Anda di halaman 1dari 71

Paket Dalam Tas Raket dan

Skenario 22 Mei
majalah.tempo.co
7 mins read

Sejumlah tentara dan pensiunan jenderal diduga terlibat dalam


pengiriman senjata untuk “demonstrasi” 22 Mei. Bermaksud
melahirkan martir, ada kelompok yang menyiapkan senjata dan
penembak jitu. Komandan Jenderal Kopassus mengeluarkan maklumat.

i
Petugas Kepolisian saat bertahan dari serangan para
peserta aksi unjuk rasa Gerakan Nasional Kedaulatan
Rakyat di depan gedung Bawaslu, Jakarta.

S
EPEKAN sebelum batas akhir penetapan hasil Pemilihan
Umum 2019 yang jatuh pada 22 Mei 2019, Soenarko mencak­
mencak terhadap Heriansyah, anak buahnya yang bermukim
di Aceh. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu
menanyakan alasan paket senjata dari Aceh tak kunjung dikirim ke
Jakarta, padahal sudah dipesan sejak beberapa bulan sebelumnya.

Heriansyah kemudian mengirimkan pesanan tersebut. Tapi, sebelum


senapan laras panjang itu sampai ke tangan Soenarko, aparat
mencegatnya. Menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian,
senapan dari Aceh itu rencananya digunakan untuk menyerang aparat
dan pengunjuk rasa pada 22 Mei di depan kantor Badan Pengawas
Pemilu, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. “Kalau ada yang tewas, seolah­
olah aparat yang melakukan,” ujar Tito dalam konferensi pers, 21 Mei
lalu.

Menurut pengakuan Heriansyah kepada penyidik, perkenalannya


dengan Soenarko terjadi ketika pensiunan jenderal bintang dua yang
kini berumur 65 tahun itu menjabat Panglima Daerah Militer
Iskandar Muda pada 2008. Waktu itu, Heriansyah adalah informan
yang juga diminta membantu pemerintah mengumpulkan senjata dari
kombatan Gerakan Aceh Merdeka, seperti yang diamanatkan
Perjanjian Helsinki 2005.
Menko Polhukam Wiranto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, dan Kepala KSP
Moeldoko dalam konferensi pers pascakerusuhan 22 Mei di Jakarta, 22 Mei
2019. ANTARA/Dhemas Reviyanto

Hubungan dengan Heriansyah tak lekang meski Soenarko ditarik ke


Bandung menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri sebelum
pensiun. Kepada Heriansyah, Soenarko menitipkan mobil Toyota
Fortuner putih dengan nomor polisi BL­511­VG. Kendaraan itu
ditengarai fasilitas untuk Soenarko sebagai pengurus sebuah
perusahaan swasta yang beroperasi di Aceh. Heriansyah pula yang
menyopiri Soenarko dengan mobil tersebut manakala lulusan
Akademi Militer 1978 itu singgah di Serambi Mekah.

Heriansyah menjelaskan dalam pemeriksaan bahwa pada hari


Soenarko bersungut­sungut soal pengiriman senjata, ia lantas
mengambil senapan yang tersimpan di mobil Toyota Fortuner itu.
Kemudian ia mengemas paket dalam tas raket berwarna kuning.
Isinya: sepucuk M4 Carbine, dua magasin, dan peredam—persis
seperti yang diperlihatkan Kepala Polri dalam konferensi pers pada 21
Mei. “Senjata itu belum pernah dipakai. Hanya Pak Soenarko yang
mengetahui asalnya,” ujar Heriansyah kepada penyidik.

Heriansyah lalu menghubungi tentara berinisial BP, seorang tamtama


berpangkat prajurit kepala. Mereka bersepakat mengirim paket lewat
jalur penerbangan. Agar senjata itu bisa dibawa dalam pesawat, BP
memalsukan dokumen pengiriman dengan surat bertanda tangan
Kepala Badan Intelijen Negara Daerah Aceh. Hanya, ia mencomot
surat format lama yang masih mencantumkan nama Brigadir Jenderal
Sunari sebagai Kepala BIN Daerah Aceh. Padahal Sunari telah
digantikan Kolonel Cahyono Cahya Angkasa per 26 Januari 2019.

Kolonel Cahyono enggan menanggapi layang palsu yang dipakai untuk


meloloskan pengiriman bedil dari Aceh ke Jakarta itu. “Saya tak
punya wewenang menjelaskan. Silakan bertanya ke pusat,” kata
Cahyono. Direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto
menjelaskan, pemimpin lembaga telik sandi di daerah tak pernah
serampangan mengeluarkan surat izin membawa senjata. Kepala Staf
Kepresidenan Moeldoko menduga senjata itu bekas konflik Aceh.
“Bisa jadi itu sisa perang GAM,” kata mantan Panglima Tentara
Nasional Indonesia ini.
Aksi penyerangan para demonstran kepada polisi di depan gedung Bawaslu, Jakarta,
22 Mei 2019. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Mengantongi surat lancung pengiriman senjata, BP kemudian


meminta bantuan tentara berpangkat sersan satu, berinisial L, untuk
mengurus izin paket ke maskapai Garuda Indonesia di Bandar Udara
Sultan Iskandar Muda, Aceh. L juga disuruh menukar paket senjata
dengan dokumen “security item”. Dalam dunia penerbangan, petugas
maskapai akan menyimpan senjata di tempat yang tak terjangkau
penumpang dan membekali pembawa senjata dengan formulir
“security item” untuk ditunjukkan ketika ia mengambil senjata di
bandara tujuan. L menerima upah Rp 300 ribu atas pekerjaannya itu.
Tugas L selesai di sini.

Dokumen tersebut dititipkan kepada A, perwira berpangkat letnan


kolonel, yang menumpang penerbangan pembawa paket. Tiga
narasumber yang ditemui Tempo secara terpisah menyebutkan A tak
mengetahui pemilik senjata sebenarnya. Ia bersedia menenteng
formulir itu semata­mata karena “security item” hanya bisa dibawa
oleh tentara atau polisi. Kebetulan A satu­satunya aparat dalam
manifes penerbangan. Ia hanya dipesani bahwa ada tentara berinisial
ZN dengan pangkat sersan mayor menunggu di Bandara Soekarno­
Hatta, Banten, untuk mengambil dokumen tersebut.

Setelah memastikan Letkol A membawa dokumen “security item” ke


Jakarta, BP menghubungi ZN untuk memberitahukan hal tersebut.
Jejak Soenarko terlacak lagi di sini. Soenarko juga mengontak ZN
lewat telepon.

Menurut pengakuan ZN saat diperiksa, ia meyakini Soenarko


menelepon meski tak punya nomor kontaknya. ZN memasang aplikasi
Truecaller di teleponnya, yang bisa melacak profil penelepon secara
otomatis ketika ada panggilan masuk. Waktu itu, tertera nama
Soenarko di profil penelepon. Kepada ZN, Soenarko mengatakan ada
kiriman barang atas nama dirinya. Belum sampai kiriman Heriansyah
ke tangan Soenarko, polisi militer menangkap A dan ZN di Soekarno­
Hatta sekaligus menyita paket tersebut.

Massa Demo 22 Mei terlibat bentrok dengan aparat polisi di depan Gedung Bawaslu,
Jakarta, Rabu 22 Mei 2019. TEMPO/Subekti

Markas Besar TNI menolak mengomentari dugaan keterlibatan


sejumlah prajuritnya dalam pengiriman senjata untuk Soenarko.
“Saya tak mau memberikan informasi yang dapat mempengaruhi
proses hukum,” ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal
Sisriadi.

Meski pengiriman senjata terbongkar pada 15 Mei, baru lima hari


kemudian tim gabungan polisi militer dan Polri memeriksa Soenarko.
Pada Senin malam, 20 Mei, awalnya, Soenarko dipanggil sebagai saksi
untuk ZN dan BP di markas Pusat Polisi Militer TNI di Cilangkap,
Jakarta Timur. Menurut narasumber yang mengetahui pemeriksaan
itu, Soenarko mengakui senjata yang dipaketkan dari Aceh adalah
miliknya. Kepada penyidik, dia mengatakan, “Saya mau memperbaiki 
senjata itu, tapi memang tak ada surat­suratnya.”

Versi lain penangkapan Soenarko diungkapkan dua pejabat 
pemerintah. Menurut keduanya, Soenarko ditangkap di kediamannya 
di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Dari situ, ia dibawa ke markas 
Puspom TNI untuk diperiksa penyidik dari Puspom dan Polri. 
Soenarko kini ditahan di rumah tahanan militer di Guntur, Jakarta 
Selatan.

Tempo sempat mewawancarai Soenarko dua hari sebelum ia 
ditangkap. Soenarko membantah menyiapkan skenario makar pada 22 
Mei, tenggat Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasil pemilihan 
presiden. “Masak, makar membawa sajadah, kacamata, dan masker?” 
ujarnya. Mendukung Prabowo Subianto­Sandiaga Salahuddin Uno 
pada pemilihan presiden, Soenarko mengatakan berniat turun ke 
jalan untuk memprotes hasil pemilu bersama sejumlah 
purnawirawan. “Kalau sesuai undang­undang kan boleh,” katanya. 
“Tapi, kalau mereka tak berangkat, saya juga tak berangkat.”

Berhitung soal dampak penangkapan Soenarko, pemerintah 
menggelar rapat di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, 
dan Keamanan. Menurut seorang pejabat yang hadir di situ, mereka 
memprediksi gejolak yang muncul di Kopassus setelah kejadian 
tersebut. Salah seorang peserta rapat langsung meminta Panglima 
Komando Daerah Militer Jayakarta Mayor Jenderal Eko Margiyono 
menjelaskan situasi di korps baret merah. Sebelum memimpin Kodam 
Jaya, Eko menjabat Komandan Jenderal Kopassus. “Kopassus solid,” 
ujar pejabat ini menirukan jawaban Eko.

Sehari setelah Soenarko ditangkap, Komandan Jenderal Kopassus 
Mayor Jenderal I Nyoman Cantiasa mengeluarkan maklumat. Ia 
mengatakan nama satuan elite TNI Angkatan Darat tersebut terseret 
dinamika Pemilu 2019. Menurut dia, situasi yang terjadi tak ada 
kaitannya dengan institusi Kopassus. Nyoman mengingatkan prajurit 
baret merah harus mematuhi garis komando. “Tak boleh ada satu pun 
prajurit yang bertindak atas inisiatif pribadi, kelompok, ataupun 
pihak di luar garis komando,” kata Nyoman.
Untuk mengecek kelengkapan pasukan, Kopassus sampai menggelar 
apel hingga lima kali sehari. Pasukan juga tak diterjunkan pada 22 
Mei. Di lapangan, TNI menurunkan pasukan lain untuk membantu 
polisi. Kepala Penerangan Kopassus Letnan Kolonel Susilo 
menyebutkan satuannya disiagakan menjadi pasukan cadangan. 
“Penggunaannya sesuai dengan pertimbangan strategis Panglima 
TNI,” ujar Susilo.

Sejumlah massa Aksi 22 Mei terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta, 
22 Mei 2019. ANTARA/Galih Pradipta

UPAYA mencegah jatuhnya korban penembakan dalam unjuk rasa 22 
Mei tak berhasil. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri 
Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan ada satu jenazah dari 
delapan korban tewas dalam peristiwa 22 Mei yang teridentifikasi 
tertembak. “Terkena peluru tajam,” ujar Dedi. Padahal, kata Dedi, 
polisi sama sekali tak menggunakan peluru tajam.

Hingga kini, penyelidikan polisi atas pemegang senapan yang 
memuntahkan peluru tersebut masih berkabut. Meski begitu, uji 
balistik terhadap peluru yang bersarang di tubuh korban memberikan 
petunjuk. Menurut Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, pengujian 
pada proyektil menunjukkan peluru berotasi ke kanan searah jarum 
jam. Adapun senjata milik polisi selalu memuntahkan peluru yang 
berputar ke kiri. “Diduga peluru itu berasal dari senapan buatan 
Olympic Arms,” tutur Moeldoko.
Olympic adalah pabrik senjata yang berbasis di Washington, DC, 
Amerika Serikat. Di situsnya, www.olyarms.com, seri senapan serbu 
M4 Carbine sebagaimana yang disita dari Soenarko dibanderol paling 
murah US$ 843 atau sekitar Rp 12,5 juta. “Seri itu bukan tipikal 
senjata untuk polisi kita,” katanya.

Moeldoko mengungkapkan, serangkaian temuan awal dari peristiwa 
22 Mei, seperti tembakan kepada demonstran, mengindikasikan ada 
pihak yang ingin menciptakan peristiwa yang bisa memicu aksi yang 
lebih besar. “Skenarionya hampir mirip seperti peristiwa Mei 1998.”

Sebagian demonstran adalah massa suruhan yang dikomando dengan 
cukup rapi. Menurut Moeldoko, berdasarkan temu­an aparat, pedemo 
menggunakan mobil komando yang dilengkapi monitor untuk 
menayangkan pantauan kamera pengawas (CCTV) di sekitar simpang 
pusat belanja Sarinah. Dengan begitu, koordinator lapangan bisa 
memantau pergerakan unjuk rasa dan mengerahkan massa secara 
bergantian apabila demonstran terlihat kelelahan berhadapan dengan 
aparat.

Tempo yang berada di tengah pengunjuk rasa selama sekitar dua jam 
menyaksikan ada lebih dari seribu orang memenuhi Jalan Wahid 
Hasyim pada Rabu, 22 Mei. Sebagian di antaranya mengenakan 
masker yang menutupi setengah wajah. Kantong mata mereka 
terlihat diolesi odol yang dipercaya bisa menghalau efek gas air mata.
Pembakaran oleh massa demonstran di sekitaran gedung Bawaslu, Jakarta, 22 Mei 
2019. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Ketika massa mulai bergerak ke arah kantor Bawaslu, ada pengunjuk 
rasa yang membagi­bagikan batu berukuran lebih besar daripada 
kepalan tangan pria dewasa kepada rekannya. Sebagian membawa 
tongkat kayu. Mereka mengomando demonstran untuk maju dan 
meneriakkan “serbu!” berulang­ulang. Saat polisi pasif, orang­orang 
yang sama mengajak massa kembali menyerang. “Pelurunya udah
habis. Ayo serang!” kata salah seorang demonstran.

Pemerintah sebenarnya sudah mendeteksi bahwa demonstrasi 
tersebut bakal berujung rusuh dengan menciptakan martir. Polisi 
mendapat informasi bahwa ada suatu kelompok yang berencana 
menggunakan penembak jitu, sebagaimana diungkapkan juga oleh 
Moeldoko. Kelompok tersebut secara khusus menugasi tim kecil 
mencari senjata dan menyiapkan eksekutor.

Mendekati 22 Mei, terdeteksi setidaknya dua sniper sudah bersiap. 
Mereka adalah desertir yang akan ditempatkan di salah satu gedung 
dalam radius satu kilometer dari kantor Bawaslu di kawasan Sarinah. 
Sejak pengiriman senjata Soenarko terbongkar, jejak calon eksekutor 
ini raib.

Moeldoko mengatakan pemerintah bertekad mengusut tuntas auktor 
intelektualis di balik kerusuhan 22 Mei. “Kami terus memantau 
semua pergerakan untuk menjaga keamanan negara,” ujarnya.
• H O M E
• E D I S I L A I N
• B E R L A N G G A N A N

Laporan Utama 2/3

 SEBELUMNYA SELANJUTNYA 

RUSUH DI UJUNG PEMILU


SETELAH Komisi Pemilihan Umum mengumumkan pemenang pemilihan presiden
pada Selasa dinihari, 21 Mei lalu, pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga
Salahuddin Uno menyikapinya dengan pengerahan massa yang mereka sebut
people power.

Stefanus Teguh Edi Pramono

Edisi : 26 Mei 2019

Rusuh di Ujung Pemilu


• H O M E
• E D I S I L A I N
• B E R L A N G G A N A N
• H O M E
• E D I S I L A I N
• B E R L A N G G A N A N
• H O M E
• E D I S I L A I N
• B E R L A N G G A N A N

Laporan Utama 2/3

 SEBELUMNYA SELANJUTNYA 

Hubungi Kami :

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210
Informasi Langganan :
Email : cs@tempo.co.id
Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB
Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB
Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB


Ambulans Penyuplai
Amunisi
majalah.tempo.co
4 mins read

Polisi menengarai ada massa bayaran untuk membuat kerusuhan


dalam unjuk rasa 22 Mei. Sebagian dikerahkan dari luar Jakarta.

Petugas menunjukan barang bukti ambulans dan tersangka 
pengendara ambulans dalam ricuh aksi 22 Mei di Mapolda 
Metro Jaya, Jakarta, 23 Mei 2019. 
T
ANPA tenaga dan peralatan medis, Obby Nugraha berangkat 
membawa ambulans milik Dewan Pimpinan Cabang Partai 
Gerindra Tasikmalaya ke Jakarta setelah mendapat instruksi 
dari Dewan Pimpinan Daerah Gerindra Jawa Barat. Petugas 
administrasi merangkap kebersihan di kantor Gerindra Tasikmalaya 
itu pergi ditemani Yayan, sopir; dan Wakil Sekretaris Gerindra 
Tasikmalaya Iskandar. “Katanya, ambulans ini buat keperluan medis 
untuk aksi 22 Mei,” ujar Obby kepada Tempo di Kepolisian Daerah 
Metro Jaya, 24 Mei lalu.

Bertolak pada pukul delapan malam, Selasa, 21 Mei lalu, ambulans 
berpelat B­9686­PCF itu tiba pukul tiga dinihari keesokan harinya di 
kantor Sekretariat Nasional Prabowo­Sandi di Jalan H.O.S. 
Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat. Setelah mengangkut dua 
penumpang baru asal Riau, Hendrik Syamrosa dan Surya Gemara 
Cibro, ambulans meluncur ke arah Jalan Fachruddin, Tanah Abang, 
Jakarta Pusat.

Pada jam itu, bentrokan telah bergeser dari kantor Badan Pengawas 
Pemilu di Jalan M.H. Thamrin ke kawasan Tanah Abang. Tapi massa 
masih menyerang polisi dengan batu, bom molotov, dan pe­tasan. 
Polisi menghalau dengan menembakkan gas air mata, lalu menyisir 
sejumlah lokasi. Di depan Hotel Millennium, polisi menemukan 
ambulans yang ditumpangi Obby. Rupanya, mobil itu mengangkut 
tumpukan batu.

Juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo 
Yuwono, menengarai batu di dalam ambulans tersebut untuk 
menyuplai para perusuh guna menyerang petugas. “Selain itu, 
ditemukan uang Rp 1,2 juta,” kata Argo. Walhasil, kelima penumpang, 
termasuk Obby, dibo­yong ke Polda. Menurut juru bicara Kepolisian 
RI, Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal, polisi juga menemukan 
beberapa amplop lain berisi uang sejumlah Rp 6 juta yang ditengarai 
sangu buat perusuh.

Obby menyangkal di mobilnya ada batu. Ia mengatakan hanya 
berjaga­jaga jika ada yang membutuhkan pertolongan medis. “Saya 
enggak tahu. Di belakang cuma ada brankar,” ujarnya. Adapun uang 
Rp 1,2 juta adalah ongkos operasional selama di Jakarta.
Daihatsu Blind Van yang ditumpangi Obby ternyata terdaftar atas 
nama PT Arsari Pratama. Aryo Djodjohadikusumo, kemenakan 
Prabowo Subianto, tercatat sebagai komisaris perusahaan tersebut 
sejak 2008. Surat tanda nomor kendaraan itu kedaluwarsa sejak 25 
Februari 2018.

Polisi menunjukkan tersangka pelaku kericuhan pada Aksi 22 Mei saat gelar perkara 
di Polres Metro Jakarta Barat, 23 Mei 2019. ANTARA/Indrianto Eko Suw

Ambulans berlogo Partai Gerindra lainnya juga menyuplai makanan 
kepada para pedemo. Pantauan Tempo pada Rabu, 22 Mei, sekitar 
pukul 22.30, salah satu ambulans tersebut terparkir di sekitar Jalan 
Agus Salim, Jakarta Pusat. Di dalamnya ada ratusan tempat makan 
berbahan Styrofoam. Makanan itu dibagikan kepada pengunjuk rasa 
yang sedang duduk­duduk di ruas jalan tersebut ketika sebagian 
besar demonstran bentrok dengan polisi.

Direktur PT Arsari Pratama, Daniel Poluan, mengatakan 
perusahaannya tak terkait dengan peristiwa 22 Mei. Menurut dia, PT 
Arsari hanya menyumbangkan ambulans kepada organisasi bernama 
Kesehatan Indonesia Raya (Kesira) demi keperluan medis. “Intinya, 
PT Arsari membeli aset dan dipinjampakaikan ke Kesira. Kesira 
mendistribusikan ke DPC­DPC untuk program pelayanan kesehatan,” 
ujar Da­niel.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membantah ada 
ambulans partainya yang digunakan untuk mengangkut “amunisi” 
bagi perusuh. Ia mengklaim semua ambulans Gerindra hanya 
digunakan untuk membantu korban. “Saya kira tidak ada, ya,” 
katanya.

Bala bantuan juga datang dari kelompok Gerakan Reformis Islam atau 
Garis, yang dipimpin Chep Hernawan, pendukung Prabowo asal 
Cianjur, Jawa Barat. Polisi menangkap sopir dan kernet ambulans 
berlogo Garis. Disita dari sekitar gedung Bawaslu, mobil itu rupanya 
mengangkut busur panah, bambu runcing, dan duit. Menurut polisi, 
duit dan senjata itu dibagi­bagikan pengendara ambulans kepada 
demonstran.

Chep Hernawan mengakui kelompoknya mengirimkan dua ambulans 
dengan delapan tenaga medis ke lokasi demonstrasi. Tapi dia 
membantah info bahwa kelompoknya terlibat dalam kerusuhan 22 
Mei. “Saya sendiri hadir di Jakarta untuk memantau, tapi tidak 
terlibat aksi,” ujarnya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Dedi 
Prasetyo mengatakan duit dan senjata sengaja disimpan di ambulans 
untuk mengelabui barikade polisi agar bisa dibawa masuk ke tengah 
demonstrasi. Salah satu ambulans, menurut Dedi, bahkan dipakai 
untuk mengangkut perusuh. “Setelah berhasil masuk, mereka 
langsung memprovokasi massa,” katanya.

Menurut Dedi, berdasarkan keterangan para perusuh yang ditangkap, 
mereka dibayar dengan angka yang berbeda­beda. Koordinator 
lapangan dibayar Rp 2­6 juta. “Makin banyak orang yang dibawa, 
makin besar bayarannya,” ujarnya. Sedangkan massa biasa per orang 
dibayar Rp 250­300 ribu.

Dedi mengatakan massa bayaran di antaranya kelompok preman dari 
sekitar Tanah Abang. Tapi ada juga perusuh dari luar Jakarta. Dari 
183 perusuh yang ditangkap di kawasan Slipi, Jakarta Barat, sebanyak 
41 orang berasal dari Banten. Lalu ada yang dari Jawa Barat (27 
orang), Jawa tengah (13), dan Sumatera (11).

Di antara perusuh, ada juga yang me­nyerang polisi karena termakan 
informasi sesat setelah menonton sebuah video yang viral di media 
sosial. Dalam video itu, anggota Brigade Mobil diduga menembaki 
sebuah masjid di Tanah Abang ketika sedang mengejar pedemo. Sapto 
Putra Permana, 22 tahun, yang tersulut setelah menonton video itu, 
memutuskan turun ke jalan dan melawan polisi tanpa mengecek 
kebenarannya. “Saya enggak terima kalau agama saya diusik,” ujar 
pria asal Radio Dalam, Jakarta Selatan, itu.

Malangnya, ia tertembak peluru karet saat bentrok dengan polisi di 
kawasan Tanah Abang. Peluru mengenai kaki kirinya dan 
menyebabkan dia mesti dirawat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, 
Jakarta.

Selain di media sosial, provokasi terhadap warga terjadi di lapangan. 
Dharma, penghuni Wisma Brimob di Jalan K.S. Tubun, Petamburan, 
Jakarta Barat, menceritakan awal kerusuhan yang berujung pada 
pembakaran sejumlah mobil di asrama tersebut oleh perusuh pada 
Rabu menjelang subuh.

Massa yang dipukul mundur oleh polisi dari Bawaslu membanjiri 
jalan di sekitar Petamburan pada pukul 02.00. Saat itu, kata Dharma, 
massa mulai membakar ban di jalan, lalu mendorong­dorong gerbang 
besi wisma. Massa juga meneriakkan kata­kata tak senonoh kepada 
penghuni asrama. “Warga ditantangi keluar. Tapi kita enggak mau 
keluar,” ujar anak polisi tersebut.

Tiba­tiba, seseorang dengan pengeras suara dari arah sebuah masjid 
di Jalan Petamburan III, tak jauh dari asrama Brimob, memprovokasi 
massa. “Dia teriak, ‘Kampung kita diserang! Allahu Akbar!’” kata 
Dharma. Setelah itu, massa kian beringas. Kerusuhan pun membesar. 
“Ya udah, kejadian....”
Musim Berburu Penyebar
Kabar Bohong
majalah.tempo.co
4 mins read

KEPOLISIAN memburu dan menangkap penyebar kabar bohong atau


hoaks saat menjelang dan seusai kerusuhan 22 Mei lalu.

Deklarasi anti­Hoax di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta,


April 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
D omisili para penyebar informasi palsu itu terserak di
pelbagai daerah. Hingga Jumat, 24 Mei lalu, polisi menciduk
empat penyebar informasi palsu lewat akun media sosial.

Peristiwa paling mutakhir, Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI


menangkap Said Djamalul Abidin di Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat,
24 Mei lalu. Ia menyebutkan ada tiga anggota polisi Republik Rakyat
Cina di barisan Brigade Mobil yang tengah mengawal unjuk rasa di
depan gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum pada 22 Mei lalu.
“Konten itu menimbulkan rasa permusuhan,” kata Kepala
Subdirektorat II Direktorat Tindak Pidana Siber Komisaris Besar
Rickynaldo Chairul, Jumat, 24 Mei lalu.

Tiga polisi yang dituduh berasal dari Cina itu ternyata anggota
Brimob Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Said mengaku
mendapatkan foto­foto itu dari orang lain. Ia mengaku khilaf. Said
terancam dihukum maksimal 6 tahun penjara karena melanggar
Undang­Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Kepolisian juga tengah memburu tersangka penyebar kabar bohong


lain. Salah satunya penyebar ajakan menarik uang secara massal dari
semua bank agar mengganggu pemerintah saat ini. Informasi ini
menyebar sejak Rabu, 22 Mei lalu. “Kami sudah mengirim daftar
akun­akun yang menyebarkan informasi tersebut,” kata Kepala Biro
Penerang­an Masyarakat Divisi Humas Kepolisian RI Brigadir
Jenderal Dedi Prasetyo, Jumat, 24 Mei lalu.

Masyarakat juga terlibat perburuan para penyebar kabar bohong ini.


Warga Tangerang Selatan bernama Febina Priscilla mengadu ke
Kepolisian Resor Tangerang Selatan karena informasi meninggalnya
Margaretha Nainggolan dalam unjuk rasa 22 Mei lalu. Salah satu
akun menggunakan foto Febina untuk meyakinkan kabar bohong itu.
Polisi kini tengah memburu para pembuat dan penyebar konten palsu
itu.

Mereka yang Tertangkap

» 18 Mei 2019
AS, 54 tahun

Pekerjaan: Guru salah satu sekolah menengah atas negeri di Garut


Status: Pegawai negeri

Alamat: Kampung Jatijajar, Desa Sindangsuka, Kecamatan Cibatu,


Garut, Jawa Barat
Alasan penangkapan: Menyebarkan kabar akan ada pengeboman
dalam unjuk rasa 22 Mei di Jakarta ke berbagai grup WhatsApp. Ia
mengaku mendapatkan informasi itu dari grup WhatsApp lain.

» 22 Mei 2019

Don Muzakir

Pekerjaan: Ketua Relawan Prabowo­Sandiaga Aceh


Asal: Banda Aceh
Alasan penangkapan: Menyebarkan kabar bohong dan ajakan
berbuat onar dalam unjuk rasa 22 Mei di Jakarta lewat akun
Instagram.

» 23 Mei 2019

DP, 31 tahun

Pekerjaan: Penyiar radio di Bandung


Alamat: Dusun Sayang, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
Alasan penangkapan: Menyebarkan tiga video berisi informasi
bohong soal kerusuhan 22 Mei dan membumbui dengan kalimat
provokatif lewat akun Facebook.

Said Djamalul Abidin, 59 tahun

Pekerjaan: Pensiunan perusahaan swasta


Alamat: Kota Bekasi, Jawa Barat
Alasan penangkapan: Menyebarkan kabar bohong soal polisi asal
Cina di barisan Brimob pengawal aksi 22 Mei lalu.
Meiliana Akhirnya Bebas

MEILIANA menjalani bebas bersyarat sejak Selasa, 21 Mei lalu.


Perempuan 45 tahun itu dihukum atas tuduhan penodaan agama.
Majelis hakim Pengadilan Negeri Medan memvonis Meiliana
hukuman 18 bulan penjara pada 21 Agustus 2018.

Ia ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjungbalai. Ranto Sibarani,


pengacara Meiliana, mengatakan kliennya sudah melengkapi dan
memenuhi semua persyaratan bebas bersyarat. “Semua syaratnya
sudah diurus, lalu diajukan sejak bulan lalu dan sudah disetujui
kemarin,” kata Ranto, Rabu, 22 Mei lalu.

Meiliana memprotes volume suara azan Masjid Al­Maksun yang


berada di depan rumahnya, akhir Juli 2016. Protes itu memicu amuk
massa bernuansa rasialis pada akhir Juli 2016. Kerusuhan ini
menyebabkan rumah Meiliana rusak serta terbakarnya sejumlah
kelenteng dan wihara di Tanjungbalai. Tujuh perusuh ditangkap dan
divonis hukuman 1­5 bulan penjara.

KPK Telisik Penyelenggaraan Haji

KOMISI Pemberantasan Korupsi mulai menyelidiki korupsi penye­


lenggaraan haji. Informasi ini mencuat setelah penyelidik komisi
antirasuah memeriksa Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
sebagai saksi kasus suap yang menjerat mantan Ketua Umum Partai
Persatuan Pembangunan, Muhammad Romahurmuziy, Rabu, 22 Mei
lalu. “Pemeriksaan ini terkait dengan penyelidikan baru, yakni
penyelenggaraan haji,” ujar juru bicara KPK, Febri Diansyah, Rabu, 22
Mei lalu.

Penyelidik menggali berbagai informasi soal penyelenggaraan haji


tersebut dari Menteri Lukman. Menurut Febri, KPK saat ini tengah
berfokus menyelidiki penyelenggaraan haji karena sebelumnya
menemukan penyimpangan penyelenggaraan haji.

Saat ditemui wartawan seusai pemeriksaan, Lukman menceritakan


soal temuan uang di laci meja kerjanya saat penggeledahan dila­
kukan. Penggeledahan ini terkait dengan operasi tangkap tangan
Romahurmuziy pada pertengahan Maret lalu. Menteri Lukman sudah
diperiksa soal kasus Romahurmuziy pada Rabu, 8 Mei lalu.

Terdakwa mantan Dirut PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan di Pengadilan


Tipikor, Jakarta. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Karen Agustiawan Dituntut 15 Tahun

JAKSA menuntut mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero),


Karen Agustiawan, dengan hukuman 15 tahun penjara. Karen juga
diminta membayar denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan penjara.
“Menuntut agar majelis hakim menyatakan terdakwa terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan korupsi,” kata jaksa T.M.
Pakpahan saat pembacaan surat tuntutan di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Jakarta, Jumat, 24 Mei lalu.

Karen didakwa mengabaikan prosedur PT Pertamina dalam


berinvestasi di Blok Basker Manta Gummy Australia pada 2009.
Investasi itu dianggap tak melewati kajian dan analisis risiko.
Apalagi, menurut jaksa, kerja sama itu berjalan tanpa persetujuan
dari bagian legal dan dewan komisaris PT Pertamina. Negara di­
perkirakan rugi Rp 568 miliar dalam kasus ini.

Karen meyakini langkah yang diambil sudah sesuai dengan peraturan.


“Tidak ada yang kami lakukan di luar prosedur,” ujar Karen seusai
pembacaan tuntutan.

Pengadilan Tolak Gugatan Polisi Homoseksual

PENGADILAN Tata Usaha Negara Semarang menolak gugatan Brigadir


TT, Kamis, 23 Mei lalu. Majelis hakim menilai gugatan TT ke
pengadilan masih prematur. Menurut hakim, TT seharusnya
mengajukan upaya hukum administrasi lanjutan atas hasil sidang
Komite Etik dan Profesi Kepolisian RI. “Menghukum penggugat
membayar biaya yang timbul dalam perkara sebesar Rp 348 ribu,”
kata hakim ketua Panca Yunior Utomo.

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang kala itu dijabat


Inspektur Jenderal Condro Kirono memecat TT pada 27 Desember
2018. Pemecatan ini berdasarkan rekomendasi sidang Komite Etik
dan Profesi Polda Jawa Tengah untuk memecat dengan tidak hormat
TT. Sidang beralasan TT melakukan perbuatan tercela karena
mempunyai orientasi seksual menyukai sesama pria.

Pengacara TT, Ma’ruf Bajammal, mengatakan TT sudah mengajukan


permohonan banding atas hasil sidang Komite Etik. “Hemat kami, ada
kekeliruan hakim yang mengatakan gugatan ini prematur,” ujar
Ma’ruf.
Demi Memperlancar Dana
Segar
majalah.tempo.co
5 mins read

Ratusan pegadaian swasta belum mengantongi izin operasi. Otoritas


Jasa Keuangan memperketat pengawasan agar konsumen terlindungi.

Suasana kantor Pusat Gadai Indonesia di Jalan Palmerah di


Jakarta./Tempo/Ratih Purnama
Hari menjelang petang. Namun gerai PT Pusat Gadai di Jalan
Palmerah Barat, Jakarta Selatan, masih ramai pengunjung pada
Kamis, 23 Mei lalu. Enam orang menunggu dipanggil oleh pelayan
loket untuk menyelesaikan transaksi. Salah satunya Anisa Soraya, 41
tahun, yang menanti telepon seluler pintarnya kembali setelah
digadaikan selama dua pekan.

Perempuan warga Kota Bambu Utara, Kecamatan Palmerah, itu akan


melunasi pinjaman dengan bunga 5 persen untuk tenor dua pekan.
Awal Mei lalu, Anisa membutuhkan dana segar untuk membayar uang
sekolah anaknya. Padahal gaji sang suami baru dibayarkan akhir
bulan ini. “Karena tunjangan hari raya sudah cair duluan, saya bisa
tebus lebih cepat,” kata Anisa.

Ibu rumah tangga itu menerima pinjaman sebesar Rp 1,5 juta dari
hasil gadai ponsel pintarnya yang berkemasan lengkap. Anisa puas
karena nilai taksiran ponselnya cukup tinggi dan sesuai dengan
pinjaman yang ia butuhkan. Sebelumnya, Anisa membandingkan
harga barang jaminan di berbagai gerai gadai, termasuk di
perusahaan pelat merah PT Pegadaian (Persero). “Di sana harga
barangnya jadi sangat rendah.”

Di gerai gadai swasta lain, bunga lebih tinggi dan persyaratan barang
jaminan seabrek. Nilai pinjaman pun kadang lebih kecil dari yang
diharapkan Anisa.

Harianto Widodo/Tempo/Tony Hartawan


Dalam setahun, Anisa bisa tiga kali menggadaikan barang. Kebutuhan
mendesak untuk pembayaran uang sekolah membuatnya kerap
meminjam uang dengan menyerahkan harta tanggungan. Dari satu
gerai ke gerai lain, Anisa berharap mendapatkan uang segar dengan
cepat tanpa harus menjual asetnya.

Selain Pusat Gadai, gerai usaha gadai tumbuh di sepanjang Jalan


Palmerah Barat. PT Super Gadai Indonesia, misalnya, memiliki lebih
dari satu kios di Palmerah. Gerainya kecil diapit rumah makan. Super
Gadai memampang plang toko besar dengan kelir kuning dan merah,
tak kalah dibanding papan nama Pusat Gadai.

Mengacu pada riset awal Otoritas Jasa Keuangan pada 2015, terdapat
585 usaha gadai yang beroperasi di Indonesia. Bentuknya bermacam­
macam, dari usaha milik perorangan, perusahaan terbatas,
persekutuan komanditer (CV), hingga koperasi. “Lebih banyak punya
perorangan. Dulu biasa disebut ‘gadai tiang listrik’,” ucap Direktur
Pengawasan Lembaga Keuangan Khusus Otoritas Jasa Keuangan
Supriyono saat ditemui di kantornya, Senin, 21 Mei lalu.

Istilah “gadai tiang listrik” muncul pada sekitar 2000, ketika iklan
usaha pegadaian swasta ramai muncul. Iklan dipasang pada selembar
kertas yang ditempel di tiang listrik. Isinya menawarkan layanan
gadai barang elektronik dengan pinjaman tinggi dan bunga rendah.

Menurut Supriyono, praktik “gadai tiang listrik” tumbuh di tengah


keterbatasan Pegadaian dalam menyalurkan pembiayaan dan
pinjaman. Dengan jumlah cabang Pegadaian yang terbatas,
masyarakat kemudian mencari alternatif pendanaan ke perusahaan
swasta. Pegadaian swasta dianggap lebih fleksibel dalam hal jam
pelayanan. Persyaratan barang jaminan, penaksir­an harga, serta
ketentuan pelunasan pun lebih mudah dibanding Pegadaian. Di
Pegadaian, tenor pinjaman berkisar satu­empat bulan, sementara di
gerai gadai swasta bisa 15 hari hingga satu bulan saja. “Gadai swasta
lebih mendekat ke pasar dan buka sampai malam sehingga orang
yang butuh uang dadakan bisa langsung terlayani,” tutur Supriyono.

Ketua Umum Perkumpulan Perusahaan Gadai Indonesia Harianto


Widodo menengarai jumlah pegadaian swasta yang beroperasi saat
ini lebih dari 585 usaha. Ia mengungkapkan, banyak usaha gadai
swasta yang belum terdata oleh regulator. Sebab, meskipun kios
gadai swasta terlihat tumbuh di beberapa kota, jumlah penyaluran
pembiayaan yang disalurkan perusahaan itu per Maret 2019
berdasarkan data OJK baru Rp 291 miliar. “Usaha mereka kecil­kecil,
banyak yang tidak melaporkan keuangannya atau memilih praktik
gadai gelap,” ucap Harianto.

Jumlah itu menyusut dibanding pembiayaan dan pinjaman yang


tersalurkan pada Maret 2018 yang sebesar Rp 530 miliar. Menurut
Harianto, penurunan itu antara lain disebabkan oleh terbitnya
peraturan OJK yang mewajibkan pegadaian swasta berbentuk
perseroan terbatas atau koperasi.

Suasana kantor Pusat Pegadaian di Kramat, Jakarta, Selasa pekan lalu./Tempo/Tony


Hartawan

Tiga tahun lalu, OJK menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


Nomor 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian. Di dalamnya
terdapat persyaratan bagi pegadaian swasta agar terdaftar dan
mengajukan permohonan izin operasi kepada OJK. Otoritas
memberikan tenggat pendaftaran sampai 29 Juli 2018. Sejak saat itu
hingga 29 Juli 2019, setiap perusahaan pegadaian yang telah terdaftar
atau yang ingin mendirikan usaha baru wajib memohon izin operasi.

Saat ini, sebanyak 72 perusahaan pegadaian telah terdaftar. Dua


puluh enam lainnya sudah mengantongi izin operasi. Masih terdapat
487 usaha gadai swasta yang belum mendapat stempel terdaftar
ataupun izin dari OJK.

BEBERAPA bulan terakhir, Supriyono bersama timnya makin sering


berkeliling ke daerah untuk memantau seberapa banyak pegadaian
swasta yang hendak mengajukan permohonan izin usaha. Otoritas
Jasa Keuangan bekerja sama dengan PT Pegadaian memfasilitasi
pelatihan dan sertifikasi juru taksir barang sebagai syarat
pengurusan izin usaha. Beberapa bulan lalu, 30 juru taksir di
Yogyakarta berhasil mendapatkan sertifikat.

Dalam Peraturan OJK Nomor 31 Tahun 2016 disebutkan bahwa satu


badan usaha pegadaian swasta minimal memiliki satu penaksir yang
tersertifikasi. Setelah ketentuan ini dipenuhi, Otoritas akan meminta
setiap badan usaha memiliki juru taksir di setiap gerai yang dimiliki.
“Kami dorong mereka agar lebih profesional. Ini kebutuhan utama,”
kata Direktur Pengawasan Lembaga Keuangan Khusus OJK tersebut.

Selain itu, Otoritas meminta perusahaan­perusahaan gadai yang


dimiliki perorangan berkongsi membentuk badan hukum perseroan
terbatas atau koperasi. Setiap badan usaha juga diminta memenuhi
ketentuan setoran modal awal senilai Rp 500 juta untuk wilayah
operasi setingkat kabupaten atau kota dan Rp 2,5 miliar untuk tingkat
provinsi. Nilai ini jauh lebih tinggi dibanding ketentuan modal dasar
pendirian perusahaan terbatas yang pernah ditetapkan pemerintah,
yaitu Rp 50 juta—sejak 2016, pemerintah menghapus syarat modal
ini.

OJK menyatakan syarat minimal setoran modal pegadaian swasta


ditetapkan untuk kelancaran arus kas dan pembiayaan serta
perlindungan barang jaminan. OJK juga menyeleksi direksi dan
komisaris pegadaian serta menelusuri asal­muasal modal. “Orang
yang mendirikan harus benar­benar punya modal, dan siap pakai. Ini
untuk perlindungan konsumen,” ucap Supriyono.

Perkumpulan Perusahaan Gadai Indonesia menerima banyak keluhan


dari pelaku usaha mengenai syarat setoran modal ini. Harianto
Widodo mengatakan sejumlah pemilik kios gadai menganggap nilai
tersebut terlalu tinggi bagi pegadaian yang dibangun dari bisnis
perorangan. “Sepertinya banyak yang mundur. Butuh waktu untuk
mengedukasi mereka,” ujar Harianto.

Menurut Direktur PT Sarana Gadai Prioritas, Tulus Widodo, syarat


terberat dalam permohonan izin usaha sesuai dengan Peraturan OJK
Nomor 31 bukanlah soal modal, melainkan ketentuan ruang
penyimpanan dan prosedur lelang barang jaminan. Sejak didirikan,
Sarana Gadai Prioritas memang dibuka khusus untuk segmen nasabah
kelas atas. Rata­rata pinjaman yang disalurkan di atas Rp 250 juta.
Barang gadai berupa kapal pesiar, pesawat jet pribadi, berlian dan
permata, jam tangan hingga miliaran rupiah, dan mobil sekelas Rolls­
Royce.

“Dengan adanya pegadaian swasta, berarti makin banyak


likuiditas untuk masyarakat.”

Tulus Widodo/Tony Hartawan

Berdasarkan peraturan tersebut, perusahaan pegadaian wajib


memiliki ruang penyimpanan khusus untuk berbagai jenis barang
gadai. Pegadaian tidak dibolehkan menyimpan barang jaminan di
tempat milik nasabah. “Karena keterbatasan lahan, dulu kami bisa
menguasai barang gadai tapi penyimpanan tetap di tempat nasabah.
Sekarang tidak bisa,” kata Tulus. Untuk sementara, Sarana Gadai
Prioritas menyetop gadai kapal pesiar dan jet pribadi. “Kami hanya
punya penyimpanan untuk mobil mewah.”
OJK juga mensyaratkan asuransi barang jaminan dan prosedur lelang.
Pegadaian wajib mengasuransikan barang jaminan. Apabila barang
tidak ditebus sampai batas waktu, perusahaan wajib melelangnya
melalui balai lelang.

Penerimaan permohonan izin operasi pegadaian swasta akan ditutup


pada 29 Juli nanti. Setelah lewat tenggat, OJK akan menutup
sementara perusahaan­perusahaan yang tak memenuhi ketentuan.
“Berhenti dulu sambil kami dorong mereka agar segera berizin,”
tutur Supriyono.

Di tengah pertumbuhan pegadaian swasta, PT Pegadaian justru makin


terpacu untuk mengembangkan jenis pelayanannya. Harianto, yang
juga menjabat Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk
Pegadaian, menilai usaha gadai swasta bukanlah pesaing
perusahaannya. “Dengan adanya pegadaian swasta, berarti makin
banyak likuiditas untuk masyarakat,” ujarnya.

Bagi ibu rumah tangga seperti Anisa Soraya, keberadaan gerai gadai
swasta cukup berarti. Dengan menggadaikan ponsel atau laptop,
Anisa bisa mendapatkan uang segar untuk kebutuhan mendesak
rumah tangga. “Saya butuh yang tenor pinjamannya pendek saja,
tidak perlu ke bank.”
Sekolah Aset di Ponsel Pintar
majalah.tempo.co
2 mins read

PT Pegadaian ingin mengimbangi disrupsi teknologi finansial.


Memanfaatkan aplikasi yang sudah berjalan.

Aplikasi Pegadaian Digital./Tempo/Ratih Purnama

Setelah PT Pegadaian (Persero) menyediakan layanan berbasis digital


sejak tahun lalu, badan usaha milik negara itu kini mencoba
menghadirkan jasa pengantaran gadai sesuai dengan permintaan
alias on­demand delivery service. “Sedang uji coba. Semoga dalam
satu dan dua bulan ini selesai,” kata Direktur Pemasaran dan
Pengembangan Produk PT Pegadaian Harianto Widodo di kantornya
di Jakarta, Selasa, 21 Mei lalu.

Jasa pegadaian jenis ini belum akan menghilangkan proses tatap


muka secara penuh. Tapi nasabah tidak perlu lagi datang ke gerai
untuk “menyekolahkan” aset dan mencairkan pinjaman. “Nasabah
tinggal bertatap muka dengan kurir untuk menyerahkan obyek
gadainya,” tutur Harianto.

Gadai on­demand delivery service adalah proyek lanjutan dari


Pegadaian Digital Service (PDS), platform PT Pegadaian berbasis
aplikasi digital. Diluncurkan pada April tahun lalu, PDS kini berperan
sebagai kantor Pegadaian di telepon seluler pintar nasabah atau calon
nasabah.

Perangkat ini menyediakan lima fitur utama, yaitu tabungan emas,


pembayaran, pembiayaan usaha, pembelian logam mulia, dan gadai.
Kami mencoba fitur terakhir. Inilah fitur yang menyajikan layanan
Kredit Cepat Aman alias fitur utama Pegadaian, yaitu gadai. Ada tujuh
obyek gadai yang tersedia, yakni perhiasan, logam mulia, ponsel,
elektronik, kendaraan, laptop, dan tabungan emas.

Calon nasabah memilih jenis obyek gadai, lalu mengisi data obyek.
Setelah itu, keluar taksiran jumlah pinjaman berdasarkan nilai obyek
gadai. Calon nasabah kemudian menentukan lokasi gerai dan tanggal
kedatangan untuk menyerahkan aset serta mengambil pinjaman.
“Dengan on­demand delivery service, nasabah cukup diam di rumah,”
ujar Harianto. “Ada ojek online yang mengambil obyek.” Berbarengan
dengan jasa pengantaran gadai, produk baru disiapkan Pegadaian,
yakni gadai efek.

Otoritas Jasa Keuangan mengakui Pegadaian adalah satu­satunya


perusahaan gadai yang paling maju menerapkan perkembangan
teknologi. Tak aneh bila dari total aset industri pegadaian pada 2018
yang mencapai Rp 55,7 triliun, aset Pegadaian sendiri mencapai Rp
52,2 triliun alias 95 persen.
Direktur Pengawasan Lembaga Keuangan Khusus OJK Supriyono
mengatakan Pegadaian sudah mengarah ke layanan online seperti
pemain teknologi finansial. Namun, menurut dia, ada kerumitan bila
industri pegadaian harus benar­benar online sepenuhnya, mengikuti
gaya bisnis perusahaan finansial berbasis teknologi. “Daftar bisa
lewat online, tapi tetap ada agen untuk ambil obyek gadai,” kata
Supriyono di kantornya di Jakarta, Senin, 20 Mei lalu.

Menurut Harianto, sudah menjadi garis perusahaan untuk


menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Selain menggelar
PDS, tahun lalu perusahaan berancang­ancang ikut bermain di bisnis
pembiayaan dan kredit berbasis teknologi finansial. Awalnya,
Pegadaian ingin berperan sebagai penyedia dana (lender) buat
perusahaan rintisan peer­to­peer lending. Belakangan, strategi itu
berubah. “OJK minta kami ikut berperan menurunkan bunga
pinjaman online,” ucapnya.

Dengan permintaan itu, Pegadaian sedang menimbang langkah


menjalankan sendiri bisnis pembiayaan dan kredit seperti pemain
teknologi finansial. Agar prosesnya lebih mudah, Pegadaian
berencana menggandeng pasar online yang sudah mapan seperti
Tokopedia dan Bukalapak.

Pembicaraan sudah digelar. Skemanya, Pegadaian akan menyediakan


platform dan dana pinjaman, sementara Bukalapak dan Tokopedia
yang bertugas mengurasi­ pedagang yang layak mendapat pinjaman.
“Kami turun sendiri. Arahnya akan ke sana,” tutur Harianto.

Menurut dia, Pegadaian harus bergerak cepat memanfaatkan


kemajuan teknologi. Persaingan bukan hanya dengan perusahaan
teknologi finansial. Perusahaan juga bersaing dengan industri
pembiayaan, yang sudah bisa bermain di usaha pembiayaan
tunai—bisnis yang selama ini dikuasai perbankan dan pegadaian.
Dari Arloji hingga Jet Pribadi
majalah.tempo.co
4 mins read

Perusahaan gadai swasta terus berinovasi untuk bertahan di tengah


kompetisi. Membidik segmen atas bisa, bermain di kelas bawah pun
kena.

Suasana kantor Sarana Gadai Prioritas di


Jakarta./Tempo/Tony Hartawan
Sebuah ruangan berukuran sekitar 2 x 3 meter ditata apik. Buku­buku
katalog jam tangan supermewah, permata, dan berlian berjajar rapi
di sebuah rak. Sofa minimalis melengkapi lounge elegan di Suite
2306, lantai 23, Wisma GKBI, Jakarta, itu. Itulah kantor PT Sarana
Gadai Prioritas, salah satu pegadaian swasta di Jakarta.

Konsep pegadaian swasta ini memang berbeda dibanding usaha gadai


umumnya. Pada Rabu, 22 Mei lalu, Tulus Widodo, Direktur Sarana
Gadai Prioritas, memamerkan ruangan demi ruangan yang jauh dari
kesan rumah gadai. Ruang transaksinya lebih mirip dengan ruang
kerja bos, sementara di rumah gadai umumnya berupa loket, bahkan
ada yang dipasangi jeruji.

Sarana Gadai membidik nasabah prioritas. Tulus menjelaskan,


bisnisnya menyasar kalangan menengah­atas yang tak terlayani oleh
lembaga lain, termasuk PT Pegadaian (Persero), badan usaha milik
negara di sektor ini. Pertimbangannya: pasar segmen ini sangat besar
dan belum tergarap. “Kebutuhan dana jangka pendek terjadi pada
siapa saja, bukan hanya kelompok menengah­bawah.”

Industri gadai kian tumbuh subur. PT Pegadaian, yang selama lebih


dari seratus tahun menjadi pemain tunggal, kini kebanjiran pesaing.
Ratusan pelaku swasta meramaikan bisnis ini. Otoritas Jasa
Keuangan, lembaga yang mengatur bisnis gadai, memperkirakan saat
ini terdapat 585 perusahaan yang beroperasi. Tapi, berdasarkan data
per 30 April 2019, cuma 26 perusahaan di antaranya yang telah
mengantongi izin. Adapun 72 lainnya berstatus terdaftar.

Pendatang lain adalah PT Pusat Gadai Indonesia. Dalam situs resmi,


manajemen mengklaimnya sebagai perusahaan gadai swasta terbesar
di Indonesia yang berstatus terdaftar. Berdiri sejak 1996 di Surabaya,
Pusat Gadai melebarkan bisnis dengan membuka cabang pertama di
Jakarta pada 2006. Kini perusahaan telah memiliki lebih dari seratus
cabang di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, dan
Bali.

“Kami swasta terbesar dari sisi omzet, total outlet, dan nasabah,”
ucap Claher Prastian, Manajer Bisnis Pusat Gadai Indonesia, Rabu, 22
Mei lalu. Ia menerangkan, perusahaan bisa eksis karena
mengutamakan kenyamanan nasabah dan keamanan barang yang
dijaminkan. Ia memastikan barang­barang milik nasabah
diasuransikan, sesuai dengan ketentuan OJK. “Keamanan barang yang
paling diinginkan masyarakat.”

Claher menambahkan, perusahaan berfokus mengembangkan bisnis


di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sejauh ini, belum
ada rencana “melompat” keluar. Pertimbangannya, pasar di kawasan
ini cenderung konsumtif. Misalnya setiap orang memiliki telepon
seluler atau gawai lebih dari satu unit.
Hal ini sejalan dengan operasi Pusat Gadai, yang menerima produk
elektronik. Selain ponsel, barang yang bisa menjadi jaminan adalah
komputer jinjing alias laptop, televisi jenis light­emitting diode, dan
kamera jenis refleksi lensa tunggal (SLR), juga tentu saja buku
pemilik kendaraan bermotor atau BPKB.

Saat ini Pusat Gadai tidak menerima perhiasan emas karena harus
memiliki penaksir yang berpengalaman untuk menilai harganya.
Alasan lain: perlu tempat penyimpanan khusus. Perusahaan juga
mempertimbangkan persaingan. “Berat berkompetisi dengan pemain
hijau,” tutur Claher. “Pemain hijau” yang dimaksud adalah PT
Pegadaian, perusahaan negara yang berdiri sejak April 1901. Adapun
Pusat Gadai, yang warna gerainya serba biru, biasa disebut “pemain
biru”.

Pemain lain yang juga sedang aktif berekspansi adalah PT Super


Gadai Indonesia. Warna gerai yang dominan merah membuat orang
kerap menyebutnya “si merah”. Gerai si merah dan si biru seperti
berkejaran. Di mana ada si biru, tak jauh dari situ si merah dibuka.
Tapi namanya tak ditemukan dalam data perusahaan yang telah
mengantongi izin ataupun perusahaan berstatus terdaftar di OJK.
Sama seperti si biru, si merah menerima barang jaminan berupa
ponsel, laptop, televisi, dan BPKB mobil atau sepeda motor.

Pelanggan Pusat Gadai, Claher menceritakan, kebanyakan ibu rumah


tangga. Sebagian lain adalah mahasiswa, mengingat lokasi outlet
berada di sekitar kampus. “Mungkin mahasiswa kos yang belum
menerima kiriman dari orang tua,” ucapnya. Rata­rata mereka
meminjam dana selama dua pekan dengan bunga pinjaman 5 persen.
Bila jangka waktu pinjaman lebih panjang, hingga sebulan, tingkat
bunga naik menjadi 10 persen.
SARANA Gadai Prioritas didirikan oleh bankir senior, Arwin Rasyid.
Terakhir ia menjabat Direktur Utama Bank CIMB Niaga dan pensiun
pada 2016. Sebelumnya, ia menjadi Direktur Utama PT Telkom
Indonesia (Persero) Tbk periode 2005­2007.

Arwin Rasyid/Dok.TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Dihubungi pada Jumat, 24 Mei lalu, Arwin bertutur, ide membangun


bisnis gadai tercetus sejak 2012. Saat itu, ketika masih di CIMB Niaga,
ia menerima kunjungan seorang pemain bisnis gadai kakap asal
Amerika Serikat yang menjalankan usaha di Miami. Sang kolega
mengungkap potensi bisnis gadai di Indonesia yang sangat besar.
Keduanya berbincang panjang. “Saya pikir dia bisnis gadai biasa.
Ternyata khusus untuk kalangan atas,” ujarnya kepada Tempo.

Di Negeri Abang Sam, Arwin melanjutkan, bisnis gadai papan atas itu
menerima lima kategori barang, yaitu kapal pesiar, jet pribadi,
lukisan mewah, arloji mewah, dan perhiasan. Arwin terperanjat.
Bagaimana bisa jet pribadi dan kapal pesiar menjadi jaminan?
“Intinya, dia bilang, orang kaya itu enggak beda dengan orang biasa,”
katanya. Orang menggadaikan mobil mungkin mendapat US$ 5.000,
sementara orang kaya menjaminkan jet pribadi beroleh US$ 5 juta.
Alasannya sama: mendadak butuh likuiditas selama satu­dua pekan.

Ide itu mengendap seiring dengan berjalannya waktu. Sebab, regulasi


saat itu belum membuka peluang bagi swasta untuk masuk ke sektor
ini. Tapi diam­diam Arwin mencoba menjajaki bisnis gadai untuk
kalangan atas. Setelah ia pensiun dari CIMB Niaga, mimpi itu pun
direalisasi. Ia menggandeng mantan Kepala Rahn (Gadai) CIMB
Niaga, Tulus Widodo, beserta timnya yang telah lama berkecimpung
di industri ini. Tulus sebelumnya berkarier di PT Pegadaian (Persero),
kemudian sempat menggarap usaha gadai milik PT Bank Danamon
Tbk.

“Boleh dibilang kami yang pertama menawarkan kantor gadai yang


nyaman, seperti di bank prioritas, proses cepat, dan menerima
barang­barang yang luar biasa nilainya,” tuturnya, bangga. Ia
mencontohkan barang jaminan yang diterimanya antara lain balok
emas yang nilai gadainya Rp 5 miliar, jam tangan bernilai gadai
miliaran rupiah, serta mobil Rolls­Royce. Sarana Gadai Prioritas juga
melayani kalangan menengah­bawah yang membutuhkan pinjaman di
bawah Rp 250 juta.

Adapun di Pusat Gadai Indonesia, warga yang datang adalah kelas


bawah yang benar­benar membutuhkan dana cepat. Menjelang
Lebaran, gerai si biru tak diserbu nasabah. Menurut Claher Prastian,
gerainya ramai ketika mendekati tahun ajaran baru sekolah. “Banyak
orang tua yang menggadaikan barang untuk keperluan anaknya
masuk sekolah baru.” Rata­rata mereka meminjam Rp 1,5 juta,
maksimal Rp 10 juta.

Untuk mengikat konsumen, perusahaan meluncurkan program


member loyalty. Nasabah mendapat poin atas transaksinya. Untuk
setiap kelipatan Rp 1.000 pinjaman, nasabah mendapat satu poin.
Nantinya, poin bisa ditukar dengan hadiah seperti voucher belanja,
voucher makan, atau penambahan pinjaman. Pada 2018, perusahaan
menggelar undian berhadiah mobil Honda Mobilio. Tahun
sebelumnya, undian berangkat umrah dihadiahkan kepada satu
orang.

Tahun ini, perusahaan berfokus mengembangkan sistem transaksi


pembayaran melalui akun virtual agar nasabah tak perlu datang ke
gerai untuk membayar. “Kami juga sedang mengembangkan aplikasi
mobile,” ucap Claher.

Adapun Sarana Gadai akan menambah gerai baru di Jakarta. Arwin


belum memutuskan lokasinya, tapi ada kemungkinan di Kelapa
Gading, Jakarta Timur, atau Pantai Indah Kapuk di Jakarta Utara. Ia
juga tengah menjajaki peluang membuka gerai di Singapura bersama
seorang mitra asal Negeri Singa. Di sana, modalnya besar menurut
aturan. Arwin harus menyetorkan modal Sin$ 2 juta.
Berdebar Menunggu
Tembusnya Batas 7
majalah.tempo.co
2 mins read

Yopie Hidayat, Kontributor Tempo

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,38


persen atau 24,81 poin ke level 6.425 pada penutupan
perdagangan Senin (29/4) sore ini. ANTARA
Pasar finansial Jakarta relatif tenang­tenang saja melihat bentrokan
perusuh melawan polisi. Selasa dan Rabu, 21 dan 22 Mei lalu,
kawasan di sekitar Petamburan, Tanah Abang, dan perempatan
Sarinah di dekat kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum memang
berubah menjadi ajang tawuran. Tapi baik pasar saham maupun
pasar uang bergeming.

Harga saham dan nilai rupiah bergolak sebentar saja Rabu siang itu.
Selanjutnya, kembali pergerakan pasar finansial di Jakarta lebih
banyak mengikuti gejolak pasar global. Bagi investor, situasi
sebetulnya memang lebih mencekam di sana karena perang dagang
Amerika Serikat­Cina yang makin panas. Jika eskalasi konflik tak
segera berhenti, imbas sengketa dua ekonomi terbesar di dunia ini
tentu memukul Indonesia.

Pada akhir pekan itu, Jumat, 24 Mei, indeks harga saham gabungan
sudah kembali ke wilayah di atas 6.000. Rupiah juga relatif stabil di
bawah 14.500 per dolar Amerika Serikat. Energi perusuh, setidaknya
untuk sementara, sudah menyusut. Namun investor justru harus
makin waspada mengantisipasi perkembangan yang sedang terjadi di
Cina.

Salah satu senjata Cina untuk mengatasi perang dagang adalah


dengan memanipulasi nilai mata uangnya. Jika bank sentral Cina
sengaja membuat nilai renminbi merosot terhadap dolar Amerika,
harga barang­barang asal Cina di Amerika akan menjadi lebih murah.
Maka, meski pemerintah Amerika menerapkan bea masuk tambahan,
harga barang asal Cina di tingkat konsumen tidak akan naik setinggi
kenaikan tarif bea masuk itu.

Pasar menilai, agar devaluasi renminbi berpengaruh cukup signifikan


mengompensasi kenaikan tarif, nilai renminbi terhadap dolar harus
melampaui batas 7 per dolar Amerika. Maka kini para pedagang uang
di pasar global sedang berdebar menunggu po qi. Artinya, menembus
tujuh. Kamis, 23 Mei, renminbi sudah berada di titik terendahnya
dalam enam bulan terakhir pada kurs 6,92 per dolar.

Pasar finansial terus menguji spekulasi ini. Sejak awal Mei, volume
perdagangan renminbi meningkat. Namun bank sentral Cina terlihat
masih menahan nilai renminbi terhadap dolar tetap di bawah angka
patokan 7. Pada 2016 ataupun 2018, ketika ada tekanan pasar yang
cukup kuat, bank sentral Cina juga teguh menahan renminbi. Maka,
sampai tulisan ini naik cetak, pasar masih berdebar menanti
tembusnya batas 7 yang belum juga terjadi.

Kurs

Tentu bank sentral Cina juga harus menimbang­nimbang banyak soal


lain, tak bisa asal menurunkan nilai renminbi demi mencapai
kemenangan dalam perang dagang. Salah satunya, keyakinan pada
renminbi tentu tak boleh goyah. Jika nilainya turun tajam, tentu
kepercayaan pada renminbi bisa luruh dan dapat memicu pelarian
modal keluar dari Cina. Pemerintah Cina tak bisa meremehkan efek
buruk devaluasi ini. Sudah sejak 2016 terbit berbagai aturan yang
memperketat kendali aliran dana agar tak terjadi pelarian modal
keluar.

Sementara itu, di seberang Pasifik, pemerintah Amerika Serikat juga


tak tinggal diam. Kamis, 23 Mei lalu, Kementerian Perdagangan
Amerika sudah melempar sinyal tegas. Amerika akan menghukum
negara­negara yang memanipulasi nilai mata uangnya dengan
menerapkan tarif bea masuk ekstra. Celakanya, pukulan balasan ini
tak hanya akan menohok Cina. Sudah lama Negeri Abang Sam
menuding banyak negara sebagai manipulator nilai mata uang,
seperti Jepang, Korea Selatan, Vietnam, juga Indonesia. Jika aturan
itu benar berlaku, ekspor Indonesia ke Amerika pun bakal terkena bea
masuk tambahan yang merugikan.
Begitulah, bukan hanya perang dagang, konflik mulai meluas menjadi
perang mata uang. Jika po qi terjadi, rupiah akan ikut melemah. Pasar
finansial selalu menghubungkan nilai rupiah dengan renminbi. Jika
kemudian Amerika membalas dengan menerapkan tarif tambahan,
makin runyamlah keadaan. Perang dagang dan perang mata uang
yang berkecamuk bersamaan ibarat perang dunia yang menyeret
banyak negara. Ini sungguh mengkhawatirkan.

Peringkat Kredit Indonesia

Standard & Poor's

Rating BBB- Outlook Stable

Fitch Ratings

Rating BBB Outlook Stable

Moody's Investor Service

Rating Baa2 Outlook Stable

Japan Credit Rating Agency

Rating BBB Outlook Stable


Kapal Patroli Beraroma
Korupsi
majalah.tempo.co
6 mins read

Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan tiga tersangka kasus


korupsi pengadaan 16 kapal patroli di Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Menyasar petinggi instansi kepabeanan.

Salah satu kapal patroli cepat milik Direktorat Jenderal Bea


dan Cukai./bcbatam.beacukai.go.id
Selama tiga belas bulan menyelidiki kasus dugaan korupsi pengadaan
kapal cepat di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menemukan
bukti kejahatan atas kongkalikong proyek tersebut. Surat perintah
penyidikan dengan tiga tersangka diteken pada 24 April lalu. “Diduga
telah terjadi pelanggaran hukum dari proses pengadaan hingga
pelaksanaan pekerjaan,” kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang,
Selasa, 21 Mei lalu.

Dua tersangka adalah pegawai Bea dan Cukai, yakni pejabat pembuat
komitmen Istadi Prahastanto dan ketua panitia lelang Heru
Sumarwanto. Satu lagi tersangka dari pihak swasta, yakni Direktur
Utama PT Daya Radar Utama Amir Gunawan. Komisi antikorupsi baru
mengumumkan penetapan tersangka ini sebulan kemudian.

Pengadaan kapal patroli cepat merupakan program Direktorat


Penindakan dan Penyidikan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan yang disusun sejak 2012. Awalnya kendaraan
untuk menjaga wilayah perbatasan serta buat mengantisipasi
penyelundupan dan perdagangan ilegal ini direncanakan berupa
helikopter. Menjelang akhir 2012, Sekretaris Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai mengajukan perencanaan anggaran tahun jamak menjadi
pengadaan 16 kapal patroli cepat.

Atas pengajuan itu, akhirnya dialokasikan anggaran pengadaan 16


kapal untuk tahun jamak 2013­2015 senilai Rp 1,12 triliun. Setelah
proses penganggaran rampung, panitia menggelar lelang. Pejabat
pembuat komitmen pengadaan kapal cepat, Istadi Prahastanto,
menggunakan metode pelelangan terbatas untuk kapal patroli cepat
28 meter (dua paket) dan kapal patroli cepat 60 meter. Sedangkan
pengerjaan kapal patroli cepat 38 meter dilakukan melalui pele­
langan umum. “Pada proses pelelangan terbatas, Istadi diduga telah
menentukan perusahaan yang dipanggil,” ujar Saut.

Karena sudah ditentukan sebelumnya, PT Daya Radar Utama keluar


sebagai pemenang. Galangan kapal yang berkantor di Tanjung Priok,
Jakarta Utara, itu menang lelang terbatas untuk pengadaan lima unit
kapal patroli cepat 28 meter. Nilai kontrak per kapal Rp 52,1 miliar,
atau total sebesar Rp 260,5 miliar.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang (kiri) dan Inspektur Jenderal Kementerian
Keuangan Sumiyati di gedung KPK, Jakarta, 21 Mei 2019. /TEMPO/Imam Sukamto

PT Daya Radar Utama ternyata juga menang lelang umum untuk


pengadaan empat unit kapal patroli cepat 38 meter de­ngan nilai total
Rp 321,1 miliar. Sedangkan paket kapal cepat 60 meter dimenangkan
PT Dumas Tanjung Perak Shipyard dengan nilai kontrak Rp 280
miliar dan pengadaan kapal cepat 28 meter (paket 1) digarap PT Multi
Prima dengan nilai kontrak Rp 275 miliar. Tak hanya mengatur
perusahaan pemenang pe­ngerjaan kapal, Istadi diduga juga cawe­
cawe dalam pengadaan jasa konsultasi peng­awas. “Istadi diduga
mengarahkan panitia lelang untuk tidak memilih perusahaan
tertentu,” ucap Saut.

Seusai pengumuman lelang, Istadi sebagai pejabat pembuat komitmen


menandatangani kontrak untuk konsultan perencana, konsultan
pengawas, dan pengadaan kapal patroli cepat dengan nilai Rp 1,12
triliun.

Surat perjanjian pengadaan diteken pa­­da 3 Desember 2013.


Pengerjaan kapal­kapal itu harus rampung dalam kurun 712 hari atau
pada 14 November 2015. Dalam proses pengerjaan, Istadi dan tim
teknis diajak PT Daya Radar Utama berkunjung ke Jerman dan
Singapura untuk tes penerimaan pabrik. Bahkan Istadi dan kawan­
kawan disebut menerima 7.000 euro atau setara de­­ngan Rp 112 juta
sebagai agen penjual mesin yang dipakai oleh 16 kapal patroli cepat.

Dalam proses pengerjaan kapal ini, menurut salah seorang pejabat


Kementerian Keuangan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai saat itu,
Agung Kuswandono, memberikan disposisi kepada Kepala Kantor
Wila­yah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kepulauan Riau kala itu,
Hari Budi Wicaksono, untuk melakukan inspeksi ke PT Daya Radar
Utama.

Tim Hari mengawasi proses pengerjaan kapal oleh PT Daya Radar


Utama. Bahkan, kata pejabat tersebut, Hari juga mengubah desain
kapal. “Tidak mempertimbangkan ballast (penyeimbang)­nya,”
ujarnya. Pelat baja yang digunakan untuk pembuatan kapal juga di
bawah spesifikasi yang telah ditentukan. “Jadinya kapalnya miring.
Agar bisa dipakai, di bagian belakang harus dikasih pemberat,” ucap
sumber tersebut.

Saat dimintai konfirmasi, Hari Budi Wicaksono membenarkan telah


menyampaikan surat kepada Direktur Penindakan dan Penyidikan Bea
Cukai. Isinya, kata dia, hanya mengenai masukan atau usul soal kapal
berdasarkan pengalaman saat tugas patroli. “Saya mendapat tugas
pemasang­an (ceremony lunas kapal) lima unit kapal 28 meter,” ujar
Hari, “karena saat itu saya bertugas di Kantor Wilayah Khusus Bea­
Cukai Kepulauan Riau.”

Agung Kuswandono, kini deputi di Kementerian Koordinator


Kemaritiman, belum bisa dimintai konfirmasi. Sepanjang pekan lalu,
Tempo belum berhasil menemui Agung di kantornya. Adapun
Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan Sumiyati mengaku tidak
tahu soal disposisi dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai kepada
Kepala Kantor Wilayah Kepulauan Riau dalam pengadaan kapal itu.
“Saya belum mendengar informasi tersebut,” kata Sumiyati saat
dimintai konfirmasi pada Selasa, 21 Mei lalu.

Dengan berbagai kendala itulah PT Daya Radar Utama akhirnya gagal


merampungkan pembangunan kapal sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan pada 14 November 2015. Bea dan Cukai memberi periode
pengampunan 50 hari, yang jatuh pada 3 Januari 2016. Dalam kurun
keterlambatan itu, PT Daya Radar Utama juga diharuskan membayar
denda Rp 7,1 miliar untuk keterlambatan penyelesaian kapal cepat 38
meter dan Rp 2,4 miliar untuk kapal 28 meter. PT Daya Radar
kemudian membayarnya pada 21 Desember 2015.

Kapal Patroli Beraroma Korupsi

Apabila tak kunjung ada serah­terima pada 3 Januari, Bea dan Cukai
menyatakan akan memutus perjanjian. Karena kapal tak kunjung
selesai pengerjaannya atau baru sekitar 95 persen, Bea dan Cukai
memutus kontrak pada 4 Januari 2016.

Meski kontrak telah diputus, Bea dan Cukai tetap melakukan uji coba
kapal­kapal itu. “Kapal tidak dapat mencapai kecepatan yang telah
ditentukan,” ujar Saut Situmorang. Menurut dia, kapal juga tidak
memenuhi sertifikasi dual class seperti yang dipersyaratkan kontrak.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga tetap menerima 16 kapal cepat
itu dan menindaklanjuti dengan pembayaran. “Kerugian diduga
mencapai Rp 117,7 miliar,” ucap Saut. Kapal­kapal yang
diserahterimakan pada April­Agustus 2016 itu kemudian ditempatkan
di Karimun, Kepulauan Riau, dan Pantaloan, Sulawesi Tenggara.
“Seharusnya bisa disebut total lost karena kapal tidak bisa digunakan
sebagaimana seharusnya,” kata seorang penegak hukum.

Seusai serah­terima itu, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan


melakukan audit dan menemukan kekurangan pembayaran denda
sebesar Rp 965,9 juta untuk kapal 38 meter dan Rp 663,9 juta untuk
kapal 28 meter. Atas tagihan itu, PT Daya Radar Utama kemudian
membayar pada 19 Januari 2017.

Bea dan Cukai kembali melakukan penghitungan kekurangan bayar


denda dan menagih ulang pada 6 Februari 2017. Rinciannya:
kekurangan denda keterlambatan kapal 38 meter senilai Rp 9,7 miliar
dan kapal 28 meter sebesar Rp 3,5 miliar. Penagihan selisih kurang
denda ini diterbitkan karena pekerjaan tak bisa dirampungkan 100
persen. Namun penagihan itu tak jadi dilakukan karena PT Daya
Radar keberatan dan merujuk pada penghitungan Inspektorat
Jenderal Kementerian Keuangan yang dianggap benar.

Atas keterlibatan pemilihan PT Daya Radar Utama sejak awal dan soal
penerimaan uang 7.000 euro, Istadi Prahastanto eng­gan
berkomentar. Dia mengatakan sampai saat ini masih mempelajari
masalah yang menjeratnya tersebut.

Istadi mengaku baru menerima surat pemberitahuan dimulainya


penyidikan beberapa hari sebelum pengumuman resmi pada 21 Mei
2019. Sebelumnya atau saat masih tahap penyelidikan, dia dimintai
keterangan sebanyak tiga kali. “Dan tidak ada prasangka apa­apa.
Saya menghargai proses yang berlangsung. Saya hanya bisa diam dan
berzikir,” tutur Istadi.

Istadi juga prihatin terhadap adanya kasus suap di Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai lantaran sedang gencar­gencarnya penertiban
importir berisiko tinggi. “Namun ternyata salah satu pengadaan
sarana­prasarana yang sangat kami perlukan ada masalah, yang
ditemukan KPK,” kata Sumi­yati.

Direktur PT Daya Radar Utama Amir Gunawan masih bungkam atas


kasus ini. Surat permohonan konfirmasi yang dititipkan kepada kuasa
hukum Amir, Maqdir Ismail, tak direspons. “Akan kami sampaikan,”
ujar Maqdir.

LINDA TRIANITA
Persekongkolan di Kementerian Kelautan

Kapal pengawas yang dilengkapi Sistem Kapal Inspeksi Perikanan


Indonesia./news.kkp.go.id

Sengkarut pengerjaan proyek kapal tak hanya terjadi di Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. PT Daya Radar Utama
ternya­ta juga bermasalah ketika menggarap empat unit Sistem Kapal
Inspeksi ­Perikanan Indonesia (SKIPI) di Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian
Kelautan dan Perikanan tahun anggaran 2012­2016. Kementerian
Kelautan menyatakan PT Daya Radar Utama sebagai pemenang pada
Oktober 2012.

Pada Januari 2013, pejabat pembuat komitmen Kementerian


Keuangan, Aris Rustandi, dan PT Daya Radar Utama (DRU)
menandatangani kontrak pemba­ngunan empat unit SKIPI tahap I
dengan nilai sebesar US$ 58,3 juta atau setara dengan Rp 558,5
miliar. Dua tahun kemudian, Aris dan tim teknis dibiayai PT Daya
Radar Utama melakukan kegiatan factory acceptance test di Jerman.
“Untuk kegiat­an tersebut, PPK (pejabat pembuat komitmen) dan tim
teknis diduga menerima fasilitas dari PT DRU sebesar Rp 300 juta,”
kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Saut Situmorang.

Pada April 2016, Aris melakukan serah­terima empat kapal SKIPI


bernama ORCA 1 hingga ORCA 4 disertai berita acara yang
menyatakan pembangunan kapal ­SKIPI telah 100 persen. Kemudian
Aris membayar seluruh termin kepada PT Daya ­Radar Utama senilai
US$ 58,3 juta atau Rp 744 miliar (nilai kurs dua tahun kemudian).
“Padahal diduga biaya pembangunan empat unit kapal hanya Rp
446,2 miliar,” ujar Saut. Menurut dia, dalam proses pengadaan kapal
ini telah terjadi persekongkolan tender dan ada dokumen yang tidak
benar.

Sama seperti halnya kapal patroli cepat Bea dan Cukai, SKIPI juga
tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan dan dibutuhkan.
Ketidaksesuaian itu antara lain kecepatannya tidak mencapai syarat
yang ditentukan, kekurangan panjang kapal sekitar 26 sentimeter,
serta terjadi markup volume pelat baja dan aluminium. Dalam
taksiran KPK, diduga kerugian negara sekitar Rp 61,5 miliar. Dalam
kasus ini, Amir Gunawan selaku Direktur Utama PT Daya Radar
Utama ditetapkan sebagai tersangka. KPK juga menjerat Aris sebagai
tersangka.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan


dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Suherman,
mengatakan kapal tersebut kini tetap beroperasi. “Dan berhasil
menangkap kapal­kapal asing yang mencuri ikan,” katanya.
Menteri Luar Negeri Retno
Lestari Priansari Marsudi:
Kami Hanya Mengingatkan
Dunia Soal
Palestina/TEMPO/Muhammad
Hidayat
majalah.tempo.co
7 mins read
D
ia harus bolak­balik terbang 24 jam Jakarta­New York
untuk menuntaskan agenda padat Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa­Bangsa.

Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB periode 2019­2020.


Sepanjang Mei ini, Indonesia mendapat giliran memegang presidensi
Dewan Keamanan, yang berwenang menerapkan agenda sidang,
memimpin pertemuan, mengawasi situasi krisis, dan mengeluarkan
pernyataan presidensial.

Di antara kepadatan sidang pembahasan peningkatan kapasitas dan


pelatihan pasukan penjaga perdamaian, Indonesia menggelar
pertemuan informal yang disebut Arria­Formula pada 9 Mei lalu. Isu
yang diangkat adalah pemukiman ilegal Israel di wilayah Palestina.
“Karena ini pendudukan yang nyata. Kalau terus didesak, apa yang
akan tersisa dari Palestina?” kata Retno, 56 tahun, dalam wawancara
khusus dengan Tempo, Kamis, 16 Mei lalu.

Utusan khusus Presiden Amerika Serikat untuk negosiasi


internasional, Jason Greenblatt, mendatangi kantor PBB dan
menyebut Arria­Formula bias serta anti­Israel. Dia mengkritik
keputusan Indonesia dan Dewan Keamanan yang tidak menghadirkan
Israel di forum tersebut.

Di tengah waktunya yang sempit selama di Jakarta, Retno menerima


wartawan Tempo, Reza Maulana, Mahardika Satria Hadi, dan
Angelina Anjar, di ruang kerjanya di kantor Kementerian Luar Negeri,
Pejambon, Jakarta Pusat. Pertemuan tertunda satu jam karena Retno
mendadak dipanggil oleh Presiden Joko Widodo. Diplomat asal
Semarang ini berbicara panjang­lebar soal posisi Indonesia dalam
konflik Palestina­Israel, dinamika di Dewan Keamanan PBB, dan masa
depannya di Pejambon.

Apa yang mendorong Indonesia menggelar pertemuan Arria­Formula


terkait dengan konflik Palestina­Israel?

Saat berkampanye untuk menjadi anggota Dewan Keamanan PBB


tahun lalu, kami menawarkan formula 4+1. Nah, plus satunya adalah
Palestina. Saya yakin, kalau konflik Palestina dengan Israel tidak
selesai, tidak akan ada perdamaian di Timur Tengah.

(Empat fokus kerja lain adalah memperkuat ekosistem perdamaian dan


stabilitas global dengan meningkatkan kapasitas pasukan perdamaian
PBB, meningkatkan kekompakan organisasi­organisasi di kawasan dan
PBB, mendorong pendekatan global­komprehensif untuk memerangi
terorisme dan radikalisme, serta menggiatkan pembangunan
berkelanjutan.)

Dari sekian banyak isu dalam konflik tersebut, mengapa Anda


menyoroti soal pemukiman ilegal?

Karena, pada akhirnya, pemukiman ilegal menciptakan pendudukan


nyata atau de facto annexation. Masalah ini juga akan menghambat
pembicaraan mengenai proses perdamaian. Pemukiman ilegal
memang hanya satu dari beberapa isu yang harus dinegosiasikan. Isu
lain adalah batas wilayah. Tapi, di lapangan, perambahan berupa
pembangunan permukiman baru mengubah batas wilayah itu secara
geografis. Pembangunan permukiman baru ini pun selalu diikuti
dengan pertambahan penduduk Israel. Kalau terus didesak, apa yang
akan tersisa dari Palestina?

(Retno menunjukkan peta penyusutan wilayah Palestina dari tahun ke


tahun.)

Apa dasar klaim Anda?

Ini tidak sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. Jadi, ketika
berbicara mengenai pemukiman ilegal, kami tidak ngarang. Kami
merujuk pada banyak hal yang seharusnya diimplementasikan,
seperti Resolusi Dewan Keamanan PBB 446 pada 1980 hingga
Resolusi Dewan Keamanan PBB 2334 pada 2016 serta Kesepakatan
Oslo (pembagian kekuasaan antara Palestina dan Israel yang
dianggap sebagai titik awal perdamaian pada 1993). Indonesia hanya
mengingatkan. Sudah ada dasarnya, kenapa tidak diimplementasikan
dan tidak dihormati? Sebenarnya tinggal political will untuk
mengimplementasikan itu semua.
Bukankah penambahan permukiman Israel dilangsungkan oleh
pengusaha perumahan, bukan pemerintah?

Enggak mungkinlah. Pasti ada izinnya. Memangnya bisa dibangun


real estate begitu saja? Selalu ada izin dari otoritas.

Bagaimana dinamika ke­15 anggota Dewan Keamanan saat membahas


pemukiman ilegal?

Hampir semua menyampaikan keprihatinan. Satu suara dengan


Indonesia mengenai hal itu.

Kecuali Amerika Serikat?

(Tersenyum)

Amerika Serikat diberitakan keberatan. Tanggapan Anda?

(Tersenyum)

Mengapa Israel tidak diundang dalam pertemuan Arria­Formula?

Pertemuan Arria­Formula itu bukan dalam agenda Dewan Keamanan


PBB. Berbentuk informal, tapi terbuka, siapa pun boleh datang.

Apakah memakai undangan?

Pemberitahuan bahwa akan ada Arria­Formula pada tanggal dan jam


sekian di sini. Silakan hadir.

Israel tahu?

Iyalah.

Amerika Serikat mengkritik Indonesia karena tidak menghadirkan


Israel dalam pertemuan yang menyangkut Israel….

Ini pertemuan terbuka. Tapi ada peraturan bahwa yang berbicara


hanya anggota Dewan Keamanan.
Sejauh mana posisi Indonesia, yang memegang presidensi Dewan
Keamanan pada Mei 2019, dapat mendorong isu Palestina?

Kita berada pada suatu titik kritis. Tapi ada rencana Amerika Serikat
mengeluarkan “deal of the century”. Kami belum tahu elemennya
akan seperti apa. Tidak ada petunjuk sama sekali. Mudah­mudahan
“deal of the century” itu keputusan yang mengakomodasi semua
parameter yang sudah disepakati secara internasional. Kalau tidak,
saya khawatir itu akan merugikan Palestina.

Kita membicarakan Amerika Serikat, yang presidennya memindahkan


kedutaan besarnya untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem....

Mengenai kedutaan adalah hal yang terpisah, walaupun akhirnya


mungkin akan nyambung. Karena tidak tahu petunjuknya, saya tidak
bisa berbicara. Cuma bisa berharap.

Bagaimana Anda memandang kembali terpilihnya Perdana Menteri


Israel Benjamin Netanyahu terhadap isu pemukiman?

Itu juga salah satu hal yang dikhawatirkan. Ada pernyataan saat
kampanye bahwa sebagian wilayah Tepi Barat akan kembali
dianeksasi.

Presiden Palestina Mahmud Abbas berharap Dewan Keamanan bisa


melakukan sesuatu untuk menghentikan agresi Israel di Gaza. Apa
yang telah Indonesia lakukan?

Sejak the new cycle of violence terjadi 3 Mei lalu, kami mulai
berkomunikasi dengan semua pihak terkait pada 4 Mei. Intinya,
setiap kali ada violence, sebelum kita berbicara macam­macam,
hentikan kekerasan. Itu dulu. Saya pertama­tama bertemu dengan
Duta Besar Mesir karena Mesir berusaha menjembatani rekonsiliasi
antara Fatah dan Hamas (dua kekuatan politik terbesar di Palestina).
Apalagi mereka berbatasan langsung dengan Gaza. Lalu saya
berbicara dengan utusan khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Timur
Tengah, Nickolay Mladenov, melalui telepon karena dia sedang di
Timur Tengah. Saya pun berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB
António Guterres dan Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al­Maliki.
Waktu itu dia di New York. Jadi kami memiliki gambaran yang cukup
jelas mengenai gencatan senjata, harapan soal gencatan senjata, dan
sebagainya.

Warga Indonesia tidak lepas dari gambaran Israel sebagai agresor dan
Palestina sebagai korban. Fakta apa yang Anda dapatkan dari tokoh­
tokoh itu?

Yang kami suarakan adalah upaya menghentikan kekerasan. Itu


berlaku untuk semua. Yang terjadi, biasanya, ada demonstrasi di
perbatasan, setiap Jumat. Biasanya, kalau Israel merasa terprovokasi,
jatuhlah korban. Kalau jatuh korban, ada reaksi dari Palestina. Lalu
Israel bereaksi guedhe banget. Eksesif.

Reaksi besar itu yang kemudian jadi berita?

Seperti itu. Saya lebih condong untuk berpikir ini semua sebagai
penyakit. Apa akar masalah penyakit ini? Jadi asal kasih obat pusing
buat orang sakit kepala kalau ternyata, nauzubillah, ada kanker. Obat
pusing bisa selesaikan sakit, tapi sebentar. Jangan sampai hilang
pemahaman mengenai akar masalahnya, yaitu pendudukan Israel
terhadap Palestina.

Menangani akar masalah dengan solusi dua negara?

Solusi dua negara is the only option for us, and for most of the
countries. Saya baru berbicara dengan Austria. Sama seperti banyak
negara lain, the two states solution is the only option. Kalau one state,
berarti harus ada yang ditiadakan. Siapa yang mau ditiadakan?

Presiden Joko Widodo berpesan soal isu Palestina?

Beliau memberikan arahan, misalnya saat kami sedang mengajukan


diri sebagai anggota Dewan Keamanan PBB tahun lalu. Saya
berkonsultasi dengan Presiden. Sebenarnya apa yang saya lakukan
adalah menerjemahkan keinginan Presiden. Kaptennya kan Bapak,
bukan saya.

Apa persisnya perintah Presiden?

Berikan prioritas kepada isu Palestina.


Seberapa optimistis Anda memandang tercapainya perdamaian antara
Palestina dan Israel?

Jadi ini isu yang sangat­sangat tidak mudah. Tugas kita terus
berusaha. Dalam bahasa yang gampang, kita tahu ini masalah susah.
Kalau ada masalah susah, pilihannya dua: you want to do something
or you want to do nothing. Pilihan kedua mah gampang. Diemin aja.
Tapi, kalau mau berbuat sesuatu, kamu harus lelah, harus berdarah­
darah. Belum tentu juga upayanya berhasil. Tapi kita akan berdosa
kalau tidak melakukan sesuatu untuk berusaha mengubah situasi
demi keadilan. Intinya itu.

Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi: Kami Hanya Mengingatkan
Dunia Soal Palestina/ANTARA FOTO/HO/Kemenlu/sgd/foc

Mengapa Indonesia mengangkat operasi pemeliharaan perdamaian


sebagai isu utama pada masa kepemimpinan di Dewan Keamanan?

Pertama, operasi perdamaian adalah alat PBB yang paling efektif dan
efisien untuk memelihara perdamaian. Pengiriman pasukan penjaga
perdamaian delapan kali lebih murah dibanding pengiriman pasukan
unilateral. Kedua, operasi perdamaian merupakan bentuk dari
multilateralisme. Ketiga, Indonesia masuk daftar delapan besar
negara penyumbang pasukan perdamaian. Saat ini jumlahnya 3.080
orang.
Apa saja tugas mereka?

Mandat pasukan perdamaian makin banyak, selain mengawasi


gencatan senjata. Misalnya berhubungan dengan otoritas, seperti
memberikan pelatihan kepada penegak hukum di negara yang
bersangkutan agar mereka siap saat pasukan perdamaian ditarik.
Lalu mereka harus memahami hukum internasional dan hukum
humaniter. Mereka pun harus belajar bahasa karena sebagian besar
misi perdamaian berada di negara­negara yang berbahasa Prancis di
Afrika. Peningkatan kapasitas dan pelatihan itu dibutuhkan agar
performa mereka meningkat. Itu juga diperlukan untuk melindungi
keselamatan mereka sendiri.

Belakangan, perempuan menjadi ikon pasukan penjaga perdamaian.


Berapa persentase perempuan dalam pasukan?

Sudah menembus seratus orang, sekitar 3 persen dari total personel


pasukan perdamaian kita. PBB sendiri sudah 4­5 persen. Karena itu,
saya bersama Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian dan
Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Hadi Tjahjanto
berusaha meningkatkan peran perempuan dalam operasi perdamaian.

Mengapa peran perempuan penting?

Korban paling banyak dari sebuah konflik atau perang adalah


perempuan dan anak­anak. Sebuah komunitas akan cepat bangkit
kalau kaum perempuannya lebih cepat pulih dari trauma karena
merekalah yang menjalankan kehidupan keluarga dan berhubungan
dengan anak­anaknya. Tapi, di beberapa tempat, kaum perempuan
sulit berbicara terbuka dengan laki­laki. Mereka merasa lebih nyaman
berbicara dengan sesama perempuan. Perempuan pun, by nature,
diberi kekuatan untuk lebih bisa memenangkan hati dan pikiran
masyarakat.

Di sisa waktu kepemimpinan Indonesia, apakah Anda juga akan


mengangkat isu keamanan kawasan?

Tidak, karena agendanya sudah disepakati sejak awal. Kalau tidak ada
kondisi luar biasa yang mengharuskan sebuah isu dibawa ke Dewan
Keamanan PBB, kami akan lebih banyak membahas masalah Timur
Tengah dan Afrika.
Tahun depan Indonesia mungkin kembali memegang presidensi di
Dewan Keamanan PBB. Kira­kira Anda masih menjabat Menteri Luar
Negeri?

Tanya sama Presiden dan Tuhan, he­he­he….

Jika masa jabatan Anda berakhir tahun ini, pekerjaan rumah apa yang
masih tersisa sebagai Menteri Luar Negeri?

Politik luar negeri kita bukan lima tahun putus, lalu baru lagi.
Perubahan pasti ada, tapi kontinyu dengan sebelumnya. Politik luar
negeri kita konsisten, baik untuk masalah perbatasan, perlindungan
warga negara Indonesia, diplomasi ekonomi, maupun peran Indonesia
di kawasan dan dunia. Tentunya, untuk lima tahun ke depan,
tantangannya berbeda. Monggo saja kalau prioritas akan disesuaikan.

Bagaimana dengan kampanye Indonesia untuk menjadi anggota Dewan


Hak Asasi Manusia PBB 2020­2022?

Itu salah satu hal yang sedang kami perjuangkan. Pemilihan akan
digelar pada Oktober tahun ini.

Apakah keanggotaan Dewan Keamanan bisa memperkuat Indonesia


dalam pemilihan Dewan HAM?

Penilaian orang terhadap suatu negara tidak terkotak­kotak, tapi


secara keseluruhan. Maka, dalam kampanye, kita ingin mengatakan
bahwa, secara bersamaan, Indonesia berkontribusi dalam isu
keamanan dan perdamaian serta isu hak asasi manusia.

Retno Lestari Priansari Marsudi

Tempat dan tanggal lahir: Semarang, 27 November 1962 |


Pendidikan: SMA Negeri 3 Semarang; S­1 Hubungan Internasional
Universitas Gadjah Mada; S­2 Hukum Uni Eropa Haagse Hogeschool,
Belanda | Karier: Menteri Luar Negeri (2014­sekarang), Duta Besar
Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012­2014), Direktur Jenderal
Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (2008­2012), Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk
Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia (2005­2008), Direktur
Eropa Barat Kementerian Luar Negeri (2003­2005), Direktur Kerja
Sama Intra­Kawasan Amerika dan Eropa (2002­2003)
Stadium Berat Penjara
Langkat
majalah.tempo.co
5 mins read

Kerusuhan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Langkat disebut


sebagai puncak kekesalan para penghuni atas maraknya aksi
penganiayaan dan pemerasan oleh sipir penjara. Tempo memperoleh
kesaksian langsung sejumlah narapidana.

i
Bangkai mobil yang rusak akibat kerusuhan di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas III Langkat, Sumatera
Utara, 16 Mei 2019./ ANTARA/Irsan Mulyadi

Tiga kerangka mobil terjungkal di pekarangan Lembaga


Pemasyarakatan Kelas III Narkotika Langkat, Sumatera Utara, Selasa,
21 Mei lalu. Warna asli mobil sudah tak terlihat, hanya menyisakan
bekas hangus terbakar berwarna kecokelatan. Di pekarangan lain,
yang berjarak tiga puluh meter dari sana, belasan kerangka sepeda
motor gosong berserakan.

Bau sangit menyeruak dari bagian depan area gedung penjara.


Hampir seluruh langit­langit di lantai dua gosong dan ­menghitam.
Seluruh jendela bolong. Beberapa pria terlihat tengah mengumpulkan
pecahan kaca yang berserakan. “Yang memperbaiki kerusakan ini
nanti Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM,” kata
Muhammad Tavip, Kepala Pelaksana Harian Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Langkat, kepada Tempo, Selasa, 21 Mei
lalu.

Semua kerusakan itu akibat kerusuhan yang meletup di LP Langkat


pada Kamis, 16 Mei lalu. Tak ada korban jiwa dalam pe­ristiwa nahas
itu. Namun kerusuhan ­mengoyak sebagian penjara, khususnya di
bagian gedung utama bagian depan kompleks penjara. Ratusan
narapidana meng­amuk lalu membakar ruang kerja para sipir dan
belasan kendaraan. Sebanyak 168 narapidana menjebol gerbang,
kemudian kabur. Sebagian dari mereka sudah me­nyerahkan diri.
Hingga Jumat, 24 Mei lalu, 53 narapidana belum tertangkap.

Kerusuhan dipicu oleh penganiayaan salah seorang narapidana yang


akrab disapa Ajo, 40 tahun, penduduk Kota Medan. Ia menghuni
kamar 17 Blok T1. Pada Kamis siang sekitar pukul 12.00, sipir
menangkap Ajo karena dia membawa uang Rp 3 juta. Ia dituduh
menjual narkotik.

Tiga sipir menyeret Ajo dari sel hingga ke gedung bagian depan
penjara. Di sepanjang jalan, para sipir bergantian memukuli dan
menendang Ajo. “Dia dipukuli sekitar sepuluh menit sampai keluar
kotoran dari bokong,” ujar seorang narapidana yang ­ingin disapa
dengan nama Martin, kepada Tempo. Martin mengaku terlibat
kerusuhan itu, tapi ia tak ikut melarikan diri.

Pengeroyokan itu menjadi tontonan puluhan narapidana. Saat jam


bebas beraktivitas narapidana pada pukul 14.00, petugas membuka
pintu­pintu sel. Sejumlah narapidana berkumpul, lalu mengepung
gedung tempat penganiayaan Ajo. Mereka mempersenjatai diri
dengan senjata ala kadarnya, kemudian mengejar para sipir dan
petugas lain.

Di Sana­sini Kutipan

Ratusan narapidana ikut terbakar emosi. Mereka membakar dan


merusak barang­barang di sekitar kompleks penjara. Semua sipir
melarikan diri karena kalah jumlah. Sebagian besar perusuh berhasil
menguasai gedung bagian depan penjara. Mereka kemudian menjebol
gerbang penjara.

Sebagian narapidana lain mengejar para sipir hingga ke rumah­


rumah milik warga sekitar penjara. Mereka tak menganiaya
penduduk. “Awalnya kami takut, tapi mereka bilang enggak perlu
khawatir karena mereka hanya mengejar sipir,” ucap Butet Boru
Siahaan kepada Tempo, Selasa, 21 Mei lalu. Rumah Butet berada di
sebelah Lembaga Pemasyarakatan Langkat.

Sejumlah narapidana memanfaatkan kerusuhan itu untuk berjalan­


jalan di sekitar penjara. Menurut Butet, mereka memetik buah­
buahan di kebun masyarakat. Sebagian narapidana bahkan
memborong makanan di warung­warung. Salah satu pedagang yang
menangguk rezeki adalah penjual sate Padang. Mereka memborong
sate hingga habis tak bersisa. “Banyak kali duit mereka (narapidana).
Merah­merah, biru­biru semua duitnya,” kata Butet dengan logat
Batak.

Sebagian narapidana memilih melarikan diri. Salah satunya


narapidana yang ingin disapa dengan nama Bendi, 32 tahun. Sebelum
kerusuhan, ia turut mengepung para penganiaya Ajo. Setelah gerbang
jebol, ia melarikan diri ke Kota Medan. “Saya ingin bertemu dengan
ibu yang sakit parah. Takut enggak jumpa lagi,” ujarnya beberapa
hari seusai kerusuhan. Bendi berhasil bertemu dengan ibunya, lalu ia
me­nyerahkan diri ke LP Langkat.

Bendi baru satu setengah bulan di Lembaga Pemasyarakatan Langkat.


Ia divonis 9 tahun penjara. Selama berada di sana, dia mengaku
sangat tersiksa karena kerap ­diperas sejumlah sipir. Untuk
mendapatkan uang agar bisa membayar fasilitas penjara, para
tahanan bekerja atau berdagang di penjara. Ajo, kata Bendi, memi­liki
uang Rp 3 juta karena berjualan barang kera­­jinan di dalam penjara.
“Itu uang ta­bungan Ajo untuk Lebaran anak dan istrinya,” ucapnya.

Martin mengungkapkan pemerasan di dalam penjara sudah


berlangsung lama. Ia menghuni Lembaga Pemasyarakatan Langkat
sejak dua tahun lalu. Semua urus­an tetek­bengek di dalam penjara,
kata dia, harus selalu menggunakan uang. “Untuk bertanya soal
remisi saja kami harus memba­­yar Rp 100 ribu ke petugas,” ujar
narapidana yang divonis 6 tahun penjara itu dengan nada tinggi.
Daftar Kutipan Liar

Martin menyebutkan kerusuhan itu adalah akumulasi dari keresahan


narapidana terhadap perlakuan buruk dan korup para sipir. Selain
sering menganiaya, para petugas diduga bahu­membahu memeras
narapidana. Misalnya kutipan kepada penghuni sel berukuran 4 x 7
meter yang biasa berisi lima­delapan narapidana. Tiap penghuni, kata
Martin, wajib membayar iuran Rp 100­150 ribu tiap bulan kepada
sipir.

Kutipan liar juga berlaku untuk fasilitas lain, seperti kipas angin.
Para penghuni wajib membayar Rp 1 juta untuk tiap satu kipas angin
plus iuran listrik tiap bulan. Narapidana wajib membayar jika ingin
berpindah sel. Mereka pun bisa memiliki telepon seluler asalkan
membayar dengan sejumlah uang. “Hampir semua sipir terlibat,”
ucap Martin.

Martin dan Bendi kompak menyebutkan Kepala Lembaga


Pemasyarakatan Narkotika Langkat, yang saat itu dijabat Bachtiar
Sitepu, punya andil dalam pungutan liar tersebut. Bachtiar diduga
menguasai perdagangan pulsa telepon di dalam penjara. Menjual
pulsa adalah trik para narapidana untuk mendapatkan uang. Mereka
memperoleh pulsa tersebut dari para kerabat di luar penjara.

Para narapidana menggunakan uang tersebut untuk membeli


makanan dan membayar kutipan. Martin mengatakan narapidana
hanya boleh menjual pulsa kepada satu pengepul yang diduga orang
kepercayaan Bachtiar.

Jika narapidana ketahuan tak menjual pulsa kepada si pengepul, kata


Martin, Bachtiar akan menggelar razia ponsel di dalam penjara.
“Pulsa Rp 100 ribu terpaksa kami jual Rp 60­65 ribu ke pengepul,”
ujar Martin. Pengepul lantas menjual pulsa itu kepada narapidana
yang membutuhkan. Omzet berbisnis pulsa ini disebutkan mencapai
Rp 15­20 juta per hari.
Surat Tuntutan Narapidana

Selain menjadi bandar pulsa, Bachtiar diduga mengajak istrinya


berbisnis di dalam penjara. Dia pernah berdagang makanan di sana.
Itu sebabnya ia sering keluar­masuk blok penjara khusus perempuan
untuk menagih utang. Ia pun sering ikut merazia narapidana. Bisnis
itu terhenti setelah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Sumatera Utara merazia Lembaga Pemasyarakatan
Langkat.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly mencopot


Bachtiar Sitepu dan sejumlah pejabat LP Langkat lain seusai
kerusuhan itu. Ia pun menonaktifkan beberapa sipir. “Semua yang
ada di sini juga akan diganti. Semua bedol desa,” kata Yasonna saat
mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Langkat, Sabtu, 18
Mei lalu. Yasonna melarang para pejabat dan sipir yang sudah dicopot
dan nonaktif menginjakkan kaki di LP Langkat. “Ini orang berbahaya
jika masuk lagi, penyakit,” ujarnya.

Bachtiar Sitepu dikabarkan ditugasi di Medan seusai pencopotan itu.


Ia tak mau mengomentari soal kerusuhan dan kutip­an liar Lembaga
Pemasyarakatan Langkat. “Saya tidak dapat berkomentar banyak soal
peristiwa di Langkat. Silakan menanyakan langsung kepada
Kakanwil, Kadivpas, atau Humas,” kata Bachtiar lewat sambungan
telepon, Jumat, 24 Mei lalu.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera


Utara Dewa Putu Gede mengatakan pihaknya tengah meng­investigasi
pungutan liar dan perilaku sewenang­wenang para sipir. Ia
menyebutkan pihaknya tak ragu menghukum petugas yang terbukti
bersalah. Dewa menjamin narapidana Lembaga Pemasyarakat­an
Narkotika Langkat akan kembali menerima makanan dan minuman
serta perlakuan yang layak. “Negara wajib merawat warga binaan,”
ucapnya kepada Tempo, Rabu, 22 Mei lalu.

Dewa membantah ada penyiksaan terhadap Ajo. Dia menyebutkan Ajo


terluka karena berlari, lalu terjatuh. Ia mengang­gap narapidana
terlalu mempolitisasi soal kabar penyiksaan itu. Dewa menduga isu
itu muncul karena warga binaan Lembaga Pemasya­rakatan Langkat
terganggu oleh penangkap­an empat narapidana yang ketahuan
menjual narkotik di dalam penjara. “Akan ada hukuman kepada
warga binaan yang bersalah saat kerusuhan itu,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai