BAB I
PENDAHULUAN
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi Fisiologi Otak Dan Peredaran Darah Otak
1. Anatomi Otak
Otak terletak dirongga kranium dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta
tiga lapis selaput penutup (meningen) yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Berat otak manusia kira-kira 2 % dari total berat badan orang dewasa. Otak
menerima 20 % dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2
tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam
seluruh tubuh manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa. Kebutuhan O2 dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh
metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode
istirahat yang berarti. Bila kadar O2 dan glukosa kurang dalam jaringan otak
maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami
kerusakan.
Secara garis besar otak terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
a. Serebrum (Otak Besar / Hemisfer Serebri)
Serebrum merupakan bagian otak yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum
terbagi menjadi dua hemisfer yaitu hemisfer kanan dan kiri, keduanya
dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam yang disebut visura longitudinalis
mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus
kalosum.Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer
dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang
berlawanan, hemisfer sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan.Konsep fungsional
ini disebut pengendalian kontralateral.
Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia grisea yang disebut
sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian
inti hemisfer yang disebut pusat medula. Fungsi kortek yaitu untuk
menjalankan semua fungsi–fungsi mental yang lebih tinggi seperti penilaian,
bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir abstrak.Berfungsi juga
dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta mengatur
semua gerak volunter terutama aktivitas motorik diskrit.
Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak dibagian
terdalam hemisfer serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok massa
substansia grisea tertanam didalam substansia alba. Substansia alba terdiri dari
sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian yang
lain.
Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan halus
tubuh, kedua tangan dan ekstremitas bagian bawah.Fungsi basal ganglia
dalam kooperasi dengan bagian-bagian otak yang lebih rendah dalam
memberikan sirkuit dalam gerakan tubuh dasar dan dibawah sadar.Basal
ganglia ini memberikan latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan
volunter yang mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi fungsi-
fungsi antagonis otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang
terlibat dalam pemeliharaan keseimbangan dan berjalan.
Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan secara umum
terletak dibawah masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital.Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri memiliki
fungsi spesifik. Lobus tersebut dibagi lagi menjadi 47 area yang lebih dikenal
dengan area brodmann yang mempunyai fungsi, yaitu:
a) Lobus Frontal
Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di
sepanjang girus presentralis dan tersusun secara somatotopik.
Area ini bertanggung jawab atas gerakan-gerakan volunter.
Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik.
Area ini bertanggung jawab terhadap gerakan-gerakan terlatih
seperti menulis, mengetik atau mengemudi.
Area 8 brodmann bersama area 6 bertanggung jawab atas
gerakan-gerakan menyidik volunter dan deviasi konjugat dari
mata dan kepala atau sering disebut juga area lapangan
pandang frontal.
Area 4, 6, 8, 9, dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata
volunter.
Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara
motorik broca. Terletak di girus frontalis inferior pars
operkularis dan triangularis. Area ini bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang
mengatur bicara terletak pada hemisfer kiri.
Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan
dengan kepribadian. Terletak di korteks prefrontalis, fungsinya
melakukan kegiatan intelektual seperti fungsi ingatan, ide-ide
dan pikiran kreatif.
b) Lobus Parietal
Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post
sentralis. Area ini dikenal dengan area somestetik primer,
fungsinya memproses dan mengintegrasi informasi sensasi
seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan propioseptik. Jika ada lesi
diarea ini mengakibatkan gangguan sensorik kontralateral.
Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan
meluas sampai permukaan medial hemisfer. Fungsinya adalah
menerima berbagai modalitas sensorik seperti kualitas, bentuk,
berat dan tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-
pengalaman masa lalu. Area ini disebut juga area asosiasi
somestetik.
Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis
inferior. Fungsinya mengintegrasi kemampuan dalam
memahami bahasa tulisan.
Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus
parietalis inferior, fungsinya mengintegrasikan kemampuan
stereogenesis.
c) Lobus Temporal
Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik
sekunder) Brodmann, area ini berfungsi sebagai penerima
suara.
Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada
girus temporalis superior. Fungsinya sebagai tempat proses
pemahaman atau lebih dikenal dengan nama area Wernicke.
d) Lobus Oksipital
Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus
kalkarinus. Fungsinya sebagai penerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna.
Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting
dalam reflek gerakan mata apabila sedang memandang atau
mengikuti suatu benda dan menjadikan informasi-informasi
penglihatan menjadi berarti.
b. Batang Otak (Trankus Serebri)
Bagian–bagian batang otak dari atas ke bawah adalah diensefalon,
mesensefalon (otak tengah), pons varolli dan medula oblongata.
a. Diensefalon
Merupakan fosa bagian tengah yang terisi talamus, hipotalamus dan
kelenjar hipofisis.Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga
ventrikel sebagai pusat pemancar sensorik dan motorik.Aktivitasnya
adalah sebagai penyambung sensasi bau yang diterima.Talamus
memancarkan impuls-impuls sensorik seperti penglihatan dan
pendengaran ke kortek serebri juga sebagai kesadaran kasar dari sensasi
tertentu yang terbanyak adalah nyeri.Hipotalamus terletak pada anterior
dan inferior talamus.Hipotamus berfungsi mengontrol dan mengatur
sistem saraf otonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis
untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan
pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau
vasodilatasi dan mempertahankan sekresi hormonal. Hipotalmus juga
sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan.Sebagai pengatur tidur,
tekanan darah, prilaku agresif, seksual dan pusat respon emosional.
Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah
hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Dengan hormon-
hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-
organ reproduksi, tiroid, kortek adrenal dan organ-organ lain.
b. Mesensefalon (otak tengah)
Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas
pons.Substansia nigra dan nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan
merupakan bagian dari jaras ekstra piramidal atau jaras impuls motorik
involunter.
c. Pons Varolli
Merupakan jembatan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer
serebelum, serta menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan
medulla oblongata dibawah.Bagian bawah pons berperan dalam
pengaturan pernapasan.
d. Medula Oblongata
Merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin,
batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
Di seluruh batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik
dan turun.Batang otak merupakan pusat relai dan refleks dari susunan
saraf pusat.Jaras-jaras tersebut adalah jaras motorik dan jaras sensorik.
Jaras motorik
Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi
sel-sel saraf, salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-
serabutnya berada tepat pada traktus piramida atau penyilangan traktus
piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula spinalis,
serat-seratnya berjalan menuju otot.Pertama disebut sebagai neuron
motorik atas / Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut
sebagai neuron motorik bawah / Lower Motor Neuron (LMN).Setiap saraf
motorik yang menggerakan setiap otot merupakan komposisi gabungan
ribuan saraf-saraf motorik bawah.
Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke
batang otak dibentuk oleh UMN.UMN mulai didalam kortek pada sisi
yang berlawanan di otak menurun melalui kapsul interna, menyilang ke
sisi yang berlawanan di dalam batang otak, menurun melalui traktus
kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN.UMN seluruhnya
berada dalam sistem saraf pusat (SSP).LMN menerima impuls di bagian
ujung posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural, berbeda
dengan UMN, LMN berakhir didalam otot.
Lesi pada UMN dapat melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula
spinalis dan struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal
menuruninya. Jika UMN rusak atau hancur sering menyebabkan stoke,
paralisis (kehilangan gerak yang disadari). Hemiplegi (paralisis satu
tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh paralisis
UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-
serat pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang
berlawanan menjadi kaku dan sangat lemah atau lumpuh, kondisi ini
disebut paraplegi.
Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan medula
spinalis berakibat rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot menjadi
lumpuh dan orang tersebut tidak mampu menggerakan otot.Saraf tidak
mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot menjadi lemah dan
atropi karena otot tidak digerakan.Rentetan kejadian ini terjadi pada
poliomielitis anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-
otot adalah tanda spesifik pada penyakit LMN.
Jaras sensorik
Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral melibatkan tiga
jalur neuron.Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh sensasi dan
bergantung pada tipe sensasi yang ada.Akson pada saraf yang
mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui akar
posterior.Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera
saat memasuki kolumna grisea posterior di medula spinalis, dimana akson
ini membuat hubungan dengan sel-sel neuron sekunder.Serabut-serabut
nyeri dan temperatur segera menyilang ke sisi yang berlawanan pada
medula dan jalan ke atas menuju talamus.Serabut-serabut yang membawa
sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang ditempati sensasi-sensasi
tersebut tidak segera berhubungan dengan neuron kedua tetapi naik ke
medula.
Kategori sensasi ketiga dihasilkan oleh stimulus yang timbul dari otot-
otot, sendi-sendi dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi dan getaran.
Stimulus ini dibawa oleh neuron primer menuju batang otak tanpa adanya
proses penyilangan. Terputusnya saraf-saraf sensori menyebabkan
kehilangan sensasi total pada area distribusinya. Kerusakan dan degenerasi
selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat kehilangan indra
posisi pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi
c. Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang
menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang memisahkan dari bagian
posterior serebrum. Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua
hemisfer lateral. Semua aktivitas serebelum ada dibawah kesadaran.Fungsi
utamanya sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus
gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
2. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah jantung atau 750
ml/menit.Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak mampu menyimpan
makanan, sementara kebutuhan metabolisme otak tinggi.Aliran darah otak sangat
unik, karena melawan arah gravitasi.Sirkulasi darah arteri mengalir mengisi dari
bawah dan vena mengalir dari atas. Kurangnya aliran darah kolateral dapat
menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini berbeda dengan organ tubuh
lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya menurun.
1. Arteri-arteri
Jaringan otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
1) Arteri karotis
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
komunis.Arteri karotis komunis kiri berasal dari arkus aorta,
sedangkan arteri korotis komunis kanan berasal dari arteri
brakhiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid,
lidah dan faring. Arteri karotis interna masuk kedalam tengkorak dan
bercabang menjadi arteri serebri anterior dan media.Segera sesudah
masuk kedalam ruang subarakhnoid dan sebelum bercabang-cabang,
arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk
kedalam orbita dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-
bagian hidung dan sinus-sinus udara.Bila cabang arteri karotis interna
ini tersumbat dapat mengakibatkan kebutaan monokular.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian
kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-bagian lobus frontal
dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik.
Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi
hemiplegi kontalateral.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis
dan frontalis korteks serebri. Arteri ini merupakan sumber darah utama
girus pra sentralis dan post sentralis. Korteks auditorius, somestetik,
motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini seperti juga korteks
asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada
lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan
menimbulkan afasia, kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil
dua titik kontralateral.
2) Arteri vertebralis kanan dan kiri
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang
sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata,
arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum.Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.Arteri basilaris terus
berjalan sampai setinggi otak tengah dan disini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior.Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus
koklearis dan organ vestibular.Korteks penglihatan primer pada lobus
oksipitalis diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan cabang
dari arteri serebri posterior. Apabila arteri kalkarina tersumbat akan
menimbulkan hemianopasi homonim kontralateral.
2. Sirkulasi willis
Meskipun arteri karotis interna dan vertebrobasilaris merupakan dua sistem
arteri terpisah yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh
pembuluh-pembuluh anastomosis yang membentuk sirkulus arteriosus
willisi.Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi
sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada sirkulus willisi
memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor
tersumbat.Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena
trobus dapat menyebabkan sumbatan aliran darah kedistal neuron-neuron dan
hal ini mengakibatkan sel-sel neuron cepat nekrosis ataupun infark.
3. Vena
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada
struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan
bergabung menjadi vena-vena besar. Penyilangan pada sub arachnoid dan
pengosongan pada sinus dural yang luas, mempengaruhi vaskular yang
terbentang dalam duramater yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus
membawa vena keluar dari otak dan pengosongan vena jugularis interna
menuju sistem sirkulasi pusat.Vena-vena serebri bersifat unik, karena vena
serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran darah balik darah
seperti pada vena-vena lain ditubuh.
C. Etiologi
1. Kekurangan vitamin K
2. Trauma kelahiran
Partus biasa oleh pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan
Dispropsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase.
3. Partusbuatan (ekstraksivakum, cunam),
4. Partuspresipitatus
Bukan trauma kelahiran umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan
(premature). Factor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakan factor
pencetus Intracranial Bleeding (ICB) seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat
timbul pada syok, infeksi intrauterine, asfiksia, dan kejang2, kelainan jantung
bawaan. Hipotermi bawaan, hipotermi, juga hiperosmolaritas/hipernatremiad.
D. Patofisiologi
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yangberperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuandarah (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan faktor
koagulasi yang tidak tergantung padavitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah
trombosit masih dalam batas normal.Ada 3 bentuk vitamin K yang diketahui di
sintesis oleh flora normal usus sepertiBacteriodes Fragilis dan beberapa strain E.
Coli,yaitu :
1. Vitamin K 1 ( phytomenadion), Berasal dari diet sayuran berwarna hijau. Vitamin
k1bersifat larut dalam lemak
2. Vitamin K 2 (menaquinone) berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K2
bersifatlarut dalam lemak
3. Vitamin K 3 ( menadion)Merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang
diberikankepada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkanAnemia
hemolitik. Vitamin Kbanyak terdapat pada hati, kedelai dan sayuran seperti tomat,
bayam.
4. Secara fisiologi kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat
sekitar50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 42-72
jam setelahkelahiran. Kemudian faktor ini akan bertambah secara perlahan selama
beberapa minggutetapi tetap berada di bawah kadar orang dewasa. Sedangkan
bayi baru lahir relative kekurangan vitamin K karena beberapa alasan, seperti:
Simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan
zat ini.
Sedikitnya perpindahan vitamin K melalui plasenta.
Rendahnya kadar vitamin K pada ASI
Sterilitas saluran cerna
Perdarahan subdural lebih sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi
yangprematur sebab pada bayi prematur vena-vena superfisial belum berkembang
baik danmulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi.Perdarahan dapat berlangsung
perlahan-lahandan membentuk hematoma subdural.Pada robekan tentorium serebeli
atau vena galena dapatterjadi hematoma retroserebeler.Gejala-gejala dapat timbul
segera dapat sampai berminggu- minggu, memberikan gejala kenaikan tekanan
intrakranial.Dengan kemajuan dalam bidangobstetri, insidensi perdarahan subdural
sudah sangat menurun.
E. Klasifikasi
Klasifikasiperdarahan Defisiensi Vitamin K
(PDVK) dibagi menjadi early, clasiccal dan late berdasarkan pada umur saat
kelainan tersebut bermanifestasi (Sutor dkk 1999, Von Kries1999):
1. Early Vitamin K defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari
pertamakehidupan. Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari
ibu yangmengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu metabolisme
vitamin K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang tidak mendapat
suplementasi vitamin K adalahantara 6-12% (tinjauan oleh Sutor dkk 1999).
2. Classical VKDB (PDVK klasik)
3. Ini timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir dan lebihsering terjadi pada bayi
yang kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau yangterlambatmendapatkan
suplementasi makanan. Insidens dilaporkan bervariasi, antara 0sampai 0,44%
kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata kejadian PDVK klasik yang pastikarena
jarang ditemukan kriteria diagnosis yang menyeluruh.
4. 3. Late VKDB (PDVK lambat)Ini timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah
lahir, sebagianbesar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari
pasien ini mempunyaikelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan
malabsorpsi. Perdarahan intrakranialyang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi
berisiko mungkin ditemukan tanda-tandapenyakit hati atau kolestasis seperti
ikterus yang memanjang, warna feses pucat, danhepatosplenomegali. Angka rata-
rata kejadian PDVK pada bayi yang tidak mendapatkanprofilaksis vitamin K
adalah 5-20 per 100.000 kelahiran dengan angka mortalitas sebesar30%
(Loughnan dan mcdougall 1993).
G. Komplikasi
a. Reaksi anafilaksis (bila diberikan secara IV)
b. Anemia hemolitik
c. Hiperbilirubinemia (dosis tinggi)
d. Hematoma pada lokasi suntikan.
H. Pencegahan
Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI tahun
2003Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1. Dosis yang
diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-masing 2 mgpada waktu
lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan. Untuk bayi yang lahir ditolong
dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral. Ibu hamil yang mendapat
pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mgsehari selama trimester
ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K10 mg/IM, kepada
bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jam kemudian.
I. Prognosis
Karena kemajuan obstetri, ICB oleh trauma kelahiran sudah sangat
berkurang.Mortalitas ICB non traumatik 50-70%.Prognosis ICB bergantung pada
lokasi danluasnya perdarahan, umur kehamilan, cepatnya didiagnosis dan
pertolongan.Padaperdarahan epidural terjadi penekanan pada jaringan otak ke arah
sisi yang berlawanan.Dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang
otak.Keadaan ini dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera.Pada penderita
yang tidak meninggal, dapat disertaispastisitas, gangguan bicara atau
strabismus.Kalau ada gangguan serebelum dapat terjadiataksi serebeler. Perdarahan
yang meliputi batang otak pada bagian formasi retikuler,memberikan sindrom
hiperaktivitet.Pada perdarahan subdural akibattrauma, hanya 40% dapat sembuh
sempurnasetelah dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan
bedah.Perdarahansubdural dengan hilangnya kesadaran yang lama, nadi cepat,
pernapasan tidak teratur dandemam tinggi, mempunyai prognosis jelek. Pada
perdarahan intraventrikuler, mortalitasbergantung pada derajat perdarahan.Pada
derajat 1-2 (ringan-sedang), angka kematian 10-25%, sebagian besarsembuh
sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan.Pada derajat 3--4 (sedang-berat),
mortalitas 50--70% dan sekitar 30% sembuh dengan sekuele berat.Sekuele
dapatberupaCerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi, retardasi mental dan
hidrosefalus.Hidrosefalus merupakan komplikasi paling sering (44%) dari perdarahan
periventrikuler.
J. Penatalaksanaan
Bayi dengan HDN harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan
2 mg(pada kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan
kecepatansuntikan kurang dari 1 mg/menit. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam
dengan berhentinya perdarahan danmembaiknya masa protrombin.Bayi yang
mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen plasma (FFP) 10
sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun (12mg/dl )
diberikan packed red cells (PRC).Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa
(perdarahan intrakranial) dapatdiberikan prothrombin complex-Concentrates
(pccs).Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang
lebihparah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang NICU ( Neonatal
Intensive careunit ) yaitu dengan :
a. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan
pemberian O2
b. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan
reaksipupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi
jantung(bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari
1ml/kgbb/jamberarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1
ml/kgbb/jam menunjukkanfungsi ginjal baik.
c. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan
02
d. Bayi letakkan dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan
laring oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena
serebral
e. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan
f. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa
(5-10%) dan nacl 0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5-10% dan Nabik
1,5% dengan perbandingan 4:1
g. Pemberian obat-obatan :
valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5 mg/kgbb, tunggu
15menit, jika belum berhenti diulangi dosis yang sama. Bila berhenti
diberikanluminal 10 mg/kgbb (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per
os 8mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgbb
dibagidalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya.
kortikosteroid berupa deksametason 0,5-1 mg/kgbb/24 jam yang
mempunyaiefek baik terhadap hipoksia dan edema otak.
antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila
adamanipulasi yang berlebihan.
Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah,
mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi
padapermukaan korteks
h. Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural
walaupunjarangdilakukan explorative Burrhole dan bila positif dilanjutkan
dengankraniotomi,evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat. Pada
perdarahan/hematomasubdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan
kraniotomi, pembukaanduramater, evakuasi hematoma dengan irigasi
menggunakan cairan garam fisiologik.Pada perdarahan intraventrikuler karena
sering terdapat obstruksi aliran likuor,dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan
atrium kanan.
Cynestoke apnea
hypertermia
DO : Perdarahan cerebral Resiko
samnolen, apatis, perfusi
coma jaringan
GCS <13 Kurangnya suplay O2 ke otak cerebral tidak
span=""> efektif
Sulit menelan
Pupil melebar
C. Masalah Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan defisiensi vitamin K
c. Hipertermia berhubungan dengan Gangguan mechanisme termoregulasi
d. Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intoleransi reflek hisap bayi
tidak adekuat
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit.
TUJUAN/
N INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL
O (NIC)
(NOC)
1. Pola nafas tidak NOC NIC
efektif Respiratory Manajemen jalan nafas
status: ventilation Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
Respiratory stats: atau jaw trust bila perlu
airway patency Posisikan pasien untuk mengurangi
Vital sign status dispnea/memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil: Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
Mendemontrasika jalan nafas buatan
n batuk efektif Pasang mayo bila perlu
dan suara nafas Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
yang bersih, tidak
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
ada sianosis dan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspnea (mampu
tambahan.
mengeluarkan
Lakukan suction pada mayo.
sputum, mampu
Berikan bronkodilator bila perlu.
bernafas dengan
Berikan pelembab udara kasa basah Nacl
mudah, tidak ada
lembab.
pursed lips)
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Menunjukkan
respirasi dan status 02
jalan nafas yang
paten (klien tidak
Monitoring respirasi (oxygen therapy)
merasa tercekik,
Monitor frekuensi, rata-rata, irama,
irama nafas,
kedalaman dan usaha bernafas
frekuensi
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
pernafasan dalam
rentang normal, Pertahankan jalan nafas yang paten.
Temperature Regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna kulit dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien untuk mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadi keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan antipiretik jika perlu
3. Tinjauan Kasus
Bayi Ana masuk RSU Kasih Bunda Cimahi pada tanggal 7Februari 2017 pukul
21.30 WIB rujukan dari RS Avisena dengan keluhan demam kejang dan penurunan
kesadaran. GCS 8 (E3M3V2).terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D 12,5 %, O2
2 lpm, terdapat ptekie pada bagian lengan, dan NGT.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama Anak : By. A BB/PB : 3 kg/ 50cm
TTL/Usia : 26 Januari 2017/ 13 hari
Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara
Nama Ayah : Tn.Firdaus
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. Roslawati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal Pengkajian : 7 Februari 2017
Tanggal masuk RS : 7 Februari 2017
No RM : 108955
Alamat : Kp. Saradan RT/RW 002/012 Leuwigajah Cimahi
Dx Medis : Haemorraghic Desease of Newborn (HDN).
2. Keluhan Utama
Demam kejang 1 hari sebelum masuk RS disertai dengan penurunan kesadaran.
3. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
a. Prenatal
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara.Ibu klien mengatakan kehamilannya
tidak direncanakan.Keluhan selama kehamilan tidak ada.Ibu klien juga
mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.Kontrol
kehamilan ada yaitu sebanyak 3 kali.Ibu klien mengatakan tidak pernah
mendapat imunisasi TT, hanya mendapat kapsul vitamin A sebanyak 1 kali.
b. Intranatal
Klien lahir melalui persalinan spontan. Persalinan ditolong oleh bidan
setempat dengan usia kehamilan cukup bulan (± 38 minggu) atau aterm. Ibu
klien mengatakan tidak dapat mengingat berapa lama proses persalinan.
Penggunaan alat khusus seperti vacum, dan forcep untuk membantu proses
persalinan tidak ada, komplikasi persalinan tidak ada.
c. Neonatal
BB klien waktu lahir 2800 gram, bayi termasuk SMK, Panjang badan (ibu
lupa). ASI diberikan 48 jam setelah kelahiran. Sebagai pengganti ASI, klien
mendapat 8x30 cc susu formula.
d. Postnatal
Klien dirawat di rumah bidan selama 2 hari.Perubahan berat badan tidak
diketahui.Ibu klien mengatakan setelah lahir klien tidak diberikan profilak
vitamin K. Selama di rumah klien ditidurkan diayunan (diayun-ayun).
4. Riwayat Kesehatan dahulu
a. Penyakit yang diderita sebelumnya
Ibu klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti
demam, klien juga tidak pernah mengalami jatuh. :
b. Pernah Dirawat di RS
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien telah dirawat di RS Avisena selama 1
hari dengan keluhan demam ± 2 hari, demam hilang timbul disertai dengan
muntah yang menyemprot
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
• Cefotaxime 2 x 150 mg
• Gentamicin 2 x 12,5 mg
• Neo K 1 x 1 mg
• Luminal 1 x 50 mg (IM)
d. Alergi : Tidak ada alergi terhadap susu formula ataupun obat-obatan
e. Kecelakaan : Riwayat jatuh tidak ada, riwayat bayi diayun-ayun ada
f. Riwayat Imunisasi : Belum pernah mendapat imunisasi dasar
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RSU Kasih Bunda Padang pada tanggal 7 Februari 2017 pukul 21.30
WIB rujukan dari RS Avisena dengan keluhan demam kejang dan penurunan
kesadaran. GCS 8 (E3M3V2). Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7Februari
2017 pukul 22..00 WIB, GCS 10 (E4M4V2). Nadi 120 x/i, RR 76 x/i, Suhu
38,5oC, terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D12, 5 %, O2 lpm, terdapat
ptekie pada bagian lengan, dan NGT.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
gangguan pembekuan darah
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Kemandirian dan Bergaul : Belum dapat dikaji
b. Motorik Kasar : Belum dapat dikaji
c. Motorik Halus : Belum dapat dikaji
d. Kognitif dan Bahasa : By menangis
e. Psikososial : Belum dapat dikaji
8. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh klien
Ibu klien mengatakan bahwa klien diasuh langsung oleh kedua orangtua.Klien
adalah anak kedua.Ibu klien mengatakan dalam mengasuh, anak-anaknya
tidak diberi kebebasan untuk berpendapat ataupun dalam hal lainnya.Semua
aturan ditetapkan oleh orangtua klien.
b. Hubungan dengan anggota keluarga : belum bisa dinilai
c. Hubungan dengan teman sebaya : belum bisa dinilai
d. Pembawaan secara umum : belum bias dinilai
e. Lingkungan rumah
Rumah permanen dengan halaman rumah sempit, tidak ada WC, MCK di
sungai, sumber air bersih adalah air sungai, sampah diolah dengan cara
dibakar.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : buruk, GCS 10 (E4M4V2).
b. PB/BB : 50 cm /2,5 kg
c. Kepala
Sutura : belum menutup
Ubun-ubun : tampak menojol
Lingkar Kepala : 35 cm
Kebersihan : kurang bersih
Warna rambut : pirang
Tekstur : halus dan tidak mudah dicabut
Distribusi rambut : Tidak merata
d. Mata
Simetris : ada
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : pucat
Palpebral : oedema (-)
e. Telinga
Simetris : ada
Serumen : tidak ada
Pendengaran : baik
f. Hidung
Septum : simetris
Sekret : tidak ada
Nafas cuping hidung : tidak ada
g. Mulut : bersih
Warna Bibir : merah muda
Kelembapan : lembab
o Lidah : bersih dan berwarna merah
o Gigi : belum tumbuh
h. Leher
o Kelenjer Getah Bening : tidak ada pembesaran
o Kelenjer Tiroid : tidak ada pembesaran
o JVP : sukar dinilai
i. Jantung
o Inspeksi : ictus tidak terlihat
o Palpasi : ictus teraba di LMCS RIC V
o Auskultasi : irama teratur
j. Paru-paru
o Inspeksi : simetris, retraksi epigastrium (+)
o Palpasi : fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : bronchovesikuler, Ronchy (-/-), wheezing
(-/-)
k. Perut
o Inspeksi : distensi (+)
o Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : tympani
o Auskultasi : bising usus (+) 2-3 x / menit
l. Ekstremitas
o Atas : lengkap (+/+)
o Bawah : lengkap (+/+)
o CRT : < 3 detik
o terpasang infusNaCl 0,9 % pada ekstremitas atas (dextra)
m. Genitalia
o Warna kulit : kuning langsat
o Turgor : baik, kembali cepat
o Elastisitas : elastis
10. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 06/2/17
Hb : 6,1 gr%, (N: 11 –14 gr %)
HT : 18 % (N: 30 – 43 %)
Leuko : 14.560/mm3 ( 5- 10 x 103/ mm3)
Trombo : 10.000 mm3 (N:150.000-400.000 mm3)
PT/INR : 19,5/1,39 (n: 11-18)
APTT : 38,7 U/L (27-42)
b. Brain Ct Scan tanggal 7 Februari 2017 : infark luas di hemisfer cerebri
dextra + perdarahan subdural + perdarahan subarachnoid.
c. Lain-lain :
1. Pengobatan :
Meropenem 3 x 200mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
Lasix 1x 5 mg (IV): jam 24
Paracetamol 3x0,3 ml: jam 8,16,24
Kcl 3x 12 mg (oral) ): jam 6, 14 dan jam 22
Asam traneksamat 3x1/3 ampul 8,16,24
Vitamin K 1X3 mg
2. Terapi : O2 1 lt/ menit
3. Infus : D 12,5% 12 tts/ meni Infus aminofusin Paed 150 cc/ hari
4. Asi 8 x 5 cc/ NGT
B. Analisa Data
intrakranial
PT/INR:
19,5/1,39(N:11-18)
APTT: 38,7 (N:37-42)
DS :
Keluarga mengatakan
bintik-bintik merah
sudah ada semenjak 2
hari yang lalu
3 DO : Perdarahan tekanan Hypertermia
Akral teraba hangat
Temperatur : 38, 5 °C intracranial
Muka terlihat memerah
Klien terlihat rewel Edema otak
Kulit teraba lembab
Infus terpasang D
12,5% 12 tts/ menit
Peningkatan tekanan intra
DS :
Keluarga mengatakan
cranial
klien demam
Penekanan hypothalamus
Gangguan mekanisme
termoregulasi
Hypertermi
C. Masalah Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubngan dengan peningkatan tekanan intracranial.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan defisiensi vitamin K.
c. Hipertermia berhbungan dengan Gangguan mechanisme termoregulasi
D. Rencana Asuhan Keperawatan
TUJUAN/
N INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL
O (NIC)
(NOC)
1. Pola nafas tidak NOC NIC
efektif Respiratory Manajemen jalan nafas
berhubngan
status: ventilation Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
dengan
peningkatan Respiratory stats: atau jaw trust bila perlu
tekanan airway patency Posisikan pasien untuk mengurangi
intracranial.
Vital sign status dispnea/memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil: Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
Mendemontrasika jalan nafas buatan
n batuk efektif Pasang mayo bila perlu
dan suara nafas Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
yang bersih, tidak
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
ada sianosis dan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspnea (mampu
tambahan.
mengeluarkan
Lakukan suction pada mayo.
sputum, mampu
Berikan bronkodilator bila perlu.
bernafas dengan
Berikan pelembab udara kasa basah Nacl
mudah, tidak ada
lembab.
pursed lips)
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Menunjukkan
respirasi dan status 02
jalan nafas yang
paten (klien tidak
Monitoring respirasi (oxygen therapy)
merasa tercekik,
Monitor frekuensi, rata-rata, irama,
irama nafas,
kedalaman dan usaha bernafas
frekuensi
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
pernafasan dalam
rentang normal, Pertahankan jalan nafas yang paten.
tidak ada suara Atur peralatan oksigenasi.
nafas abnormal. Monitor aliran oksigen.
Tanda-tanda vital Pertahankan posisi pasien.
dalam rentang Observasi adanya tanda hipoventilasi.
normal (tekanan
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
darah, nadi,
oksigenisai
pernafasan)>
Perawatan Sirkulasi
Lakukan penilaian yang komprehensif dari
sirkulasi perifer, misalnya pengisian kapiler,
warna dan suhu ekstremitas, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, dan tekanan
perifer
Menilai tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
Tinggikan anggota badan yang terkena 20
derjat atau lebih
Temperature Regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna kulit dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien untuk mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadi keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan antipiretik jika perlu