Anda di halaman 1dari 2

5/4/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PENGUATAN UPAYA PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK SANGAT


DIBUTUHKAN
DIPUBLIKASIKAN PADA : KAMIS, 13 SEPTEMBER 2018 00:00:00, DIBACA : 3.998 KALI

Nusa Dua Bali, 13 September 2018

Suara alat musik kul-kul yang bertalu-talu menjadi tanda dibukanya kegiatan The 12th Asia Pasific
Conference on Tobacco (APACT12th) or Health di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/9).

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang
Brodjonegoro; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise;
WHO Representative of Indonesia, Dr. N. Paranietharan; dan Ketua Penyelenggara kegiatan
APACT12th, Arifin Panigoro; bersama-sama membuka kegiatan yang dihost oleh Komisi Nasional
Pengendalian Tembakau Indonesia dan dihadiri oleh perwakilan dari 29 negara di kawasan Asia Pasifik
tersebut.

Ketua penyelenggara APACT12th, Arifin Panigoro, menuturkan bahwa produk hasil tembakau, dalam
hal ini rokok, menimbulkan kematian dan bahaya yang besar terhadap masyarakat, terutama kelompok
usia muda dan usia produktif.

''Saya meyakini bahwa investasi yang baik akan mendatangkan imbal hasil yang baik. Semua yang hadir
dalam acara ini meyakini bahwa ancaman bahaya rokok itu nyata. Ini bukan tipuan. Ini berdasarkan ilmu
pengetahuan'', tutur Arifin Panigoro dalam sambutannya pada pertemuan tersebut.

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, menyatakan bahwa semua negara di Asia Pasifik tentu
sedang sama-sama berjuang untuk mengendalikan dampak bencana konsumsi rokok. Puluhan tahun lalu,
rokok diperkenalkan oleh industri rokok untuk kepentingan komersil, lalu menyebar sehingga perilaku
merokok menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat yang berdampak besar bagi negara tersebut. Namun,
Nila tetap yakin dan optimis bahwa dengan data dan pengetahuan yang dimiliki masing-masing negara,
akan menjadi kekuatan bagi negara terebut untuk mampu memerangi epidemi perilaku merokok.

Indonesia, hingga saat ini masih menghadapi permasalahan tersebut. Angka jumlah perokok di kelompok
remaja usia 15-19 tahun meningkat dua kali lipat, dari 12,7% (2001) menjadi 23,1% (2013). Sementara
itu, data survei indikator kesehatan nasional (Sirkesnas, 2016) menunjukkan bahwa 54,8% remaja laki-
laki berusia antara 15-25 tahun merokok.

''Penguatan upaya pengendalian konsumsi rokok sangat dibutuhkan. Hal ini menjadi begitu amat terasa di
saat kasus-kasus penyakit tidak menular menjadi beban yang besar dalam program jaminan kesehatan
nasional (JKN),'' kata Menkes Nila.

Pada kesempatan tersebut, WHO Prepresentative of Indonesia, N. Paranietharan, mengatakan bahwa


Universal Health Coverage akan sebuah hal yang sulit dicapai oleh negara berkembang tanpa
keberhasilan pencegahan dan pengendalian konsumsi produk tembakau.

Untuk itu, Paranietharan tetap menyemangati seluruh negara di Asia Pasifik, khususnya Indonesia untuk
selalu bersemangat dan pantang menyerah dalam mendorong upaya pengendalian rokok.

''Do not despair when we lose one or two battles along the way, we will eventually win the WAR against
www.depkes.go.id/article/print/18091700002/penguatan-upaya-pengendalian-konsumsi-rokok-sangat-dibutuhkan.html 1/2
5/4/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

tobacco,'' tuturnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS
081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
(myg)

www.depkes.go.id/article/print/18091700002/penguatan-upaya-pengendalian-konsumsi-rokok-sangat-dibutuhkan.html 2/2

Anda mungkin juga menyukai