Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing terdapat 6 (Enam) Kantor


Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing. KPP PMA ini berada di bawah instansi
vertikal Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Khusus.Berdasarkan PER-
0/PJ./2008 tentang tempat pelaporan usaha bagi wajib pajak tertentu, maka setiap
KPP PMA yang berada dibawah wilayah Kanwil DJP Jakarta Khusus,
mengelompokkan tempat pelaporan usaha bagi WP khusus. KPP PMA Satu yang
terletak di Jalan Taman Makam Pahlawan Kalibata, merupakan instansi di bawah
Kanwil Jakarta Khusus bagi Wajib Pajak di sektor industri kimia dan barang galian
non logam. Modernisasi di awal tahun 2000-an memunculkan paradigma sistem
perpajakan modern, sehubungan dengan hal tersebut Kementrian Keuangan juga tidak
luput mereorganisasi kembali instansi DJP dengan mengeluarkan keputusan menteri
keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004. KMK tersebut mengubah menggunakan
Sistem Administrasi Modern dan sampai dengan saat ini ini berada di bawah
koordinasi instansi vertikal Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus.KPP PMA Satu
diharapkan mampu mendorong terwujudnya Visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu
menjadi model pelayanan masyarakat berkelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan
masyarakat. KPP PMA Satu dirancang untuk memberikan pelayanan prima bagi
masyarakat sekaligus menuntaskan misi organisasi Direktorat Jenderal Pajak yaitu
mencapai target penerimaan pajak.

40
41

4.1.2 Data Penelitian

4.1.2.1 Visi, Misi dan Motto

Visi Kantor Pelayanan Pajak PMA Satu sesuai dengan Visi DJP yaitu
”Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibangakan
masyarakat”. Dari penggalan kalimat visi yang pertama menegaskan bahwa
DJP ingin menjadi suatu institusi pemerintah yang menjalankan sistem
administrasi perpajakan modern, efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat.Efektif dan efisien artinya bahwa DJP melakukan pengukuran dan
pertanggungjawaban terhadap sistem modern yang dijalankan
tersebut.Dipercaya oleh masyarakat memiliki arti yaitu DJP memastikan
masyarakat yakin bahwa sistem administrasi perpajakan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya kepada masyarakat, bangsa, dan negara.Modern,
efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat mengacu kepada penyelenggaraan
sistem dimana dibutuhkan peran dari sumber daya manusia sebagai subjek
penyelenggaran sistem tersebut.

Peran sumber daya manusia diangkat melalui kata integritas dan


profesionalisme, sehingga sistem administrasi perpajakan dimaksud di atas
dilaksanakan oleh sumber daya manusia DJP yang berintegritas dan memiliki
profesionalisme tinggi. Sedangkan misi KPP PMA Satu, sesuai dengan tugas
yang diberikan kepada DJP sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006, maka DJP memiliki misi yaitu:

a. Misi Fiskal

Misi fiskal dari KPP PMA Satu adalah menghimpun penerimaan dalam
negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan
pemerintah berdasarkan UU perpajakan dengan tingkat efektivitas dan
efisiensi yang tinggi.
42

b. Misi ekonomi

Mendukung kebijaksanaan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan


ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan perpajakan yang meminimalkan
distorsi.

c. Misi Politik

Mendukung proses demokratisasi.

d. Misi Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan


tenokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

4.1.2.2 Tugas dan Fungsi

Kantor Pelayanan Pajak PMA Satu adalah instansi vertikal Direktorat


Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah Khusus.Tugas pokok KPP PMA Satu adalah
melaksanakan pelayanan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan tugas
pokok Direktorat Jenderal Pajak dalam wilayah kerjanya berdasarkan
kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang lainnya adalah melaksanakan


penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
43

Fungsi KPP PMA Satu memberikan pelayanan, bimbingan, koordinasi dan


pengamanan teknis pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Pajak dalam
wilayahnya, pengamanan rencana kerja dan rencana penerimaan perpajakan,
memberi bimbingan dan koordinasi di bidang penyuluhan serta pelayanan
masyarakat di bidang perpajakan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian
informasi perpajakan, registrasi dan evaluasi data Wajib Pajak, pemeriksaan
pajak, evaluasi dan pembinaan pelaksanaan kebijaksanaan teknis pemeriksaan
dan penagihan pajak serta pengawasan terhadap seksi-seksi di lingkungan
KPP PMA Satu.

4.1.2.3 Struktur Organisasi


Berikut ini adalah struktur organisasi pada KPP Penanaman Modal Asing Satu:

Kepala Kantor

Sub bagian Umum

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Penagihan


Pengolahan Pelayanan Pengawasan Pemeriksaan
Data dan dan
Informasi Konsultasi

Kelompok Jabatan
Fungsional

Gambar 4.1

Stuktur Organisasi KPP PMA SATU


44

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dari masing-masing seksi adalah


sebagai berikut :
a. Sub bagian Umum
Di bagian ini, semua kebutuhan kantor ataupun karyawan dikelola,
meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga diantaranya
kenaikan pangkat, disiplin pegawai, penggajian pegawai, cuti, pengadaan
sarana/prasarana kantor, dan bahkan obat-obatan bagi pegawai dalam skala
kecil juga disediakan. Semua aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana kantor pun turut menjadi
tanggung jawab dari Sub Bagian Umum.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Melakukan urusan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan data,
pemeliharaan Relational Data Base Management System (RDBMS),
pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer, pelayanan dukungan
teknis komputer serta melakukan penyiapan, pencetakan dan pengiriman
laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan
Melakukan pelayanan Wajib Pajak, penyuluhan ketentuan formal
perpajakan, penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat-surat
permohonan (termasuk surat-surat lainnya dari Wajib Pajak), perekaman
dokumen,perpajakan (termasuk Surat Pemberitahuan, Surat Setoran Pajak,
Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak/Surat Perintah Membayar
Imbalan Bunga yang diuangkan, Putusan Keberatan dan Banding), dan
kearsipan berkas Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
d. Seksi Penagihan
Melakukan urusan penata usahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa
dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan, pembuatan usulan pelelangan
dan usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-
dokumen penagihan.
e. Seksi Pemeriksaan
Melakukan pengelolaan administrasi kegiatan sebelum maupun setelah
pemeriksaan seperti membuat Usulan Pemeriksaan, Membuat Surat
45

Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) dan setelah diperoleh hasil pemeriksaan


di input pada Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak (SIMPP).
f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Melakukan pengawasan kepatuhan wajib pajak, pemantauan proses
administrasi perpajakan (workflow), bimbingan kepada wajib pjak dan
konsultasi teknis perpajakn bagi wajib pjak, melakukan penerbitan,
pembetulan dan penyimpanan produk hukum, serta melakukan rekonsiliasi
data wajib pajak.
g. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak
Pemeriksaan pajak yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dan dilaksanakan oleh Pejabat Fungsional
Pemeriksa Pajak. Dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak digunakan
Teknik Audit Berbasis Komputer (TABK) untuk mendapatkan kualitas
hasil pemeriksaan yang optimal dan mempercepat proses pemeriksaan.

4.1.2.4 Sumber Daya Manusia


Dalam mengemban tugasnya, KPP Pratama PMA Satu dukung oleh 136
orang pegawai. Jumlah pegawai yang ada mempunyai jabatan, tingkat
pendidikan, pangkat, dan faktor-faktor lainnya yang beragam sesuai dengan
jabatan pegawai yang bersangkutan.Komposisi pegawai dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Komposisi pegawai berdasarkan jabatan.
b. Komposisi Pegawai dilihat dari Pangkat/Golongan;.
c. Komposisi Pegawai dilihat dari Strata Pendidikan.
Dari tingkatan pendidikan, total pegawai yang sekarang ada di KPP
PMA Satu memiliki tingkat pendidikan terendah adalah setingkat SMU dan
pegawai yang memiliki tingkatan pendidikan tertinggi adalah pada jenjang
Sarjana Strata Tiga.
46

4.1.2.5 Wilayah kerja

Wilayah kerja KPP PMA Satu meliputi Wajib Pajak yang terdiri atas
Wajib Pajak Penanaman Modal Asing yang tidak masuk bursa dan melakukan
kegiatan di sektor Industri kimia dan barang galian non logam.Sesuai
karakteristik KPP PMA dalam struktur organisasi modern, pembagian
pengawasan wajib pajak dibagi berdasarkan wilayah kerja dimana di KPP
PMA Jakarta dibagi menjadi empat Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Sesuai
dengan data Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak per Desember 2013
adalah berjumlah 42 account representative.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu

Berikut ini adalah tabel Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP
Penanaman Modal Asing Satu Jakarta Selatan untuk tahun 2012-2016.
Tabel 4.1
Rencana Dan Realisasi Penerimaan Pajak
di KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)

Tahun Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan


2012 48.497.214.667 43.598.995.986
2013 60.442.017.940 56.694.612.828
2014 57.984.435.800 53.171.727.629
2015 105.270.453.147 99.691.119.131
2016 43.025.498.383 35.065.781.182
Sumber : KPP PMA Satu
47

4.2.2 Tindakan Penagihan Pajak dengan Surat Teguran

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan peneitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan tunggakan pajak dengan surat
teguran pada KPP Penanaman Modal Asing Satu Jakarta Selatan tahun 2012-2016
terhadap pencairan tunggakan pajak dan analisis rasio untk mengetahui tingkat
efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran, maka rumusnya membandngkan
penagihan tunggakan pajak pada tahun yang bersangkutan dengan penagihan
tunggakan pajak pada tahun sebelumnya. Penagihan tunggakan pajak dengan surat
teguran pajak merupakan tindakan jurusita pajak menyampaikan surat teguran pajak
kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajak.

60000000000

50000000000

40000000000
JURUSITA 1
30000000000 JURUSITA 2
JURUSITA 3
20000000000

10000000000

0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 4.2
Tindakan Penagihan Pajak Dengan Surat teguran Pajak
KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Berdasarkan gambar 4.2 penagihan pajak dengan surat teguran pajak pada
tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan pada nilai nominal yang tertera dalam
surat teguran. Sedangkan tahun 2013 ke 2014, tahun 2014 ke 2015 dan tahun 2015 ke
2016 mengalami penurunan pada nominal yang tertera dalam surat teguran.
48

Total tindakan penagihan dengan surat teguran pada tahun 2012 sebesar Rp.
75.891.584.183, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 29.288.137.598,
jurusita 2 sebesar Rp. 19.157.458.982, dan jurusita 3 sebesar Rp. 27.445.987.603.
sedangkan pada tahun 2013 total penagihan dengan surat teguran sebesar
Rp. 94.851.980.230, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 36.610.171.998,
jurusita 2 sebesar Rp. 23.946.823.728, dan jurusita 3 sebesar Rp. 34.294.984.504
berati adanya penambahan sebesar Rp. 18.960.296.047 yang terjadi ditahun 2013.
Untuk tahun 2014 total pengihan sebesar Rp. 93.564.738.542, dimana jumlah
penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 28.252.700.996, jurusita 2 sebesar
Rp. 35.395.372.879, dan jurusita 3 sebesar Rp. 39.916.664.667 mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 1.287.241.688. Untuk tahun 2015 total
pengihan sebesar Rp. 89.995.825.445, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar
Rp. 30.237.629.625, jurusita 2 sebesar Rp. 21.851.477.032, dan jurusita 3 sebesar
Rp. 17.906.708.786 tahun ini juga mengalami penurunan sebesar Rp. 3.568.923.097.
Dan untuk tahun terakhir 2016 total penagihan sebesar Rp. 83.744.136.011, dimana
jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 42.234.936.586, jurusita 2 sebesar
Rp. 13.139.616.397, dan jurusita 3 sebesar Rp. 28.369.583.028. Di tahun terakhir
mengalami penurunan yang sangat drastis sebesar Rp. 6.251.679.434.

4.2.3 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Teguran Pajak


Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan utang pajak atau tunggkan
apajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Dengan penerimaan tunggakan pajak di KPP
Penanaman Modal Asing Satu akan membantu mencapain penerimaan Negara yang
berasal dari pajak.
49

Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat teguran Pajak

25000000000

20000000000

15000000000 JURUSITA 1
JURUSITA 2
10000000000 JURUSITA 3

5000000000

0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 4.3
Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat teguran Pajak
KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Total penerimaan tunggakan pajak dengan surat teguran pada tahun 2012
sebesar Rp. 28.624.578.475, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp.
8.879.921.866, jurusita 2 sebesar Rp. 8.112.189.143, dan jurusita 3 sebesar Rp.
11.632.467.466. sedangkan pada tahun 2013 total penerimaan dengan surat teguran
sebesar Rp. 35.780.710.592, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp.
11.099.889.833, jurusita 2 sebesar Rp. 10.140.236.427, dan jurusita 3 sebesar Rp.
14.540.584.332 berati adanya penambahan sebesar Rp. 7.156.132.117 yang terjadi
ditahun 2013. Untuk tahun 2014 total penerimaan sebesar Rp. 28.045.733.710,
dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp. 15.204.868.350, jurusita 2 sebesar
Rp. 8.058.259.513, dan jurusita 3 sebesar Rp. 4.782.605.847 mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.7.734.976.882. Untuk tahun 2015 total
penerimaan sebesar Rp. 38.978.096.101, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar
Rp. 19.644.649.851, jurusita 2 sebesar Rp. 14.501.977.610, dan jurusita 3 sebesar Rp.
4.831.468.640 tahun ini juga mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebesar
Rp.10.932.362.391. Dan untuk tahun terakhir 2016 total penagihan sebesar Rp.
25.312.129.156, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 10.878.927.591,
50

jurusita 2 sebesar Rp. 9.682.683.784, dan jurusita 3 sebesar Rp. 4.751.117.781. Di


tahun terahir mengalami penurunan sebesar Rp. 13.665.966.710.

4.2.4 Tindakan Penagihan Dengan Surat Paksa

Pada penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa pajak merupakan


tindakan jurusita pajak menyampaikan surat teguran pajak kepada wajib pajak untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihannya.

60000000000

50000000000

40000000000
JURUSITA 1
30000000000 JURUSITA 2
JURUSITA 3
20000000000

10000000000

0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 4.4
Tindakan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pajak
KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)

Berdasarkan gambar 4.4 penagihan pajak dengan surat teguran pajak pada
tahun 2012 ke 2013, tahun 2013 ke 2014, tahun 2014 ke 2015 mengalami peningkatan
pada nilai nominal yang tertera dalam surat teguran. Sedangkan tahun 2015 ke 2016
mengalami penurunan pada nominal yang tertera dalam surat teguran.

Total tindakan penagihan dengan surat paksa pada tahun 2012 sebesar Rp.
15.220.036.941, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 7.198.654.067,
jurusita 2 sebesar Rp. 8.021.382.874, dan jurusita 3 sebesar Rp. 170.753.891.
sedangkan pada tahun 2013 total penagihan dengan surat paksa sebesar Rp.
51

19.427.824.152, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 5.702.826.541,


jurusita 2 sebesar Rp. 13.724.997.611, dan jurusita 3 sebesar Rp. 16.076.732.017
berati adanya penambahan sebesar Rp. 7.156.132.117 yang terjadi ditahun 2013.
Untuk tahun 2014 total penagihan sebesar Rp. 65.889.722.756, dimana jumlah
penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 42.650.880.822, jurusita 2 sebesar Rp.
11.059.620.763, dan jurusita 3 sebesar Rp. 12.179.221.171 mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 7.734.976.882. Untuk tahun 2015 total pengihan
sebesar Rp. 137.530.030.279, penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 51.077.098.422,
jurusita 2 sebesar Rp. 43.719.416.067, dan jurusita 3 sebesar Rp. 42.713.515.790
tahun ini juga mengalami peningkatan sebesar Rp.10.932.362.391. Dan untuk tahun
terakhir 2016 total penagihan sebesar Rp. 59.765.591.236, dimana jumlah penagihan
jurusita 1 sebesar Rp. 24.312.285.327, jurusita 2 sebesar Rp. 23.568.831.407, dan
jurusita 3 sebesar Rp. 11.864.474.502. Di tahun terakhir mengalami penurunan yang
sangat drastis sebsar Rp.13.665.966.710.

4.2.5 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa Pajak


Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan utang pajak atau tunggkan
apajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Dengan penerimaan tunggakan pajak di KPP
Penanaman Modal Asing Satu akan membantu mencapain penerimaan Negara yang
berasal dari pajak.
52

Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa Pajak

25000000000

20000000000

15000000000

10000000000

5000000000

0
2012 2013 2014 2015 2016

JURUSITA 1 JURUSITA 2 JURUSITA 3

Gambar 4.5

Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat Paksa Pajak


KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Total penerimaan tunggakan pajak dengan surat paksa pada tahun 2012
sebesar Rp. 11.474.690.665, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp.
7.110.378.667, jurusita 2 sebesar Rp. 4.364.311.998, dan jurusita 3 sebesar Rp.
154.736.435. sedangkan pada tahun 2013 total penerimaan dengan surat teguran
sebesar Rp. 13.960.419.042, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp.
1.589.543.699, jurusita 2 sebesar Rp. 7.368.617.195, dan jurusita 3 sebesar Rp.
5.002.258.148 berati adanya penambahan sebesar Rp. 2. 485.728.377 yang terjadi
ditahun 2013. Untuk tahun 2014 total penerimaan sebesar Rp. 23.147.908.860,
dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp. 19.361.334.078, jurusita 2 sebesar
Rp. 2.757.508.707, dan jurusita 3 sebesar Rp. 1.029.066.075 mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 9.187.489.818. Untuk tahun 2015 total
penerimaan sebesar Rp. 40.482.569.735, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar
Rp. 17.884.247.356, jurusita 2 sebesar Rp. 21.587.357.477, dan jurusita 3 sebesar
Rp. 1.010.964.902 tahun ini juga mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebesar
Rp.17.334.660.885. Dan untuk tahun terakhir 2016 total penagihan sebesar
Rp. 7.339.969.120, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 1.267.313.054,
53

jurusita 2 sebesar Rp. 1.048.569.532, dan jurusita 3 sebesar Rp. 5.024.086.532. Di


tahun terahir mengalami penurunan sebesar Rp. 33.142.600.625.

4.2.6 Tindakan Penagihan Pajak Dengan Surat perintah melaksanakan penyitaan

Pada penagihan tunggakan pajak dengan surat perintah melaksanakan


penyitaan merupakan tindakan jurusita pajak menyampaikan SPMP kepada wajib
pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihannya.

10000000000

9000000000

8000000000

7000000000

6000000000 JURUSITA 1
5000000000 JURUSITA 2
4000000000 JURUSITA 3

3000000000

2000000000

1000000000

0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 4.6
Tindakan Penagihan Pajak Dengan Surat perintah melaksanakan penyitaan
KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)

Berdasarkan gambar 4.6 penagihan pajak dengan surat perintah melaksanakan


penyitaan pada tahun 2012 ke 2013 dan tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan
pada nilai nominal yang tertera dalam surat teguran. Sedangkan tahun 2013 ke 2014
dan tahun 2014 ke 2015 mengalami peningkatan pada nominal yang tertera dalam
surat perintah melaksanakan penyitaan.

Total tindakan penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan pada


tahun 2012 sebesar Rp. 2.855.057.807, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar
Rp. 514.909.652, jurusita 2 sebesar Rp. 455.626.519, dan jurusita 3 sebesar
54

Rp. 1.884.521.636. sedangkan pada tahun 2013 total penagihan dengan surat teguran
sebesar Rp. 2.846.000.000, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar
Rp. 1.646.000.000, jurusita 2 sebesar Rp. 700.000.000, dan jurusita 3 sebesar
Rp. 500.000.000 berati adanya penurunan sebesar Rp. 9.057.807 yang terjadi ditahun
2013. Untuk tahun 2014 total pengihan sebesar Rp. 14.480.162.020, dimana jumlah
penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 923.057.910, jurusita 2 sebesar Rp. 527.513.572, dan
jurusita 3 sebesar Rp. 13.029.590.538 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar Rp.11.634.162.028. Untuk tahun 2015 total penagihan sebesar
Rp. 65.701.599.246, dimana jumlah penagihan jurusita 1 sebesar Rp. 59.821.315.498,
jurusita 2 sebesar Rp. 4.997.441.773, dan jurusita 3 sebesar Rp. 882.841.975 tahun ini
juga mengalami peningkatan drastis sebesar Rp.51.221.437.234. Dan untuk tahun
terakhir 2016 total penagihan sebesar Rp. 589.941.188, dimana jumlah penagihan
jurusita 1 sebesar Rp. 1.848.292.686, jurusita 2 sebesar Rp. 77.701.882, dan jurusita 3
sebesar Rp. 512.239.306. ada tahun terahir mengalami penurunan yang sangat drastis
sebesar Rp. 65.111.658.068.

4.2.7 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat perintah melaksanakan penyitaan


Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan utang pajak atau tunggkan
apajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Dengan penerimaan tunggakan pajak di KPP
Penanaman Modal Asing Satu akan membantu mencapain penerimaan Negara yang
berasal dari pajak.
55

Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat perintah melaksanakan


penyitaan

5000000000
4500000000
4000000000
3500000000
3000000000
2500000000
2000000000
1500000000
1000000000
500000000
0
2012 2013 2014 2015 2016

JURUSITA 1 JURUSITA 2 JURUSITA 3

Gambar 4.7
Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat perintah melaksanakan penyitaan
KPP Penanaman Modal Asing Satu tahun 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Total penerimaan tunggakan pajak dengan surat perintah melaksanakan
penyitaan pada tahun 2012 sebesar Rp. 3.344.990.411, dimana jumlah penerimaan
jurusita 1 sebesar Rp. 660.140.580, jurusita 2 sebesar Rp. 680.039.580, dan jurusita 3
sebesar Rp. 2.004.810.251. sedangkan pada tahun 2013 total penerimaan dengan surat
perintah melaksanakan penyitaan sebesar Rp. 6.953.483.194, dimana jumlah
penerimaan jurusita 1 sebesar Rp. 4.955.992.197, jurusita 2 sebesar Rp.
1.843.020.997, dan jurusita 3 sebesar Rp. 354.470.000 berati adanya penambahan
sebesar Rp. 3.608.492.783 yang terjadi ditahun 2013. Untuk tahun 2014 total
penerimaan sebesar Rp. 5.188.805.769, dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar
Rp. 923.057.915, jurusita 2 sebesar Rp. 527.513.527, dan jurusita 3 sebesar Rp.
3.738.234.282 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp.1.764.677.425. Untuk tahun 2015 total penerimaan sebesar Rp. 4.206.708.257,
dimana jumlah penerimaan jurusita 1 sebesar Rp. 1.088.843.160, jurusita 2 sebesar
Rp. 1.339.962.425, dan jurusita 3 sebesar Rp. 1.777.902.672 tahun ini juga
mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar Rp.982.097.512. Dan untuk tahun
terakhir 2016 total penagihan sebesar Rp. 2.413.682.906, dimana jumlah penagihan
56

jurusita 1 sebesar Rp. 1.848.492.686, jurusita 2 sebesar Rp. 77.701.882, dan jurusita 3
sebesar Rp. 487.488.388. Di tahun terahir mengalami penurunan sebesar
Rp.1.793.025.351.

4.2.8 Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Pajak


Dalam hal efektivitas penerbitan surat teguran pajak, maka rumusnya adalah
perbandingan antara jumlah pencairan tunggkan pajak melalui pengihan dengan surat
teguran dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran, dengan
asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran adalah semua
tunggakan pajak yang diterbitkan surat teguran diharapkan dapat ditagih. Efektivitas
penyampaian Surat teguran dihitung dengan rumus berikut :

Efektivitas = x 100%

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan Surat teguran,


pembayaran Surat Teguran, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat
Teguran.

Tabel 4.2
Tingkat Efektivitas Pembayaran Surat Teguran
Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Tahun ST Nilai ST Nilai Bayar Tingkat Efektivitas (%) Klasifikasi
2012 75.891.694.253 28.624.578.475 37,71% Tidak Efektif
2013 94.851.980.230 35.780.710.592 37,72% Tidak Efektif
2014 93.564.738.542 28.045.733.710 29,97% Tidak Efektif
2015 89.995.815.443 55.001.841.139 61,12% Kurang Efektif
2016 83.744.136.011 25.312.129.156 30,23% Tidak Efektif
Sumber : Data diolah
Ditinjau dari segi nilai nominalnya, pembayaran surat teguran pada tahun
2012, nilai surat teguran di KPP Penanaman Modal Asing Satu tercatat
Rp. 75.891.694.253 dan yang dibayar sebesar Rp 28.624.578.475 atau sekitar 37,71%.
Berdasarkan indicator pengukuran efektivitas penerbitan surat teguran tahun 2012
tergolong tidak efektif dikarenakan surat teguran yang terbit sebesar 1132 tidak sesuai
dengan nilai yang dibayarkan. Tahun 2013 mengalami peningkatan nilai surat
teguran sebanyak Rp 9.485.198.0230 dan yang dibayar sebesar Rp 35.780.710.592
57

atau sekitar 37,72%. Tingkat keefektifan di tahun ini masuk dalam golongan tidak
efektif dikarenakan surat teguran yang terbit sebesar 1415 lebih meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya akan tetapi nilai yang dibayarkannya lebih rendah
daripada nilai nominalnya. Tahun 2014 mengalami penurunan penerbitan surat
teguran sebanyak Rp 93.564.738.542 dan yang dibayar sebesar Rp 28.045.733.710
atau sekitar 29,97%. Berdasarkan indicator pengukuran efektivitas penerbitan surat
teguran tahun 2014 tergolong tidak efektif karena surat teguran yang terbit sebesar
1007 tidak sesuai dengan nilai yang dibayarkan. Tahun 2015 mengalami penurunan
pnilai surat teguran sebanyak Rp 89.995.815.443 dan yang dibayar meningkat
sebesar Rp 55.001.841.139 atau sekitar 61,12%. Berdasarkan indikator pengukuran
efektivitas penerbitan surat teguran tahun 2014 tergolong kurang efektif karena surat
teguran yang terbit sebesar 1251 walau nilai nominal sedikit meningkat namun nilai
yang dibayarkannya masih kurang memenuhi target sehingganya tahun ini
dikatagorikan kurang efektif. Tahun 2016 mengalami penurunan penerbitan surat
teguran sebanyak Rp 83.744.136.011 dan yang dibayar sebesar Rp 25.312.129.156
atau sekitar 30,23%. Tingkat keefektifan di tahun ini masuk dalam golongan tidak
efektif. Alasan tahun ini mengalami tidak efektif karena surat yang terbit sebesar 1522
meningkat dari tahun sebelumnya kana tetapi nilai yang dibayarkan jauh lebih rendah
daripada nilai nominalnya. Dampak dari nilai yang dibayarkannnya tidak sesuai
dengan nilai nominalnya maka jurusita akan melakukan ketahap berikutnya dalam
tindakan penagihan pajak sehingganya penanggung pajak mau melakukan
kewajibannya membayar pajak. Rendahnya tingkat efektivitas yang terjadi melalui
surat teguran dikarenakan:
1. Wajib pajak tidak mengakui adanya utang pajak.
2. Penanggung Pajak tidak bisa diidentifikasi keberadaanya.
3. Wajib Pajak yang mendaftarkan diri sebagai WP karena sedang menangani
proyek,beralasan sudah tidak menangani lagi proyek tersebut.
4. Penanggung Pajak mengaku tidak pernah menerima Surat Teguran yang
dikirimkan oleh kantor pajak.
5. Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya.
6. Penanggung pajak tidak mampu dalam melunasi utang pajaknya.
7. Penanggung pajak sudah membayar utangnya tapi belum melapor ke
Kantor Pajak
58

4.2.9 Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pajak


Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah
perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan
surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa, dengan
asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua
tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas
penyampaian Surat paksa dihitung dengan rumus berikut:

Efektivitas = x 100%

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan Surat Paksa,


pembayaran Surat Paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa.

Tabel 4.3
Tingkat Efektivitas Pembayaran Surat Paksa
Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Tahun SP Nilai SP Nilai Bayar Tingkat Efektivitas (%) Klasifikasi
2012 15.390.790.832 11.629.427.100 75,56% Kurang Efektif
2013 35.504.556.169 13.960.419.042 39,32% Tidak Efektif
2014 65.889.722.756 23.147.908.860 35,13% Tidak Efektif
2015 137.530.030.279 40.482.569.735 29,44% Tidak Efektif
2016 59.765.591.236 7.339.969.120 12, 28% Tidak Efektif
Sumber : Data diolah

Ditinjau dari segi nilainya pembayaran surat paksa pada tahun 2012,
penerbitan surat paksa di KPP Penanaman Modal Asing Satu tercatat Rp
15.390.790.832 dan yang dibayar sebesar Rp 11.629.427.100 atau sekitar 75,56%.
Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2012
tergolong kurang efektif dikarenakan surat paksa yang terbit sebesar 506 tidak sesuai
dengan nilai yang dibayarkan. Tahun 2013 mengalami peningkatan penerbitan surat
paksa sebanyak Rp 35.504.556.169 dan yang dibayar sebesar Rp 13.960.419.042atau
sekitar 39,32% . Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa
tahun 2013 tergolong tidak efektif dikarenakan surat paksa yang terbit sebesar 372
tidak sesuai dengan nilai yang dibayarkan. Tahun 2014 mengalami peningkatan
59

penerbitan surat paksa sebanyak Rp 65.889.722.756 dan yang dibayar sebesar Rp


23.147.908.860 atau sekitar 35,13%. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas
penerbitan surat paksa tahun 2013 tergolong tidak efektif dikarenakan surat paksa
yang terbit sebesar 608 tidak sesuai dengan nilai yang dibayarkan. Tahun 2015
mengalami peningkatan penerbitan surat paksa sebanyak Rp 137.530.030.279 dan
yang dibayar sebesar Rp 40.482.569.735 atau sekitar 29,44%. Berdasarkan indikator
pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2015 tergolong tidak efektif
dikarenakan surat paksa yang terbit sebesar 616 tidak sesuai dengan nilai yang
dibayarkan. Tahun 2016 mengalami penurunan penerbitan surat paksa sebanyak Rp
59.765.591.236 dan yang dibayar sebesar Rp 7.339.969.120 atau sekitar 12, 28%.
Untuk tahun 2016 pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak
efektif dikarenakan surat paksa yang terbit sebesar 582 tidak sesuai dengan nilai yang
dibayarkan. Penyebab rendahnya tingkat efektivitas yang terjadi melalui surat paksa
dikarenakan:

1. Surat Paksa tidak dapat disampaikan ke Penanggung Pajak karena pindah


alamat dan tidak melapor ke kantor pajak.
2. Surat Paksa tidak dapat disampaikan karena alamat Penanggung Pajak
tidak jelas atau tidak dapat diidentifikasi.
3. Kesadaran wajib pajak yang masih kurang akibat ketidaktahuan wajib
pajak.
4. Sosialisai perpajakan yang tidak merata dari pemerintah kepada
masyarakat menyebabkan masih banyak wajib pajak yang belum paham
betul dengan perpajakan sehingga menimbulkan tunggakan pajak.
5. Penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya.
6. Penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena
kondisi keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus.
7. Penanggung Pajak mengabaikan Surat Paksa karena ketidaktahuannya, dan
berpikir bahwa tidak ada denda yang harus dibayar berdasarkan Surat
Tagihan Pajak yang telah lebih dulu terbit.
8. Penanggung Pajak tidak mengakui adanya utang pajak karena
meminjamkan NPWPnya pada orang lain.
60

9. Penanggung pajak yang hanya membuat NPWP untuk tender, tidak


mengakui adanya denda keterlambatan melapor karena merasa tidak
sedang menangi proyek apapun.
10. Penanggung pajak mengaku tidak mengetahui kewajibannya dalam
kepemilikan NPWP karena tidak mengurus sendiri pembuatan NPWPnya.
11. Penanggung pajak sudah membayar utangnya tapi belum melapor ke
Kantor Pajak.
12. Penanggung pajak lalai.

4.2.10 Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan


(SPMP)
Dalam hal efektivitas penerbitan Surat perintah melaksanakan penyitaan,
maka rumusnya adalah perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak
melalui penagihan dengan surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak
dengan Surat perintah melaksanakan penyitaan, dengan asumsi bahwa potensi
pencairan tunggakan pajak dengan Surat perintah melaksanakan penyitaan adalah
semua tunggakan pajak yang diterbitkan SPMP diharapkan dapat ditagih. Efektivitas
penyampaian SPMP dihitung dengan rumus berikut:

Efektivitas = x 100%

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitanSPMP, pembayaran


SPMP, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan SPMP.

Tabel 4.4
Tingkat Efektivitas Pembayaran SPMP
Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Tahun SPMP Terbit SPMP Bayar Tingkat Efektivitas (%) Klasifikasi
2012 2.855.057.807 3.344.990.411 117,16% Sangat Efektif
2013 2.846.000.000 6.953.483.194 244,32% Sangat Efektif
2014 6.635.262.869 1.978.085.059 29,81% Tidak Efektif
2015 12.336.320.676 4.206.708.257 34,1% Tidak Efektif
2016 2.438.433.874 2.413.682.906 98,98% Sangat Efektif
Sumber : Data diolah
61

Ditinjau dari segi nilainya pembayaran SPMP pada tahun 2012, nilai SPMP di
KPP Penanaman Modal Asing Satu tercatat Rp 2.855.057.807 dan yang dibayar
sebesar Rp 3.344.990.411 atau sekitar 117,16%. Berdasarkan indicator pengukuran
efektivitas penerbitan SPMP tahun 2013 tergolong sangat efektif. Karena SPMP yang
terbit sebesar 11 sesuai dengan nilai yang dibayarkan. Tahun 2013 mengalami
penurunan nilai SPMP sebanyak Rp 2.846.000.000 dan yang dibayarkannya
meningkat sebesar Rp 6.953.483.194 atau sekitar 244,32%. Berdasarkan indikator
pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2013 tergolong sangat efektif.
Karena SPMP yang terbit sebesar 14 sesuai dengan nilai yang dibayarkan Tahun 2014
mengalami peningkatan nilai SPMP sebanyak Rp 6.635.262.869 akan tetapi nilai
yang dibayar mengalami penurunan sebesar Rp 1.978.085.059 atau sekitar 29,81%.
Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2014
tergolong tidak efektif. Karena SPMP yang terbit sebesar 33 tidak sesuai dengan nilai
yang dibayarkan. Tahun 2015 mengalami peningkatan nilai SPMP sebanyak Rp
12.336.320.676 dan yang dibayar sebesar Rp 4.206.708.257 atau sekitar 34,1%.
Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2015
tergolong tidak efektif. Karena SPMP yang terbit sebesar 92 tidak sesuai dengan nilai
yang dibayarkan. Tahun 2016 mengalami penurunan nilai surat paksa sebanyak Rp
2.438.433.874 dan yang dibayar sebesar Rp 2.413.682.906 atau sekitar 98,98%.
Untuk tahun 2016 pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong efektif.
Karena SPMP yang terbit sebesar 7 sesuai dengan nilai yang dibayarkan.
Penyebab rendahnya tingkat efektivitas yang terjadi melalui surat paksa
dikarenakan:
1. Penanggung pajak takut bila utan ajaknya terblow up di media massa.
2. Penanggung Pajak takut jika barang-barang miliknya yang berharga akan
dilelang di muka umum.
3. Penanggung Pajak lebih perhatian terhadap utang pajaknya dan segera
berinisiatif
4. untuk membayar, saat jurusita sudah memblokir rekeningnya di bank.
5. Penanggung pajak menjaga kredibilitas dan nama baiknya.
62

4.2.11 Kontribusi Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Pajak


Untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerimaan pajak yang berasal
dari pencairan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP Penanaman Modal Asing
Satu, maka digunakan analisis rasio pencairan tunggakan pajak. Dengan
menggunakan rasio ini, dapat diketahui apakah pencairan tunggakan pajak cukup
signifikan terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu. Rumus
untuk Rasio Pencairan Tunggakan Pajak (RPTP) di Kantor Pelayanan Pajak adalah
sebagai berikut:

RPTP = x 100%

Perbandingan antara pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dengan


penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu akan
disajikan di tabel 4.5. Perbandingan ini untuk menggambarkan seberapa besar
pengaruh/kontribusi pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran terhadap
penerimaan pajak secara keseluruhan.

Tabel 4.5
Perbandingan Pencairan Tunggakan Pajak dengan Surat Teguran
Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012-2016
(Dalam Rupiah)

Tahun Pencairan Tunggakan Pajak Penerimaan Pajak Kontribusi (%) Klasifikasi


2012 28.624.578.475 43.598.995.986 65,65% Sangat Baik
2013 35.780.710.592 56.694.612.828 63,11% Baik
2014 28.045.733.710 53.171.727.629 52,75% Sangat Baik
2015 55.001.841.139 99.691.119.131 55,17% Baik
2016 25.312.129.156 35.065.781.182 72,18% Sangat Baik
Sumber : Data diolah
Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran terhadap
penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012 sebesar
65,65%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp
28.624.578.475 dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 43.598.995.986.
Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak
terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012
63

sangat baik. Tahun 2013 pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran
terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu juga menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan tahun 2012 yaitu hanya sekitar 63,11%. Angka
tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp. 35.780.710.592 yang
meningkat dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 56.694.612.828. Berdasarkan
kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap
penerimaan pajak di KPP KPP Penanaman Modal Asing Satu juga tergolong sangat
baik. Untuk tahun 2014 sebesar 52,75%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan
tunggakan pajak sebesar Rp 28.045.733.710 dengan penerimaan pajak yang sebesar
Rp 53.171.727.629. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan
tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu
Periode 2014 sangat baik. Tahun 2015 pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan
surat teguran terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu juga
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu hanya
sekitar 55,17%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp.
55.001.841.139 yang meningkat dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp
99.691.119.131. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan
tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di KPP KPP Penanaman Modal Asing
Satu juga tergolong sangat baik. Untuk tahun 2016 sebesar 72,18%. Angka tersebut
diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 25.312.129.156 dengan
penerimaan pajak yang sebesar Rp 35.065.781.182. Berdasarkan kriteria kinerja
keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di
KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2016 sangat baik. Dikatakan baik karena
kriteria kinerja keuangannya mencapai diatas 50%. Klasifikasi kelima tahun tersebut
dikatakan baik karena terdapat 3 (tiga) orang jurusitayang berperan aktif dalam
melaksanakan penagihan pajak. Hal tersebut yang menyebabkan penagihan aktif pada
saat itu memberikan kontribusi yang sangat baik terhadap total keseluruhan pencairan
tunggakan pajak.

4.2.12 Kontribusi Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pajak


Untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerimaan pajak yang berasal
dari pencairan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP Penanaman Modal Asing
Satu, maka digunakan analisis rasio pencairan tunggakan pajak. Dengan
menggunakan rasio ini, dapat diketahui apakah pencairan tunggakan pajak cukup
64

signifikan terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu. Rumus
untuk Rasio Pencairan Tunggakan Pajak (RPTP) di Kantor Pelayanan Pajak adalah
sebagai berikut:

RPTP = x 100%

Perbandingan antara pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa dengan


penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu akan
disajikan di tabel 4.6. Perbandingan ini untuk menggambarkan seberapa besar
pengaruh/kontribusi pencairan tunggakan pajak dengan Surat paksa terhadap
penerimaan pajak secara keseluruhan.

Tabel 4.6
Perbandingan Pencairan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa
Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Tahun Pencairan Tunggakan Pajak Penerimaan Pajak Kontribusi (%) Klasifikasi
2012 11.629.427.100 43.598.995.986 26,67% Sedang
2013 13.960.419.042 56.694.612.828 24,62% Sedang
2014 23.147.908.860 53.171.727.629 43,53% Baik
2015 40.482.569.735 99.691.119.131 40,61% Baik
2016 7.339.969.120 35.065.781.182 20,93% Sangat Baik
Sumber : Data diolah
Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran terhadap
penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012 sebesar
26,67%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp
11.629.427.100 dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 43.598.995.986.
Berdasarkan pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap
penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu tergolong sedang. Tahun
2013 pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap penerimaan
pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu juga menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan tahun 2012 yaitu hanya sekitar 24,62%. Angka tersebut diperoleh dari
pencairan tunggakan pajak sebesar Rp. 13.960.419.042 yang meningkat dengan
penerimaan pajak yang sebesar Rp 56.694.612.828. Berdasarkan pengaruh pencairan
tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman
65

Modal Asing Satu tergolong sedang. Untuk tahun 2014 sebesar 43,53%. Angka
tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 23.147.908.860 dengan
penerimaan pajak yang sebesar Rp 53.171.727.629. Berdasarkan kriteria kinerja
keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di
KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2014 tergolong baik. Tahun 2015
pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap penerimaan pajak di
KPP Penanaman Modal Asing Satu juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda
dengan tahun sebelumnya yaitu hanya sekitar 40,61%. Angka tersebut diperoleh dari
pencairan tunggakan pajak sebesar Rp. 40.482.569.735 yang meningkat dengan
penerimaan pajak yang sebesar Rp 99.691.119.131. Berdasarkan kriteria kinerja
keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di
KPP KPP Penanaman Modal Asing Satu juga tergolong baik. Untuk tahun 2016
sebesar 720,93%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar
Rp 7.339.969.120 dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 35.065.781.182.
Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak
terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2016
sangat baik. Dikatakan tidak baik karena kriteria kinerja keuangannya tidak mencapai
diatas 50%. Klasifikasi kelima tahun tersebut dikatakan baik karena terdapat 3 (tiga)
orang jurusita yang berperan aktif dalam melaksanakan penagihan pajak. Hal tersebut
yang menyebabkan penagihan aktif pada saat itu memberikan kontribusi yang sangat
baik terhadap total keseluruhan pencairan tunggakan pajak.

4.2.13 Kontribusi Penagihan Pajak Dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

Untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerimaan pajak yang berasal


dari pencairan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP Penanaman Modal Asing
Satu, maka digunakan analisis rasio pencairan tunggakan pajak. Dengan
menggunakan rasio ini, dapat diketahui apakah pencairan tunggakan pajak cukup
signifikan terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu. Rumus
untuk Rasio Pencairan Tunggakan Pajak (RPTP) di Kantor Pelayanan Pajak adalah
sebagai berikut:

RPTP = x 100%
66

Perbandingan antara pencairan tunggakan pajak dengan SPMP dengan


penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu akan
disajikan di tabel 4.7. Perbandingan ini untuk menggambarkan seberapa besar
pengaruh/kontribusi pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran terhadap
penerimaan pajak secara keseluruhan.

Tabel 4.7
Perbandingan Pencairan Tunggakan Pajak dengan SPMP
Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012-2016
(Dalam Rupiah)
Tahun Pencairan Tunggakan Pajak Penerimaan Pajak Kontribusi (%) Klasifikasi
2012 3.344.990.411 43.598.995.986 7,67% Sedang
2013 6.953.483.194 56.694.612.828 12,26% Sedang
2014 1.978.085.059 53.171.727.629 3,72% Baik
2015 4.206.708.257 99.691.119.131 4,22% Baik
2016 2.413.682.906 35.065.781.182 6,88% Sangat Baik
Sumber : Data diolah
Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan SPMP terhadap
penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012 sebesar 7,67%.
Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 3.344.990.411
dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 43.598.995.986. Berdasarkan kriteria
kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan
pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2012 sangat kurang. Tahun 2013
pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan SPMP terhadap penerimaan pajak di
KPP Penanaman Modal Asing Satu juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda
dengan tahun 2012 yaitu hanya sekitar 12,26%. Angka tersebut diperoleh dari
pencairan tunggakan pajak sebesar Rp. 6.953.483.194 yang meningkat dengan
penerimaan pajak yang sebesar Rp 56.694.612.828. Berdasarkan kriteria kinerja
keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di
KPP KPP Penanaman Modal Asing Satu juga tergolong kurang. Untuk tahun 2014
sebesar 3,72%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp
1.978.085.059 dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp 53.171.727.629.
Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak
terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2014
67

tergolong sangat kurang. Tahun 2015 pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan
SPMP terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu juga
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu hanya
sekitar 4,22%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar
Rp. 4.206.708.257 yang meningkat dengan penerimaan pajak yang sebesar Rp
99.691.119.131. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh pencairan
tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di KPP Penanaman Modal Asing Satu
juga tergolong sangat kurang. Untuk tahun 2016 sebesar 6,88%. Angka tersebut
diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar Rp 2.413.682.906 dengan
penerimaan pajak yang sebesar Rp 35.065.781.182. Berdasarkan kriteria kinerja
keuangan, maka pengaruh pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak di
KPP Penanaman Modal Asing Satu Periode 2016 tergolong sangat kurang. Dikatakan
sangat kurang karena kriteria kinerja keuangannya tidak mencapai diatas 50%.
Penagihan Aktif masih sangat kurang kontribusinya dalam membentuk penerimaan
pajak secara umum di KPP Penanaman Modal Asing Satu.

4.2.14 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Dengan Penelitian Sekarang

Tabel 4.8
Perbandingan Penelitian Sebelumnya Dengan Penelitian Sekarang
Surat Paksa
Tahun Tingkat Tingkat Efektivitas Tingkat Tingkat Kontribusi
Efektivitas Penelitian Sekarang Kontribusi Penelitian Sekarang
Penelitian Penelitian
Sebelumnya Sebelumnya
2012 19,27% 75,56% 0,14% 26,67%
(Tidak Efektif) (Kurang efektif) (Sangat Kurang) (Sedang)
2013 32,62% 39,32% 0,22% 24,62%
(Tidak efektif (Tidak efektif) (Sangat Kurang) (Sedang)
Sumber : Data diolah
68

Sumber :
1. Ferina Verodetha (2014) : Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi
Selatan.

Tingkat Efektivitas yang terjadi pada penelitian sebelumnya dengan penelitian


sekarang mempunyai hasil yang sama yaitu tidak efektif. Ini dikarenakan peredaran
surat paksa yang diterbitkan tidak mempengaruhi wajib pajak untuk membayar
kewajibannya sehingganya jurusita pajak mengambil langkah selanjutnya yaitu
melakukan penyitaan terhadap barang wajib pajak. langkah ini cukup efektif dalam
efektivitas penagihan pajak (terdapat pada penelitian sekarang). Dan yang terjadi pada
penelitian sebelumnya hanya dilakukan di kantor pelayanan pajak pratama dimana
KPP biasanya melayani wajib pajak pribadi dan wajib pajak badan yang membayar
pph karyawannya sehingganya tidak adanya efektivitas penagihan pajak dengan
menerbitkan surat paksa.

Tingkat Kontribusi yang terjadi pada penelitian sebelumnya dengan penelitian


sekarang mempunyai hasil yang berbeda. Pada penelitian sebelumnya tingkat
kontribusi yang terjadi sangat kurang karena pencairan tunggakan pajak sangat sedikit
sehingganya berpengaruh kecil terhadap penerimaan pajak. serta kurang aktifnya
peran jurusita pajak dalam memberitahukan tunggakan pajak lewat surat paksa dan
kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajibannya. Untuk penelitian
sekarang tingkat kontribusi yang terjadi dikatakan sedang karena jurusita berperan
baik dalam menagih kewajiban para wajib pajak yang menyebabkan penagihan aktif
pada saat itu memberikan kontribusi yang sangat baik terhadap total keseluruhan
pencairan tunggakan pajak.

Anda mungkin juga menyukai