Anda di halaman 1dari 8

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANDA, KABUPATEN POSO,


PROVINSI SULAWESI TENGAH

Winarno Awaludin1*, Johanes Hutabarat1, Ildrem Syafri2,dan Asep Sugianto2


1 Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panasbumi, Bandung. Bidang Panas Bumi
2 Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran,
Bandung. Program Magister(S2)
alwin.winarno@gmail.com

ABSTRAK
Survei Magnetotelurik (MT) telah dilakukan di daerah panas bumi Maranda yang terletak d i
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Pola struktur geologi di daerah Maranda didominasi oleh
arah utara-selatan yang berasosiasi dengan arah sesar naik Poso ya n g b era da d i b a g ian
baratnya dan pola struktur berarah relatif barat-timur sebagai antitetiknya. Hasil
perhitungan dengan geotermometer silika baik pada kondis i conductive cooling maupun
adiabatic cooling menunjukkan nilai yang hampir sama dimana suhu reservoir berdasarka n
geotermometer kelompok mata air panas Maranda berkisar antara 125 -184°C. Tujuan
survei ini adalah untuk mengetahui struktur tahanan jenis bawah permukaan yang
berkorelasi dengan sistem panas bumi. Pengukuran MT di daerah panas bumi Maranda
telah dilakukan pada 42 titik ukur yang tersebar membentuk 8 buah lintasan berarah
baratdaya-timurlaut dengan jarak antar titik ukur sekitar 1000 m. Peta tahanan jenis (MT)
memperlihatkan adanya pola kelurusan berarah baratlaut-tenggara dengan sebaran
tahanan jenis tinggi di sebelah baratdaya dan sebaran tahan an je nis re n d ah d i s e b elah
timurlaut. Batuan penudung yang dicirikan dengan nilai tahanan jenis ren dah berada di
sebelah timurlaut di antara mata air panas Maranda dan mata air panas Kawen de d en gan
pola yang membuka ke arah timurlaut. Batuan penudung ini diperkirakan berada d i d e ka t
permukaan hingga kedalaman 750 meter dengan ketebalan 500-750 meter.

Kata kunci: magnetotelurik, panas bumi, Maranda, Sulawesi Tengah

ABSTRACT
Magnetotelluric (MT) surveys have been conducted in the Maranda geothermal area located
in Poso District, Central Sulawesi. The geological structure pattern in the Maranda region is
dominated by the north-south direction associated with the Poso thrust fault in the west
and the structures pattern of relative east-west trending as their antithetes. The results of
calculations with silica geotherm meter in both conductive cooling and adiabatic cooling
conditions show almost the same value that the reservoir temperature based on the
geothermometric of the Maranda hot springs ranges from 125-184 ° C. The purpose of this
survey is to knowing the structure of the subsurface resistivity that correlates with the
geothermal system. Measurements of MT in geothermal Maranda have been done on 42
scattered points forming 8 trajectory direction southwest-northeast with the distance
between the measuring point about 1000 m. The type resistance maps (MTs) show an
alignment pattern in northwest-southeast direction with high resistance range in the south -
west and low-end resistance range to the northeast. The cap rocks that are characterized
by low-end resistance values are northeast of Maranda's hot springs and Kawende's hot
springs with a pattern that opens to the northeast. The cap rocks are estimated to be near
the surface to a depth of 750 meters with a thickness of 500-750 meters.

Key words: magnetotelluric, geothermal, Maranda, Central Sulawesi

203
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

PENDAHULUAN hidrologi, survei geokimia, survei geofisika


Pemanfaatan energi panas bumi untuk dan lain-lain. Salah satu survei geofisika
pembangkit listrik sampai saat ini masih yang digunakan untuk mengetahui
diprioritaskan pada sistem panas bumi ya n g karakteristik sistem panas bumi adalah
berasosiasi dengan lingkungan vulkanik Magnetotellurik (MT). Metode MT a dalah
karena mempunyai potensi yang b e sar d a n salah satu metode geofisika yang
lebih menarik dari sisi investasi. Kendala memanfaatkan medan elektromagnetik (EM)
utama dari tidak berkembangnya alam untuk mengetahui struktur tahanan
pemanfaatan panas bumi non vulkanik jenis bawah permukaan dengan cara
adalah keterbatasan data dan penge ta hu an melakukan pengukuran pasif komponen
tentang sistem panas bumi non vulkanik medan listrik (E) dan medan magnet (H)
tersebut dibandingkan dengan sistem pan as alam yang berubah terhadap waktu. Me d an
bumi di daerah vulkanik. elektromagnet yang timbul memiliki
Daerah yang akan dijadikan sebaga i b a ha n spektrum frekuensi 10 -3 – 105 Hz.
penelitian adalah daerah panas bumi
Maranda, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi
Tengah. Daerah panas bumi Maranda TINJAUAN PUSTAKA
termasuk kedalam sistem panas bumi non Geologi Daerah Panas Bumi Maranda
vulkanik yang lingkungan geologinya tidak Berdasarkan jenis dan komposisi batuan
berasosiasi dengan gunungapi, kemungkinan penyusun, karakteristik fisik dan umur
berhubungan dengan tubuh batuan plut o nik batuan, serta dilakukan pembandingan
yang masih memiliki sisa panas dan tidak dengan geologi regional daerah setempat,
muncul di permukaan. Sisa panas dalam maka diperoleh beberapa satuan batuan
tubuh batuan plutonik inilah yang dengan urutan dari tua ke muda untuk
diperkirakan menjadi sumber panas dalam daerah Maranda adalah Satuan Batuan
sistem panas bumi Maranda. Batuan plutonik Malihan (Km), Satuan Batupasir Karbonat an
tersebut diperkirakan berhubungan d e ng an (Tpp), Satuan Batugamping (Qpg), Satuan
aktivitas magmatik termuda yang terjadi Batupasir (Qpp), Koluvium (Qk), dan
pada Kala Plio-Plistosen, yaitu berupa Aluvium (Qa). Pola struktur geologi di
terobosan granit di seluruh mandala geolog i daerah Maranda didominasi oleh arah utara-
Sulawesi. selatan yang berasosiasi dengan arah s e sar
Untuk mengetahui karakteristik panas b u mi naik Poso yang berada di bagian baratnya
dapat menggunakan beberapa tahapan dan pola struktur berarah relatif barat-timu r
eksplorasi diantaranya survei geologi, surve i sebagai antitetiknya (Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi daerah survey

204
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

Kelompok Manifestasi Maranda terdiri atas Pengukuran resistivitas dilakukan d e ng an 2


mata air panas, lumpur panas, tanah beruap tahap, yaitu pengukuran AMT dan
(steaming ground), dan batuan ubahan. pengukuran MT. Pengukuran tahap pertama,
Pemunculan mata air panas berada di yaitu pengukuran AMT dilakukan untuk
sepanjang sungai Tovu di dusun Maranda memperoleh sinyal frekuensi tinggi (0.9-
dengan temperatur 65-100°C, pH sekitar 6 - 8000 Hz), dan dibutuhkan waktu sekitar 2
9, debit 0,5-5 l/det, daya hantar listrik jam. Kemudian untuk pengukuran tahap
sekitar 1740- 2640 µS/cm, tidak berasa, kedua yaitu pengukuran MT dimaksudkan
berbau tidak terlalu tajam, muncul pada untuk memperoleh sinyal dengan frekuensi
celah aluvium dan batugamping, terdapat rendah (0.0056-8 Hz), dan membutuhkan
sinter travertin. Manifestasi lumpur panas waktu sekitar 14 jam pengukuran.
memiliki temperatur 100°C pada temperatur Pengolahan data magnetotellurik
udara 28,5°C, luas sekitar 0,5x0,5m, dimaksudkan untuk mengekstrak tensor
terdapat gelembung udara yang kuat, bau impedansi dari medan EM hasil peng uku ran
gas yang lemah. Di sekitar lumpur panas yang berupa deret waktu (time series)
terdapat manifestasi panas bumi lainnya medan listrik (E) dan medan magnet (H)
berupa mata air panas dan tanah beruap menjadi deret frekuensi. Hasil yang
serta batuan ubahan. Mata air panasnya diperoleh berupa data resitivitas semu dan
bertemperatur 99°C pada temperatur ud ara fasa yang berbanding dengan frekuensi.
29°C. Tanah beruap di Maranda cukup lu a s , Pengolahan data MT meliputi Rotasi tensor
yaitu sekitar 0,5x0,5 km dengan temperatur yang dilakukan untuk mendapat respon
bervariasi antara 40-96°C pada temp e rat ur terbaik terhadap struktur, Smoothing curve
udara 29,2°C untuk memperoleh kurva yang lebih smoot h
Batuan ubahan (alterasi batuan) di Maran d a setelah melakukan rotasi tensor, Static s h ift
berada di sekitar tanah beruap dengan lu a s corection dilakukakan karena seringnya
sekitar 3x3 m2. Kenampakan fisik kurva mengalami pergeseran (shifting) yan g
alterasinya berupa mineral lempung disebabkan adanya struktur lokal dangkal
berwarna abu-abu keputihan dan merah berupa konduktor/isolator dangkal dan
sampai kecoklatan yang terbentuk pada topografi dari lokasi pengukuran, Pemodelan
satuan koluvium. Hasil analisis dengan tahanan jenis 1D dilakukan untuk
menggunakan metoda portable infra-red mengetahui nilai tahanan jenis dan
mineral analysis (PIMA) memperlihatkan kedalaman pada titik pengukuran,
bahwa mineral lempungnya terdiri dari Pemodelan tahanan jenis 2D merupakan
halosit, opal, Mg-klorit, dan ankerit. Asosiasi inversi yang dilakukan setelah seluruh d a t a
mineral alterasinya menunjukkan bahwa kurva telah siap (Sugianto, 2014).
alterasi batuan berlangsung pada lingkungan Hasil pemodelan kemudian dianalisis dan
bertemperatur di bawah 150 oC dengan ditumpangsusunkan dengan hasil survei
fluida sedikit asam, yaitu termasuk dalam terpadu (Tim Survei terpadu geologi
tipe argilik. Maranda, 2011) membentuk peta kompilasi
geosains sebagai dasar penentuan daerah
METODE prospek.
Pengukuran MT di daerah panas bumi
Maranda dilakukan pada 42 titik ukur yang HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebar membentuk 8 buah lintasan Hasil pemodelan 2D ditampilkan dalam
berarah baratdaya-timurlaut dengan jarak penampang model tahanan jenis per lintasan
antar titik ukur sekitar 1000 m. Penguku ran (Gambar 2) dan peta sebaran tahanan je n is
dilakukan berdasarkan jumlah stack pada per kedalaman (Gambar 3). Peta tahanan
masing-masing band frekuensi, makin kecil jenis merupakan hasil pemodelan tahanan
band frekuensi maka makin sedikit jumlah jenis 2D yang disayat pada kedalaman ya n g
stack yang diambil. Secara waktu umumn ya sama.
pengukuran dilakukan selama 10 – 15 jam.

205
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

Gambar 2 Peta geologi daerah panas bumi Panti (modifikasi dari Hadi, dkk., 2016)

Gambar 3 Penampang model tahanan jenis 2D

Model Tahanan Jenis MT 2D bawah dari penampang ini terlihat adanya


Hasil pemodelan lintasan 2 memperlih a t ka n sebaran tahanan jenis tinggi. Tahanan je n is
adanya sebaran tahanan jenis ren d ah (<2 0 tinggi ini diinterpretasikan sebagai respon
Ohm-m) di sekitar titik MTMK-17 dan MTMK dari batuan metamorf yang menjadi
37 dari dekat permukaan hingga kedalama n basemen di daerah ini.
750 m (Gambar 4). Tahanan jenis rendah ini Pada penampang model lintasan 2 ini juga
diinterpretasikan sebagai respon dari batuan terlihat adanya kontras nilai tahanan jenis
ubahan yang berperan sebagai batuan dari rendah ke sedang/tinggi yang berada d i
penudung pada sistem panas bumi di daerah antara titik MTMK-16 dan MTMK-17 dan di
ini. Di bagian bawahnya terdapat sebaran sekitar titik MTMK-34. Kontras nilai tahanan
tahanan jenis sedang (20-300 Ohm-m) yang jenis ini diperkirakan sebagai indikasi
diperkirakan merupakan zona reservoir, adanya struktur yang membatasi sistem
sedangkan di sisi timurlaut dan bagian panas bumi di daerah ini.

206
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

Gambar 4 Peta tahanan jenis MT per kedalaman

Hasil pemodelan tahanan jenis 2D pada berarah baratlaut-tenggara dan ba rat daya -
lintasan 4 memperlihatkan adanya s eb aran timurlaut yang ditandai dengan adanya
tahanan jenis rendah di sebelah timurlaut. Di kontras nilai tahanan jenis. Nilai tahanan
bagiannya terdapat nilai tahanan jenis jenis rendah (<20 Ohm-m) tersebar di
sedang dengan pola terus meninggi ke sebelah timurlaut dengan pola membuka ke
bagian bawah. Tahanan jenis rendah ini arah pantai yang secara geologi tersusun
diinterpretasikan sebagai respon dari batuan atas batuan sedimen. Di sebelah ba rat daya
ubahan, sedangkan tahanan jenis sedang tersebar nilai tahanan jenis tinggi (>300
yang berada di bagian bawahnya Ohm-m) yang secara geologi bertepatan
diperkirakan sebagai zona reservoir. dengan sebaran batuan metamorf. Nilai
Lintasan 6 berada di sebelah tenggara ma t a tahanan jenis sedang (20-300 Ohm-m)
air panas Kawende. Lintasan ini memotong 6 tersebar diantara nilai tahanan jenis re n d ah
buah titik pengukuran MT. Hasil pemodelan dan tahanan jenis tinggi dengan pola kont ur
tahanan jenis 2D memperlihatkan pola yan g yang rapat membentuk gradasi nilai dari
cukup berbeda dengan beberapa lintasan tahanan jenis tinggi ke rendah. Pola grad asi
sebelumnya. Di dekat permukaan tersebar ini menunjukkan adanya perubahan struktur
nilai tahanan jenis rendah di sekitar titik tahanan jenis yang secara geologi
MTMK-31 dan di sebelah timurlaut di sekit a r bertepatan dengan zona struktur/sesar,
titik MTMK-38, MTMK-35, dan MTMK-36. yaitu Sesar Maranda.
Selain itu, juga tersebar nilai tahanan jenis Sebaran tahanan jenis pada kedalaman 5 0 0
tinggi di sekitar titik MTMK-32. Tahanan m memperlihatkan pola yang cenderung
jenis rendah yang berada di sebelah sama dengan pola sebaran tahanan jenis
timurlaut diperkirakan sebagai respon dari pada kedalaman 250 m. Pola sebaran
batuan ubahan yang kemungkinan berperan tahanan jenis yang relatif sama ini
sebagai batuan penudung. menunjukkan bahwa antara kedalaman 2 5 0
m dan 500 m belum terlalu banyak
Peta Tahanan Jenis MT per Kedalaman perubahan struktur tahanan jenis. Se b a ran
Peta tahanan jenis kedalaman 250 m tahanan jenis rendah (<20 Ohm-m) yang
memperlihatkan kelurusan-kelurusan yang berada di sebelah timurlaut dengan pola

207
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

membuka ke arah pantai, masih berasosia si di sebelah timurlaut, sedangkan nilai


dengan batuan sedimen. Namun nilai tahanan jenis tinggi (>300 Ohm-m) tersebar
tahanan jenis yang berada di sekitar mata di sebelah baratdaya. Kelurusan tersebut
air panas dan zona kelurusan diinterpretasikan sebagai indikasi
diinterpretasikan sebagai respon dari batuan keberadaan struktur sesar. Struktur-struktur
ubahan. Nilai tahanan jenis tinggi yang inilah yang diperkirakan menjadi pengont rol
tersebar di sebelah baratdaya dip erkira kan sistem panas bumi di daerah ini.
masih berasosiasi dengan batuan metamorf. Di sebelah timurlaut terlihat adanya sebaran
Secara umum pola sebaran tahanan jenis tahanan jenis rendah dari mulai elevasi -250
pada kedalaman 750 m mengalami sedikit m hingga elevasi -1000 m. Luas penyebaran
perubahan jika dibandingkan dengan pola tahanan jenis rendah ini semakin ke b a w a h
sebaran tahanan jenis pada kedalaman cenderung semakin mengecil. Nilai tahanan
sebelumnya. Luas sebaran tahanan jenis jenis rendah yang tersebar di sekitar
rendah yang tersebar di sebelah timurlaut kelurusan/sesar (antara mata air panas
cenderung lebih kecil jika dibandingkan Maranda dan mata air panas Kawende) d a n
dengan sebaran tahanan jenis renda h p a d a terdapat pada elevasi -250 m dan -500 m
kedalaman sebelumnya. Sedangkan sebaran diinterpretasikan sebagai batuan ubahan
nilai tahanan jenis sedang (20-300 O h m-m) yang berperan sebagai batuan penudung
di bagian tengah cenderung lebih meluas. dari sistem panas bumi di daerah ini. Nilai
Nilai tahanan jenis ini diinterpretasikan tahanan jenis rendah ini cenderung
sebagai zona transisi antara batuan u b a han menghilang pada elevasi -750 m dan
yang berfungsi sebagai batuan penudung berubah menjadi nilai tahanan jenis s eda ng
dengan batuan yang berfungsi sebagai (20-300 Ohm-m). Zona ini diperkirakan
reservoir. Secara umum peta tahanan jenis sebagai awal dari zona reservoir (puncak
kedalaman 1000 m lebih didominasi oleh reservoir). Pada elevasi -1000 m, nilai
nilai tahanan jenis sedang-tinggi. Yang tahanan jenis sedang ini cenderung lebih
menarik pada sebaran tahanan jenis meluas dan diinterpretasikan sebagai zona
kedalaman ini adalah sebaran nilai t a h a na n reservoir. Di bagian bawahnya lagi yaitu
jenis sedang di antara mata air panas elevasi -1500 m dan -2000 m, terlihat
Maranda dan mata air panas Kawende. P o la adanya sebaran tahanan jenis tinggi dengan
kontur tahanan jenis sedang ini cenderung pola kontur cenderung menutup. Nilai
membentuk pola kontur setengah tertutup di tahanan jenis ini diinterpretasikan sebagai
sebelah timurlaut dan sedikit membuka ke respon dari batuan intrusi? yang menjadi
arah baratdaya. Nilai tahanan je n is s ed an g indikasi adanya sumber panas di bagian
ini diinterpretasikan sebagai zona re s ervo ir bawah.
dari sistem panas bumi di daerah Ma ra nd a - Di sebelah baratdaya juga tersebar nilai
Kawende ini. tahanan jenis tinggi dari mulai elevasi -250
m hingga elevasi -2000 m dengan pola
Pembahasan dan Analisis semakin ke bawah cenderung semakin
Sebaran tahanan jenis secara lateral (elevasi meluas. Tahanan jenis tinggi pada zona ini
yang sama) memperlihatkan pola keluru san berasosiasi dengan batuan metamorf yang
berarah baratlaut-tenggara, dimana nilai tersingkap di permukaan dan menjadi
tahanan jenis rendah (<20 Ohm-m) tersebar basemen daerah ini.

Gambar 5 Peta kompilasi geosains daerah panas bumi Panti

208
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

Gambar 6 Rekonstruksi model tahanan jenis 3D.

KESIMPULAN tingginya kepada seluruh anggota Tim


Peta tahanan jenis (MT) memperlihatkan Survei MT di daerah panas bumi Maranda.
adanya pola kelurusan berarah baratlaut-
tenggara dengan sebaran tahanan jenis DAFTAR PUSTAKA
tinggi di sebelah baratdaya dan sebaran Geothermal Departement, Basic Concept of
tahanan jenis rendah di sebelah timurlaut. Magnetotellurik Survey in Geothermal
Batuan penudung yang dicirikan dengan nilai Fields., West Japan Engineerring
tahanan jenis rendah berada di sebelah Consultants, Inc.
timurlaut di antara mata air panas Ma ran da Hermawan, D , Asep S dan Anna Y. 2011.
dan mata air panas Kawende dengan pola Kajian Panas Bumi Non-Vulkanik Daerah
yang membuka ke arah timurlaut. Batuan Sulawesi Bagian Tenggara. Bandung:
penudung ini diperkirakan berada di dekat Pusat Sumber Daya Geologi.
permukaan hingga kedalaman 750 meter Hochstein, Manfred P., Sudarman S., History
dengan ketebalan 500-750 meter. of geothermal exploration in Indonesia
Reservoir panas bumi dicirikan dengan nilai from 1970 to 2000, Geothermics.
tahanan jenis sedang yang berada di bagia n Leibowitz, L. P. 1978. California's
bawah batuan penudung. Puncak dari Geothermal Resource Potential. California
reservoir diperkirakan berada di ked a la man Institute of Technology, Jet Propulsion
750-1000 meter dengan ketebalan 1000 Laboratory, Pasadena, Calif., United
meter. States
Daerah prospek panas bumi Maranda - Lund, J, W and Lienau, P.J. 2002.
Kawende berada di antara mata air panas Geothermal Energy Resources for
Maranda dan mata air panas Kawende Developing Country, Knapp
dengan luas sekitar 10 km2. Chandrasekharam D. and Bundschuh
(eds). Agri-bussiness Uses of Geothermal
UCAPAN TERIMA KASIH Energy, ISBN 90 5809 522 3, A.A.
Penulis mengucapkan terima kasih yang Balkema Publisher, Tokyo, 413 pp.
sebesar-besarnya kepada seluruh rekan Mardiana, Undang. 2007. Manifestasi P a na s
kerja di Bidang Panas Bumi yang telah Bumi Papandayan Berdasarkan Nilai
bersedia berdiskusi dengan penulis. P e n ulis Tahanan Jenis Batuan. Studi Kasus.
juga memberikan apresiasi yang setinggi- Jurusan Geologi. Fakultas MIPA.
Universitas Padjadjaran.

209
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 203 – 210

Saptadji, N.M., 2001. Basic Geothermal Tim Survei Terpadu. 2012. Laporan Survei
Engineering. Departemen Teknik Panas Bumi Terpadu Daerah Panas Bu mi
Perminyakan ITB. Bandung. Kawende, Kabupaten Poso, Provinsi
Simanjuntak, T.O, Surono, dan J.B. Sulawesi Tengah. Pusat Sumber Daya
Supandjono, 1997. Peta Geologi L e mb a r Geologi, Badan Geologi, Kementerian
Poso, Sulawesi Skala 1:250.000. Pusat Energi dan Sumber Daya Mineral
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Indonesia. (Unpubl. Report).
Bandung, Indonesia. Ushijima, K., Tagomori, K, and Pelton, W.
Simpson, F., dan Bahr, K., 2005, Practical H., 2000, 2D inversion of VES and MT
Magnetotellurics, Cambrigde University data in a geothermal area, Proceeding
Press. WGC 2000, Kyushu-Tohoku, Japan, 1909-
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., 1914.
Keys, D. A., 1990, Applied Geophysics, Villeneuve, Michel, et al. 2001. Geology of
Cambridge University Press, London. The Central Sulawesi Belt (Eastern
Tim Survei Terpadu. 2011. Laporan Survei Indonesia): Constrain of Geodynamic
Panas Bumi Terpadu Daerah Panas Bu mi Models. International Journal Earth
Maranda, Kabupaten Poso, Provinsi Science. Springer-Verlag.
Sulawesi Tengah. Pusat Sumber Daya Zonge Engineering and Research
Geologi, Badan Geologi, Kementerian Organization, 2009, GDP-32 II
Energi dan Sumber Daya Mineral Multifunction Receiver Operation manual.
Indonesia. (Unpubl. Report).

210

Anda mungkin juga menyukai