NIM : 171000197
1. Demam Tifoid
1. Tidak
Terbiasa
CTPS
5. Kurangnya 3. Tidak mencuci
bersih
Pengetahuan
makanan
Ibu
DEMAM
TIFOID
4. Penyaji
makanan 2. Jajan
tidak higienis Sembaran
gan
Daftar Pustka
Ramaningrum,Galuh. Faktor faktor yang memengaruhi kejadian demam tifoid pada anak di
RSUD Tugurejo Semarang. FK Universitas Muhamadiyah Semarang.
2. TUBERCULOSIS (TBC)
Penyebab timbulnya masalah TBC pada orang dewasa adalah :
5. Tidak 2.Tidak
menutup mulut
Minum
saat bersin
Obat
TBC
4.Batuk tidak
menutup 3.Membuang
mulut Dahak
Sembarangan
Daftar Pustaka
5.Makan di 2.Tidak
memasak
sembarang makanan
tempat dengan benar
DIARE
4.Pemberian
sejumlah 3.Kurangnya
makanan terlalu pengawasan ibu
dini terhadap area
bermain anak
Daftar Pustaka
Susana surya sukut,Yuni, Nuzul. Faktor Kejadian Diare Pada Malita Dengan Pendekatan
Teori Nola J. Pender Di IGD RSUD RUTENG.2015. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga. Surabaya.
Ragil, Dyah, Yunita Dyah. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kebiasaan Mencuci Tangan
Pengasuh Dengan Kejadian Diare Pada Balita.2017. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
Penentuan Prioritas Masalah
Dalam penentuan prioritas masalah ini digunakan Metode CAR. Metode ini dilakukan
dengan menentukan skor atas criteria tertentu, seperti kemampuan ( capability), kemudahan
(accessibility), kesiapan (readiness), serta pengikut (leverange). Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 1-5. Kriteria CARL tersebut
mempunyai arti :
A : Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta penunjang seperti peraturan
atau juklak.
R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Berikut Matriks Metode CARL dalam penentapan prioritas masalah antara Demam Tifoid,
TBC, dan Diare.
1. Demam tifoid
Capability : ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah demam tifoid cukup
baik, apalagi tifoid merupakan penyakit yang berkaitan dengan hygiene pribadi dan
sanitasi lingkungan, jadi tidak banyak macam sumber daya yang diperlukan.
Accessibility : meningkatnya kasus karier atau relaps menunjukkan bahwa metode
pengobatan dan pengendalian belum efektif, sampai saat ini juga terdapat kesulitan
dalam pembuatan vaksin yang efektif terutama untuk masyarakat yang tinggal di
wilayah endemic. Namun pengendalian dilaksanakan secara terstruktur karena sudah
terdapat Pedoman Pengendalian Demam Tifoid yang tercantum pada KepMenKes
No.364/MENKES/SK/V/2016.
Readiness : tenaga kesehatan akan sangat memahami perihal masalah tifoid ini karena
ini merupakan hal dasar yang harus di ketahui yaitu penerapan PHBS, namun
sepertinya masyarakat masih kurang mempertimbangkan PHBS karena itu agak susah
untuk mengatasi tifoid.
Leverage : keterkaitan kriteria sangat erat, kesiapan masyarakat tidak akan terbentuk
jika capability dan accessibility tidak baik.
2. TBC
Capability : ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah TBC tersedia dengan
baik karena TBC merupakan salah satu penyakit yang cukup mendapatkan perhatian
masyarakat dan pemerintah.
Accessibility : kemudahan untuk pengobatan penyakit ini sudah meningkat cukup baik
karena TBC sendiri tertuang dalam Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) di PP No. 59 Tahun 2017 tentang SDGs.
Readiness : kesiapan tenaga kesehatan juga baik, kembali lagi karena masalah ini
mendapat perhatian lebih dari pemerintah membuat kesiapan sumber daya menjadi
baik, kesiapan masyarakat juga cukup baik dapat dilihat dari banyaknya masyarakat
yang tahu menani TBC mengingat penyakit ini sudah dirasakan masyarakat dan
cukup menganggu jalannya aktifitas sehari-hari dan dapat merupakan penyakit yang
dapat merenggang nyawa.
Leaverage : keterkaitan antar kriteria sangat erat dan saling berhubungan satu sama
lain.
3. Diare
Capability : tidak banyak ketersediaan sumber daya yang disediakan pemerintah
karena seperti yang kita tahu diare dapat diatas dengan pengobatan di rumah (jika
bukan diare akut) dan erat hubungannya dengan hygiene perorangan dan sanitasi
lingkungan.
Accessibility : masalah ini cenderung mudah untuk diatasi karena masyarakat juga
sudah umum dengan penyakit ini dan mengetahui bagaimana langkah awal
pengobatan yang dapat dilakukan.
Readiness : kesiapan untuk memecahkan masalah ini kurang, karena meskipun
penyakit ini sangat umum namun kesiapan masayarakat untuk menjaga hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungan masih kurang baik dan bahkan cenderung
menganggap bahwa terkena diare adalah hal yang biasa saja.
Leverage : keterkaitan antar kriteria kurang kuat karena masalah ini dapat sepenuhnya
dipecahkan dengan hanya memerhatikan Hygiene perorangan dan Sanitasi
lingkungan.
Dari matriks metode CARL dan penjelasannya dapat disimpulkan bahwa urutan prioritas
masalah adalah :
I. TBC
Tujuan Program
Metode Program
Berdiskusi
Membuka tanya jawab antar petugas kesehatan dan masyarakat serta menampilkan
media (film) sebagai bahan tambahan diskusi.
Roleplayer
Mengajak masyarakat untuk bermain peran dalam upaya pencegahan dan pengobatan
agar masyarakat mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan terkait dengan
TBC
Sasaran Program