. Pasien kemudian mendapat perawatan luka
skin graft di Rumah Sakit yang sama, namun pasien dan keluarga merasa tidak
mendapat perawatan yang maksimal, sehingga pasien memutuskan untuk
mendapat perawatan di rumah dengan menggunakan jasa perawat di ISAM
Cahaya Holistik Care, Makassar.
Perawatan dilakukan dua hingga tiga kali dalam satu minggu dimulai
sejak tanggal 17 April 2018. Pada minggu pertama keadaan kedua luka banyak
mengalami hipergranulasi baik luka A maupun luka B. Selain itu penampilan
klinis lain ditemukan luka mengeluarkan cairan purosainguinosa dan berbau.
Adapun ukuran luka pada luka A yakni 9,5 x 7 cm dengan dasar luka kuning
dan viskositas sedang sedangkan luka B 8 x 5 cm dengan dasar luka kuning dan
encer. Dilakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun (woundclean).
Setelah itu luka dibalut menggunakan salep (Epitel Wound Zalf) + calcium
alginate untuk balutan primer dan foam + kassa sebagai sekunder serta elastis
perban sebagai balutan tersier.
Proses perawatan pada minggu ke-2 pada tanggal 23, 25, dan 27 April
2018, keadaan luka A dan B masih mengalami hipergranulasi. Adapun masalah
luka yang ditemukan yaitu: infeksi dimana luka mengeluarkan cairan
purosainguinosa dan berbau. Namun ukuran luka pada luka A mulai mengecil
diakhir perawatan minggu ke-2 dengan ukuran luka 9 x 6 cm. Jenis balutan
yang digunakan pada minggu ini sama dengan minggu pertama. Untuk
mengatasi luka yang mengalami hipergranulasi, proses perawatannya
digunakan teknik balut tekan.
Proses perawatan pada minggu ke-3 pada tanggal 30 April, 3 Mei, dan
5 Mei 2018, keadaan luka A dan luka B telah mengalami pengecilan ukuran
luka, dengan ukuran luka A 6 x 4 cm dan luka B 6 x 4 cm. Masalah luka yang
ditemukan yaitu: slough/infeksi dimana luka mengeluarkan cairan

84
p-ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

purosainguinosa, berbau dan volume yang cukup banyak sehingga pemilihan


balutan sekunder diputuskan menggunakan pembalut wanita.
Proses perawatan pada minggu ke-4 pada tanggal 8 Mei dan 11 Mei
2018, keadaan luka A masih didominasi granulasi dan tidak ada perubahan
ukuran luka. Sedangkan pada luka B cairan berupa serosangunosa dan ukuran
luka mengalami pengecilan menjadi 5 x 3,5 cm. Minggu ini pasien sudah tidak
menggunakan pembalut wanita dikarenakan pasien merasa panas dan jumlah
cairan yang dihasikan sudah tidak sebanyak minggu sebelumnya.
Proses perawatan pada minggu ke-5 pada tanggal 14 Mei dan 18 Mei
2018, keadaan luka A kembali mengalami perubahan ukuran luka menjadi 6 x
3 cm dan luka B menjadi 4,3 x 2,5 cm. Balutan yang digunakan ialah salep EWZ
+ calcium alginate untuk balutan primer dan foam + kassa sebagai sekunder
serta kassa gulung sebagai balutan tersier. Secara umum proses
penyembuhan luka pada kasus mengalami perkembangan yang secara
signifikan pada perawatan saat ini dibanding dengan perawatan sebelumnya.
Hal ini dapat terlihat pada ukuran luka yang mengalami pengecilan baik luka
A maupun luka B.

Tabel 1. Data Demografi DATA DEMOGRAFI


Pasien
Nama :
Usia : 48 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Suku : Bugis
Agama : Islam

Tabel 2. Data Riwayat RIWAYAT LUKA


luka dan perawatan Onset Luka terjadi kurang lebih sejak sebulan yang lalu. Prosedur
Pasien operasi dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2018
Penyebab Klien mengatakan awal luka disebabkan oleh trauma benda
tajam, dimana klien terkena mesin pemotong kayu pada kaki
kiri. Sebelumnya klien dirawat di RS Daerah Sidrap dan
mendapat tindakan operasi skin graft. Hari pertama post
operasi klien langsung mencoba untuk berjalan, sehingga
menyebabkan beberapa jahitan luka terlepas.
Perawatan Sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Daerah Sidrap
sebelumnya
Perawatan Selama klien dirawat di Rumah Sakit Derah Sidrap klien
yang didapat mengatakan perawatan yang didapat lukanya hanya diguyur
menggunakan cairan NaCl, kemudian diberi Bactigras dan
diperban

85
Proses Perawatan PERAWATAN KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Masalah Luka Slough/Infeksi/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/Infeksi/ Slough/
Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Mudah Infeksi/Mudah
berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko
kerusakan kerusakan
kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel
epitel epitel
2. Balutan Primer Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) +
alginate alginate alginate alginate alginate alginate alginate alginate alginate
3. Balutan Sekunder Kassa Kassa Kassa + foam Kassa + foam Foam + Kassa Foam +Kassa + Foam +Kassa + Foam + Kassa + Kassa + foam
pembalut wanita pembalut wanita pembalut wanita
4. Balutan Tersier Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung
Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban
5. Perawatan Tepi Luka Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ)
Penampilan Klinis
1. Necrotik 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
2. Slough 10% 10% 10% 15% 10% 10% 5% 5% 5%
3. Granulasi 85% 85% 85% 75% 80% 80% 80% 80% 80%
4. Epitel 5% 5% 5% 10% 10% 10% 15% 15% 15%
Ukuran Luka
1. Dua dimensi 9,5x7 cm 9,5x7 cm 9,5x7 cm 9x7 cm 9x6 cm 9x5 cm 7x6 cm 6x4 cm 6x4 cm
Evaluasi Penyembuhan Luka

2. Tiga dimensi
Eksudat
1. Volume High Medium High Medium High High Medium Medium Medium
2. Vicositas Medium High Medium High High High Medium Medium Medium
3. Odour (Bau) Sangat Sedang Sangat Sangat Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Kulit Sekitar Luka Sehat Sehat Sehat Sehat Edema Edema Edema Edema Edema
Nyeri 2 2 2 0 2 0 0 0 2
Status Infeksi Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local
Edema +1 +1 +1 +1 +1

Tabel 3. Asuhan Keperawatan: Proses Perawatan Dan Evaluasi Proses Penyembuhan Luka pada Luka A

86
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
Proses Perawatan PERAWATAN KE-
10 11 12
1. Masalah Luka Slough/ Slough/ Slough/
Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah
berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko
kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel
2. Balutan Primer Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) +
alginate alginate alginate
3. Balutan Sekunder Kassa + foam Kassa + foam Foam +Kassa
4. Balutan Tersier Kassa Gulung Kassa Gulung Kassa Gulung +
plester
5. Perawatan Tepi Luka Salep (EWZ) Salep (EWZ)
Penampilan Klinis
1. Necrotik 0% 0% 0%
2. Slough 5% 5% 5%
3. Granulasi 80% 80% 75%
4. Epitel 15% 15% 20%
Ukuran Luka
1. Dua dimensi 6x4 cm 6x3,8 cm 6x3 cm
2. Tiga dimensi
Evaluasi Penyembuhan Luka

Eksudat
1. Volume Medium Low Low
2. Vicositas Medium Low Low
3. Odour (Bau) Sedang Tidak Tidak
Kulit Sekitar Luka Sehat Maserasi Sehat
Nyeri 0 0 0
Status Infeksi Infeksi local Tidak ada tanda Tidak ada tanda
infeksi infeksi
Edema

Tabel 3. Asuhan Keperawatan: Proses Perawatan Dan Evaluasi Proses Penyembuhan Luka pada Luka A

87
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
Proses Perawatan PERAWATAN KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Masalah Luka Slough/Infeksi/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/ Slough/ Infeksi Slough/Infeks/ Mudah
Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah Infeksi/Mudah /Mudah berdarah Mudah berdarah/Risik
/Risiko kerusakan berdarah/Risiko
berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko berdarah/Risiko o kerusakan
epitel kerusakan epitel
kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel epitel
2. Balutan Primer Salep (EWZ) Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) + Salep (EWZ) +
alginate alginate alginate alginate alginate alginate alginate alginate
3. Balutan Sekunder Foam + Kassa Foam + Kassa Kassa + foam Foam + Kassa Foam + Kassa Foam +Kassa + Foam +Kassa + Foam + Kassa + Kassa + foam
pembalut wanita pembalut wanita pembalut wanita
4. Balutan Tersier Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung + Kassa Gulung
Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban Elastis perban
5. Perawatan Tepi Luka Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ)
Penampilan Klinis
5. Necrotik 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
6. Slough 5% 15% 15% 15% 10% 17% 5% 5% 0%
7. Granulasi 95% 85% 80% 80% 85% 70% 90% 90% 100%
8. Epitel 0% 0% 5% 5% 5% 15% 5% 5% 0%
Ukuran Luka
3. Dua dimensi 8x5 cm 8x5 cm 8x5 cm 8x5 cm 8x5 cm 7x4 cm 6x4 cm 6x4 cm 5x4 cm
4. Tiga dimensi
Evaluasi Penyembuhan Luka

Eksudat
4. Volume High High Medium High High High Medium Medium Medium
5. Vicositas Low Medium Medium High High High Medium Medium Medium
6. Odour (Bau) Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Kulit Sekitar Luka Sehat Sehat Sehat Sehat Edema Edema Sehat Sehat Sehat
Nyeri 2 2 2 0 2 0 0 2 0
Status Infeksi Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Infeksi local Tidak ada tanda
infeksi
Edema +1 +1 +1

Tabel 4. Asuhan Keperawatan: Proses Perawatan Dan Evaluasi Proses Penyembuhan Luka pada Luka B

88
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
Proses Perawatan PERAWATAN KE-
10 11 12
1. Masalah Luka Mudah Mudah Slough/
Infeksi/Mudah
berdarah/Risiko berdarah/Risiko
berdarah/Risiko
kerusakan epitel kerusakan epitel kerusakan epitel
2. Balutan Primer Salep (EWZ) + Alginate + foam Salep (EWZ) +
alginate alginate
3. Balutan Sekunder Kassa + foam Kassa Kassa
4. Balutan Tersier Kassa Gulung Kassa Gulung Kassa Gulung
5. Perawatan Tepi Luka Salep (EWZ) Salep (EWZ) Salep (EWZ)
Penampilan Klinis
5. Necrotik 0% 0% 0%
6. Slough 0% 0% 0%
7. Granulasi 95% 100% 90%
8. Epitel 5% 0% 10%
Ukuran Luka
2. Dua dimensi 5x3,5 cm 4,5x3,5 cm 4,3x2,5 cm
2. Tiga dimensi
Evaluasi Penyembuhan Luka

Eksudat
7. Volume Medium Medium Medium
8. Vicositas Medium Low Medium
9. Odour (Bau) Sedang Tidak Tidak
Kulit Sekitar Luka Sehat Maserasi Sehat
Nyeri 0 0 0
Status Infeksi Tidak ada tanda Tidak ada tanda Tidak ada tanda
infeksi infeksi infeksi
Edema

Tabel 4. Asuhan Keperawatan: Proses Perawatan Dan Evaluasi Proses Penyembuhan Luka pada Luka B

89
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
Gambar 1. Foto Perminggu
LUKA A
LUKA B

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5

90
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Dalam proses penyembuhan luka kronik diperlukan beberapa perawatan


DISKUSI tambahan salah satunya adalah skin graft (Bhatia, 2016). Tujuan utama dari skin graft
untuk mempromosikan epitelisasi dan proses penyembuhan, untuk mengurangi
infeksi bakteri, memberikan kelembaban yang optimal, dan untuk menghilangkan
rasa sakit (Burusapat, Supawan, Pruksapong, Pitiseree, & Suwantemee, 2018). Syarat
untuk mendapatan hasil skin graft yang baik adalah pemilihan luka yang tepat,
persiapan luka, dan perawatan pasca skin graft. Luka-luka kecil hingga sedang yang
sehat dengan jaringan granulasi dan tidak ada jaringan nekrotik atau slough adalah
luka yang optimal untuk dilakukan skin graft. Hal yang sama pentingnya adalah
tempat donor terdiri dari kulit yang sehat, bebas bekas luka. Perawatan pasca skin
graft yang sesuai termasuk penggunaan balutan non-adherent untuk cakupan luka,
manajemen eksudat, dan pembersihan luka dengan saline. Sementara skin graft
epidermis berkembang biak, lebih baik menghindari debridemen luka dan
penggunaan obat antiseptik / solusi irigasi luka yang mungkin merusak jaringan
sehat. Pengobatan antibiotik dapat dimulai pada pasien yang berisiko mengalami
infeksi (Prakash, Chaudhary, Purushothaman, Smitha, & Arvind, 2016). Namun dalam
beberapa kasus, terdapat faktor penghambat yang mengakibatkan kegagalan
penyembuhan skin graft seperti infeksi dan hipergranulasi (Bhatia, 2016)
Laporan kasus ini menunjukkan riwayat perawatan luka yang didapatkan
ditempat sebelumnya kurang maksimal sehingga proses perawatan luka menjadi
memanjang. Sibero (2015) mengungkapkan durasi penyembuhan luka skin graft
terjadi selama 6-7 hari dimana luka akan mengalami pertumbuhan kapiler baru ke
graft dari dasar luka ini dikenal dengan istilah neovascularization. Kondisi luka klien
mengalami hipergranulasi dan terdapat slough pada luka. Faktor predisposisi
terjadinya hipergranulasi adalah secondary intention healing, kelembaban yang
berlebihan, peradangan berkepanjangan yang terkait dengan infeksi atau serat sisa
residu, gesekan eksternal, dan penggunaan berulang dari dressing oklusif.
Selanjutnya, stimulasi fibroplasia dan angiogenesis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan pembentukan jaringan hipergranulasi yang bermasalah untuk
penyembuhan luka (Harats, Kornhaber, & Aviv, 2016).
Proses perawatan luka dapat berjalan dengan baik jika pemilihan dressing
dapat dilakukan dengan tepat. Pada laporan kasus ini salep (Epitel Wound Zalf)
sebagai balutan primer, balutan sekunder menggunakan calcium alginate dan foam,
adapun balutan tersier menggunakan kassa gulung, pembalut wanita, dan elastis
perban. Penelitian ahli bedah plastik di Inggris mengkonfirmasi bahwa lebih dari 60%
ahli bedah plastik menerapkan Alginate pada pasien yang mendapatkan skin graft.
Alginate menyerap sejumlah besar cairan dan bekerja secara hemostatik dan jika
bertemu dengan cairan, alginate menghasilkan gel yang menjadikan skin graft
lembab (Jansen et al., 2018).
Untuk menciptakan suasana lembab pada luka dan mencegah infeksi, hidrogel
berbasis silver dapat diterapkan pada bagian epitel yang terlalu kering dan jaringan
hipergranulasi. Foam digunakan untuk menyerap eksudat dan membantu
mengurangi jaringan hipergranulasi. Selain itu debridemen dapat dilakukan dengan
forsep untuk menghilangkan nekrosis kuning (slough) dari dasar luka. Selain itu
forsep dapat digunakan untuk menghilangkan jaringan hipergranulasi yang
berlebihan dengan cara memiringkan forsepnya sedikit sehingga hanya akan
mengangkat lapisan atas jaringan hipergranulasi dan tidak memotong secara
mendalam ke dasar luka (Stevens, Shultz, Mizner, & Gersh, 2009).
Ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini. Pertama, responden
penelitian ini hanya satu orang sehingga tidak dapat mewakili populasi penderita luka
post skin graft. Kedua partisipan peneliti lebih dari satu orang sehingga hasil
pengkajian yang setiap partisipan peneliti menjadi bias karena pengkajian luka
bersifat subjektif.

91
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

KESIMPULAN Dampak kegagalan perawatan luka sking graft dapat menyebabkan


perpanjangan penyembuhan luka. Salah satu faktor penghambat
penyembuhan luka adalah terjadinya hipergranulasi. Pemilihan dressing dan
jenis debridement yang tepat dapat mengatasi terjadinya hipergranulasi .

DAFTAR PUSTAKA Barret, J. P., Podmelle, F., & Lipový, e. a. (2017). Accelerated re-epithelialization of
partial-thickness skin wounds by a topical betulin gel: Results of a randomized
phase III clinical trials program. Burns, 1284-1294.
Bhatia, A. (2016). Epidermal skin grafting in patients with complex wounds: a case
series. Journal of Wound Care, 25(3), 148–153. https://doi.org/10.12968/
jowc.2016.25.3.148.
Bisono. (2008). Skin Grafting : Petunjuk Penting. Jakarta: EGC.
Burusapat, C., Supawan, M., Pruksapong, C., Pitiseree, A., & Suwantemee, C. (2018).
Topical Aloe Vera Gel for Accelerated Wound Healing of Split-Thickness Skin
Graft Donor Sites: A Double-Blind, Randomized, Controlled Trial and Systematic
Review. American Society of Plastic Surgeons. https://doi.org/10.1097/
PRS.0000000000004515
Harats, M., Kornhaber, R., & Aviv, U. (2016). Treatment of hypergranulation tissue in
burn wounds with topical steroid dressings : a case series. International Medical
Case Reports Journal, 9, 241–245. https://doi.org/10.2147/IMCRJ.S113182
Jansen, P., Stoffels, I., Klode, J., Jockenhöfer, F., Augustin, M., Schadendorf, D., &
Dissemond, J. (2018). Postsurgical Treatment of Split Skin Graft Donor Sites in
Dermatological Departments. The International Journal of Lower Extremity
Wounds. https://doi.org/10.1177/1534734617747685
Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing (Vol. 42, pp.
546–550). Jakarta: Bagian Bedah Jantung Paru dan Pembuluh Darah Wound
care/ Diabetic Center, RS Gading Pluit.
Prakash, T. V, Chaudhary, A., Purushothaman, S., Smitha, K. V, & Arvind, V. (2016).
Epidermal Grafting for Chronic Complex Wounds in India : A Case Series
Patients, 8(3), 1–12. https://doi.org/10.7759/cureus.516
Riskesdas. (2013). RISET KESEHATAN DASAR. Jakarta.
Sibero, H. T. (2015). Full-Thickness Skin Grafts Full-Thickness Skin Grafts (pp. 82–88).
Banda Lampung: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung - Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek.
Stevens, N. M., Shultz, T., Mizner, R. L., & Gersh, M. (2009). Treatment in an
Outpatient Setting for a Patient With an Infected , Surgical. The International
Journal of Lower Extremity Wounds, 37–44.
Bhatia, A. (2016). Epidermal skin grafting in patients with complex wounds: a case
series. Journal of Wound Care, 25(3), 148–153. https://doi.org/10.12968/
jowc.2016.25.3.148.
Burusapat, C., Supawan, M., Pruksapong, C., Pitiseree, A., & Suwantemee, C. (2018).
Topical Aloe Vera Gel for Accelerated Wound Healing of Split-Thickness Skin
Graft Donor Sites: A Double-Blind, Randomized, Controlled Trial and Systematic
Review. American Society of Plastic Surgeons. https://doi.org/10.1097/
PRS.0000000000004515
Harats, M., Kornhaber, R., & Aviv, U. (2016). Treatment of hypergranulation tissue in
burn wounds with topical steroid dressings : a case series. International Medical
Case Reports Journal, 9, 241–245. https://doi.org/10.2147/IMCRJ.S113182
Jansen, P., Stoffels, I., Klode, J., Jockenhöfer, F., Augustin, M., Schadendorf, D., &
Dissemond, J. (2018). Postsurgical Treatment of Split Skin Graft Donor Sites in
Dermatological Departments. The International Journal of Lower Extremity

92
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Wounds. https://doi.org/10.1177/1534734617747685
Prakash, T. V, Chaudhary, A., Purushothaman, S., Smitha, K. V, & Arvind, V. (2016).
Epidermal Grafting for Chronic Complex Wounds in India : A Case Series
Patients, 8(3), 1–12. https://doi.org/10.7759/cureus.516
Stevens, N. M., Shultz, T., Mizner, R. L., & Gersh, M. (2009). Treatment in an
Outpatient Setting for a Patient With an Infected , Surgical. The International
Journal of Lower Extremity Wounds, 37–44.

93

Anda mungkin juga menyukai