ANWAR MUSADDAD
BIOGRAFI, PENGABDIAN, DAN PEMIKIRAN
ULAMA INTELEKTUAL
Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Agama
Kelompok 1:
Makalah ini merupakan hasil rangkuman sebagian dari buku cetak Prof. K.H.
Anwar Musaddad yang di tulis oleh Ibu Yies Sa’adiyah. Berkat buku beliaulah
penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Biografi Prof. K. H. Anwar Musaddad
untuk memenuhi tugas perkuliahan Agama.
Tak lupa juga penulis haturkan terimakasih kepada Dra. Hj. Yies Sa’adiyah,
M. Pd (Penulis Buku Biografi Prof. K.H. Anwar Musaddad) dan Bapak. Syauqi
Mubarok (yang telah meminjamkan buku Biografi Prof. K.H. Anwar Musaddad).
Mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah
ini, Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III KONSEP DAN PEMIKIRAN INTELEKTUAL
A. Ilmu Ahlak Tasawuf ............................................................................................ 30
B. Ilmu Perbandingan Agama................................................................................... 30
C. Metodologi Pendidikan ........................................................................................ 31
D. Pendidikan Bahasa Arab ...................................................................................... 32
E. Pendidikan Keluarga ............................................................................................ 32
F. Metode Dakwah ................................................................................................... 33
G. Managemen dan Leadership ................................................................................ 33
H. Gagasan Pesantren Luhur..................................................................................... 34
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
RIWAYAT HIDUP
A. Masa Kecil
Nama kecil Anwar Musaddad adalah Dede Masdiad, lahir di Garut pada 3
April 1909. Dari seorang ayah bernama Abdul Awwal bin Haji Abdul Kadir, dan
ibunya bernama Marfuah binti Kasriyo. Kasriyo adalah salah seorang keturunan
pejuang pengikut pangeran diponegoro dari mataram yang dikejar-kejar Belanda,
dan mengungsi di Garut. Dari pernikahanya dengan Hajjah Salha, lahirlah Marfuah,
ibunda Anwar Musaddad. Kakeknya dari pihak ayah adalah Haji Abdul Kadir,
keturunan Kyai Nurkalan Kalijaga, salah seorang keturunan Syek Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati Cirebon, yang menikah dengan keturunan
Sunan Kalijaga. Jadi, dalam diri Anwar Musaddad mengalir darah dua kesultanan
yaitu Mataram dan Cirebon.
Ketika Dede Masdiad berumur 4 tahun, ayahandanya wafat pada tahun 1913.
Dalam keyatiman itu, beliau dibesarkan oleh ibunda tercinta Marfuah, yang
berwirausaha memproduksi dodol Garut bermerk dagang “Kuraetin”. Nama ini
diambil dari nama putri bungsunya. Hajjah marfuah juga menjadi pengusaha batik
Garut tulis yang sekakarang telah berkembang dengan ciri khas berwarna gading
dan dibuat sangat rapi.
B. Jenjang Pendidikan
Sejak kecil, Dede Masdiad memperoleh pendidikan islam dari guru ngaji
yang tidak jauh dari rumahnya. Sesudah memasuki usia sekolah, orang tuanya ingin
memasukan ke sekolah yang dianggapnya pantas pada waktu itu yaitu HIS
pemerintah Belanda. Oleh karena bukan ambtenar, ia tidak diterima bersekolah
disana. Akhirnya dipilihlah sekolah dasar milik lembaga pendidikan nasrani (HIS
Christeljik) karena tidak ada sekolah lain yang dianggap “lebih baik”. Sebagai
seorang siswa, ia harus mengikuti berbagai peraturan yang ketat, termasuk harus
1
2
mengikuti kegiatan di gereja setiap hari Minggu. Beliau berhasil mengikuti sekolah
HIS-nya itu dengan sangat baik pada 1992 atau sekitar usia 12 tahun.
katolik inilah yang kelak menjadi embrio pemikiranya tentang ilmu perbandingan
agama.
yang di pelajarinya selama 2 tahun tumbul hasratnya untuk mendalami ilmu agama
dari sumbernya yang asli maka pada usia 21 tahun pada tahun 1930 Anwar
Musaddad berangkat ketanah suci, mekkah al mukaroham,bersama ibu dan
neneknya dengan menggunakan kapal laut selamat kurang lebih setengah bulan
pemuda Anwar Musaddad mempelopori berbagai kegiatan keagamaan di kapal laut
sebagai bagian dari syiar islam, antara lain, memberi contoh keteladanan dalam
praktek ibadah sesuai dengan ajaran syariat islam.
Pada 1941, keadaan semakin panas dan instabilitas menjelang perang dunia
dua. Hati Haji Siti marfuah, ibunda Anwar Musaddad, merasa gundah dan khawatir
akan keselamatan putra kesayanganya dan mengirim surat agar Anwar Musaddad
segera pulang ke tanah air. Untuk memenuhi permintaan ibundanya itu, beliau
melakukan solat istikhoroh untuk memohon petunjuk allah swt. Sollat istikhoroh,
merupakan “warisan amalan“ dari ibunda tercintanya yang terbiasa dilakukan oleh
Haji Siti marfuah. Melalui solat istikhoroh, banyak doa dan permohonan yang
dikabulkan oleh allah salat istikhoro merupakan cara terbaik untuk mendapatkan
jalan dan solusi yang terbaik tentang suatu masalah. Alasan utamanya adalah
ketidaktauan tentang sebuah pilihan, apakah sebuah pilihan itu baik atau buruk.
C. Kehidupan Keluarga
pada tahun 1934, beliau menikah dengan maskatul millah, putri H. Sarochsyi
(seorang mukimin asal ciparay Bandung) pada usia 25 tahun. Pernikahan ini tidak
berlangsung lama setelah beliau memperoleh syahadah (ijazah) dari Madrasah al-
falah, dan langsung diangkat sebagai guru tetap. Dari hasil pernikahan dengan istri
pertamanya beliau dikaruniai dua orang putra: Hadijah yang meninggal tatkala
masih kecil dimekah, dan sulaiman meninggal pada tahun 1980. Pada tahun 1941,
K.H Anwar Musaddad titimpa musibah karena ditinggal wafat istrinya, maslakatul
6
millah, setelah menderita sakit. Setahun setelah wapat istrinya yang pertama,
tepatnya pada tahun 1942, beliau menikahi nyi hj. Rd Siti Atikah, pada usia 15
tahun, putri kiyai hj qurtubi dan hj fatimah disaat beliau berusia 32 tahun.
Kyai Haji Syafei yang kharismatis ini berpesan kepada Anwar Musaddad
bahwa kelak murid kesayangannya itu akan menikah dengan cucunya ditanah air.
Ucapan Ktai Haji Syafei ini adalah ucapan dari seorang yang hatinya taqurrub
kepada Allah. Ucapan ini adalah salah satu nur Allah yang diberikan kepada hamba-
Nya yang ahli ibadah dan dengan izin Allah, perkataan ini menjadi kenyataan.
Suatu saat, di Garut, Kiyai Haji Anwar Musaddad bertemu dengan salah
seorang sahabat dan muridnya tatkala di Mekkah, yaitu Mohammad Jamhur dan
mengundangnya untuk menyampaikan dakwah dalam acara keagamaan di pondok
pesantren Andir Bayongbong Garut yang jaraknya kira kira 15 km ke arah selatan
kota Garut dan dapat ditempuh dengan menggunakan kereta api. Saat itu, K.H
Anwar Musaddad disertai ibundanya, Hj.Marfuah. Di dalam gerbong kereta beliau
bertemu dengan seorang ibu yang disertai putrinya yaitu Rd. Siti Atikah. Setelah
bertegur sapa ternyata mereka mempunyai tujuan yang sama untuk menghadiri
acara di pondok Pesantren Andir Bayongbong. Tampaknya, gadis cantik yang
berusia lima belas tahun itu memikat hati Anwar Musadda da beliau berbisik
kepada ibndanya tentang gadis yang telah memikat hatinya itu.
Syafei itu menjadi kenyataan, karena Kiyai Haji Syafei adalah ayahanda dari Kiyai
Haji Qurtubi yang mempunyai puteri bungsu yang bernama Nyi Rd. Siti Atikah,
yang dinikahi oleh K.H. Anwar Musaddad.
Sebagai suami dari Nyi Rd. Siti Atikah binti Qurtubi yang cukup matang
dengan pengalaman , beliau membimbing istrinya yang kala itu masih remaja
dengan penuh kehangatan dan kasih saying yang tulus. Beliau tetap sabar, bersikap
mesra, dan tekun untuk terus membimbing agar kelak menjadi seorang wanita yang
siap dan tegar, menjadi pendamping hidupnya. Usaha yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh tersebut membuahkan hasil. Rd. Siti Atikah bukan hanya
menjadi wujud seorang istri shalihah dan ibu bagi putra-putri kandungnya yang
berjumlah 16 orang, tetapi juga sosok seorang wanita pendamping yang sangat
bijaksana. Beliau termasuk wanita yang sangat pandai, kritis, penuh dedikasi, dan
setia.
Pada awalnya, posisi Ibu Hj. Rd. Atikah Musaddad “hanya” ditugaskan
sebagai mubalighah badal (pengganti) bila K.H. Anwar Musaddad berhalangan
hadir, terutama untuk memenuhi undangan pengajian kaum ibu. Posisi ini semakin
mendorong Atikah untuk lebih mendalami ilmu-ilmu agama islam. Karena gaya
rerorikanya yang memikat, Ibu Hj.Rd. Siti Atikah pun berkembang menjadi seorang
mubaligh yang handal. Tatkala beliau tinggal di Yogyakarta, nama beliau harum
dan terkenal di wilayah propinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Beliau sering
diundang untuk memberikah pengajian di berbagai dinas instansi dan organisasi
kemasyarakatan. Beberapa instansi yang pernah mengundangnya adalah Akademi
Militer Nasional (AMN) Magelang, dan Akademi Angkatan Udara (AAU) Lanud
Adisucipto Yogyakarta. Beliau berceramah agama dihadapan istri-istri para
instruktur.
Di bidang peningkatan kebahagiaan keluarga, Ibu Hj. Rd. Siti Atikah turut
berperan aktif sebagai anggota penasihat perkawinan yang tergabung dalam BP4.
Lembaga ini berperan aktif untuk membantu para wanita yang belum menikah dan
yang akan bercerai agar mereka memahami dengan baik dunia pernikahan melalui
pelatihan tentang pernikahan. Di BP4, beliau juga menjadi konselor pernikahan.
Seluruh aktivitas itu dilakukan olehnya dengan penuh dedikasi, keikhlasan, dan
kesadaran tentang petingnya keutuhan keluarga yang bahagia. Keluarga seperti
inilah, baginya, yang menjadi tempat persemaian putra –putri bangsa yang kokoh
untuk menyongsong mas adepannya. Lalu, bersama Ibu Nyai Fathurahman Kafrawi
beliau menggagas dan mendirikan Panti Pengobatan Muslimat bagi warga yang
membutuhkan dan memerlukan uluran tanganya di Pajeksan, Yogyakarta. Lembaga
ini menjadi “rumah sehat” bagi keluarga tidak mampu, dan memberikan pelayanan
kesehatan secara terjangkau.
harus merambah wilayah Jawa Barat, khususnya Kota Bandung. Ini terjadi saat
beliau harus menyertai suaminya, K.H. Anwar Musaaddad pindah ke Kota Bandung
untuk mendirikan IAIN Bandung dan menjadi rektor IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung pada 1967. Selain tugas utamanya sebagai istri dan ibu, Ibu Hj. Rd. Siti
Atikah memimpin Perwanida Kota Bnadung tahun 1968-1974 dengan aktivitas
dakwah tetap aktif menjadi penceramah tetap diorganisasi muslimat NU Jawa
Barat. Kemampuan intelektualnya yang terus berkembang dan didukung oleh ruhul
jihad yang tulus ikhlas tanpa batas, seangat rela berkorbannya bagi umat serta restu
suami yang senantiasa mendorong dan membangkitkan semangatnya untuk
berjihad, yang menjadikan beliau seorang aktivis politik perempuan yang disegani
dan dihormati.
Untuk kedua kalinya beliau menjadi wakil rakyat. Kali ini, pada pemilu 1971,
beliau terpilih menjadi anggota DPRD DT I Jawa Barat. Pada saat yang sama,
bersama ibu-ibu dri organisasi wanita lainnya yang bergabung dalam BKOW dan
BKSWI Jawa Barat, berusaha meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan kaum
wanita melalui program yang dapat menyentuh keluarga tidak mampu, antara lain,
mendirikan balai pengobatan. Balai pengobatan inilah yang kelak berkembang dan
berubah nama menjadi Rumah Sakit Al-Islam Bandung yeng terletak di Jl.
Soekarno Hatta Bandung. Kesibukan beliau dilembaga legislatif tidak menggangu
atau menghentikan kegiatan dakwahnya. Beliau tetap meyelenggarakan kegiatan
pengajian rutin bersama suaminya membina kuliah subuh di Masjid Agung
Bandung (kini, Masjid Raya Jawa Barat yang berpusat di alun-alun Kota Bandung)
yang hingga kini masih tetap dilaksanakan dan diteruskan oleh putra-putrinya.
Seiring dengan usia yang terus beranjak, kesehatan Ibu Hj. Rd. Siti Atikah
pun mulai berkurang. Namun, semangat dakwah tidak pernah mundur. Terbukti,
pada 1989, beliau masih berkesempatan memimpin muslimat NU Jawa Barat
sebagai ketua. Ibu Hj. Rd. Siti Atikah tetap melakukan berbagai pelatihan untuk
kemajuan organisasi. Tetapi, karena alasan usia yang mulai uzur, berbagai dakwah
dan
10
Ibu Hj. Rd. Siti Atikah wafat pada tanggal 23 maret 1994 dalam usia 67 tahun.
Sekalipun demikian, keharuman nama dan jasadnya tidak akan pernah hilah
dibenak umat. Cintanya yang mendalam kepada istri mendorong prof. K.H . Anwar
Musaddad untuk selalu mendoakannya. Setia selesai solat subuh, beliau selalu
menziarahi makam istrinya sekalipun dengan menggunakan kursi roda. Beliau tidak
mungkin melupakan jasa-jasa dan peranan ibu Atikah dalam mendapingi hidup
istrinya selama 52 tahun.
Dari istrinya nyi rd.Atikah beliau mendapatkan 16 putra- putri, 9 laki-laki dan
7 perempuan adapun putra putrinya adalah
1. Drs. Moh cholil (Alm) Peminpin Pondok Pesantren Nurul Iman Musadadiyah.
2. Dra. Yies Sa’diyah, Mpd dosen IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan STAI
AL- Musaddadiyah Garut dan Peminpin Pesantren Pembina Yayasan Al-
Musadadiyah Garut.
3. Prof. Dr. Ummu Salamah, M.si dosen UNPAS Bandung, dan UNIGA Garut.
4. Aminah ( Alm ) pernah menjadi anggot DPRD TKI 1 jawa barat (2004-2009).
5. Ir. Abdullah Margani (Alm) pendiri STTG Garut dan pinpinan program
pembangunan kampus AL- Musadadiyah Garut.
6. Maemunah (Alm) pernah menjadi Pimpinan Koperasi Bina Hasanah Al-
Musadadiyah Garut.
7. K.H. Cecep Abdul Halim, lc. Ketua badan pengurus yayasan Al- Musadadiyah
Garut, pernah menjadi Ketua STAI Al-Musadadiyah Garut.
8. Dra. Titin fatimah, Wakil Ketua Yayasan Al- Musadadiyah di Bandung.
9. K.H. Tontowi Jauhari MA, Pimpinan Pondok Pesantren AL- Wasilah Garut.
10. Nur Jamil, wiraswasta
11. Dr. Aldurahman. MS.C. MT. (Alm)
12. Drs, Saepuddin. M. Pd.i Kepala Sekolah SMP IT CILEDUG Garut, Dosen
UNIGA.
13. Atik mardiati, bendahara yayasan AL-Musadadiyah
14. Ir, Buyamin, MT, (Alm) pernah menjadi Dosen STTG Garut.
11
Usia Prof. K.H Anwar Musaddad pun semakin beranjak tua. Dalam usia tua
seperti ini, prof K.H Anwar Musaddad sangat membutuhkan adanya seorang yang
bisa dan mampu merawatnya setiap saat. Pada saat yang sama, anak-anak beliau
tidak lagi mempunyai kesempatan untuk mengurus beliau secara langsung dengan
optimal karena berbagai tugas masing-masing yang harus mereka laksanakan.
Diusia 85 tahun keadaan fisiknya yang sanagt melemah telah mendorong untuk
menukah lagi, yang diharapkan dapat menjadi perawat pribadinya. Dengan ijin
allah melalui knyai Haji Khoer Affandi, dari pondok pesantren manonjaya
tasikmalaya, prof,. K.H Anwar Musaddad dipertemukan dengan seorang
perempuan yang kemudian menjadi isrtrinya yaitu tini rostina yang merawat dan
mendapingi seluruh kebutuhanbeliau sampai akhir hayatnya, dan wafat pada hari
jumat tgl 21 juli 2000. Dan dimakamkan di pondok pesantren AL- Musadadiyah
jayaraga kecamatan tarogong kidul.
BAB II
PENGABDIAN DAN SEMANGAT BERKHIDMAT
12
13
Pada 1939, kondisi dunia dalam situasi keadaan yang sangat gawat, terutama
di daratan Eropa dan sebagai wilayah Asia. Situasi yang sangat genting ini terjadi
karena ambisi kekuasaan penguasa Jerman Hitler. Menjelang Perang Dunia II,
dibawah Hitler Jerman mencaplok dan menguasai wilayah Polandia dan memicu
ambisinya untuk dapat menguasai negara-negara Eropa Timur lainnya. Daratan
Eropa pun menjadi neraka pertempuran yang sangat hebat. Keadaan tersebut
menimbulkan situasi politik,social,ekonomi yang tidak menentu terutama di
Negara-negara jajahan termasuk Indonesia yang saat itu menjadi daerah penjajahan
Belanda.
Keadaan yang tidak pasti tersebut menimbulkan kecemasan terutama pada
keluarga yang mempunyai kaum kerabat di rantau dan kondisi perekonomian yang
15
labil. Pada saat yang sama, para mukimin ditanah Arab Saudi yang berasal dari
Indonesia mengalami kesulitan hidup yang berat. Mereka menghadapi kesulitan
ekonomi untuk tetap bisa belajar dan bermukim di Arab Saudi. Nasib dan
kehidupan mereka tidak menentu. Jangankan untuk bisa kembali tanah air, untuk
perbekalan hidup sehari-hari pun sudah tidak bisa mencukupi.
Di tengah-tengah penderitaan sesame warga Negara Indonesia di negeri
orang, pemuda Anwar Musadad merasakan nasib yang lebih baik, karena anwar
musaddad menjadi guru dengan pendapatan yang memadai dan kegiatan mengajar
menjadi profesi yang sangat dinikmatinya. Baginya, profesi sebagai guru
memberikan nasib lebih baik daripada kaum mukimin lainnya. Melihat keadaan itu
timbul rasa peduli dan rasa senasib sepenanggungan dengan sesama perantau dan
muncul keinginan untuk menolong penderitaan mereka. Lalu yimbul gagasannya,
untuk membentuk komite kesengsaraan mukimin Indonesia yang disingkat
Kokesin.
Kokesin berusaha keras mengatasi kesulitan dan mencari solusi terbaik
bagipara mukimin Indonesia antara lain dengan mencari sumber
pendanaan(funding resourch) atau sumbangan yang tidak mengikat. Lembaga
pertama yang didatanginya adalah Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Dengan
mengetuk semangat kepedulian kepada sesame muslim, diharapkan Pemerintah
Kerajaan Arab Saudi dapat memberikan pekerjaan atau kebutuhan Sandang pangan
kepada kaum mukimin disana. Kokesin ini terlibat aktif membantu memecahkan
permasalahan yang dihadapi para mukimin.
Selain kepada pemerintah dan masyarakat setempat, kokesin bersama
masyarakat asal Indonesia yang bermukim di Arab Saudi turut serta dalam mencari
jalan atau solusi terbaikuntuk meringankan penderitaan sesame di perantauan.
Salah seorang tokoh pergerakan po;itik nasional Wondo Amiseno dari Syarikat
Islam (SI) adalah orang yang turut membantu Kokesin, khusunya dalam hal
pencarian dana yang di gagas dan dikomandani oleh Anwar Musaddad. Usaha-
usaha tersebut berhasil dengan baik, dan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat. Kokesin berhasil memulihkan kehidupan ekonomi kaum mukimin
Indonesia yang pernah terlantar di Tanah Suci dan dapat mengembalikan semangat
16
belajar mereka. Kelak, mereka inilah yang menjadi pemuda pergerakan di tanah air,
dan berperan besar dalam pencapaian kemerdekaan RI.
Pada 1941, menjelang perang dunia II. Hati Hj. Siti Marfuah, ibunda Anwar
Musaddad segera pulang ke tanah air. Di atas kapal yang membawanya pulang
kembali ketanah air dengan menggunakan kpal laut SS Garut, rasa cemas
menyelimuti seluruh awak dan penumang karena kapal sewaktu-waktu dapat
menjadi sasaran tembak dari pasukan yang sedang berperang karena disangka
membawa pasukan asing yang membahayakan posisi mereka. Kecurigaan itu
mendorong pasukan dari negara-negara yang sedang berperang untuk menyerang
kapaal penumpang sipil yang sedang belayar itu,Situasi Perang Dunia II, tidak saja
mengacaukan kehidupan dan perjalanan darat,tetapi juga perjalanan di
laut,terutama pemakai jasa angkutan laut internasional.
Kepulangannya dari Tanah Suci, tidak sekedar membawa istri dan juga
ananya, tetapi juga membawa pengetahuan agama (tafaquh fiddin) yang sangat
luas, tajam dan semakin matang,kemampuan pemguasaan berbagai ilmu khususnya
ilmu agama menjadikannya sosok pribadi yang sangat dihormati. Ilmu yang disera
dari kota suci Mekkah dan kota kelahiran Nabi Muhammad Saw dirasakan sangat
bermanfaat bagi krhidupan umat. Rahul jihadnya untuk menyebarkan islam
17
Berkat pengalaman politiknya yang piawai, gerakan dakwah dan militer, K.H
Anwar Musaddad berhasil menjalankan fungsi gandanya, sebagai ulama dan
pejuang. Peran ganda ini tentu saja menimbulkan ketidak senangan Belanda
kepadanya, Imperialis Belanda meyakini bahwa peran dan kontribusi K.H Anwar
Musaddad sebagai ulama telah berhasil membangkitkan semangat juang rakyat
utuk menentang kezhaliman. Karena itu., tidak sedikit pemuda yang bergabung
dengan pasukan Hizbullah untuk mengusir kehadiran kembali imperialis Belanda.
19
Pada 1946, saat agresi militer Belanda II, Kota Garut yang berada di Selatan
Bandung dikukuhkan sebagai ibu kota karesidenan Priangan. Kota ini juga menjadi
pusat pemerintahan. Di kota inilah Kantor Urusan Agama Keresidenan Periangan
berada K.H Anwar Musaddad di angkat menjadi kepala KUA Tingkat keresidenan
yang berkantor di rumah tinggalnya, Jl.Ciledug No. 105 Garut sebagai bentuk
pengabdian formal dan kiprah social beliau bagi negara dan bangsa.
Karena ambisi itu, berbagai tindakan teror Belanda terus dilaksanakan dalam
bentuk aksi polisional yang meresahkan kehidupan masyarakat masa itu.
Gempuran-gempuran pasukan Belanda ditunjukan kearah markas pejuang
Indonesia dan banyak penduduk sipil yang tidak berdosa menjadi korban.
pada tahun 1956. Pada mulanya, ditugaskan untuk membingbing pelatih manasik
Haji presiden RI dan rombongannya, selama sebulan sebelum musim Haji tiba,
beliau melatih manasik seluruh rombongan dengan tekun di istana. Beliau
beranggapan, kegiatan pembimbing itu merupakan kegiatan yang sangat
menyenangkan dan penuh kenangan. Betapa tidak seorang presiden RI yng sanagt
sibuk menghadapi berbagai problematika kenegaraan didalam dan luar negri masih
sempat meluangkan waktunya untuk mempelajari manasik dengan penuh
kesungguhan.
sejak muda remaja, saat menjadi masih “mahasantri” di mekah, beliau telah bergaul
dengan tokoh-tokoh “mahasantri” lainnya yang kelak dikenal sebagai tokoh-tokoh
pendiri NU seperti K.H Abd Wahab Hasbullah. K.H Bisry Syansuri, K.H A Wahid
hasyim, K.H ahmad Ghona”im al Mashry, Prof K.H anwar Musaddad sangat
mengenal dan mengetahui watak dan karakter mereka. Beliau juga sangat paham
tentang akhlak dan ketulusan hati para senior yang menjadi inspiratory dan pendiri
NU seperti Hadlotu Syeikh K.H hasyim Asy’ari, dan K.H A. Asnawi Qudus.
Selepas dari almamaternya di mekah dan pulang ke tanah airnya, pemuda Anwar
Musaddad tidak ragu lagi untuk memilih NU sebagai wadah perjuangan hidmatnya
kepada Agama dan Umat islam.
Sebagai seorang tokoh ulama yang seiring dengan NU sepanjang sejarahnya,
kecintaan dan kesetiannya kepada organisasi ulama ini acapkali membuat orang
berdecak kagum, keikhlasan beliau dalam perjuangan (Khidmah) melalui dan untuk
NU sungguh merupakan contoh ideal bagi generasi pelanjut. Ada beberapa contoh
yang pernah menjadi ujian bagi kesetiaannya sebagai warga nahdhiyyin.
Senyumnya masih khas seperti dahulu. Teguh sapanya masih sama dengan 45 tahun
yang lalu, meskipun kalau berjalan harus sudah ada yang membantunya. Beliau
adalah anggota pleno badan wakaf sejak puluhan tahun yang lalau. Beliau selalu
setia menghadiri rapat pleno, meskipun harus naik mobil dari garut, beliau adalah
anggota pleno tertua yang sangat kami hormati. Selama beliau masih hidup, UII
Yogyakarta sangat engharapkan fatwa dan arahan beliau, serta restu dan doanya
agar universitas yang didirikan oleh tokoh-tokoh nasional tahun lalu, termasuk Prof
K.H Anwar Musaddad mampu berkembang menjawab tuntutan zaman.
P. Anggota DPR RI
Posisi dan kedudukan structural yang sangat strategis sebagai salah seorang
ketua PBNU bagian al ma’arif beliau mendorong dibangunnya lembaga ma’arif di
berbagai daerah di Indonesia yang banyak berkiprah di bidang pendidikan formal
maupun nonformal. Selain itu juga menghimpun dan mengkonsolidasikan pondok
pesantren yang dikelola oleh warga NU di Indonesia. Untuk itu beliau selalu
berkeliling ke berbagai pondok pesantren di seluruh Indonesia baik sebagai
pimpinan PBNU lembaga ma’arif ataupun sebagai mubaligh handal dan
menghimpun serta mengkonsolidasikan pondok pesantren yang dikelola oleh warga
NU di Indonesia sebagai kekuatan strategis pendidikan Ulama dan keumatan.
Selanjutnya atas dorongan teman sejawatnya, beliau mulai terjun ke dunia politik
praktis. Pada pemilu pertama yang diselenggarakan pada th 1995, K.H Anwar
Musaddad terpilih menjadi anggota DPR RI mewakili Partai nahdatul Ulama dari
daerah pemilihan Jawa tengah. Saat itu, partai nahdatul Ulama merupakan salah
satu partai islam besar bersama Masyumi.
Selain sebagai pendidik yang berjiwa lembur, Prof K.H. Anwar Musaddad
juga dikenal sebagai ahli tafsir. Beliau memang menjadi salah seorang anggota tim
penerjemah dan tafsir al Qur’an yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI.
Proses pengerjaan terjemah dan tafsir alqur’an ini merupakan proyek yang
25
Pada 9 mei 1960, PTAIAN secara resmi dimekarkan menjadi IAIN (institut
Agama Islam Negri). Pemekaran ini dilakukan berdasarkan peraturan presiden no
11/1960 yang ditandatangi oleh ie. H. Djuanda selaku pejabat RI . dengan demikian,
IAIN tumbuh berkembang dengan sangat cepat dan dibuka hampir disetiap ibukota
provinsi diseluruh tanah air. Dari satu iain kemudian berdirilah beberapa IAINbaru
diberbagai kota diIndonesia seperti tanjung karang lampung, padang sumatra barat,
jambi, pekanbaru, medan, banda aceh, banjarmesin, dan ujung pandang.
Pada tahun 1978, gubernur jawa barat, letjeng aang kunaefi menggagas
penerbitan tafsir alqur’an menggunakan bahasa daerah. Itu, gubernur meminta
kepala kantor wilayah depertemen agama RI provinsi jawa barat untuk segera
menerbitkan terjemahan dan tafsir AL-qur;an bahasa sunda. Untuk mewujudkan
permintaan itu, kanwil depag RI jabar segera mengunjungi beberapa knyai
terkemuka yang mumpuni dibidangnya. Beberapa nama ilama yang ikut terlibat
dalam kegiatan pembuatan yafsir al-qur’an bahasa sunda ini adalah K.H. Anwar
musadad, K.H. moch romli, K.H. hambali ahmad, K.H./l. Zainuddin, dan k. Moch
salmon.
26
Pada 1974, setahun sebelum pensiun, melalui mentri agama RI Prof. Dr. H.A
mukti ali, presiden RI Menganugrahkan gelar guru besar IAIN sunan gunung djati
Bandung dibidang ilmu perbandingan agama kepada K.H Anwar Musaddad .
setelah pensiun beliau mendapatkan anugerah penghargaan oleh dapertemen agama
RI yang disampaikan oleh mentri agama RI saat itu, H. Munawir syadzali MA.
Meskipun sudah pensiun secara resmi pada 1975, namun, beliau tetap
memberikan kuliah di AIAN SGD Bandung sebagai dosen. Sesudah kesehatannya
sudah berkurang dan usiapun sudah mulai sepuh (80 tahun), beliau tidak lagi untuk
mengajar di IAIN SGD Bandung. Namun, beberapa kegiatan resmi di AIAN SGD
Bandung seperti dies natalis atau silaturahmi, apabila kesehatannya mengizinkan,
beliau masih kesempatan untuk hadir. Kini, lembaga yang dulu di dirikannya
dengan ikhlas dan tanpa pamrih apapun telah memberikan berbagai kenangan suka
dan duka, serta pengalaman indah yang tidak terlupakan telah menjadi lembaga
27
yang megah dan merubah sudah menjadi universitas islam negri (UIN) tempat
ribuan mahasiswa belajar meraih masa depannya membangun umat.
Sebagai ulama dan guru besar yang bnayak trlibat dalam dunia pendidikan
tinggi, K.H Anwar Musaddad ikut pula membuka era baru, yaitu upaya integrasi
model perguruan tinggi dan pondok pesantren. Integrasi ini sangat penting karena
sistem pendidikan dan kelembagaannya merupakan mekanisme alokasi posisional
yang sanagt menentukan bagi peningkatan kualitas sumber daya umat. Pendirian
yayasan AL- Musaddadiyah pun tidak lepas dari idealisme itu. Sistem pendidikan
dan kelembagaan itu ternyata mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat ,
tidak sedikit dari mereka dari mempercayakan pendidikan pada putra putrinya
kelembaga tersebut dan bangga menjadi bagian dari keluarga besar AL-
Musaddadiyah Garut.
Ilmu Akhlak (termasuk disiplin ilmu tasawuf) merupakan salah satu bagian
dari pembahasan aksiologis, yakni upaya menyusun kriteria dan nilai baik-buruk.
Kemuliaan Akhlak merupakan refleksi dari totalitas pemahaman seseorang atas
ajaran islam. Akhlak juga merupakan wujud nyata kualitas keberagaman seseorang.
Ia bukan sekedar ilmu yang dipelajari sebagaimana ilmu lainnya. Akhlak
merupakan keadaan (hal-ahwal) yang melekat di dalam jiwa. Dari jiwa, lahirlah
perbuatan (amal) jika diukur dengan syara’ mencerminkan kebaikan dan
mendatangkan pujian (al-Mahmudah), perlu untuk selalu menghindari perbuatan
buruk dan tercela (akhlak al-Madzmumah), termasuk segalam perbuatan yang sia-
sia.
Ilmu Tasawuf ilmu yang kurang diminati oleh kalangan muda. Tetapi, di
tangan KH. Anwar Musaddad ilmu ini menjadi salah satu ilmu yang sangat
digemari. Banyak kawan saya yang ingin mendalami ilmu ini bila ia membuat tesis
atau disertasi kelak. Bagi saya, tasawuf yang beliau ajarkan tidak semata-mata
teori, tetapi juga dikemukakan beberapa hikayat pelaksanaannya sehingga menjadi
sangat menarik. Teori tasawuf, menurut beliau, tidak banyak memberi manfaat,
kecuali bila dapat dihayati dan diamalkan secara tekun dan bertahap. Dengan
cara begitu, ia akan dapat menemukan keindahan dan kelezatan tasawuf.
30
31
C. Metodologi Pendidikan
Bagi Prof. K.H. Ahmad Sanusi, S.H., MPA., Prof. KH. Anwar Musaddad
adalah figur yang sangat mengagumkan dari segi keluasan ilmu. Penguasaan materi
ilmunya integratif, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Peran keulamaannya sangat mengaumkan, terutama dalam akhlak.
Beliau juga membawakan ilmu-ilmu dengan penyampaian yang
piawai, baik di bidang oendidikan formal maupun informal. Bagi
saya, beliau adalah guru sejati. Beliau sudah berkiprah bagi umat sejak
zaman pendudukan Jepang pada 1943-1944. Saat itu, saya terdfatar
sebagai salah seorang pelajar di Madrasah al-Mukhtariyah. Kesan
yang sangat mendalam dari beliau adalah penguasaan ilmu agama
Islam yang sudah menjadi milik dan darah daging beliau. Ilmu
yang beliau miliki sudah terintegrasi dan sudah menjadi keyakinan
lahir batinnya.
Ini terbukti ketika beliau memberikan pelajaran, hamper ditalar seolah-olah “mata
beliau terpejam”. Beliau betl-betul menghayati apa yang disampaikannya, termasuk
bahasa Arab. Bahasa Arab yang dinazhamkan berasal dari kitab-kitab berbahasa
arab, dan beliau menguasai benar nazham itu. Dari aspek efektif, kognitif, dan
psikomotor, beliau memiliki nilai yang sangat tinggi. Saya sangat mengagumi cara
32
beliau dalam proses mengajar. Beliau tidak pernah menjaga jarak antara mahasiswa
dan beliau. Secara psikologis, beliau dan para siswa tidak ada distance. Beliau
memberi keluasan kepada mahasiswa untuk mencerna dan memahami apa yang
beliau sampaikan. Jika masih tidak mengerti atau tidak jelas, beliau memberi
kesempatan untuk bertanya, dan beliau pasti menjelaskannya. Dalam proses belajar
itu, beliau selalu mendorong partisipasi siswa sehingga tercipta suasana belajar
mengajar yang sangat demokratis.
Dalam upaya menjadikan lulusan IAIN sebagai kaum intelek yang nyantri
dan santri yang inteletek,terhadap keinginan dari AnwarMusaddad,bahwa IAIN
harus menghasilkan para lulusan dengan kualifikasi kamapuan dan kepribadian
lokalnamundapat berkhidmat pada masyarakat nasional,regional,bahkan
internasional (syarifuddin, 2012: 204). Untuk itu sebagai kelajutan dari gagaanyah
tentang konsep pesantren luhur, para lulusan IAIN harus memiliki kemampuan
bahasa Asingk hususnya bahasa arab (Busyarui,1999:221). Alasannya, di harapkan
mereka kelak dapat memelihara aktivitas dan originalitas Agama (Islam) dapat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) modren. Bagiannya,
ddisitulah kunci seorang ulama. Kunci-kunci Agama harus dikuasai oleh seseorang
ulama. Untuk menguasai hal tersebut, seorang ulama harus merujuk pada sumber
ahlinya yangberbahasa Arab. Dengan demikian, bahasa Arab harus dikuasai oleh
seorang ulama (Syaripuddin, 2012:204).
E. Pendidikan Keluarga
F. Metode Dakwah
A. Kesimpulan
Beliau merupakan guru yang cukup bersahabat bagi para murid muridnya
karena beliau tidak memberikan jarak antara beliau dan muridnya untuk
berinteraksi dengan beliau. mahir menggunakan bahasa populer dan mudah
dicerna oleh audien. Juga merupakan tokoh dengan segudang talenta. Padanya
pantas disadangkan gelar ulama dai, Pendidikan , Pemimpimn dan politikus,
gayanya dalam bicara, sikapnya dalam mengungkapkan gagasan, mimik mukanya,
semuanya menggambarkan keikhlasan dan orang yang sangat konsisten terhadap
ide yang diyakininya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Hj. Yies Sa'diyah, M. (2018). Prof. K.H. Anwar Musaddad; Biografi,
Pengabdian, dan Pemikiran Ulama Intelektual. Garut: YMSI .