Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sekar Ramadhani Dianafitri

NIM : 171000197

1. Demam Tifoid

Demam tifoid pada anak.

Yang menjadi penyebab demam tifoid pada anak :

Makanan Makanan Makanan Makanan Air minum


terkontaminasi tercemar debu tercemar dihinggapi tidak masak
tinja sampah lalat

Rendahnya Kurangnya Sanitasi Buruknya Tidak


pendidikan ibu penyediaan air lingkungan pengelolaan tersedianya
bersih yang kumuh air limbah jamban sehat

Penderita tidak Tidak ada Penyaji Social Kurangnya


terobati dengan program makanan tidak ekonomi yang pengetahuan
sempurna imunisasi tifoid higienis rendah ibu

Tidak mencuci Tidak terbiasa Jajan Pemberian


bersih CTPS sembarangan nutrisi yang
makanan kurang baik

Faktor Perilaku Faktor Non Perilaku


1. Buruknya pengelolaan air limbah 1. Rendahnya pendidikan ibu
2. Penderita tidak terobati dengan 2. Sanitasi lingkungan yang kumuh
sempurna 3. Tidak tersedianya jamban sehat
3. Penyaji makanan tidak higienis 4. Tidak ada program imunisasi tifois
4. Tidak terbiasa CTPS 5. Social ekonomi yang rendah
5. Jajan sembarangan 6. Makanan terkontaminasi tinja
6. Pemberian nutrisi yang kurang baik 7. Makanan tercemar debu
7. Kurangnya pengetahuan ibu 8. Makanan tercemar sampah
8. Tidak mencuci bersih makanan 9. Makanan dihinggappi lalat

 Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan


yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1. Tidak terbiasa CTPS
2. Pemberian nutrisi yang kurang baik
3. Penderita tidak terobati dengan sempurna
4. Kurangnya pengetahuan ibu
 Mengurutkan factor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap
masalah kesehatan
1. Penderita tidak terobati dengan sempurna
2. Jajan sembarangan
3. Tidak terbiasa CTPS
4. Kurangnya pengetahuan Ibu
5. Penyaji makanan yang tidak higenis
6. Tidak mencuci bersih makanan

 Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah


1. Tidak terbiasa CTPS
2. Jajan Sembarangan
3. Penyaji makanan yang tidak higienis
4. Tidak mencuci bersih makanan
5. Kurangnya pengetahuan Ibu

 Menetapkan perilaku yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan


1. Tidak terbiasa CTPS
2. Tidak mencuci bersih makanan
3. Buruknya pengelolaan air limbah

 Menetapkan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai


1. Masyarakat terbiasa dengan budaya CTPS
2. Masyarakat terutama Ibu terbiasa dengan budaya mencuci bersih makanan yang akan
dikonsumsi
3. Masyarakat tahu dan mampu melaksanakan pengelolaan air limbah yang baik dan
benar

1. Tidak
Terbiasa
CTPS
5. Kurangnya 3. Tidak mencuci
bersih
Pengetahuan
makanan
Ibu
DEMAM
TIFOID

4. Penyaji
makanan 2. Jajan
tidak higienis Sembaran
gan
Daftar Pustka

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 346/Menkes/SK/V/2006 tentang


Pedoman Pengendalian Demam Tifoid

Ramaningrum,Galuh. Faktor faktor yang memengaruhi kejadian demam tifoid pada anak di
RSUD Tugurejo Semarang. FK Universitas Muhamadiyah Semarang.
2. TUBERCULOSIS (TBC)
Penyebab timbulnya masalah TBC pada orang dewasa adalah :

Tidak Tingkat sosial Tidak Tidak rutin Tidak menutup


membuka memadainya mulut saat
ekonomi yang minum obat
ventilasi rumah tempat bersin
rendah pelayanan TB

Tinggal di Membuang Pendidikan Kurangnya


tempat buruk dahak penderita merokok pemberian
ventilasi sembarangan rendah nutrisi baik

Meludah di Tidak Tempat Rumah berada di Batuk tidak


sembarang wilayah padat menutup
diimunisasi tinggal terlalu
penduduk
tempat lembab mulut

Faktor Prilaku Faktor Non Prilaku


1. Tidak rutin minum obat 1. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
2. merokok 2. Tidak memadainya tempat pelayanan
3. Kurangnya pemberian nutrisi baik TB
4. Tidak menutup mulut saat bersin 3. Tempat tinggal terlalu lembab
5. Tidak diimunisasi 4. Tinggal di tempat buruk ventilasi
6. Membuang dahak sembarangan 5. Pendidikan penderita rendah
7. Meludah di sembarang tempat 6. Rumah berada di wilayah padat
8. Batuk tidak menutup mulut penduduk
9. Tidak membuka ventilasi rumah

 Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah


kesehatan yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1. Tidak rutin minum obat
2. Tidak diimunisasi
3. Kurangnya pemberian nutrisi baik
4. merokok
5. Tidak menutup mulut saat bersin
6. Batuk tidak menutup mulut

 Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap


masalah kesehatan
1. Merokok
2. Tidak diimunisasi
3. Kurangnya pemberian nutrisi baik
4. Tidak rutin minum obat
5. Tidak menutup mulut saat bersin
6. Membuang dahak sembarangan
7. Batuk tidak menutup mulut

 Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah


1.Merokok
2.Tidak minum obat
3.Membuang dahak sembarangan
4.Batuk tidak menutup mulut
5.Tidak menutup mulut saat bersin

 Menetapkan perilaku yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan


1.Merokok
2.Tidak minum obat
3.Membuang dahak sembarangan

 Menetapkan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai


1.Menyadarkan para perokok untuk berhenti merokok dan membuat
orang sehat tidak mau merokok
2. Menyadarkan penderita untuk pentingnya rutin meminum obat TBC
3.Mengedukasi penderita agar tahu akibat dari membuang dahak
sembarangan dan mau untuk berhenti melakukannya
1.Merokok

5. Tidak 2.Tidak
menutup mulut
Minum
saat bersin
Obat
TBC

4.Batuk tidak
menutup 3.Membuang
mulut Dahak
Sembarangan

Daftar Pustaka

Kartasasmita,City B. Epidemiologi Tuberkulosis. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas


Padjadjaran. Bandung

Wulandara,Agustina Ayu, Nurjazuli,Sukardano Adi. Faktor Risiko dan Potensi Penularan


Tuberkulosis Paru di Kabupate Kendal. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.
3. DIARE
Penyebab timbulnya masalah diare pada balita adalah :

Makan di Intoleransi Tidak mencuci Sanitasi Pendidikan


sembarang terhadap tangan buruk Ibu rendah
tempat makanan sebelum makan

Tidak memasak Bermain di Tidak mencuci Tidak adanya Tingkat sosial


makanan daerah kotor makanan sumber air ekonomi yang
dengan benar dengan baik bersih rendah

Berat Badan Ibu tidak Kurangnya Pemberian Pengobatan


higienis dalam pengawasan Ibu sejumlah diare akut yang
Bayi Lahir
pemberian ASI terhadap area makanan yang tidak tuntas
Rendah bermain anak terlalu dini

Ibu tidak Pengenalan


mencuci botol
susu non ASI
susu dengan
benar

Faktor Prilaku Faktor Non Prilaku


1. Tidak mencuci tangan sebelum makan 1. Intoleransi terhadap makanan
2. Makan di sembarang tempat 2. Sanitasi
3. Tidak memasak makanan dengan benar 3. buruk
4. Permberian sejumlah makanan yang 4. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
terlalu dini 5. Tidak adanya sumber air bersih
5. BBLR 6. Pendidikan rendah
6. Tidak mencuci makanan dengan baik
7. Ibu tidak higienis dalam pemberian ASI
8. Kurangnya pengawasan Ibu terhadap
area bermain anak
9. Pengobatan diare akut yang tidak tuntas
10. Pengenalan susu Non ASI
11. Bermain di tempat kotor
12. Ibu tidak mencuci botol susu dengan
benar
 Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan
yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1. Tidak mencuci tangan sebelum makan
2. Makan di sembarang tempat
3. Tidak memasak makanan dengan benar
4. Ibu tidak higienis dalam pemberian ASI
5. Pengobatan diare akut yang belum tuntas
6. BBLR

 Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap


masalah kesehatan
1. Tidak mencuci tangan sebelum makan
2. Makan di sembarang tempat
3. Kurangnya pengawasan ibu terhadap area bermain anak
4. Tidak memasak makanan dengan benar
5. Pemberian sejumlah makanan terlalu dini

 Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah


1. Tidak mencuci tangan sebelum makan
2. Makan di sembarang tempat
3. Tidak memasak makanan dengan benar
4. Kurangnya pengawasan ibu terhadap area bermain anak
5. Pemberian sejumlah makanan terlalu dini

 Menetapkan perilaku yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan


1. Tidak mencuci tangan sebelum makan

 Menetapkan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai


1. Masyarakat menjadi tahu dan mau untuk menerapkan perilaku CTPS
1.Tidakmencuci
tangan sebelum
makansebelum
makan

5.Makan di 2.Tidak
memasak
sembarang makanan
tempat dengan benar
DIARE

4.Pemberian
sejumlah 3.Kurangnya
makanan terlalu pengawasan ibu
dini terhadap area
bermain anak

Daftar Pustaka

Susana surya sukut,Yuni, Nuzul. Faktor Kejadian Diare Pada Malita Dengan Pendekatan
Teori Nola J. Pender Di IGD RSUD RUTENG.2015. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga. Surabaya.

Ragil, Dyah, Yunita Dyah. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kebiasaan Mencuci Tangan
Pengasuh Dengan Kejadian Diare Pada Balita.2017. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
Penentuan Prioritas Masalah

Dalam penentuan prioritas masalah ini digunakan Metode CAR. Metode ini dilakukan
dengan menentukan skor atas criteria tertentu, seperti kemampuan ( capability), kemudahan
(accessibility), kesiapan (readiness), serta pengikut (leverange). Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 1-5. Kriteria CARL tersebut
mempunyai arti :

C : Capability yaitu ketersediaan seumber daya ( dana,sarana, dan prasarana)

A : Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta penunjang seperti peraturan
atau juklak.

R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.

L : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.

Berikut Matriks Metode CARL dalam penentapan prioritas masalah antara Demam Tifoid,
TBC, dan Diare.

No. Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan


1. Demam Tifoid 3 3 2 4 72 II
2. TBC 4 4 3 5 240 I
3. Diare 2 4 2 3 48 III

1. Demam tifoid
Capability : ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah demam tifoid cukup
baik, apalagi tifoid merupakan penyakit yang berkaitan dengan hygiene pribadi dan
sanitasi lingkungan, jadi tidak banyak macam sumber daya yang diperlukan.
Accessibility : meningkatnya kasus karier atau relaps menunjukkan bahwa metode
pengobatan dan pengendalian belum efektif, sampai saat ini juga terdapat kesulitan
dalam pembuatan vaksin yang efektif terutama untuk masyarakat yang tinggal di
wilayah endemic. Namun pengendalian dilaksanakan secara terstruktur karena sudah
terdapat Pedoman Pengendalian Demam Tifoid yang tercantum pada KepMenKes
No.364/MENKES/SK/V/2016.
Readiness : tenaga kesehatan akan sangat memahami perihal masalah tifoid ini karena
ini merupakan hal dasar yang harus di ketahui yaitu penerapan PHBS, namun
sepertinya masyarakat masih kurang mempertimbangkan PHBS karena itu agak susah
untuk mengatasi tifoid.
Leverage : keterkaitan kriteria sangat erat, kesiapan masyarakat tidak akan terbentuk
jika capability dan accessibility tidak baik.
2. TBC
Capability : ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah TBC tersedia dengan
baik karena TBC merupakan salah satu penyakit yang cukup mendapatkan perhatian
masyarakat dan pemerintah.
Accessibility : kemudahan untuk pengobatan penyakit ini sudah meningkat cukup baik
karena TBC sendiri tertuang dalam Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) di PP No. 59 Tahun 2017 tentang SDGs.
Readiness : kesiapan tenaga kesehatan juga baik, kembali lagi karena masalah ini
mendapat perhatian lebih dari pemerintah membuat kesiapan sumber daya menjadi
baik, kesiapan masyarakat juga cukup baik dapat dilihat dari banyaknya masyarakat
yang tahu menani TBC mengingat penyakit ini sudah dirasakan masyarakat dan
cukup menganggu jalannya aktifitas sehari-hari dan dapat merupakan penyakit yang
dapat merenggang nyawa.
Leaverage : keterkaitan antar kriteria sangat erat dan saling berhubungan satu sama
lain.

3. Diare
Capability : tidak banyak ketersediaan sumber daya yang disediakan pemerintah
karena seperti yang kita tahu diare dapat diatas dengan pengobatan di rumah (jika
bukan diare akut) dan erat hubungannya dengan hygiene perorangan dan sanitasi
lingkungan.
Accessibility : masalah ini cenderung mudah untuk diatasi karena masyarakat juga
sudah umum dengan penyakit ini dan mengetahui bagaimana langkah awal
pengobatan yang dapat dilakukan.
Readiness : kesiapan untuk memecahkan masalah ini kurang, karena meskipun
penyakit ini sangat umum namun kesiapan masayarakat untuk menjaga hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungan masih kurang baik dan bahkan cenderung
menganggap bahwa terkena diare adalah hal yang biasa saja.
Leverage : keterkaitan antar kriteria kurang kuat karena masalah ini dapat sepenuhnya
dipecahkan dengan hanya memerhatikan Hygiene perorangan dan Sanitasi
lingkungan.

Dari matriks metode CARL dan penjelasannya dapat disimpulkan bahwa urutan prioritas
masalah adalah :

I. TBC
Tujuan Program

 Menyempurnakan pengetahuan masyarakat mengenai TBC


 Memampukan masyarakat untuk dapat mencegah TBC dan apabila telah terjangkit
TBC mau untuk rutin berobat

Metode Program

 Berdiskusi
Membuka tanya jawab antar petugas kesehatan dan masyarakat serta menampilkan
media (film) sebagai bahan tambahan diskusi.
 Roleplayer
 Mengajak masyarakat untuk bermain peran dalam upaya pencegahan dan pengobatan
agar masyarakat mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan terkait dengan
TBC

Sasaran Program

 Dewasa terutama laki-laki dewasa.

Anda mungkin juga menyukai