PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis dengan landasan dan asas
pendidikan. Landasan pendidikan diantaranya filosofis, sosiologis, kultural,
psikologis, ilmiah dan teknologis. Sedangkan asas pendidikan terdiri dari asas
tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat dan asas dalam kemandirian
belajar. (Tirtarahardja & Sulo, 2005:124). Pendidikan merupakan hak dari
semua anak, seperti yang ada dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang
menjadikan pendidikan mendapatkan perhatian yang khusus dan tercantum
secara eksplisit pada alenia keempat. Serta pendidikan sudah dianggap sebagai
hak asasi manusia yang harus secara bebas dapat dimiliki oleh semua anak.
Dalam dunia pendidikan khususnya pada proses pembelajaran, diadakannya
suatu evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap
materi yang telah dijelaskan. Pada kegiatan evaluasi diperlukan sebuah
instrumen berupa tes.
1
mencakup kegiatan mental (otak). Ranah afektif berkaitan dengan perilaku-
perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, sedangkan ranah
psikomotor berkaitan dengan perilaku yang menekankan pada aspek
keterampilan motorik. Penilaian dengan menggunakan tes tertulis paling sering
digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa.
2
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill)
merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan
kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi
pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis
dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah
pada situasi baru (Rofiah,dkk. 2013). Secara umum, terdapat beberapa aspek
yang menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh
seseorang yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, serta memecahkan
masalah. Johnson (2007) Rofiah,dkk. (2013) mengemukakan bahwa berpikir
kritis merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa
mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pemikiran
orang lain. Kemampuan berpikir kreatif (Thomas, 2000 dalam Rofiah,dkk.
2013) menyatakan bahwa berpikir kreatif meliputi mengkreasikan,
menemukan, berimajinasi, menduga, mendesain, mengajukan alternatif,
menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Membentuk ide yang kreatif berarti
muncul dengan sesuatu yang tidak biasa, baru, atau memunculkan solusi atas
suatu masalah. Kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif dapat ditunjukkan
melalui beberapa indikator, misalnya mampu mengusulkan ide baru,
mengajukan pertanyaan, berani bereksperimen dan merencanakan strategi.
Berpikir kritis dan berpikir kreatif ini akan digunakan sebagai suatu
pemikiran dalam pemecahan masalah yang menggunakan pengetahuan, serta
keterampilan yang dimiliki dalam memecahkan permasalahan yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
baik itu dalam kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat dimiliki secara langsung
melainkan melalui proses latihan. Dengan pembelajaran dan instrumen yang
digunakan, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Pada penelitian ini akan mengembangkan sebuah instrumen untuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa SMP sebagai pengembangan
dini dan latihan pada siswa agar nantinya mampu berpikir kritis, kreatif dan
bisa memecahkan masalah yang dihadapinya. Instrumen penilaian berupa tes
3
tertulis selain digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa. Soal-
soal yang digunakan sebagai latihan tersebut dapat berisi pertanyaan yang
menguji siswa dalam hal pemecahan masalah, berpikir kritis serta berpikir
kreatif. Agar dapat menjawab pertanyaan tersebut, diperlukan penalaran
tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi. Berpikir logis yang tinggi
sangat diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya
dalam menjawab pertanyaan karena siswa perlu menggunakan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya
dalam situasi baru (Rofiah,dkk. 2013).
1.3 Tujuan
4
2. Mengetahui Respon Siswa terhadap instrumen tes berbasis kemampuan
berpikir tingkat tinggi IPA.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tes
Tes berasal dari bahasa Latin testum yang berarti alat untuk mengukur
tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan
untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya. Testing
adalah saat pengambilan tes, testee adalah responden yang sedang
mengerjakan tes sedangkan tester adalah subjek evaluasi. Tes sebagai salah
satu alat ukur adalah suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan
prilakuk beberapa orang (Cronbach, 1960 dalam Budhyani dkk. 2010). Untuk
membandingkan perilaku beberapa orang dapat digunakan skala numberik
atau sistem tertentu. Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan
dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam
kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Secara umum, ada
dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: Sebagai alat pengukur
terhadap siswa, dan Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran,
sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. Secara umum tes
dibedakan berdasarkan obyek pengukurannnya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (Achievement
test)
6
pada Penilaian merupakan proses penentuan informasi yang dilakukan serta
penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum
keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.
7
(1) Menganalisis (C4):
8
dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
yang ditunjukkan oleh guru. Bloom (Nana Sudjana, 2006:22 dalam
Tampubolon, 2014:141) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Gagne
(Sanjaya, 2008:163 dalam Tampubolon, 2014:141) mengidentifikasi lima
jenis hasil belajar yaitu: 1) belajar keterampilan intelektual yaitu belajar
diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah. 2) belajar informasi verbal
yaitu belajar melalui symbol-simbol tertentu 3) belajar mengatur kegiatan
intelektual yakni belajar mengatur kegiatan intelektual yang berhubungan
dengan kemampuan mengaplikasikan keterampilan intelektual 4) belajar
sikap, yaitu belajar menentukan tindakan tertentu 5) belajar keterampilan
tindakan motorik yaitu belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu mulai
dari yang sangat sederhana hingga yang kompleks seperti mengoperasikan
mesin atau kendaraan. Berkaitan dengan jenis-jenis hasil belajar tersebut,
dapat dikemukakan bahwa hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah
laku siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada
penelitian ini hasil belajar dibatasi pada aspek kognitif yaitu mulai dari
taksonomi bloom menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), mengkreasi (C6).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, dan
Elvin Yusliana Ekawati pada Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.2
halaman 17 tahun 2013 yang melaksanakan penelitian mengenai
pengembangan pada penyusunan tes kemampuan berpikir tingkat tinggi
fisika pada siswa SMP. Bertujuan untuk mengetahui karakteristik instrumen
tes kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa SMP yang disusun.
Pengambilan data dilakukan melalui teknik tes serta telaah kualitatif oleh ahli
evaluasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa telah disusun instrumen tes kemampuan berpikir tingkat pada siswa
SMP untuk materi Sifat Cahaya dan Alat Optik dalam dua paket tes, yaitu
paket tes A dan paket tes B. Tes disusun dari 29 indikator kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari 6 indikator kemampuan berpikir kritis,
12 indikator kemampuan berpikir kreatif dan 11 indikator kemampuan
9
pemecahan masalah. Masing-masing paket tes terdiri dari 30 item dengan
waktu pelaksanaan 60 menit. Pada paket tes A diperoleh hasil akhir 20% item
diterima, 73% item direvisi serta 7% item ditolak. Sedangkan pada paket tes
B diperoleh hasil akhir 20% item diterima, 80% item direvisi, dan tidak ada
item yang ditolak.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Umi Pratiwi dan Eka Farida Fasha
tahun 2015 pada jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA meneliti tentang
pengembangan instrument penilaian HOTS berbasis kurikulum 2013
terhadap sikap disiplin. Proses pengembangan instrumen penilaian HOTS dan
sikap disiplin masing-masing terdiri dari 12 indikator dengan skor maksimal
4.00 menghasilkan: Instrumen penilaian adalah valid menurut 4 (empat)
validator, yaitu diperoleh rata-rata nilai validitas 3,57. Instrumen penilaian
dikatakan efektif/berhasil, karena mencapai kesuksesan instrumen penilaian
dengan skor HOTS 73,3% dan sikap disiplin 90% dari skor total. Instrumen
penilaian ini baik digunakan untuk siswa dengan keaktifan tinggi, bekerja
mandiri dan kemampuan yang kurang baik dalam menyelesaikan soal-soal
fisika secara sistematis.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
Model pengembangan yang digunakan pada peneltian ini adalah model tipe
formative research Tessmer (1993). Penelitian ini memiliki 4 tahapan yaitu
prelimiminary, tahap self evaluation dan tahap formative evaluation
(prototyping) yang terdiri dari expert reviews dan one-to-one (low resistence to
revision) dan small group serta tahap field test (high resistance in revision).
1. Tahap Preliminary
Pada tahap ini akan dilaksanakan penilaian oleh diri sendiri terhadap desain
instrument tes kemampuan berpikir tingkat tinggi yang akan dibuat oleh
peneliti. Adapun tahapan pada tahap self evaluation terdiri dari analisis dan
desain. Analisis terdiri dari tiga bagian yaitu:
1) Analisis Kurikulum
3) Analisis Materi.
11
Sedangkan pada Desain merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
desain dimana peneliti mendesain kisi-kisi soal pada instrumen tes, soal-
soal instrument tes kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kunci jawaban
instrument tes. Desain pada produk ini disebut prototype yang pada
masing-masing prototype fokus pada tiga karakteristik diantaranya konten,
konstruks, dan bahasa.
Pada tahap ini produk yang telah dibuat dan didesain akan dievaluasi.
Tahap evaluasi ini produk akan diujicobakan dalam tiga kelompok yaitu
Expert Review, One-to-one, dan Small group.
1) Expert Review
(1) Valid tanpa revisi maka kegiatan selanjutnya adalah field test.
(2) Valid denga ada revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah merevisi
terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan field test.
2) One-to-one
3) Small group
Hasil revisi dari Expert review dan one-to-one ini yang dijadikan
sebagai dasar untuk merevisi prototype I dan prototype II. Selanjutnya
hasil diujicobakan pada small group (heterogen) yang karakteristik
siswanya terdiri dari kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hasil tes
dari para ahli pakar dan komentar siswa, produk diperbaiki kembali
agar dapat menghasilkan instrumen tes berbasis kemampuan berpikir
tingkat tinggi untuk mengukur hasil belajar siswa SMP dalam mata
pelajaran IPA. Setelah dilakukannya revisi pada pada tahap ini disebut
sebagai prototype III.
Pada tahap ini dari komentar atau saran-saran serta hasil uji coba pada
prototype III yang dijadikan dasar untuk merevisi desain prototype III.
Hasil revisi diujicobakan ke non subjek penelitian dalam hal ini field test.
Uji coba pada tahap ini, produk yang direvisi yang kembali diujicobakan
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt.
13
3.3.2 Subjek Uji Coba
Subjek uji coba yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Seririt semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
2. Lembar Validasi
15