Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN HAEMORAGIC DESEASE OF THE NEWBORN (HDN)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Haemoragic Desease Of The Newborn (HDN)


A. Pengertian
1. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) merupakan suatu keadaan akibat dari
kekurangan vitamin K pada masa neonatus (Bambang P, Buku ajar Haematologi–
Onkologi Anak, hal 184). Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit,
mata, hidung dan saluran cerna. Kasus perdarahan pada intracranial jarang di
jumpai. Sistem pembekuan darah pada neonatus masih imatur sehingga pada saat
lahir kadar protein koagulasinya juga masih rendah.
2. HDN adalah hasil dari perjalanan antibody IgG dari sirkulasi maternal melintasi
plasenta ke dalam sirkulasi janin dimana mereka bereaksi dengan sel darah merah
janin dan menyebabkan kehancuran oleh system retikulo endothelial janin (A.V.
Hoffbrand, Essential Haematology,hal 322).
3. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) adalah sindroma klinis yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin K (hal 1373).
4. HDN juga didefinisikan sebagai perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi
yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factor
pembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal.
5. The Committee on Nutrition of the American Academy of Pediatrics (1996)
mengatakan bahwa HDN adalah pendarahan yang terjadi pada beberapa hari
pertama kelahiran akibat kekurangan vitamin K dan ditandai dengan defisiensi
protrombin, prokonvertin, dan mungkin faktor pembekuan lain (Markum,dkk,
FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, hal 321).
6. Penyakit Pendarahan pada neonatus atau Hemorrhagic Diseases of Newborn
(HDN) merupakan gangguan pendarahan yang dapat sembuh sendiri dan terjadi
akibat defisiensi faktor pembekuan yang tergantung vitamin K (Waldo E. Nelson,
Ilmu kesehatan Anak, hal 887).

B. Anatomi Fisiologi
Anatomi Fisiologi Otak Dan Peredaran Darah Otak
1. Anatomi Otak
Otak terletak dirongga kranium dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta
tiga lapis selaput penutup (meningen) yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Berat otak manusia kira-kira 2 % dari total berat badan orang dewasa. Otak
menerima 20 % dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2
tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam
seluruh tubuh manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa. Kebutuhan O2 dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh
metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode
istirahat yang berarti. Bila kadar O2 dan glukosa kurang dalam jaringan otak
maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami
kerusakan.
Secara garis besar otak terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
a. Serebrum (Otak Besar / Hemisfer Serebri)
Serebrum merupakan bagian otak yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum
terbagi menjadi dua hemisfer yaitu hemisfer kanan dan kiri, keduanya
dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam yang disebut visura longitudinalis
mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus
kalosum.Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer
dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang
berlawanan, hemisfer sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan.Konsep fungsional
ini disebut pengendalian kontralateral.
Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia grisea yang disebut
sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian
inti hemisfer yang disebut pusat medula. Fungsi kortek yaitu untuk
menjalankan semua fungsi–fungsi mental yang lebih tinggi seperti penilaian,
bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir abstrak.Berfungsi juga
dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta mengatur
semua gerak volunter terutama aktivitas motorik diskrit.
Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak dibagian
terdalam hemisfer serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok massa
substansia grisea tertanam didalam substansia alba. Substansia alba terdiri dari
sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian yang
lain.
Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan halus
tubuh, kedua tangan dan ekstremitas bagian bawah.Fungsi basal ganglia
dalam kooperasi dengan bagian-bagian otak yang lebih rendah dalam
memberikan sirkuit dalam gerakan tubuh dasar dan dibawah sadar.Basal
ganglia ini memberikan latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan
volunter yang mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi fungsi-
fungsi antagonis otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang
terlibat dalam pemeliharaan keseimbangan dan berjalan.
Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan secara umum
terletak dibawah masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital.Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri memiliki
fungsi spesifik. Lobus tersebut dibagi lagi menjadi 47 area yang lebih dikenal
dengan area brodmann yang mempunyai fungsi, yaitu:
a) Lobus Frontal
 Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di
sepanjang girus presentralis dan tersusun secara somatotopik.
Area ini bertanggung jawab atas gerakan-gerakan volunter.
 Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik.
Area ini bertanggung jawab terhadap gerakan-gerakan terlatih
seperti menulis, mengetik atau mengemudi.
 Area 8 brodmann bersama area 6 bertanggung jawab atas
gerakan-gerakan menyidik volunter dan deviasi konjugat dari
mata dan kepala atau sering disebut juga area lapangan
pandang frontal.
 Area 4, 6, 8, 9, dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata
volunter.
 Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara
motorik broca. Terletak di girus frontalis inferior pars
operkularis dan triangularis. Area ini bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang
mengatur bicara terletak pada hemisfer kiri.
 Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan
dengan kepribadian. Terletak di korteks prefrontalis, fungsinya
melakukan kegiatan intelektual seperti fungsi ingatan, ide-ide
dan pikiran kreatif.
b) Lobus Parietal
 Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post
sentralis. Area ini dikenal dengan area somestetik primer,
fungsinya memproses dan mengintegrasi informasi sensasi
seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan propioseptik. Jika ada lesi
diarea ini mengakibatkan gangguan sensorik kontralateral.
 Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan
meluas sampai permukaan medial hemisfer. Fungsinya adalah
menerima berbagai modalitas sensorik seperti kualitas, bentuk,
berat dan tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-
pengalaman masa lalu. Area ini disebut juga area asosiasi
somestetik.
 Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis
inferior. Fungsinya mengintegrasi kemampuan dalam
memahami bahasa tulisan.
 Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus
parietalis inferior, fungsinya mengintegrasikan kemampuan
stereogenesis.
c) Lobus Temporal
 Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik
sekunder) Brodmann, area ini berfungsi sebagai penerima
suara.
 Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada
girus temporalis superior. Fungsinya sebagai tempat proses
pemahaman atau lebih dikenal dengan nama area Wernicke.
d) Lobus Oksipital
 Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus
kalkarinus. Fungsinya sebagai penerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna.
 Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting
dalam reflek gerakan mata apabila sedang memandang atau
mengikuti suatu benda dan menjadikan informasi-informasi
penglihatan menjadi berarti.
b. Batang Otak (Trankus Serebri)
Bagian–bagian batang otak dari atas ke bawah adalah diensefalon,
mesensefalon (otak tengah), pons varolli dan medula oblongata.
a. Diensefalon
Merupakan fosa bagian tengah yang terisi talamus, hipotalamus dan
kelenjar hipofisis.Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga
ventrikel sebagai pusat pemancar sensorik dan motorik.Aktivitasnya
adalah sebagai penyambung sensasi bau yang diterima.Talamus
memancarkan impuls-impuls sensorik seperti penglihatan dan
pendengaran ke kortek serebri juga sebagai kesadaran kasar dari sensasi
tertentu yang terbanyak adalah nyeri.Hipotalamus terletak pada anterior
dan inferior talamus.Hipotamus berfungsi mengontrol dan mengatur
sistem saraf otonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis
untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan
pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau
vasodilatasi dan mempertahankan sekresi hormonal. Hipotalmus juga
sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan.Sebagai pengatur tidur,
tekanan darah, prilaku agresif, seksual dan pusat respon emosional.
Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah
hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Dengan hormon-
hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-
organ reproduksi, tiroid, kortek adrenal dan organ-organ lain.
b. Mesensefalon (otak tengah)
Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas
pons.Substansia nigra dan nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan
merupakan bagian dari jaras ekstra piramidal atau jaras impuls motorik
involunter.
c. Pons Varolli
Merupakan jembatan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer
serebelum, serta menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan
medulla oblongata dibawah.Bagian bawah pons berperan dalam
pengaturan pernapasan.
d. Medula Oblongata
Merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin,
batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
Di seluruh batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik
dan turun.Batang otak merupakan pusat relai dan refleks dari susunan
saraf pusat.Jaras-jaras tersebut adalah jaras motorik dan jaras sensorik.
Jaras motorik
Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi
sel-sel saraf, salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-
serabutnya berada tepat pada traktus piramida atau penyilangan traktus
piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula spinalis,
serat-seratnya berjalan menuju otot.Pertama disebut sebagai neuron
motorik atas / Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut
sebagai neuron motorik bawah / Lower Motor Neuron (LMN).Setiap saraf
motorik yang menggerakan setiap otot merupakan komposisi gabungan
ribuan saraf-saraf motorik bawah.
Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke
batang otak dibentuk oleh UMN.UMN mulai didalam kortek pada sisi
yang berlawanan di otak menurun melalui kapsul interna, menyilang ke
sisi yang berlawanan di dalam batang otak, menurun melalui traktus
kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN.UMN seluruhnya
berada dalam sistem saraf pusat (SSP).LMN menerima impuls di bagian
ujung posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural, berbeda
dengan UMN, LMN berakhir didalam otot.

Lesi pada UMN dapat melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula
spinalis dan struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal
menuruninya. Jika UMN rusak atau hancur sering menyebabkan stoke,
paralisis (kehilangan gerak yang disadari). Hemiplegi (paralisis satu
tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh paralisis
UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-
serat pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang
berlawanan menjadi kaku dan sangat lemah atau lumpuh, kondisi ini
disebut paraplegi.
Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan medula
spinalis berakibat rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot menjadi
lumpuh dan orang tersebut tidak mampu menggerakan otot.Saraf tidak
mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot menjadi lemah dan
atropi karena otot tidak digerakan.Rentetan kejadian ini terjadi pada
poliomielitis anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-
otot adalah tanda spesifik pada penyakit LMN.
Jaras sensorik
Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral melibatkan tiga
jalur neuron.Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh sensasi dan
bergantung pada tipe sensasi yang ada.Akson pada saraf yang
mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui akar
posterior.Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera
saat memasuki kolumna grisea posterior di medula spinalis, dimana akson
ini membuat hubungan dengan sel-sel neuron sekunder.Serabut-serabut
nyeri dan temperatur segera menyilang ke sisi yang berlawanan pada
medula dan jalan ke atas menuju talamus.Serabut-serabut yang membawa
sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang ditempati sensasi-sensasi
tersebut tidak segera berhubungan dengan neuron kedua tetapi naik ke
medula.
Kategori sensasi ketiga dihasilkan oleh stimulus yang timbul dari otot-
otot, sendi-sendi dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi dan getaran.
Stimulus ini dibawa oleh neuron primer menuju batang otak tanpa adanya
proses penyilangan. Terputusnya saraf-saraf sensori menyebabkan
kehilangan sensasi total pada area distribusinya. Kerusakan dan degenerasi
selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat kehilangan indra
posisi pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi
c. Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang
menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang memisahkan dari bagian
posterior serebrum. Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua
hemisfer lateral. Semua aktivitas serebelum ada dibawah kesadaran.Fungsi
utamanya sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus
gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
2. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah jantung atau 750
ml/menit.Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak mampu menyimpan
makanan, sementara kebutuhan metabolisme otak tinggi.Aliran darah otak sangat
unik, karena melawan arah gravitasi.Sirkulasi darah arteri mengalir mengisi dari
bawah dan vena mengalir dari atas. Kurangnya aliran darah kolateral dapat
menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini berbeda dengan organ tubuh
lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya menurun.
1. Arteri-arteri
Jaringan otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
1) Arteri karotis
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
komunis.Arteri karotis komunis kiri berasal dari arkus aorta,
sedangkan arteri korotis komunis kanan berasal dari arteri
brakhiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid,
lidah dan faring. Arteri karotis interna masuk kedalam tengkorak dan
bercabang menjadi arteri serebri anterior dan media.Segera sesudah
masuk kedalam ruang subarakhnoid dan sebelum bercabang-cabang,
arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk
kedalam orbita dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-
bagian hidung dan sinus-sinus udara.Bila cabang arteri karotis interna
ini tersumbat dapat mengakibatkan kebutaan monokular.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian
kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-bagian lobus frontal
dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik.
Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi
hemiplegi kontalateral.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis
dan frontalis korteks serebri. Arteri ini merupakan sumber darah utama
girus pra sentralis dan post sentralis. Korteks auditorius, somestetik,
motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini seperti juga korteks
asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada
lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan
menimbulkan afasia, kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil
dua titik kontralateral.
2) Arteri vertebralis kanan dan kiri
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang
sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata,
arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum.Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.Arteri basilaris terus
berjalan sampai setinggi otak tengah dan disini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior.Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus
koklearis dan organ vestibular.Korteks penglihatan primer pada lobus
oksipitalis diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan cabang
dari arteri serebri posterior. Apabila arteri kalkarina tersumbat akan
menimbulkan hemianopasi homonim kontralateral.
2. Sirkulasi willis
Meskipun arteri karotis interna dan vertebrobasilaris merupakan dua sistem
arteri terpisah yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh
pembuluh-pembuluh anastomosis yang membentuk sirkulus arteriosus
willisi.Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi
sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada sirkulus willisi
memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor
tersumbat.Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena
trobus dapat menyebabkan sumbatan aliran darah kedistal neuron-neuron dan
hal ini mengakibatkan sel-sel neuron cepat nekrosis ataupun infark.
3. Vena
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada
struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan
bergabung menjadi vena-vena besar. Penyilangan pada sub arachnoid dan
pengosongan pada sinus dural yang luas, mempengaruhi vaskular yang
terbentang dalam duramater yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus
membawa vena keluar dari otak dan pengosongan vena jugularis interna
menuju sistem sirkulasi pusat.Vena-vena serebri bersifat unik, karena vena
serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran darah balik darah
seperti pada vena-vena lain ditubuh.
C. Etiologi
1. Kekurangan vitamin K
2. Trauma kelahiran
 Partus biasa oleh pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan
 Dispropsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase.
3. Partusbuatan (ekstraksivakum, cunam),
4. Partuspresipitatus
Bukan trauma kelahiran umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan
(premature). Factor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakan factor
pencetus Intracranial Bleeding (ICB) seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat
timbul pada syok, infeksi intrauterine, asfiksia, dan kejang2, kelainan jantung
bawaan. Hipotermi bawaan, hipotermi, juga hiperosmolaritas/hipernatremiad.
D. Patofisiologi
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yangberperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuandarah (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan faktor
koagulasi yang tidak tergantung padavitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah
trombosit masih dalam batas normal.Ada 3 bentuk vitamin K yang diketahui di
sintesis oleh flora normal usus sepertiBacteriodes Fragilis dan beberapa strain E.
Coli,yaitu :
1. Vitamin K 1 ( phytomenadion), Berasal dari diet sayuran berwarna hijau. Vitamin
k1bersifat larut dalam lemak
2. Vitamin K 2 (menaquinone) berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K2
bersifatlarut dalam lemak
3. Vitamin K 3 ( menadion)Merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang
diberikankepada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkanAnemia
hemolitik. Vitamin Kbanyak terdapat pada hati, kedelai dan sayuran seperti tomat,
bayam.
4. Secara fisiologi kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat
sekitar50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 42-72
jam setelahkelahiran. Kemudian faktor ini akan bertambah secara perlahan selama
beberapa minggutetapi tetap berada di bawah kadar orang dewasa. Sedangkan
bayi baru lahir relative kekurangan vitamin K karena beberapa alasan, seperti:
 Simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan
zat ini.
 Sedikitnya perpindahan vitamin K melalui plasenta.
 Rendahnya kadar vitamin K pada ASI
 Sterilitas saluran cerna

Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh


darahintrakranial secara langsung.Pada perdarahan yang bukan karena trauma
kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah
otak masih embrionaldengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan
pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk
huruf U sehingga mudah sekali terjadikerusakan bila ada faktor pencetus
(hipoksia/iskemia).Keadaan ini terutama terjadi padaperdarahan intraventrikuler
/periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena
meningikamedia antara tulang tengkorak dan duramater.Keadaan ini jarang
ditemukan pada neonatus.Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis ICB yang
banyak dijumpai pada BCB.Di siniperdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena
kortikal yang menghubungkan ronggasubdural dengan sinus-sinus pada duramater.

Perdarahan subdural lebih sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi
yangprematur sebab pada bayi prematur vena-vena superfisial belum berkembang
baik danmulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi.Perdarahan dapat berlangsung
perlahan-lahandan membentuk hematoma subdural.Pada robekan tentorium serebeli
atau vena galena dapatterjadi hematoma retroserebeler.Gejala-gejala dapat timbul
segera dapat sampai berminggu- minggu, memberikan gejala kenaikan tekanan
intrakranial.Dengan kemajuan dalam bidangobstetri, insidensi perdarahan subdural
sudah sangat menurun.

Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid


yangbiasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat
dibuktikandengan fungsi likuor.Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler,
perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada neonatus karena hanya terdapat
pada trauma kepala yang sangat hebat(kecelakaan). Perdarahan intraventrikuler
dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersamaperdarahan intraserebral yang
disebut perdarahan periventrikuler. Dari semua jenis ICB,perdarahan periventrikuler
memegang peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnyatinggi pada bayi
prematur. Sekitar 75--90% perdarahan periventrikuler berasal dari
jaringansubependimal germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.

Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia


yangmenyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti
vena.Bertambahnya alirandarah ini, meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang
diteruskan ke daerah anyamankapiler sehingga mudah ruptur.Selain hipoksia,
hiperosmolaritas pula dapat menyebabkanperdarahan intraventrikuler.
Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibatpemberian natrium
bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapatmeninggikan
tekanan darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah.

E. Klasifikasi
Klasifikasiperdarahan Defisiensi Vitamin K
(PDVK) dibagi menjadi early, clasiccal dan late berdasarkan pada umur saat
kelainan tersebut bermanifestasi (Sutor dkk 1999, Von Kries1999):
1. Early Vitamin K defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari
pertamakehidupan. Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari
ibu yangmengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu metabolisme
vitamin K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang tidak mendapat
suplementasi vitamin K adalahantara 6-12% (tinjauan oleh Sutor dkk 1999).
2. Classical VKDB (PDVK klasik)
3. Ini timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir dan lebihsering terjadi pada bayi
yang kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau yangterlambatmendapatkan
suplementasi makanan. Insidens dilaporkan bervariasi, antara 0sampai 0,44%
kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata kejadian PDVK klasik yang pastikarena
jarang ditemukan kriteria diagnosis yang menyeluruh.
4. 3. Late VKDB (PDVK lambat)Ini timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah
lahir, sebagianbesar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari
pasien ini mempunyaikelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan
malabsorpsi. Perdarahan intrakranialyang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi
berisiko mungkin ditemukan tanda-tandapenyakit hati atau kolestasis seperti
ikterus yang memanjang, warna feses pucat, danhepatosplenomegali. Angka rata-
rata kejadian PDVK pada bayi yang tidak mendapatkanprofilaksis vitamin K
adalah 5-20 per 100.000 kelahiran dengan angka mortalitas sebesar30%
(Loughnan dan mcdougall 1993).

Table klasifikasi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) pada anak

PDVK dini PDVK klasik PDVK


lambat
Umur 24 jam 1-7 hari (terbanyak 3-5hari) 2 minggu
–6
bulantrutama
4-6 minggu

Penyebab Obat yang diminumselama Pemberianmakananterlambat


dan faktor hamil Intake vitamin Kinadekuat.
resiko Kadar vitamink rendah padaasi
Tidak dapat profilaksisvitamin K
Intake vitamink inadekuat

Frekuensi < 5 % pada 0,01-1 % (tergantungpada pola


kelompok resiko tinggi makananbayi)
Lokasi Sefalhematom,umbilicus, GIT, umbilicus, hidung,tempat
perdarahan intrakranial,intra suntikan, bekassirkumsisi,
abdominal, intrakranial
GIT,intrathorakal.
Pencegahan Penghentian/penggantianob Vitamin Kprofilaksis(oral/im)
at penyebab Asupan vitamink yang adekuat
Berdasarkan lokasi pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan
intrakranial padaneonatus dibagi dalam empat daerah yaitu :
1. Epidural Hemorrhage
Terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau venameningia media di
antara tulang kepala dan durameter.Pengumpulan darah di dalamruangan
durameter disebut hematoma epidural.Perdarahan ini sering berlokasi didaerah
parietal dan oksipital.Perdarahan epidural biasanya disertai fraktur linier tulang
kepala dan tanda shock hipovolemik.Gangguan fungsi otak bergantung padaluas
dan banyaknya perdarahan.Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-
tandagangguan fungsi otak. Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah
lahir akantampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti
iritabel,menangis melengking ( cephalic cry ), ubun-ubun tegang dan menonjol,
deviasi mata,sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda herniasi unkal
seperti dilatasipupil homolateral.
2. Subdural Hemorrhage
Dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya venagalen, sinus strait,
dan kadang-kadang sinus transversal.Perdarahan ini sering diinfratentorial. Bila
perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa posterior danmenyebabkan kompresi
batang otak ( brain stemp). Kadang-kadang, perdarahan inidapat meluas ke
permukaan superior atau posterior dari serebellum.Perdarahansubdural dengan
laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis inferior.Perdarahan
biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium.Perdarahanini
kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium.Lokasi perdarahan
didalam fisura serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum. Rupturnya
venasuperfisial serebri ( bridging vein ), mengakibatkan perdarahan subdural
padapermukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan biasanya
diikutiperdarahan subaraknoid.
3. Subarachnoid Hemorrhage
Perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnyavena-vena dalam rongga
araknoid ( bridging veins ), rupturnya pembuluh darah kecildi daerah
leptomeningen, atau perluasan perdarahan. Timbunan darah biasanyaberkumpul
di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi posterior.Hal yangditakutkan
adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid olehdarah dan
menyebabkan peninggian tekanan intrakranial.
4. Intraventricular hemorrhage
Adalah pendarahan yang terjadi di bagian lateralventrikel ketiga dan
keempat. Terjadi perdarahan flexus choroid dan pemanjangandari matriks
subependymal atau thalamus
5. Intraparenchymal hemorrhage
Adalah pendarahan yang terjadi diantara jaringanparenkim otak.Biasanya
terjadi edema vasogenik dalam jumlah yang besar.
F. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan dikulit, mata, hidung dan salurancerna.
b. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekas
tusukan jarum suntik.
c. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intracranial, misalnya
perdarahan subaraknoid.
d. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching, opistotonus.
Gejala ini timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahan
subdural, kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium
yang luas.
e. Mata terbuka dan hanya memandang kesatu arah tanpa reaksi. Pupil melebar,
reflek cahaya lambat sampai negative. Kadang-kadang ada perdarahan retina,
nistagmus dan eksoftalams.
f. Apnea berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan
kerusakan susunan saraf pusat.
g. Cephalic cry (menangis merintih)
h. Gejala gerakan lidah yang menjulur keluar disekitar bibir seperti lidahular (snake
like flicking of the tongue), menunjukkan perdarahan yang luas dengan kerusakan
pada korteks.
i. Tonus otot lemah atau spastic umum.
j. Gejala-gejala lain ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen, spoorata koma),
tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, hipotermi yang menetap.

G. Komplikasi
a. Reaksi anafilaksis (bila diberikan secara IV)
b. Anemia hemolitik
c. Hiperbilirubinemia (dosis tinggi)
d. Hematoma pada lokasi suntikan.
H. Pencegahan
Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI tahun
2003Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1. Dosis yang
diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-masing 2 mgpada waktu
lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan. Untuk bayi yang lahir ditolong
dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral. Ibu hamil yang mendapat
pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mgsehari selama trimester
ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K10 mg/IM, kepada
bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jam kemudian.
I. Prognosis
Karena kemajuan obstetri, ICB oleh trauma kelahiran sudah sangat
berkurang.Mortalitas ICB non traumatik 50-70%.Prognosis ICB bergantung pada
lokasi danluasnya perdarahan, umur kehamilan, cepatnya didiagnosis dan
pertolongan.Padaperdarahan epidural terjadi penekanan pada jaringan otak ke arah
sisi yang berlawanan.Dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang
otak.Keadaan ini dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera.Pada penderita
yang tidak meninggal, dapat disertaispastisitas, gangguan bicara atau
strabismus.Kalau ada gangguan serebelum dapat terjadiataksi serebeler. Perdarahan
yang meliputi batang otak pada bagian formasi retikuler,memberikan sindrom
hiperaktivitet.Pada perdarahan subdural akibattrauma, hanya 40% dapat sembuh
sempurnasetelah dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan
bedah.Perdarahansubdural dengan hilangnya kesadaran yang lama, nadi cepat,
pernapasan tidak teratur dandemam tinggi, mempunyai prognosis jelek. Pada
perdarahan intraventrikuler, mortalitasbergantung pada derajat perdarahan.Pada
derajat 1-2 (ringan-sedang), angka kematian 10-25%, sebagian besarsembuh
sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan.Pada derajat 3--4 (sedang-berat),
mortalitas 50--70% dan sekitar 30% sembuh dengan sekuele berat.Sekuele
dapatberupaCerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi, retardasi mental dan
hidrosefalus.Hidrosefalus merupakan komplikasi paling sering (44%) dari perdarahan
periventrikuler.
J. Penatalaksanaan
Bayi dengan HDN harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan
2 mg(pada kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan
kecepatansuntikan kurang dari 1 mg/menit. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam
dengan berhentinya perdarahan danmembaiknya masa protrombin.Bayi yang
mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen plasma (FFP) 10
sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun (12mg/dl )
diberikan packed red cells (PRC).Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa
(perdarahan intrakranial) dapatdiberikan prothrombin complex-Concentrates
(pccs).Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang
lebihparah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang NICU ( Neonatal
Intensive careunit ) yaitu dengan :
a. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan
pemberian O2
b. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan
reaksipupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi
jantung(bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari
1ml/kgbb/jamberarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1
ml/kgbb/jam menunjukkanfungsi ginjal baik.
c. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan
02
d. Bayi letakkan dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan
laring oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena
serebral
e. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan
f. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa
(5-10%) dan nacl 0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5-10% dan Nabik
1,5% dengan perbandingan 4:1
g. Pemberian obat-obatan :
 valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5 mg/kgbb, tunggu
15menit, jika belum berhenti diulangi dosis yang sama. Bila berhenti
diberikanluminal 10 mg/kgbb (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per
os 8mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgbb
dibagidalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya.
 kortikosteroid berupa deksametason 0,5-1 mg/kgbb/24 jam yang
mempunyaiefek baik terhadap hipoksia dan edema otak.
 antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila
adamanipulasi yang berlebihan.
 Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah,
mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi
padapermukaan korteks
h. Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural
walaupunjarangdilakukan explorative Burrhole dan bila positif dilanjutkan
dengankraniotomi,evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat. Pada
perdarahan/hematomasubdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan
kraniotomi, pembukaanduramater, evakuasi hematoma dengan irigasi
menggunakan cairan garam fisiologik.Pada perdarahan intraventrikuler karena
sering terdapat obstruksi aliran likuor,dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan
atrium kanan.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien dengan Hemorrhagic


diseases of the newborn (HDN)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanankesehatan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
menggunakanmetodologi proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan
dilandasi etik danetika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan(Depkes,1995:5).Proses keperawatan menyediakan struktur untuk praktik
keperawatan, merupakan kerangka kerja penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang
dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan human caring. Proses keperawatan
digunakan secara terus menerus ketika merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan. Perawat menganggap pasien sebagai figure sentral dalam rencana asuhan
dan memastikan ketepatan dari semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi
respon pasien. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan pengambilan
keputusan yang menghasilkan diagnosis keperawatan.Untuk mengarahkan perawat
dalam mengumpulkan data agar perawat dapat menentukan status dan fungsi
kesehatan individu atau kelompok, Gordon mengembangkan sistem untuk mengatur
pengkajian keperawatan berdasarkan fungsi (1994).Setelah pengumpulan data selesai,
perawat dan klien dapat menentukan status fungsi yang positif, status perubahan
fungsi, atau status resiko perubahan fungsi. Pola kesehatan fungsional meliputi
:Pengkajian Gordon.
a. Identitas klien, meliputi : nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, status bangsa,
tanggal masuk RS, nomor rekam medis, diagnosa medis dan alamat. Disamping
itu perlu juga dicantumkan identitas Penanggung jawab yang meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungandengan keluarga
dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada Hemorhagic disease of the newborn (HDN)Biasanya akanditemukan
adanya penurunan tingkat kesadaran dan kemungkinan sampaiterjadi koma
sehingga klien tidak dapat dilakukan pengkajian tentang keluhanutamanya,
Dikembangkan pula dengan menggunakan konsep PQRST mulaidari adanya
keluhan sampai datang ke rumah sakit untuk meminta pertolongan.PQRST
Meliputi P : Paliatif artinya apa yang memperberat keluhan yang dialami klien,
Q : Qualitas artinya bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien, R : Region
artinya di manakah gangguan tersebut dirasakan, apakahgangguan tersebut
menjalar/menyebar ke area lain, apa yang telahdilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan tersebut, S : Scala artinya seberapa berat keluhan tersebut
dirasakan, bagaimanakeluhan tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi
dirinya.T : Time artinya berapa lama keluhan tersebut dirasakan, apakah
adaperbedaan intensitas keluhan misal: menghebat pada saat malam hari.
c. Riwayat kesehatan lalu meliputi: adanya riwayat tidak diberikannyavitamin K
saat BBL , apakah sebelumnya ibu klien pernah mengkonsumsiobat-obatan pada
saat mengandung klien, apakah klien pernah mengalamikecelakaan atau tidak,
klien pernah mengalami tindakan invasif yaitumenggunakan vakum dan forcev
saat proses persalinan atau kepala klienterjepit lama oleh panggul ibu saat proses
persalinan. Kemudian juga perlu di kaji riwayat prenatal, natal dan postnatal.
1. Riwayat prenatal : apakah kehamilan direncanakan, kondisi Ibu saat
hamil,adakah kelainan kehamilan, obat – obat yang digunakan oleh
Ibusebelum hamil, penyakit yang diderita Ibu waktu hamil.
2. Riwayat perinatal : lamanya kehamilan, yang membantu persalinan, di
manabersalin, lahir prematur/aterm/postmatur, jenis kelahiranspontan/dengan
alat/operasi, komplikasi waktu persalinan.
3. Riwayat neonatal : Pemberian nutrisi/ASI, jumlah
pemberian,frekuensi,pemberian makanan tambahan, kapan berhenti minum
ASI, beratbadan waktu lahir, panjang badan waktu lahir.
4. Riwayat postnatal : Lama di Rumah Sakit/Bidan, perubahan berat badan
(adaperubahan atau tidak), pola buang air besar.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Riwayat pertumbuhan
meliputi : berat badan waktu lahir, beratbadan sekarang, saat masuk rumah
sakit, berat badan saat dikaji,lingkar kepala, lingkar perut, lingkar lengan.
Kemudian hal yang perlu dikaji dalam pertumbuhan dan perkembangan
adalah :
6. Motorik kasar, apakah anak dapat menghisap, menggenggam
7. Motorik halus, respon tubuh terhadap lingkungan
8. bahasa, apakah anak bisa menangis, kapan anak bisa bicara.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat yang pernah atau masih dialami anggota keluarga, penyakitmenular,
penyakit keturunan, apakah di antara anggota keluarga adayang menderita
penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan, jika adabuat genogram.
1. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
biasanya klien /keluarga akan mengalami kecemasan karena kondisi
penyakit/tidak, proses hospitalisasi, memikirkan biaya perawatan dan cara
keluarga mengatasi masalah.
2. Pola nutrisi metabolic
nafsu makan/tidak, adakah penambahan berat badan/tidak, adakah rasa mual,
muntah, frekuensi bising usus, adakah asites/tidak, keadaan mulut bersih /
tidak, ada lesi / tidak, frekuensi buang air besar, keadaan perut kembung
/cekung /datar, adanyeri tekan pada perut /tidak, warna kulit perut ada
kelainan / tidak,berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar lengan atas, lingkar perut.
3. Pola eliminasi
frekuensi BAK, adakah sumbatan atau tidak, kondisi alatgenetalia ada
kelainan/tidak, pola urinaria normal/tidak, disuria,retensi urine, warna urine,
bau urine, adanyahematuri/anuria/oliguria, adanya edema pada muka/pada
tungkaibawah, warna urine gelap seperti air teh/air cucian daging.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas sehari – hariperlu dikaji kebiasaan klien sehari-hari sebelum
sakit dan dengan keadaansekarang pada waktu sakit, meliputi:
 Pola nutrisi, kebiasaan makna sehari-hari, jam makan, frekuensi
makan, porsimakan, jenis makanan yang disukai/tidak, obat/diet
tambahan yang diberikan,alergi terhadap makanan, masalah yang
berhubungan dengan nutrisi.Makanan/cairan: cara pemberian
makan/minum, jenisminuman/makanan, frekuensi, kehilangan cairan
yang berlebihan: vomitus,suction lambung dan drainage berlebihan,
asupan makanan/minuman, infus.
 Pola eliminasi, kebiasaan buang air besar (BAB), buang air kecil
(BAK), ngompol,frekuensi BAK/BAB, warna, bau, masalah yang
berhubungan denganbak/BAB, keluhan dan kesulitan
 Istirahat tidur, kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur,
kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur siang, tidur malam, lama tidur,
sering bangun/tidak, masalahyang berhubungan dengan tidur, hal yang
membantu tidur.
 Personal hygiene
Kebiasaan mandi, mandi sendiri/dimandikan, kebiasaan cuci
rambut,gosok gigi, ganti pakaian dan gunting kuku
 Pola aktivitas, aktivitas gerak dengan bantuan/tidak, bermain: mainan
kesukaan,tempat bermain, teman bermain, apakah anak lebih sering
bermainsendiri/bersama.
5. Pola Tidur dan Istirahat
kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari,
jam tidur siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun /tidak, masalah yang
berhubungan dengan tidur, hal yang membantu tidur.
6. Kognitif persepsi
Sistem persarafan : kesadaran klien, penurunan kesadaran sampai
koma/tidak,sakit kepala berat/tidak, adanya kejang-kejang, tanda
peningkatantekanan intrakranial, adakah perubahan minat, efek, status
mentalbaik/tidak, tremor, paralise, gangguan bicara/tidak, nilai
GCS,penglihatan klien, keadaan mata bersih/tidak, pendengaranbaik/tidak,
perabaan baik/tidak, apakah klien dapat membedakan rasa manis, asam
danpahit
7. Persepsi dan konsep diri
8. Peran hubungan : hubungan sosial klien dengan anggota keluarga dan klien
dengan lingkungan dimana klien tinggal
9. Seksualitas
10. Koping toleransi
11. Nilai kepercayaan : kepercayaan yang dianut klien atau keluarga, nilai dan
budaya, pandanganklien atau keluarga terhadap penyakitnya, keyakinan dan
harapan.
 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darahdilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
dan hitung jenisleukosit, LED, kadar glukosa , kadar ureum elektrolit,
kultur. Pada meningitispurulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b. Pemeriksaan radiologis
 Foto kepala: periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.
 Foto dada.
 Ct Scan
 Pemeriksaan fisik yang lain:
a. Sistem pernapasan : Irama pernapasan reguler/irregiler, frekuensi
napas, adakah suara napas tambahan, adakah penggunaan otot
tambahan, gerak dan bentuk dada simetris/tidak, bunyi napas,
keadaan hidung bersih/tidak, ada sputum atau tidak, keadaan kulit
dada ada kelainan atau tidak, kesulitan bernapas, refraksi otot-otot
pernapasan.
b. Sistem kardiovaskular : frekuensi nadi, tekanan darah sesuai
dengan usianya, apakahada edema atau tidak, adakah palpitasi atau
tidak, konjungtivapucat/tidak, adakah takikardi, peningkatan vena
jugularis.
c. Sistem integument
 Kulit : : adakah edema atau tidak, adakah perubahan warna
kulit,peningkatan suhu, turgor, tekstur kulit, bersisik/tidak,
adakah lukamemar dan lesi pada kulit, adakah kelainan
integritas kulit akibatedema, keadaan kulit kotor/tidak
misal karena kelemahan fisik untuk memenuhi personal
hygiene
 Kuku: warna kuku cyanosis atau tidak, lekukan kuku
normal atautidak, keadaan kuku bersih atau tidak, kuku
panjang/pendek
 Rambut: keadaan rambut bersih/tidak, distribusi merata
atau tidak,mudah dicabut/tidak, lebat/jarang, banyak
kutu/tidak,berketombe/tidak, warna rambut hitam
d. Sistem musculoskeletal
 Ekstremitas atas: bentuk simetris/tidak, jari-jari tangan
lengkap/tidak, pergerakanrom terbatas/tidak, terdapat atropi
dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot, pada tangan terpasang
infus/tidak.
 Ekstremitas bawah: bentuk simetris/tidak, jari-jari kaki
lengkap/tidak, pergerakanrom terbatas/tidak, terdapat atropi
dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot.
e. Sistem endokrin : adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak,
pertumbuhandan perkembangan sesuai dengan tingkat usia, adakah
di antara keluarga yang menderita penyakit diabetes/tidak, apakah
pernah mengalami penyakit tyroid, keadaan rambut kering/tidak.
B. Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi
kegiatanmengelompokkan data, menginterpretasi dan akan membandingkannya
denganstandar yang normal. Setelah itu dianalisa sehingga didapat gambaran
statuskesehatan dan kemungkinan penyebab timbulnya masalah klien,
kemudiandisimpulkan sehingga didapatkan masalah klien. Diagnosa keperawatan
adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan datayang terkumpul dan berupa
rumusan tentang respon klien terhadap timbulnyamasalah yang perlu diatasi dengan
tindakan atau intervensi keperawatan (Depkes,1999:7).Diagnosa Keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial“. (Hidayat, A.
Azis., 2001:12). Diagnosis Keperawatan merupakan label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan.Kondisi ini dapat berupa
masalah actual atau potensial atau diagnosis sejahtera.Menggunakan terminology
NANDA International, potensi masalah dinyatakan sebagai Resiko.Penambahan kata
keterangan mungkin diperlukan agar diagnosis menjadi lebih tepat dan jelas.
Tabel Analisa Data
No DATA PATOFISIOLOGI MASALAH
1. DO: Perdarahan otak Pola nafas
 Nafas dalam tidak efektif
 Bradipnea
 Tachypnea Edema otak
 Penggunaan otot-otot
pernafasan
 Nafas cuping hidung Peningkatan tekanan intracranial
 Perubahan gerakan
dada
Penekanan batang otak

Depresi pusat pernafasan

Cynestoke apnea

2. DO: Defisiensi vitamin k Resiko


 Purpura ekimosis perdarahan
 Melena
 Perdarahan intra Berkurangnya aktifator factor
cerebral pembekuan
 PT /APTT
memanjang Perdarahan
 Trombositopenia
3. DO: Perdarahan intracranial hypertermia
 Konvulsi
 Kulit memerah
 Peningkatan suhu Edema otak
tubuh diatas normal
(37,5oc) Peningkatan TIK
 Kulit teraba hangat
dan lembab Penekanan hypothalamus

Gangguan mechanisme termoregulasi

hypertermia
DO : Perdarahan cerebral Resiko
 samnolen, apatis, perfusi
coma jaringan
 GCS <13 Kurangnya suplay O2 ke otak cerebral tidak
span=""> efektif
 Sulit menelan
 Pupil melebar

C. Masalah Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan defisiensi vitamin K
c. Hipertermia berhubungan dengan Gangguan mechanisme termoregulasi
d. Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intoleransi reflek hisap bayi
tidak adekuat
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit.

D. Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN/
N INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL
O (NIC)
(NOC)
1. Pola nafas tidak NOC NIC
efektif  Respiratory Manajemen jalan nafas
status: ventilation  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
 Respiratory stats: atau jaw trust bila perlu
airway patency  Posisikan pasien untuk mengurangi
 Vital sign status dispnea/memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil:  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
 Mendemontrasika jalan nafas buatan
n batuk efektif  Pasang mayo bila perlu
dan suara nafas  Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
yang bersih, tidak
 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
ada sianosis dan
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspnea (mampu
tambahan.
mengeluarkan
 Lakukan suction pada mayo.
sputum, mampu
 Berikan bronkodilator bila perlu.
bernafas dengan
 Berikan pelembab udara kasa basah Nacl
mudah, tidak ada
lembab.
pursed lips)
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Menunjukkan
respirasi dan status 02
jalan nafas yang
paten (klien tidak
Monitoring respirasi (oxygen therapy)
merasa tercekik,
 Monitor frekuensi, rata-rata, irama,
irama nafas,
kedalaman dan usaha bernafas
frekuensi
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
pernafasan dalam
rentang normal,  Pertahankan jalan nafas yang paten.

tidak ada suara  Atur peralatan oksigenasi.

nafas abnormal.  Monitor aliran oksigen.


 Tanda-tanda vital  Pertahankan posisi pasien.
dalam rentang  Observasi adanya tanda hipoventilasi.
normal (tekanan  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
darah, nadi, oksigenisai
pernafasan)>
Monitoring Tanda Vital
 D, Monitor Td, Nadi, suhu, dan RR
 Cata adanya fluktuasi tekana darah.
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan.
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,selama,
dan setelah aktifitas.
 Monitor kualitas dari nadi.
 Monitor frekuensi dan irama pernafasan
 Monaitor suara paru
 Monitor pola pernafasan abnormal.
 Monitor suhu,warna, dan kelembaban
kulit.
 Monitor sianosis perifer.
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik).
 Identfikasi penyebab dari perubahab vital
sign
2. Resiko NOC NIC
Perdarahan  Blood lose Bleeding Precautions
severity  monitor ketat tanda-tanda perdarahan
 Blood  Catat tingkat HB, HT sebelum dan sesudah
koagulation terjadinya perdarahan
Kriteria hasl:  Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi
 Tiadak ada PT, PTT, trombosit
hematuria dan
hematemesis  Monitor TT artostatik
 Kehilangan darah  Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
yang terlihat  Kolaborasi dalam pemberian produk darah
 Tekanan darah (platelet atau fresh frozen plasma)
dalam batas  Lindungi pasien dari trauma yang dapat
normal systole menyebabkan perdarahan
dan diastole  Hindari mengukur suhu lewat rectal
 Tidak ada
 Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant
perdarahan
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
pervagina
makanan yang banyak mengandung vitamin k
 Tidak ada distensi
 Hindari terjadinya konstipasi dengan
abnormal
menganjurkan untuk mempertahankan intake
 Hemoglobin dan
cairan yang adekuat dan pelembut feses
hematrokit dalam
batas normal
Bleeding Reduction
 Plasma,PT, PTT
 Menginstruksikan keluarga untuk
dalam batas
meningkatkan asupan makanan yang kaya
normal
vitamin K
 Identifikasi penyebab perdarahan
 Monitor jumlah dan sifat dari kehilangan
darah
 Catat kadar HB dan HT sebelum dan sesudah
kehilangan darah
 Memonitor status cairan termasuk intake dan
output yang sesuai
 Memantau faktor pengiriman oksigen
jaringan seperti PaO2, Sa O2
 Mengatur ketersediaan produk darah untuk
transfusi, jika perlu
Perawatan Sirkulasi
 Lakukan penilaian yang komprehensif dari
sirkulasi perifer, misalnya pengisian kapiler,
warna dan suhu ekstremitas, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, dan tekanan
perifer
 Menilai tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
 Tinggikan anggota badan yang terkena 20
derjat atau lebih

Monitor tanda-tanda vital


 Identifikasi penyebab perdarahan
 Monitor trend tekanan darah dan parameter
hemodinamik (CVP, Pulmonary
capillary/artery wedge pressure)
 Monitor status cairan yang meliputi intake
dan output
 Monitor penentu pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2, SaO2,dan level Hb dan
cardiac output)
 Pertahankan patensi IV line

Bleeding reduction: wound/luka


 Lakukan manual pressure (tekanan) pada
area perdarahan
 Gunakan ice pack pada area perdarahan
 Lakukan pressure dressing (perban yang
menekan) pada area luka
 Tinggikan ekstremitas Yang perdarahan
 Monitor ukuran dan karakteristik hematoma
 Monitor nadi distal dari area yang lka atau
perdarahan
 Intruskikan pasien untuk menekan area luka
pada saat bersin atau batuk
 Intruksikan pasien untuk membatasai
aktivitas

Bleeding reduction: gastrointestinal


 Observasi adanya darah dalam sekresi cairan
tubuh, emesis, fecses, urine, residu lambung,
dan drainase luka
 Monitor complete blood count dan leukosit
 Kolaborasi dalam pemberian terapi: lactulose
atau vasopressin
 Lakukan pemasangan NGT untuk memonitor
sekresi dan perdarahan lambung
 Lakukan bilas lambung dengan Nacl dingin
 Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
 Hindari pH lambung yang ekstrem dengan
kolaborasi pemberian antacids atau histamine
blocking agent)
 Kurangi factor stress
 Pertahankan jalan nafas
 Hindari penggunaan anticoagulant
 Monitor status nutrisi pasien
 Berikan cairan intravena
 Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen
3. Hypertermia NOC NIC
Thermoregulation Fever treatment
Kriteria hasil  Monitor suhu sesering mungkin
 Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
dalam rentang  Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal
 Monitor WBC,Hb, dan Hct
 Tidak ada
 Monitor intake dan output
perubahan warna
 Berikan antipiretik
kulit dan tidak
 Berikan pengobatan untk mengatasi
ada pusing
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil

Temperature Regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor TD, nadi dan RR
 Monitor warna kulit dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien untuk mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadi keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan antipiretik jika perlu

Vital Sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, shu dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,duduk,atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD , nadi, RR sebelum, selama dan
setelah aktivitas
 Monitor kulaitas dari nadi
 Monitor frekeunsi dan irama penafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafsan abnormal
 Monitor suhu,warna,dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, baradikardi. Peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
4. Resiko perfusi NOC NIC
jaringan  Circulation status Peripheral Sensation Management
cerebral tidak  Tissue prefusion: (menejemen sensasi perifer)
efektif cerebral  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
Kriteria hasil: peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
 Mendemonstrasik  Monitor adanya paretese
an status sirkulasi  Intruksikan keluarga untuk mengobservasi
yang ditandai kulit jika ada lesi atau laserasi
dengan:  Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tekanan systole  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
dan diastole punggung
dalam rentang
 Monitor kemampuan BAB
yang diharapkan
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Tidaka ada
 Monitor adanya tromboplebitis
ortostatikhiperten
 Diskusikan mengenai penyabab perubahan
si
sensasi
 Tidak ada tanda-
tanda
pengingkatan
tekanan
intracranial (tidak
lebih dari 15
mmhg)
 Mendemonstrasik
an kemampuan
kognitif yang
ditandai dengan:
 Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
arientasi
 Memproses
informasi
 Membuat
keputusan dengan
benar
 Menunjukkan
fungsi sensori
motori caranial
yang utuh: tingkat
kesadaran
membaik, tidak
ada gerakan-
gerakan
involunter

5. Ketidakseimban NOC NIC


gan nutrisi  Nutritional status Nutrition management
kurang dari  Nutritional status:  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhantubuh food and fluid  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
 Nutritional status: dibutuhkan pasien
nutrient intake  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
 Weight control dan vitamin C
 Berikan subtansi gula
Kriteria hasil:  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
 Adanya tinggi serat untuk mencegah konstipasi
peningkatan berat
 Berikan makanan yang terpilih (sudah
badan sesuai dikonsultasikan dengan ahli gizi)
dengan tujuan  Ajarkan pasien bagaimana membuat cataan
 Berat badan ideal makanan harian
sesuai dengan  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
tinggi badan  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Mampu  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
mengidentifikasi nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan nutrisi
 Tidaka ada tanda Nutrition monitoring
malnutrisi  BB pasien dalam batas normal
 Menunjukkan
 Monitor adanya penurunan berat badan
peningkatan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
fungsi
dilakukan
pengecapan dari
 Monitor interaksi anak atau orangtua selama
menelan
makan
 Tidak tejadi
 Monitor lingkungan selama makan
penurunan berat
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
badan yang
selama jam makan
berarti
 Monitor kulit kering dn perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah
 Monitor mual muntah
 Monitor kadar albumin, total protein,Hb, dan
dkadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan dn kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papilla lidh dan cavitas oral
 Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6. Kurang Kriteria hasil:  Berikan informasi tentang heamolitik desaese
pengetahuan  Keluarga of the newborn. Diskusikan kenyataan bahwa
berhubungan menyatakan terapi tergantung pada tipe dan beratnya
dengan pemahamannya penyakit.
kurangnya proses penyakit  Kaji tingkat pengetahuan keluarga pasien
informasi dan tentang penyakit yang diderita
mengenai penatalaksanaan  Beri penjelasan pada keluarga klien tentang
penyakit. penyakit penyakit dan kondisi bayi sekarang
 Mengidentifikasi  Minta keluarga klien mengulangi kembali
factor penyebab tentang materi yang telah diberikan
 Melakukan
tindakan yang
perlu atau
perubahan pola
hidup

3. Tinjauan Kasus
Bayi Ana masuk RSU Kasih Bunda Cimahi pada tanggal 7Februari 2017 pukul
21.30 WIB rujukan dari RS Avisena dengan keluhan demam kejang dan penurunan
kesadaran. GCS 8 (E3M3V2).terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D 12,5 %, O2
2 lpm, terdapat ptekie pada bagian lengan, dan NGT.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama Anak : By. A BB/PB : 3 kg/ 50cm
TTL/Usia : 26 Januari 2017/ 13 hari
Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara
Nama Ayah : Tn.Firdaus
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. Roslawati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal Pengkajian : 7 Februari 2017
Tanggal masuk RS : 7 Februari 2017
No RM : 108955
Alamat : Kp. Saradan RT/RW 002/012 Leuwigajah Cimahi
Dx Medis : Haemorraghic Desease of Newborn (HDN).
2. Keluhan Utama
Demam kejang 1 hari sebelum masuk RS disertai dengan penurunan kesadaran.
3. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
a. Prenatal
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara.Ibu klien mengatakan kehamilannya
tidak direncanakan.Keluhan selama kehamilan tidak ada.Ibu klien juga
mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.Kontrol
kehamilan ada yaitu sebanyak 3 kali.Ibu klien mengatakan tidak pernah
mendapat imunisasi TT, hanya mendapat kapsul vitamin A sebanyak 1 kali.
b. Intranatal
Klien lahir melalui persalinan spontan. Persalinan ditolong oleh bidan
setempat dengan usia kehamilan cukup bulan (± 38 minggu) atau aterm. Ibu
klien mengatakan tidak dapat mengingat berapa lama proses persalinan.
Penggunaan alat khusus seperti vacum, dan forcep untuk membantu proses
persalinan tidak ada, komplikasi persalinan tidak ada.
c. Neonatal
BB klien waktu lahir 2800 gram, bayi termasuk SMK, Panjang badan (ibu
lupa). ASI diberikan 48 jam setelah kelahiran. Sebagai pengganti ASI, klien
mendapat 8x30 cc susu formula.
d. Postnatal
Klien dirawat di rumah bidan selama 2 hari.Perubahan berat badan tidak
diketahui.Ibu klien mengatakan setelah lahir klien tidak diberikan profilak
vitamin K. Selama di rumah klien ditidurkan diayunan (diayun-ayun).
4. Riwayat Kesehatan dahulu
a. Penyakit yang diderita sebelumnya
Ibu klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti
demam, klien juga tidak pernah mengalami jatuh. :
b. Pernah Dirawat di RS
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien telah dirawat di RS Avisena selama 1
hari dengan keluhan demam ± 2 hari, demam hilang timbul disertai dengan
muntah yang menyemprot
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
• Cefotaxime 2 x 150 mg
• Gentamicin 2 x 12,5 mg
• Neo K 1 x 1 mg
• Luminal 1 x 50 mg (IM)
d. Alergi : Tidak ada alergi terhadap susu formula ataupun obat-obatan
e. Kecelakaan : Riwayat jatuh tidak ada, riwayat bayi diayun-ayun ada
f. Riwayat Imunisasi : Belum pernah mendapat imunisasi dasar
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RSU Kasih Bunda Padang pada tanggal 7 Februari 2017 pukul 21.30
WIB rujukan dari RS Avisena dengan keluhan demam kejang dan penurunan
kesadaran. GCS 8 (E3M3V2). Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7Februari
2017 pukul 22..00 WIB, GCS 10 (E4M4V2). Nadi 120 x/i, RR 76 x/i, Suhu
38,5oC, terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D12, 5 %, O2 lpm, terdapat
ptekie pada bagian lengan, dan NGT.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
gangguan pembekuan darah
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Kemandirian dan Bergaul : Belum dapat dikaji
b. Motorik Kasar : Belum dapat dikaji
c. Motorik Halus : Belum dapat dikaji
d. Kognitif dan Bahasa : By menangis
e. Psikososial : Belum dapat dikaji
8. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh klien
Ibu klien mengatakan bahwa klien diasuh langsung oleh kedua orangtua.Klien
adalah anak kedua.Ibu klien mengatakan dalam mengasuh, anak-anaknya
tidak diberi kebebasan untuk berpendapat ataupun dalam hal lainnya.Semua
aturan ditetapkan oleh orangtua klien.
b. Hubungan dengan anggota keluarga : belum bisa dinilai
c. Hubungan dengan teman sebaya : belum bisa dinilai
d. Pembawaan secara umum : belum bias dinilai
e. Lingkungan rumah
Rumah permanen dengan halaman rumah sempit, tidak ada WC, MCK di
sungai, sumber air bersih adalah air sungai, sampah diolah dengan cara
dibakar.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : buruk, GCS 10 (E4M4V2).
b. PB/BB : 50 cm /2,5 kg
c. Kepala
Sutura : belum menutup
Ubun-ubun : tampak menojol
Lingkar Kepala : 35 cm
Kebersihan : kurang bersih
Warna rambut : pirang
Tekstur : halus dan tidak mudah dicabut
Distribusi rambut : Tidak merata
d. Mata
Simetris : ada
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : pucat
Palpebral : oedema (-)
e. Telinga
Simetris : ada
Serumen : tidak ada
Pendengaran : baik
f. Hidung
Septum : simetris
Sekret : tidak ada
Nafas cuping hidung : tidak ada
g. Mulut : bersih
Warna Bibir : merah muda
Kelembapan : lembab
o Lidah : bersih dan berwarna merah
o Gigi : belum tumbuh
h. Leher
o Kelenjer Getah Bening : tidak ada pembesaran
o Kelenjer Tiroid : tidak ada pembesaran
o JVP : sukar dinilai
i. Jantung
o Inspeksi : ictus tidak terlihat
o Palpasi : ictus teraba di LMCS RIC V
o Auskultasi : irama teratur
j. Paru-paru
o Inspeksi : simetris, retraksi epigastrium (+)
o Palpasi : fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : bronchovesikuler, Ronchy (-/-), wheezing
(-/-)
k. Perut
o Inspeksi : distensi (+)
o Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : tympani
o Auskultasi : bising usus (+) 2-3 x / menit
l. Ekstremitas
o Atas : lengkap (+/+)
o Bawah : lengkap (+/+)
o CRT : < 3 detik
o terpasang infusNaCl 0,9 % pada ekstremitas atas (dextra)
m. Genitalia
o Warna kulit : kuning langsat
o Turgor : baik, kembali cepat
o Elastisitas : elastis
10. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 06/2/17
 Hb : 6,1 gr%, (N: 11 –14 gr %)
 HT : 18 % (N: 30 – 43 %)
 Leuko : 14.560/mm3 ( 5- 10 x 103/ mm3)
 Trombo : 10.000 mm3 (N:150.000-400.000 mm3)
 PT/INR : 19,5/1,39 (n: 11-18)
 APTT : 38,7 U/L (27-42)
b. Brain Ct Scan tanggal 7 Februari 2017 : infark luas di hemisfer cerebri
dextra + perdarahan subdural + perdarahan subarachnoid.
c. Lain-lain :
1. Pengobatan :
 Meropenem 3 x 200mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
 Lasix 1x 5 mg (IV): jam 24
 Paracetamol 3x0,3 ml: jam 8,16,24
 Kcl 3x 12 mg (oral) ): jam 6, 14 dan jam 22
 Asam traneksamat 3x1/3 ampul 8,16,24
 Vitamin K 1X3 mg
2. Terapi : O2 1 lt/ menit
3. Infus : D 12,5% 12 tts/ meni Infus aminofusin Paed 150 cc/ hari
4. Asi 8 x 5 cc/ NGT
B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1 DO : Tidak mendapat profilaks Pola nafas tidak
 Nafas 76 x/ menit efektif
 Nadi 120x/menit vit K pada awal kelahiran
 Terlihat adanya
penggunaan otot bantu Defisiensi vit K
pernafasan
 Terpasang O2 1 lpm
 Jenis pernafasan Berkurangnya faktor koagulasi
tachypnea
DS :
 Keluarga mengatakan
Perdarahan di otak
klien mengalami sesak
nafas semenjak tadi
malam
Edema di otak
Peningkatan tekanan

intrakranial

Penekanan batang otak

Cynesstoke, apnea, tachypnea


2 DO : Defisiensi vitamin K Resiko
 Terlihat adanya ptekie perdarahan
pada daerah lengan Berkurangnya aktifitas
 BAB bewarna coklat
kehitaman pembentukan faktor pembekuan
 Hasil CT Scan : (faktor II, VII, IX dan X)
perdarahan subdural dan
perdarahan sub
Tombositopenia dan
arachnoid (7/2/17)
Trauma
 Trombosit: 10.000/mm3
 Hb : 6,1 gr%
 HT: 18 % Resiko perdarahan

 PT/INR:
19,5/1,39(N:11-18)
 APTT: 38,7 (N:37-42)
DS :
 Keluarga mengatakan
bintik-bintik merah
sudah ada semenjak 2
hari yang lalu
3 DO : Perdarahan tekanan Hypertermia
 Akral teraba hangat
 Temperatur : 38, 5 °C intracranial
 Muka terlihat memerah
 Klien terlihat rewel Edema otak
 Kulit teraba lembab
 Infus terpasang D
12,5% 12 tts/ menit
Peningkatan tekanan intra
DS :
 Keluarga mengatakan
cranial
klien demam

Penekanan hypothalamus

Gangguan mekanisme
termoregulasi

Hypertermi

C. Masalah Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubngan dengan peningkatan tekanan intracranial.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan defisiensi vitamin K.
c. Hipertermia berhbungan dengan Gangguan mechanisme termoregulasi
D. Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN/
N INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL
O (NIC)
(NOC)
1. Pola nafas tidak NOC NIC
efektif  Respiratory Manajemen jalan nafas
berhubngan
status: ventilation  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
dengan
peningkatan  Respiratory stats: atau jaw trust bila perlu
tekanan airway patency  Posisikan pasien untuk mengurangi
intracranial.
 Vital sign status dispnea/memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil:  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
 Mendemontrasika jalan nafas buatan
n batuk efektif  Pasang mayo bila perlu
dan suara nafas  Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
yang bersih, tidak
 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
ada sianosis dan
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspnea (mampu
tambahan.
mengeluarkan
 Lakukan suction pada mayo.
sputum, mampu
 Berikan bronkodilator bila perlu.
bernafas dengan
 Berikan pelembab udara kasa basah Nacl
mudah, tidak ada
lembab.
pursed lips)
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Menunjukkan
respirasi dan status 02
jalan nafas yang
paten (klien tidak
Monitoring respirasi (oxygen therapy)
merasa tercekik,
 Monitor frekuensi, rata-rata, irama,
irama nafas,
kedalaman dan usaha bernafas
frekuensi
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
pernafasan dalam
rentang normal,  Pertahankan jalan nafas yang paten.
tidak ada suara  Atur peralatan oksigenasi.
nafas abnormal.  Monitor aliran oksigen.
 Tanda-tanda vital  Pertahankan posisi pasien.
dalam rentang  Observasi adanya tanda hipoventilasi.
normal (tekanan
 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
darah, nadi,
oksigenisai
pernafasan)>

Monitoring Tanda Vital


 D, Monitor Td, Nadi, suhu, dan RR
 Cata adanya fluktuasi tekana darah.
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan.
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,selama,
dan setelah aktifitas.
 Monitor kualitas dari nadi.
 Monitor frekuensi dan irama pernafasan
 Monaitor suara paru
 Monitor pola pernafasan abnormal.
 Monitor suhu,warna, dan kelembaban
kulit.
 Monitor sianosis perifer.
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik).
 Identfikasi penyebab dari perubahab vital
sign.
2. Resiko NOC NIC
perdarahan  Blood lose Bleeding Precautions
berhubungan
dengan
severity  monitor ketat tanda-tanda perdarahan
defisiensi  Blood  Catat tingkat HB, HT sebelum dan sesudah
vitamin K. koagulation terjadinya perdarahan
Kriteria hasl:  Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi
 Tidak ada PT, PTT, trombosit
hematuria dan  Monitor TT artostatik
hematemesis  Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
 Kehilangan darah
 Kolaborasi dalam pemberian produk darah
yang terlihat
(platelet atau fresh frozen plasma)
 Tekanan darah
 Lindungi pasien dari trauma yang dapat
dalam batas
menyebabkan perdarahan
normal systole
 Hindari mengukur suhu lewat rectal
dan diastole
 Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant
 Tidak ada
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
perdarahan
makanan yang banyak mengandung vitamin k
pervagina
 Hindari terjadinya konstipasi dengan
 Tidak ada distensi
menganjurkan untuk mempertahankan intake
abnormal
cairan yang adekuat dan pelembut feses
 Hemoglobin dan
hematrokit dalam
Bleeding reduction
batas normal  Menginstruksikan keluarga untuk
 Plasma,PT, PTT meningkatkan asupan makanan yang kaya
dalam batas vitamin K
normal  Identifikasi penyebab perdarahan
 Monitor jumlah dan sifat dari kehilangan
darah
 Catat kadar HB dan HT sebelum dan sesudah
kehilangan darah
 Memonitor status cairan termasuk intake dan
output yang sesuai
 Memantau faktor pengiriman oksigen
jaringan seperti PaO2, Sa O2
 Mengatur ketersediaan produk darah untuk
transfusi, jika perlu

Perawatan Sirkulasi
 Lakukan penilaian yang komprehensif dari
sirkulasi perifer, misalnya pengisian kapiler,
warna dan suhu ekstremitas, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, dan tekanan
perifer
 Menilai tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
 Tinggikan anggota badan yang terkena 20
derjat atau lebih

Monitor tanda-tanda vital


 Identifikasi penyebab perdarahan
 Monitor trend tekanan darah dan parameter
hemodinamik (CVP, Pulmonary
capillary/artery wedge pressure)
 Monitor status cairan yang meliputi intake
dan output
 Monitor penentu pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2, SaO2,dan level Hb dan
cardiac output)
 Pertahankan patensi IV line

Bleeding reduction: wound/luka


 Lakukan manual pressure (tekanan) pada
area perdarahan
 Gunakan ice pack pada area perdarahan
 Lakukan pressure dressing (perban yang
menekan) pada area luka
 Tinggikan ekstremitas Yang perdarahan
 Monitor ukuran dan karakteristik hematoma
 Monitor nadi distal dari area yang lka atau
perdarahan
 Intruskikan pasien untuk menekan area luka
pada saat bersin atau batuk
 Intruksikan pasien untuk membatasai
aktivitas

Bleeding reduction: gastrointestinal


 Observasi adanya darah dalam sekresi cairan
tubuh, emesis, fecses, urine, residu lambung,
dan drainase luka
 Monitor complete blood count dan leukosit
 Kolaborasi dalam pemberian terapi: lactulose
atau vasopressin
 Lakukan pemasangan NGT untuk memonitor
sekresi dan perdarahan lambung
 Lakukan bilas lambung dengan Nacl dingin
 Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
 Hindari pH lambung yang ekstrem dengan
kolaborasi pemberian antacids atau histamine
blocking agent)
 Kurangi factor stress
 Pertahankan jalan nafas
 Hindari penggunaan anticoagulant
 Monitor status nutrisi pasien
 Berikan cairan intravena
 Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen
3. Hipertermia NOC NIC
berhbungan Thermoregulation Fever treatment
dengan Kriteria hasil  Monitor suhu sesering mungkin
perdarahan  Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
intracranial rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
dalam rentang
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal
 Monitor WBC,Hb, dan Hct
 Tidak ada
 Monitor intake dan output
perubahan warna
 Berikan antipiretik
kulit dan tidak
 Berikan pengobatan untk mengatasi
ada pusing
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil

Temperature Regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor TD, nadi dan RR
 Monitor warna kulit dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien untuk mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadi keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring


 Monitor TD, nadi, shu dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,duduk,atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD , nadi, RR sebelum, selama dan
setelah aktivitas
 Monitor kulaitas dari nadi
 Monitor frekeunsi dan irama penafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafsan abnormal
 Monitor suhu,warna,dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, baradikardi. Peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

Anda mungkin juga menyukai