Disusun oleh
Kelompok II
Jurusan Manajemen
Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena
atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik
bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas kuliah manajemen risiko
dengan judul “risiko spekulasi lainnya“
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT,
dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca dan
para pemerhati pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami
demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Risiko spekulatif
kdang-kadang dikenal pula dengan istilah (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya di suatu tempat mengahdapi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, investasinya menguntungkan atau malah invetasinya
merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana risiko perubahan kurs
2. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kurs
3. Eksposur terhadap perubahan kurs
4. Bagaimana risiko teknologi dan risiko lainnya
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana risiko perubahan kurs
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kurs
3. Untuk mengetahui eksposur terhadap perubahan kurs
4. Untuk mengetahui risiko teknologi dan risiko lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
Kurs adalah nila suatu mata uang relative terhadap mata uang lainnya. Sebagai
contoh, kurs rp/$ barangkali dituliskan sebagai berikuti ini: Rp 10.000/$. Kurs tersebut
mempunyai arti bahwa satu dollar Amerika Serikat nilainya sama dengan 10.000 rupiah.
Nilai absolut dari kurs tersebut barangkali tidak begitu penting. Dengan kata lain, dalam
kurs diatas, tidak berarti bahwa rupiah merupakan mata uang yang lebih jelek karena
lebih murah dibandingkan dollar AS. Perubahan kurs barangkali yang lebih penting
diperhatikan. Jika rupiah mempunyai kecenderungan melemah terhadap dollar AS, maka
kecendenrungan tersebut bisa mengindikasikan sesuatu. Mata uang suatu Negara
merupakan cerminan kondisis ekonomi suatu Negara. Jika perekonomian suatu Negara
membaik, maka mata uang Negara tersebut cenderung menguat terhadap mata uang
Negara lainnya.
Jika suatu Negara menetapkan kurs mata uangnnya terhadap mata uang lain maka
perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar. Perubahan kurs dilakukan
oleh pemerintah secara resmi. Istilah menguat atau melemahnya mata uang dengan sistem
kurs yang tetap dan bebas bisa dilihat pada table berikut
Table berikut ini menyajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya (perubahan kurs).
Keterangan:
Kolom (2) pada table diatas menyajikan situasi dimana rupiah melemah dari Rp 10.000/$
pada awal tahun menjadi Rp 12.000/$ pada akhir tahun. Dalam situasi tersebut, dollar
mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 20%. Jika kita menggunakan sudut pandang
rupiah, maka kita mengatakan bahwa rupiah melemah terhadap dollar AS sebesar
16,67%. Tanda positif menunjukkan penguatan, sementara tanda negative menunjukkan
pelemahan. Perhatikan bahwa penguatan dollar terhadap rupiah tidak harus sama
angkanya dengan pelemahan rupiah terhadap dollar. Kolom (3) menyajikan contoh
perhitungan situasi dimana rupiah menguat terhadap dollar.
Dalam system kurs bebas, kenapa kurs bias berubah-ubah. Ada banyak factor yang
menyebabkan kurs bias berubah-ubah. Berikut ini pembahasan mengenai factor-faktor
tersebut:
a. Perbedaan Inflasi
Inflasi suatu Negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lainnya menyebabkan
kurs mata uang Negara tersebut melemah. Hubungan yang lebih formal atas pernyataan
tersebut bias dilihat melalui persamaan kondisi paritias purchasing power parity sebagai
berikut :
(𝑒𝑡⁄𝑒0) = (1 + 𝑖ℎ )𝑡⁄(1 + 𝑖𝑓 )𝑡
𝑡 = waktu
Sebagai contoh, misalkan Kurs awal Rp/$ adalah Rp 10.000/$. Inflasi di Indonesia dan
Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. kurs Rp/$ satu tahun mendatang
menurut model tersebut adalah:
Tingkat bunga bisa dibedakan menjadi tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil.
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang bias diobservasi. Sebagai contoh, jika
kita memperoleh informasi tingkat bunga deposito sebesar 12% per tahun, maka tingkat
bunga tersebut merupakan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil tidak bias
diobservasi secara langsung. Negara yang mempunyai tingkat bunga nominal yag tinggi,
mata uangnnya cenderung mengalami depresi. Secara formal, kondisi paritas international
fisher effect meringkaskan situasi tersebut melalui formula berikut ini.
(𝑒𝑡⁄𝑒0) = (1 + 𝑟ℎ )𝑡⁄(1 + 𝑟𝑓 )𝑡
𝑡 = waktu
Sebagai Contoh, misalkan Kurs awal Rp/$ adalah Rp 10.000/$. Tingkat bunga di
Indonesia dan Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. kurs Rp/$ satu tahun
mendatang menurut international fisher effect adalah:
Tingkat bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Dengan kata lain, Negara
mempunyai tingkat bnga riil, maka mata uang Negara tersebut cenderung menguat.
Alasannya adalah, uang akan mengalir ke Negara dengan tingkat keuntungan yang lebih
tinggi. Sebagai contoh, misalkan tingkat bunga rill di Indonesia adalah 5%, sementara
tingkat bunga rill di Amerika Serikat adalah 3%. Dana akan mengalir dari Amerika
Serikat ke Indonesia. Aliran modal tersebut menyebabkan permintaan terhadap rupiah
meningkat sehingga rupiah akan menguat terhadap dollar AS. Pada waktu tingkat bunga
rill keduanya sama, missal sama-sama 4%, aliran dana akan berhenti. Sayangnya tingkat
bunga rill tidak bias diobserfasi langsung. Tingkat bunga rill tersebut bias dihitung secara
tidak langsung melalui persamaan berikut ini.
(1 + 𝑅) = (1 + 𝑎)(1 + 𝑖)
I = inflasi
Negara yang mempunyai bank sentral yang independen akan cenderung mempunyai mata
uang yang lebih kuat dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan independensi disini adalah
kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya) pemerintah yang sedang berkuasa.
d. pertumbuhan ekonomi
Negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik banyak
investor. Banyak investor yang ingin masuk, yang menyebabkan naiknya permintaan
terhadap mata uang tersebut. Mata uang tersebut akan meningkat nilainya karena banyak
permintaan terhadap mata uang tersebut.
e. ekspestasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas, sehingga bisa digunakan sebagai alat investasi.
Pengharapan masa mendatang cukup menentukkan nilai suatu sekuritas. Jika investor
memperkirakan perusahaan tertentu akan mempunyai prospek yang baik, maka saham
perusahaan tersebut akan meningkat, meskipun saat ini perusahaan tersebut tidak atau
belum mengalami perubahaan yang signifikan.
Tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan kurs :
1. Eksposur Transaksi
2. Ekposur Akuntansi
3. Eksposur Operasi
1. Eksposur Transaksi
Ekspor trasaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak
tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap
perubahan kurs. Sebagai contoh, misalkan importer Indonesia membeli barang dari
Amerika Serikat senilai $1 juta. Pembayaran dilakukan tiga bulan mendatang. Kewajiban
melunasi utang dagang tersebut senilai $1 juta rentan terhadap perubahan kurs diamasa
mendatang. Jika kurs Rp/$ tiga bulan mendatang, pada saat utangnya jatuh tempo,
melemah, maka ia akan mengalami kerugian karena harus menyediakan rupiah yang lebih
banyak. Sebagai contoh, jika kurs Rp/$ jatuh menjadi Rp20.000/$, padahal saat ini kurs
Rp/$ adalah Rp10.000/$, maka ia harus menyediakan rupiah dua kali lebih banyak. Tetapi
jika kurs rupiah tiga bulan mendatang menguat terhadap dollar, importer tersebut akan
memperoleh keuntungan. Sebagai contoh, missal tiga bulan mendatang kurs Rp/$ menjadi
Rp5.000/$, maka ia akan menyediakan rupiah lebih sedikit (separuh dari rupiah yang
disediakan saat ini).
Bagan berikut ini menunjukkan situasi yang dihadapi oleh importir tersebut.
Bagan tersebut menunjukkan bahwa jika rupiah melemah (bergerak ke kanan), maka
importir tersebut mengalami kerugian. Semakin besar pelemahan rupiah, semakin besar
kerugian importir tersebut. Tetapi jika rupiah menguat, importir tersebut memperoleh
keuntungan, karena menyediakan rupiah yang lebih sedikit. Semakin besar penguatan
rupiah (kurs bergerak kekiri), semakin besar keuntungan importir tersebut.
Misalkan seorang eksportir Indonesia menjual barang ke Amerika Serikat, dan akan
menerima $1 juta tiga bulan mendatang. Posisi spot yang dihadapi oleh eksportir tersebut
akan terlihat seperti berikut ini.
Bagan posisi spot eksportir : long$
Bagan tersebut menunjukkan contoh yang berkebalikan dengan sebelumnya. Jika rupiah
melemah, maka eksportir tersebut akan memperoleh keuntungan, karena dia akan
memperoleh rupiah yang lebih banyak. Sebaliknya, jika rupiah menguat (kurs bergerak
kea rah kiri), eksportir tersebut akan mengalami kerugian, karena ia akan menerima
rupiah yang lebih sedikit. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa eksportir dan importir,
karena memasuki kontrak atau transaksi perdagangan, akhirnya menghadapi risiko
perubahan kurs
2. Eksposur Akuntansi
Eksportir akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu,
kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan (terekspos)
terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi semacam itu
menghasilakn keuntungan dan kerugian. Sebagai ilustrasi, misalkan suatu perusahaan
multinasional Amerika Serikat, memiliki anak perusahaan di Indonesia. Misakan neraca
anak perusahaan tersebut pada awal tahun terlihat berikut ini.:
Total aset adalah Rp10 juta. Karena neraca tersebut dalam rupiah, sedangkan perusahaan
multinasional tersebut merupakan perusahaan Amerika Serikat, maka neraca tersebut
perlu dikonversi ke dollar. Misalkan kurs awal tahun adalah Rp5.000/$.
Kolom 3 hasil proses konversi.
Kolom 4 hasil konversi dengan menggunakan kurs yang baru.
Kerugian disebabkan bukan karena perubahan ekonomis perusahaan, tetapi karena
perubahan kurs.
3. Eksposur Operasi
Eksposur yang terjadi karena operasi perusahaan yang rentan terrhadap perubahan kurs.
Contoh : Produsen mobil Jepang Toyota menjual mobilnya ke Amerika Serikat. Jika yen
menguat terhadap dollar AS, maka harga mobil Toyota di AS akan menjadi semakin
mahal menyebabkan daya saing mobil Toyota di Amerika Serikat turun.
Penjelasan melalui tabel
Terlihat pada tabel bahwa harga mobil Toyota lebih mahal karena terjadi perubahan kurs.
Karen harga mobil Toyota di Amerika Serikat semakin mahal, akibat selanjutnya adalah
penjualan Toyota di AS berkurang, yang mengakibatkan kas masuk Toyota dari penjaulan
di AS berkurang. Disisi lain, Toyota harus membayar imput, tenaga kerja di jepan. Jika
pemasukan terganggu, maka operasi Toyota bisa terganggu karena pemasukan menjadi
lebih sedikit, padahal pengeluaran tetap sama. Toyota dalam contoh diatas dikatakan
mempunyai eksposur operasi, karena operasi Toyota rentan terhadap perbuahan kurs.
4. Eksposur Ekonomi
Eksposur operasi digabung dengan eksposur transaksi menjadi eksposur ekonomi.
Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi
Eksposur ekonomi adalah nilai perusahaan yang rentan terhadap perusahaan kurs.
Sebagai ilustrasi, kembali ke contoh Toyota, karena penjualan Toyota berkurang,
akibatnya adalah menurunnya aliran kas untuk Toyota. Karena aliran kas berkurang, nilai
harga saham Toyota bisa kurang. Dengan demikian, harga saham Toyota terekspos
(rentan) terhadap perubahan kurs.
2. RISIKO TEKNOLOGI
Alternatif lain untuk melihat efek dari teknologi adalah menggunakan bagan berikut ini :
Biaya total perusahaan dengan tekhnologi intensif versus tekhnologi ringan
Bagan diatas menggambarkan dua perusahaan:
Perusahaan yang melakukan investasi yang signifikan di bidasng tekhnologi.
Perusahaan ditandai dengan TC2 ( total cost atau biaya total ). Karena perusahaan
melakukan investasi yang signifikan di bidang tekhnologi, kemudian dikapitalisasi, maka
depresiasi yang dibebankan menjadi lebih tinggi. Dengan kata lain biaya tetap perusahaan
tersebut cukup tinggi ( FC2 ). Tetapi biaya variabel perusahaan tersebut lebih rendah.
Karena itu slope dari TC2 cenderung lebih datar.
Perusahaan yang investasi di bidang tekhnologi lebih sedikita kan menggunakan
mesin yang lebih sedikit. Karena itu depresiasinya lebih sedikit, dan biaya tetapnya lebih
kecil, seperti yang ditunjukan oleh FC1. Tetapi biaya variabelnya lebih besar,
sehingga slope dari TC1 lebih besar dibanding dengan slope daro TC2.
Dari bagan di atas terlihat bahwa jika perusahaan beroperasi dengan output dibawah
Q*, maka perusahaan dengan tekhnologi rendah akan lebih efisien ( mempunyai biaya
yang lebih rendah ). Tetapi jika perusahaan beroperasi di atas Q*, maka perusahaan
dengan tekhnologi tinggi akan lebih efisien. Semakin besar output yang dihasilkan, akan
semakin efisien bagi perusahaan yang menggunakan tekhnologi yang lebih besar.
Di samping bisa mengefisiensikan operasi perusahaan, penggunaan teknologi yang tepat
bisa meningkatkan penjualan. Sebagai contoh bank yang mempunyai atm yang lebih baik,
jaringan yang lebih tersebar, mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan lebih banyak
nasabah dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai atm atau jaringan atm nya
tidak banyak. Perusahaan dengan teknologi yang lebih baik bisa meluncurkan produk
baru, inovasi baru lebih baik lagi.
Di samping manfaat teknologi seperti yang di bicarakan, penggunaan teknologi bisa
memunculkan resiko-resiko yang berkaitan dengan teknologi tersebut.
Ketergantungan pada teknologi bisa mengakibatkan timbulnya resiko baru. Pada
teknologi manual ( di kerjakan oleh manusia ), resiko yang sering di hadapi adalah
kesalahan manusia seperti kesalahan mencatat karna kecapaian. Frekuensi kesalahan
semacam itu relative sering.
IBM pada tahun 1970-an merupakan perusahaan yang terkemuka dengan produk
andalannya yaitu komputer mainframe. Pangsa pasar computer mainframe mencapai
lebih dari 90%. Pada tahun 1980-an, komputer PC mulai popular. IBM termasuk salah
satu perusahaan yang mempopulerkan PC.tetapi PC tersebut tidak pernah di anggap
sebagai produk serius. Ketika PC semakin baik, semakin andal, banyak perusahaan
yang beralih dari mainframe ke PC, karna biayanya yang lebih murah.
Pada tahun 1990-an floppy disk, sempat mendapat persaingan dari produk baru zip-
drive ( buatan omega ). Zip-drive mirip dengan disk-drive, bedanya zip-drive lebih
tebal, dan mempunyai kapasitas lebih besar secara ekonomis zip-driver tersebut lebih
baik di bandingkan dengan disk-drive. Karna itu beberapa PC mulai memasang zip-
drive tersebut bersamaan dengan floppy-disk drive. Nampaknya zip-drive akan
menjadi standar baru menggatikan floppy-drive. Karna sesuatu hal zip-driva tidak
pernah berkembang pesat apalagi menggantikan floppy-drive. Beberapa analisa
menganggap kesalahan ada pada perusahaan karna tidak bisa memanfaatkan
momentum dengan cepat. Tetapi sumber penghalang lain adalah munculnya teknologi
penyimpanan data yang lebih baik seperti CD recordable dan writeable, yang lebih
murah yang mempunyai kapasitas yang jauh lebih banyak.
Misalkan suatu perusahaan melakukan investasi pada pabrik semen. Pembangunan
pabrik tersebut memakan waktu lama, misal 3 tahun. Pada waktu pabrik selesai di
bangun, ternyata muncul teknologi baru yang lebih efesien. Akibatnya yang sudah
terlanjur di bangun tersebut tidak akan se efesien jika pabrik menggunakan teknologi
baru tersebut.
3. RISIKO LAINNYA
di samping resiko perubahan kurs dan resiko teknologi, masih banyak resiko spekulatif
lainnya yang di hadapi oleh perusahaan bagian berikut ini menjelaskan sebagian resiko
spekulatif lainnya. Tujuan utamanya adalah menyadarkan pembaca bahwa masih banyak
resiko lain yang harus di perhatikan oleh perusahaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Risiko spekulatif
kdang-kadang dikenal pula dengan istilah (business risk). Risiko spekulasi lainnya
terdiri dari : risiko perubahan kurs, risiko teknologi, risiko likuiditas, dan risiko
politik.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian makalah ini kami mohon maaf. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA