Anda di halaman 1dari 7

P E N G O R G AN I S AS I AN I N F O R M AS I / P E N G E TAH U AN

D AL AM I NG AT AN M AN U S I A

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa,
karena dikaruniai otak sebagai modalitas utama dalam proses berpikir dan berperilaku.
Sedangkan berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Proses
berpikir merupakan proses yang kompleks dan tidak dapat dilihat secara langsung
bagaimana otak bekerja dan menerima informasi. Berpikir juga dapat dikatakan sebagai
proses pengorganisasian informasi dalam ingatan.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Proses belajar terjadi mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya. Teori kognitif berpandangan
bahwa belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya. Akan tetapi, tidak semua informasi tersebut
dapat bertahan lama dalam ingatan karena beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Paparan diatas mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut
pandang teori pemrosesan informasi. Teori pemrosesan informasi ini merupakan teori
kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh
sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu
menerapkan model pembelajaran tertentu yang dapat memudahkan semua informasi
diproses dalam otak dan dapat bertahan lama dalam ingatan manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka dapat dikemukakan rumusan masalah :
1. Apa yang dimaksud teori pemrosesan informasi ?
2. Bagaimanakah pemrosesan informasi dalam ingatan manusia ?
3. Bagaimanakah model pembelajaran yang memudahkan proses informasi dalam
ingatan manusia ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Teori pemrosesan informasi
2. Pemrosesan informasi dalam ingatan/memory manusia
3. Model pembelajaran yang memudahkan informasi diproses dalam ingatan manusia
BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI PEMROSESAN INFORMASI


Shuell (1986) dalam Schunk (2012) menyebutkan bahwa teori-teori pengolahan
informasi memfokuskan perhatian pada bagaimana orang memperhatikan peristiwa-
peristiwa lingkungan, mengkodekan informasi-informasi untuk dipelajari, dan
menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada dalam memori, menyimpan
pengetahuan yang baru dalam memori, dan menariknya kembali ketika dibutuhkan. Dalam
Baharuddin (2007) disebutkan bahwa information processing model memandang memori
manusia itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi,
mengelolanya, mengubahnya baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan
menghadirkan kembali pada saat dibutuhkan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa teori pemrosesan informasi merupakan model dalam teori kognitivisme yang
mencoba menjelaskan kerja memori manusia dalam memperoleh, menyandikan, dan
mengingat informasi.
Disebutkan oleh Suyono dan Hariyanto, teori pemrosesan informasi banyak
dikaitkan dengan teori pembelajaran sibernetik (cybernetics learning). Secara sederhana
pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi. Dalam
teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses belajar penting dari hasil
belajar, namun yang lebih penting adalah sistem informasi karena sistem informasi inilah
yang menentukan proses belajar. Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses
belajar yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua siswa. Dengan penjelasan
semua siswa memperoleh informasi yang sama namun dengan proses belajar yang
berbeda. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan, dan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima (memori dan cara berpikir)
Dalam konteks kognitivisme yang dianggap sebagai pelopor teori pemrosesan
informasi adalah Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh George Miller.
Asumsi yang melandasi teorinya adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne, dalam Suyono dan Hariyanto dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran berupa hasil
belajar.
Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori matematika,
yang telah disusun para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan meningkatkan pengiriman
pesan. Di sisi lain, terjadinya proses pemberian dan penerimaan informasi dapat ditemukan
dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu, teori
pemrosesan informasi memberi perspektif baru pada pengolahan pembelajaran yang
menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam perkembangannya, teori ini akan ditemukan
persepsi, pengkodean, dan penyimpanan didalam memori jangka panjang. Sehingga pada
akhirnya teori ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.
Teori pemrosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi pembelajaran,
yaitu:
1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi
pada proses lebih menojol.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
4. Prinsip perbedaan individu terlayani.

B. PEMROSESAN INFORMASI DALAM INGATAN /MEMORI MANUSIA


Gredler (2013) menyebutkan bahwa ada dua asumsi pokok yang mendukung riset
pemrosesan informasi, yaitu sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan
terorganisasi serta pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait
dengan asumsi tersebut maka perlu dibahas tentang hakikat sistem memori manusia dan
organisasi pengetahuan dalam memori jangka panjang.
Konsepsi awal tentang memori manusia menganggap bahwa memori hanya sekedar
tempat penyimpanan atau kolektor informasi yang pasif selama periode waktu yang lama.
Tetapi, pada tahun 1960-an periset mulai memandang memori manusia sebagai sistem
kompleks yang memproses dan mengorganisasikan semua pengetahuan kita (Gredler,
2013). Disebutkan pula oleh Santrock (2009) bahwa memori atau ingatan adalah
penyimpanan informasi di setiap waktu.
Memori manusia itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau mendapatkan
informasi, mengelolanya, mengubahnya baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan
menghadirkan kembali pada saat dibutuhkan. Bagian penting mengenai memori yang
berkaitan dengan teori pemrosesan informasi yaitu pengodean (encoding), penyimpanan
(storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Pengodean adalah proses di mana informasi
masuk ke dalam memori. Penyimpanan adalah penahan informasi di setiap waktu.
Pemanggilan kembali berarti mengeluarkan informasi dari penyimpanan.
Cara kerja memori manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu
memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory,) dan
memori jangka panjang (long-term memory).
1. Sensory Memory
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen pertama dalam
system memori. Sensori memory menerima stimuli atau informasi dari lingkungan (seperti
sinar, suara, bau, dan lain sebagainya) secara terus menerus melalui alat penerima
(receptor) kita. Receptor disebut juga dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima
disimpan dalam sensory memory sangat singkat dan mudah terganggu atau berganti.
Masih dalam Baharudin (2007) disebutkan bahwa keberadaan sensory memory
memiliki dua implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang harus memberikan perhatian
pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu mendapatkan atau mengambil informasi
harus dalam keadaaan sadar. Setelah respon diterima oleh sensory memory, otak mulai
bekerja untuk memberikan makna terhadap informasi atau ransangan tersebut. Proses ini
disebut Perseption atau memersepsi. Persepsi (pengenalan pola) terjadi; yaitu proses
pemberian makna terhadap sebuah input stimulus (Schunk). Mengacu pada kelekatan
makna pada input-input lingkungan yang diterima melalu panca indera (Schunk). Persepsi
manusia terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan realita obyek yang mereka
tangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Baharuddin).
2. Short-Term Memory (STM)
Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem memori dengan
kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi
tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa
disimpan lebih lama (Santrock).
Short-term memory disebut juga sebagai working memory atau memori kerja.
Santrock (2009) menyatakan bahwa working memory seperti meja kerja pikiran tempat
berlangsungnya banyak pemrosesan informasi. Working memory terdiri atas tiga komponen
utama, yaitu putaran fonologis, working memory visual ruang, dan eksekutif sentral. Input
dari memori sensori menuju putaran fonologis, di mana informasi tentang cara bicara
disimpan dan pengulangan terjadi dan menuju working memory visual ruang, di mana
informasi visual dan ruang, termasuk imajinasi disimpan. Eksekutif sentral tidak hanya
menggabungkan informasi dari putaran fonologis dan working memory visual ruang, tetapi
juga dari memori jangka panjang (retrieval).
3. Long-Term Memory (LTM)
Long-term memory atau memori jangka panjang adalah jenis memori yang
menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang
relative permanen (Santrock). Kapasitas memori jangka panjang manusia sangatlah
mengejutkan dan efisiensi di mana individu-individu bisa mendapatkan kembali informasi
sangatlah mengesankan. Menurut Baddeley (1998) representasi pengetahuan dalam LTM
tergantung pada frekuensi dan kontinguitas. Makin sering suatu fakta, peristiwa, atau ide
dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua pengalaman yang
terjadi berdekatan waktunya akan cenderung dihubungkan dengan memori sehingga ketika
salah satunya diingatkan yang satunya akan teraktifkan. Maka, informasi dalam LTM
direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif. Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif,
tidak seperti asosiasi dalam teori pengkondisian yang sifatnya behavioral (stimulus dan
respon).
Berdasarkan isinya memori jangka panjang dapat dibedakan menjadi subjenis
memori deklaratif dan prosedural. Memori deklaratif dibagi lagi menjadi memori episodik dan
memori semantik. Memori deklaratif (declarative memory) adalah pengumpulan kembali
informasi yang disengaja, seperti fakta atau peristiwa tertentu yang bisa dikomunikasikan
secara verbal. Sedangkan memori procedural (procedural memory) adalah pengetahuan
nondeklaratif dalam bentuk keterampilan dan operasi kognitif. Memori prosedural tidak bisa
dikumpulkan kembali secara sadar, setidaknya dalam bentuk peristiwa atau fakta tertentu.
Akan tetapi, tidak semua informasi tersebut dapat bertahan lama dalam ingatan atau hilang
karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adanya faktor internal (keadaan
individu itu sendiri) atau faktor eksternal (rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran). Santrock mengemukakan hal-hal yang dapat
membantu individu meningkatkan memori, dengan cara antara lain :
1. Memotivasi anak-anak untuk mengingat materi dengan memahaminya daripada
menghafalkannya.
2. Membantu sisiwa-siswa dalam mengatur apa yang mereka masukkan dalam memori
mereka.
3. Mengajarkan strategi mnemonik. Mnemonik adalah bantuan memori untuk
mengingat informasi. Strategi mnemonic bisa melibatkan imajinasi dan kata-kata.
Beberapa jenis mnemonik antara lain metode lokus, sajak, akronim, dan metode kata
kunci.

C. MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMUDAHKAN INFORMASI DIPROSES DALAM


INGATAN MANUSIA.
Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi
belajar kognitif. Penelitiannya meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir.
Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan
pencipta informasi. Bruner berpendapat, bahwa belajar itu meliputi tiga prose kognitif yaitu :
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Bruner memusatkan perhatiannnya tentang bagaimana orang
memilih, menstranformasikan informasi secara aktif dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh informasi tersebut.
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah discovery learning.
Bruner menggangap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpatisipasi aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip agar mereka menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukan beberapa kebaikan,
yaitu:
1. Pengetahuan bertahan lama atau lama diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir bebas.
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
informasi melalui upaya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
bagaimana informasi ini diproses.
Secara keseluruhan, pengolahan informasi merupakan suatu proses kognitif,
dimana dalam teori kognitif tersebut dikemukakan oleh J.Piaget, Ausubel, Bruner, Gagne
dan Norman. Teori – teori tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing.
Oleh karena itu, Seorang guru ada baiknya menggunakan metode variatif dalam kegiatan
belajar mengajar dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media Group.

Gredler, M.E. (2013). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. (Terjemahan Tri Wibowo B.S).
Jakarta : Kencana.

Jauhar, M. (2011). Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Santrock, J.W. (2009). Educational Psychology. (Terjemahan Diana Angelica). Jakarta :


Salemba Humanika.

Schunk, D.H. (2012). Learning Theories. (Terjemahann Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suyono & Hariyanto, (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Winataputra, Udin S., dkk., (2007) Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.

Biography Robert Mills Gagne: http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/

Anda mungkin juga menyukai