1 SM
1 SM
JURNAL RESPIRASI
JR
Vol. 4 No. 1 Januari 2018
ABSTRACT
Background: Tuberculosis has become a global health problem, with increasing numbers of cases in line with the increasing
number of immunocompromised patients. Intestinal of tuberculosis is believed to be a form of extrapulmonary tuberculosis which will
occur most often in the future. Case: This case presents a young woman, 20 years old, suspected of acute appendicitis with suspected
perforation, had right abdominal pain since 1 month and getting worse since 5 days PTA (prior to admission). The abdomen enlarges
and feels hard on the right abdomen after being treated for 3 days. Fever,body weaknes,decreased of appetite, decreased of body
weight approximately 7 kg since 2 months PTA. There are nausea, vomiting, diarea with runny mucus since 2 weeks PTA. The chest
x-ray, abdominal ultrasound, endoscopy was normal result and plain abdominal radiograph showed that intestinal dilatation and step
ladder features suspicious obstructive ileus. Discussion: After 2 months of therapy abdominal symptoms improved and weight began to
gradually increase. Intestinal of tuberculosis is a challenge for clinicians to diagnose despite using modern medical techniques because
the clinical and laboratory features are not specific especially when active pulmonary infection is absent and there are similarities with
other abdominal diseases. The histological features will provide a diagnose. The delay in diagnosis will lead to more severe complications.
Conclusion: At present a combination of clinical, radiological and pathological features continues to be the key to diagnosing intestinal
tuberculosis. Medical management with antituberculosis drugs will produce a significant resolution of symptoms.
Correspondence: Isnu Pradjoko, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RSUD Dr. Soetomo. Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya 60286. E-mail: widya.crusty@gmail.com
daerah tertentu di dunia dan spesifik bagi populasi yang Dari hasil radiologi toraks didapatkan hasil normal.
memiliki risiko tinggi. Terdapat beberapa bentuk yang Pada pemeriksaan USG abdomen upper lower (Gambar 1)
paling umum ditemui dari TB ekstraparu (TBEP) seperti ditemukan adanya dilatasi usus kesan ileus. Pada
yang terjadi di kelenjar getah bening, pleura, perikardial, pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi diperoleh
dan meningeal, namun TB gastrointestinal diyakini akan gambaran step leader patologis kesan ileus obstruksi kesan
menjadi bentuk TBEP yang akan terjadi paling sering tinggi. Telah dilakukan pemeriksaan histopatologi dari hasil
berikutnya di masa depan. Ada banyak variabilitas dalam biopsi nodul mesenterium dan appendiks post apendiktomi
prevalensi TB usus berdasarkan lokasi geografis dan ditemukan gambaran radang kronik granulomatosa
profil penduduk yang berisiko, namun sejatinya penyakit mendukung gambaran Tuberculosa.
ini sangat sulit untuk memastikan prevalensinya karena Lapisan serosa sampai lemak periapendiks tampak
banyak pasien dengan TB usus dengan asimptomatik dalam sebaran sel radang limfosit, plasma dan epiteloid histiosit
keterlibatan usus mereka. Hal ini memerlukan indeks yang yang sebagian membentuk struktur granuloma (Gambar
sangat tinggi dalam kecurigaan kita terhadap TB usus, 2a). Pemeriksaan nodul mesenterium tampak pula sebaran
karena dengan adanya keterlambatan dalam diagnosis sel radang limfosit, plasma dan epiteloid histiosit yang
akan mengakibatkan komplikasi yang lebih berat. Hal ini sebagian membentuk struktur granuloma, di sekitarnya
diakibatkan karena kurangnya gejala yang menggambarkan tampak multinucleated giant cell langhans type, dan
klinis spesifik dalam mengarahkan seorang dokter untuk area nekrosis.
mencurigai bahwa keluhan seorang pasien menunjukan
adanya TB usus. 2
Telah dilaporkan kasus TB usus yang sebelumnya
terdiagnosa apendiksitis akut, dimana keluhan abdominal
lebih dominan, tidak terdapat keluhan respiratorik, dan
diagnosis tegak setelah dilakukan apendiktomi dengan hasil
histopatologi kesan tuberkulosis usus.
KASUS
termasuk TB gastrointestinal, telah berada pada posisi merupakan lokasi yang paling sering sekitar 44-93% kasus.
yang sama dengan adanya peningkatan kejadian TB paru. Usus besar dan usus kecil merupakan lokasi TB yang paling
Tuberkulosis gastrointestinal tampaknya hadir lebih sering sering berikutnya, sedangkan esofagus dan perut jarang
dan dalam bentuk yang lebih parah pada pasien dengan terlibat. Mycobacterium tuberculosis memiliki kapsul yang
imunokompromais yakni HIV sebagai infeksi sekunder mengadung lipid sebagai pertahanan diri dari antitoksin dari
dimana terjadi defisiensi dalam respon imun host .1,2,3 sel inang pencernaan. Hal ini yang menjelaskan mengapa
Prevalensi TB gastrointestinal tampaknya bervariasi terjadi kelangkaan lesi gastrointestinal pada daerah
sesuai dengan kondisi geografi. Untuk negara Arab proksimal. Lumen sempit dan relatif statis dari daerah
Saudi, TB gastrointestinal merupakan TBEP yang paling ileocecal memungkinkan terjadinya fagosit kapsul dan
umum terjadi dengan angka prevalensi kisaran 15,8% dari penyerapan organisme. Banyaknya jaringan limfatik pada
kasus TB. Sedangkan di negara India pasien dengan HIV daerah ileocecal menyebabkan meningkatnya infeksi pada
menunjukkan sekitar 14% ditemukan adanya gambaran lokasi ini. Setelah organisme mencapai submukosa maka
TB usus pada hasil otopsi. Pada negara yang lebih maju basil mengalami kolonisasi pada Patch Peyer dan memulai
prevalensi tampaknya jauh lebih rendah. Sebuah studi respon inflamasi dan membentuk granuloma. Kemudian
otopsi retrospektif di Jepang menunjukkan prevalensi 1,6% tuberkel mengalami nekrosis kaseosa dan melepaskan
dari TB sementara di Kanada TB usus mewakili 4,2% dari organisme ke dalam jalur limfatik yang memungkinkan
kasus TBEP. 2,3 migrasi ke kelenjar regional dan membentuk granuloma.
Adanya variabilitas dalam prevalensi TB usus Sebagian tuberkel membesar sehingga dinding usus
disebabkan oleh status sosial ekonomi lemah dan cenderung menjadi nyata menebal dan terjadi peningkatan papiler
terjadi pada negara dengan imunokompromais yang tinggi. kecil pada mukosa usus. Gabungan dari peristiwa ini
Pasien dengan imunokompromais termasuk HIV, pasien terkait menyebabkan mukosa superfisial menjadi edema
dalam pengobatan dengan anti agen tumor nekrosis faktor dan mengalami ulserasi. Jika mukosa yang mengalami
dan pasien yang menjalani transplatasi ginjal, jantung dan ulserasi mengalami penyembuhan maka akan terjadi
hepar. Penggunaan agen imunosupresan yang digunakan deposisi dan kontraksi kolagen pada submukosa sehingga
dalam imunitas paska transplantasi organ, menyebabkan akan menyebabkan striktur. Dengan demikian, TB usus
respon terhadap infeksi mikobakteri akan menjadi merupakan gabungan proses ulserasi, hipertrofi, campuran
menurun. Studi menunjukkan kejadian TB pada penerima ulserasi hipertrofi dan proses fibrosis. Bentuk ulseratif lebih
transplantasi organ menjadi 0,35-2,3%, dengan angka mungkin ditemukan pada usus halus dan bentuk hipertrofi
kematian mulai dari 0-40%. Sebuah studi di Korea, dengan pada caecum.1-4,6
kondisi yang sama selama dalam periode waktu 22 tahun
menunjukkan 78 kasus TB dan 24 kasus dengan TBEP TB Usus Kecil
dimana hanya 2 kasus TBEP adalah kasus TB usus.2 Usus kecil merupakan regio yang paling sering terlibat
sebagai TB gastrointestinal. Terjadinya infeksi yang
Patofisiologi
meningkat pada usus kecil sebagai salah satu penyebabnya
Terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis dari karena gerak dari usus besar ke arah distal sehingga
saluran pencernaan terjadi melalui beberapa cara yakni: kemungkinan keterlibatan TB pada ileum menjadi tiga kali
(i) Menelan sputum yang terinfeksi pada pasien dengan lebih tinggi daripada di jejunum. Telah dilaporkan di negara
penyakit paru aktif, (ii) Secara hematogen atau limfogen India terdapat 173 kasus terkonfirmasi TB gastrointestinal,
dari fokus yang jauh, (iii) Ekstensi langsung dari situs hanya 2% dari kasus yang melibatkan duodenum, sedangkan
yang bersebelahan dan (iv) konsumsi produk susu yang daerah ileocaecal yang terlibat sekitar 49% kasus. Sebuah
terinfeksi Mycobacterium bovis. Mekanisme yang terakhir studi dari New York menunjukkan keterlibatan TB
ini jarang terjadi di Amerika Serikat dan negara maju duodenum sebesar 0,3%, sedangkan keterlibatan jejunoileal
lainnya karena telah adanya pasteurisasi susu dan pengujian dan ileocaecal sebesar 35 % dan 42%.2
tuberkulin dari populasi sedangkan studi di negara Inggris
menunjukkan bahwa Mycobacterium bovis bertanggung
jawab 0,5 %-1,5% terhadap kasus TB yang terkonfirmasi
melalui kultur. 4-6
Produk susu tetap menjadi kemungkinan penyebab
infeksi mikobakteri di beberapa negara khususnya pada
negara dengan tradisi lokal untuk konsumsi susu mentah
sebagai budaya mereka. Beberapa studi telah membuktikan
bahwa sekitar 31%-50% dari pasien dengan hasil smear
sputum TB yang positif dan kavitasi paru positif pada
radiologi akan berkorelasi secara signifikan dengan
keterlibatan gastrointestinal. 3,6
Seluruh saluran pencernaan dari esofagus hingga Gambar 3. Gambaran endoskopi katup ileocecal yang mengalami
deformitas menyerupai mulut ikan dan tampak
anus bisa terlibat untuk terjadinya TB, regio ileocaecal
mukosa yang eritema pada kasus TB usus7
Kadek Widianiti, dkk : Seorang Wanita Muda dengan Tuberkulosis Usus 15
Gambaran patologi anatomi dari TB usus berupa bypass segmen usus melalui saluran fistula. Para penulis
gambaran ulseratif pada jejunum atau ileum atau gambaran berpendapat bahwa adanya obstruksi usus, malabsorpsi, dan
hipertrofi umumnya pada ileocecal. Kedua morfologi peningkatan pertumbuhan bakteri pada daerah obstruksi
histologi tersebut dapat menyebabkan gejala obstruktif. akan menyebabkan stagnasi isi lumen, menyebabkan
Gejala obstruktif ini disebabkan oleh striktur pada usus pertumbuhan bakteri berlebihan. Selain menyebabkan
yang berbentuk melingkar oleh karena proses fibrosis, diare kasus malabsorpsi juga dapat menyebabkan
inflamasi mukosa dan kompresi ekstrinsik dari adenopati. hipoproteinemia. Salah satu penulis bahkan menggunakan
Striktur yang terjadi bisa terdiri dari tiga atau lebih striktur acuan jika terjadi kurangnya perubahan warna urin setelah
pada 28% dari kasus. Gejala obstruksi dari TB mirip dengan konsumsi rifampisin sebagai tanda bahwa telah terjadi
penyebab lain dari obstruksi usus yakni mual, muntah dan malabsorpsi pada pasien dengan TB usus.2
nyeri perut. Pada pemeriksaan fisik diperoleh distensi
abdomen dan tanda-tanda hiperperistaltik usus secara TB Usus Besar
universal.2,3 TB usus besar atau TB kolon umumnya melibatkan
Perforasi yang terjadi pada TB usus kecil adalah ileocecal dan usus besar asenden. Kolon sigmoid dan rektum
komplikasi kedua setelah obstruksi. Sebagian besar laporan kurang umum terlibat. TB kolon umumnya asimtomatik
menunjukkan nyeri perut sebagai gejala utama TB usus atau hadir dengan gejala tidak spesifik yakni berupa nyeri
yakni sekitar 85%-100% dari kasus. Terdapat satu laporan perut yang akut atau kronis, demam, penurunan berat badan,
kasus dari 300 pasien dengan TB usus menunjukkan diare, mual, muntah dan hematokezia. Tindakan endoskopi
kejadian perforasi sebesar 7,6% sedangkan terdapat laporan dapat membantu dalam diagnosis dalam menyediakan
lainnya telah mencatat perforasi usus sekunder oleh karena spesimen patologi sekaligus memberikan gambaran
keterlibatan TB menjadi sebesar 25%-32,7% dengan angka karakteristik dari TB kolon. Pada pemeriksaan kolonoskopi,
kematian 30% pada kasus oleh karena perforasi. 2 gambaran morfologi kolon berupa lingkaran berwarna putih
Adanya gambaran klinis pasien TB paru yang disertai hingga kuning dengan lesi ulkus pada daerah sekitarnya
keluhan abdomen atau adanya tanda peritonitis akut tampak nodul merah muda kecil dengan eritema, edema,
harus meningkatkan kecurigaan bagi klinisi mengenai mukosa usus yang rapuh, pseudopoliposis dan stenosis
kemungkinan telah terjadi keterlibatan TB usus yang (Gambar 8). Pada sebagian besar pasien dengan TB kolon
mengalami perforasi. Tidak adanya bukti radiografi terjadi segmental, segmen kolon yang terkena biasanya
terhadap adanya TB paru paru atau pneumoperitoneum, soliter dengan ukuran 4 cm sampai 8 cm. Komplikasi TB
tidak mengesampingkan diagnosis TB usus dan perlu kolon berupa obstruksi, perdarahan, pembentukan fistula
adanya diagnostik lebih lanjut. Komplikasi lain TB usus dan perforasi. TB olon sering memerlukan intervensi bedah
yang dapat mengancam jiwa yakni adanya pendarahan oleh untuk komplikasinya.2
karena ulserasi usus kecil yang disertai dengan endarteritis
obliterative. Adanya fistula dari usus kecil yang disertai
struktur pembuluh darah seperti aorta dan arteri mesenterika,
merupakan etiologi perdarahan gastrointestinal yang masif
dan terkait mortalitas yang sangat tinggi. 2,3
Munculnya fistula merupakan kejadian yang langka.
Dalam dua penelitian yang dilakukan di India, yang
melibatkan 173 kasus dan 110 kasus TB usus, hanya
ada satu kasus yang terdokumentasi terhadap terjadinya
komplikasi fistula. Fistula enterokutaneus merupakan
komplikasi yang paling umum, diikuti oleh enteroenterik
dan enterokolon fistula. Fistula dari duodenum ke bilier
dan dari duodenum ke ginjal telah dijelaskan. Munculnya
fistula juga dilihat sebagai komplikasi dari penyakit Crohn,
kehadiran fistula tersebut pada TB usus semakin menambah Gambar 4. Gambaran endoskopi, deformitas pada usus ascenden
kompleksitas dalam membedakan kedua penyakit ini.2,3 berupa gambaran seperti mulut ikan dengan eritema
Malabsorpsi diduga terjadi pada sekitar 20% kasus. mukosa dan nodul7
Terjadi kesulitan dalam mendiagnosa komplikasi jika Diagnosis
gambaran radiologis tidak jelas ataupun tidak adanya temuan
biopsi saat dilakukannya pembedahan. TB usus adalah a. Gejala Klinis
penyebab paling umum kedua untuk kejadian malabsorpsi Dalam hal mendiagnosis TB usus merupakan sebuah
di Afrika Selatan dan India, dan patogenesis yang paling tantangan bagi klinisi karena TB usus menunjukkan
mungkin melibatkan kombinasi dari pertumbuhan bakteri gejala klinis yang kurang spesifik dan tidak ada tanda
yang berlebihan oleh karena striktur mukosa, penurunan patognomonik untuk TB usus. Pada laporan kasus dari
luas permukaan serap sekunder dalam menurunkan TB usus akan menyerupai bentukan kanker esofagus,
ulserasi dan inflamasi mukosa, kongestif dari limfatik, dan ulkus esofagus, massa lambung ulserasi, kanker
16 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 1 Januari 2018: 12–18
kolorektal, penyakit Crohn, sarkoma, dan radang usus bahwa dilaporkan massa perut yang tercatat sekitar
usus buntu yang banyak dibahas dalam literatur- 12% dari kasus. Selain itu terdapat distensi abdomen oleh
literatur. 1,2 karena obstruksi usus atau ileus .2
Komplikasi TB usus yang beragam dan sering c. Pemeriksaan Penunjang
dijumpai adalah dengan perdarahan, obstruksi lumen, Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan
intususepsi, perforasi, striktur, dan fistula. Bahkan kasus laboratorium, endoskopi, biopsi jaringan dan pemeriksaan
dengan inflamasi kronis mengakibatkan demielinasi radiologi. Hasil uji laboratorium akan menggambarkan
polineuropati sehubungan dengan tuberkulosis usus suatu proses inflamasi kronis dan adanya peningkatan
telah dilaporkan.2 kadar CRP pada pasien ini biasanya tidak terlalu spesifik
TB dapat mempengaruhi setiap bagian dari saluran dalam membantu diagnosis. Diagnostik melalui endoskopi
merupakan salah satu rekomendasi tindakan yang terbaik
pencernaan, gejala yang muncul sering akan bervariasi
saat ini sekaligus untuk tindakan biopsi. Spesimen harus
tergantung pada lokasi anatomi yang terkena penyakit.
dikirim untuk pemeriksaan histologi, kultur Basil Tahan
Sebuah studi di India, terlepas keterlibatan TB pada
Asam (BTA) dan PCR. Meskipun sensitifitas rendah pada
lokasi gastrointestinal, pasien paling sering dengan hasil smear BTA, pemeriksaan ini tetap menjadi informasi
keluhan sakit perut, demam, dan penurunan berat tambahan yang berguna dalam praktik klinis karena
badan. Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian memiliki spesifisitas tinggi dan itu harus tetap merupakan
bahwa gejala nyeri perut sebagai gejala yang paling komponen penting dalam melengkapi pemeriksaan dengan
umum pada 70 sampai 100% pasien. Kolik abdomen spesimen biopsi endoskopi.2,9
umumnya intermiten yang menggambarkan bahwa telah
terjadi obstruksi usus yang subakut. Sering terjadi pada
regio kuadran kanan bawah atau daerah periumbilikalis,
bisa juga nyeri pada retrosternal atau epigastrium dalam
kasus-kasus langka pada TB esofagus atau keterlibatan
hingga lambung. Anoreksia dan penurunan berat badan
yang terlihat pada mayoritas pasien, sedangkan gejala
mual, muntah, dan demam terlihat di sekitar 40% dari
pasien (Tabel 1). Perubahan kebiasaan buang air besar
ditemui dalam 42-76% dari pasien yang terkena, dengan
diare lebih umum daripada konstipasi.1,2
Pada pasien ini gejala respiratorik tidak ditemukan, Gambar 5. Pemeriksaan Endoskopi usus4
namun terdapat keluhan abdominal dan sistemik seperti
nyeri perut, mual, muntah, diare, demam, penurunan Keterangan:
a. Bentuk ulseratif dari TB ileosekal;
nafsu makan, penurunan berat badan yang drastis dan b. Hypertrophic TB ileosekal - dengan ulserasi mukosa usus;
didapatkan riwayat kontak lama dengan teman dekat c. TB ileosekal dengan tampak kontraksi saekum dengan katup
sebagai fakor risiko untuk terjadinya TB usus. ileosekal yang menyempit dan mengalami deformitas dan
beberapa bagian yang mengalami ulserasi;
b. Pemeriksaan Fisik d. Ulkus superfisial di ileum terminal;
e. Celah katup ileosekal mengalami ulkus hingga caecum dan
Pada pemeriksaan fisik diperoleh dalam perabaan berupa kolon asenden.
massa abdomen. Terdapat serangkaian kasus di India f. Striktur ileum terminal dengan dengan ulkus pada katup
yang melibatkan 173 kasus melakukan konfirmasi TB ileosekal dan jalur caecum 1,3
Kadek Widianiti, dkk : Seorang Wanita Muda dengan Tuberkulosis Usus 17
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA 7. Gan Hong Ying. An Analysis of the Clinical, Endoscopic and
Patologic Features of Intestinal Tuberculosi. J Clin Gastroenterol.
1. Debi U, Ravisankar V, Prasad KK, et.al. Abdominal Tuberculosis of 2016; 50; 470-475
Gastrointestinal tract. World J Gastroenterol 2014; 20(40); 14831- 8. Pathak P, Sahu SK, Agrawal A. Clinicopathological Profile and
14839. Surgical Outcome of Patient of Gastrointestinal Tuberculosis
2. Eric H. Choi et all. Gastrointestinal Tuberculosis ini Tuberculosis Undergoing Laparotomy. Himalayan Institut of Medical Science.
and Nontuberculous Mycobacterial Infections, 6th ed. Washington, 2016: 111(6); 487-492
DC: ASM Press; 2011. 9. Tandon P, Parakash A. Pathology of Intestinal Tuberculosis and its
3. Khuroo Sultan et all. Tuberculosis of Smal Bowel and Colon in distinction from Chrown Disease. British Medical Journal. 2015.
Abdominal Tuberculosis. Springer.2014. 659-667 13(4); 260-269.
4. Shi XC, Zhang LF, Zhang YQ, et.al. Clinical and Laboratory 10. Ahmad R, Shafique MS, Zafar S, Mehmood S, Qureshi U, Khan
Diagnosis of Intestinal Tuberculosis. Chinese Medical Journal. JS. Tuberculosis Pattern of Presentation and Surgical Management.
Volume 129. 2016: 129(19); 1330-1333. Professional Medical Journal. 2016. 23(11); 1334-1339.
5. Ahmed FB. Tuberculous enteritis. British Medical Journal. 1996 11. Robert J, Kalsuke MD, Anderson WJ, et.al. Primary Tuberculosis
August 31; 313(7051); 215-217. Enterolitis. Michigan State University. 2015; 110-113.
6. Horvath KD, Whelan RL. Intestinal Tuberculosis: Return of an Old 12. Limsrivilai J, Shreiner AB, Pongpaibul A, et.al. Metanalytic Bayesian
Disease. American Journal of Gastroenterology. Elsevier Science Model for Diferentiating Intestinal Tuberculosis from Chrohn
Inc. 1998 May; 93(5): 692-696. Disease. Am J Gastroenterol. 2017 March; 112(3): 415–427.