Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Permasalahan
Salah satu ciri pemerintahan yang efektif adalah memiliki komitmen untuk memberlakukan
dan menegakkan aturan perundang-undangan yang telah dibuat (Suhendar, 2010). Demikian
pula dengan Kota Bandung, dalam upaya menertibkan penyelenggaraan reklame agar sesuai
dengan ruang kota, Pemerintah Daerah Kota Bandung telah menerbitkan Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame. Untuk
mengimplementasikannya telah dikeluarkan pula Peraturan Walikota Bandung Nomor 217
Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Reklame.
Peraturan Daerah mengenai Penyelenggaraan Reklame bertujuan untuk mengendalikan
estetika ruang kota, meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, melindungi ketertiban dan
kepentingan umum, serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung melalui
penerimaan pajak reklame (Suhendar, 2010). Penyelenggaraan reklame merupakan rangkaian
kegiatan perijinan, pemasangan atau penempatan, pengawasan, hingga penertiban reklame
(Suhendar, 2010).
Akan tetapi, kondisi eksisting implementasi kebijakan penyelenggaraan reklame di Kota
Bandung banyak yang menyalahi Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Walikota
(Perwali) tentang Penyelenggaraan Reklame yang ada. Sehingga, tujuan ditetapkannya Perda
maupun Perwali mengenai Penyelenggaraan Reklame di Kota Bandung, yaitu untuk
mengendalikan estetika ruang kota, meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, melindungi
ketertiban dan kepentingan umum, serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung
melalui penerimaan pajak reklame belum tercapai. Sebab, terdapat pasal-pasal yang terdapat
di Perda maupun Perwali tentang Penyelenggaraan Reklame yang dilanggar (Suhendar, 2010).
Sebagai contoh, sejumlah reklame yang terpasang tidak pada tempatnya, seperti di jalur
pedestrian Jalan Palmerah Kota Bandung yang dapat menganggu aktivitas para pejalan kaki
serta terdapat beberapa reklame para calon legislatif dari beberapa Partai Politik yang
memasang reklame tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, seperti pada jalur
pedestrian. Selain itu, terdapat sejumlah reklame yang masih terpasang tersebar di beberapa
titik di Kota Bandung memiliki waktu perizinan yang telah habis. Pada setiap sudut di Kota
Bandung terdapat pula reklame-reklame liar yang tidak memiliki izin dan terdapat beberapa
reklame yang terpasang di Jembatan Penyebrangan Orang atau JPO di Kota Bandung tidak
memiliki izin (Suhendar, 2010).
Berikut adalah beberapa dokumentasi pelanggaran reklame di Kota Bandung pada rentang
waktu 2016 hingga 2019:
Gambar 2. 1 Contoh Pelanggaran Reklame pada Beberapa Titik di Kota Bandung tahun
2017-2019

No Pelanggaran Reklame Keterangan Sumber

1 Reklame salah satu calon Koalisi Pejalan


legislatif terletak tepat di jalur Kaki, 2019
pedestrian Jalan Palmerah.

2 Petugas Satpol PP (Ekspres,


menyegel reklame di 2018)
Jembatan Pasupati.
Reklame di klaim memiliki
izin palsu

3 Reklame rokok di (SA, 2018)


Persimpangan Jalan
Merdeka yang tidak sesuai
ketentuan Perda dan Perwali
Kota Bandung
No Pelanggaran Reklame Keterangan Sumber

4 Reklame jenis megatron di (Wijanarko,


Jalan Sartika tidak memiliki 2017)
izin

5 Reklame salah satu calon Koalisi Pejalan


legislatif terletak tepat di jalur Kaki, 2019
pedestrian dan menempel
pada tiang rambu lampu lalu
lintas Jalan Palmerah.

6 Reklame salah satu calon (Ekspres,


legislatif dan reklame lainnya 2018)
di salah satu jalan di Kota
Bandung tidak memiliki izin
No Pelanggaran Reklame Keterangan Sumber

7 Reklame alat peraga Koalisi Pejalan


kampanye salah stau calon Kaki, 2019
legislatif yang tepat berada
pada jalur pedestrian di
Jalan Palmerah

Berdasarkan beberapa hasil dokumentasi diatas, terdapat pelanggaran reklame di Kota


Bandung yang mempengaruhi estetika ruang kota, menganggu ketertiban umum serta
berdampak pada penerimaan pajak asli daerah atau PAD Kota Bandung. Menurut Sekretaris
Dinas Penanaman Modal Pelayanan Satu Pintu Kota Bandung dalam kurun waktu Agustus
2018 terdapat 22.000 reklame yang tidak memiliki izin dan hanya hanya 1.511 yang
mengantongi izin. Sedangkan, berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Kota Bandung tahun 2018, terdapat 1.192 reklame yang telah memiliki izin
penyelenggarakan yang tersebar di berbagai Kota Bandung.

2.2 Masalah Regulasi


Penyelenggaraan reklame yang terdapat di Kota Bandung memiliki masalah regulasi pada
beberapa peraturan perundangan sebagai berikut:
A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
1. Pasal 25 Ayat 1 Huruf (g)
Menjelaskan bahwa “Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib
dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa: fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki,
dan penyandang cacat.”
Berdasarkan pasal tersebut, penyediaan reklame di Kota Bandung menyinggung
fasilitas yang digunakan sebagai perlengkapan jalan khususnya untuk pejalan kaki.
Hal ini karena terdapat beberapa reklame di Kota Bandung yang terletak pada
trotoar dan menggangu aktivitas pejalan kaki yang ingin melintasi trotoar tersebut.
2. Pasal 28 Ayat 2
Menjelaskan bahwa “Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud
pada pasal 25 ayat 1.”
Berdasarkan pasal tersebut sangat jelas dikatakan bahwa setiap orang dilarang
melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan
jalan sehingga penyediaan reklame di Kota Bandung yang terdapat di trotoar telah
melanggar pasal ini.
3. Pasal 275 Ayat 1
Menjelaskan bahwa “Setiap orang yang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi
isyarat lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, dan alat pengaman pengguna jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Ayat 2 dipidana dengan penjara paling lama
2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Berdasarkan pasal tersebut, maka penyelenggara reklame yang telah melanggar
pasal ini seharusnya diberikan sangsi berupa penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

B. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan


Reklame
1. Pasal 2 Ayat 1
Menjelaskan bahwa “setiap penyebaran peletakan reklame harus
memperhatikan keamanan, keselamatan, kenyamanan masyarakat, estetika,
keserasian bangunan dan lingkungan serta sesuai dengan rencana kota”.
Berdasarkan pasal tersebut, terdapat peletakan reklame di Kota Bandung yang
tidak memperhatikan keamanan, keselamatan, kenyamanan masyarakat,dan
estetika kota. Hal ini karena letak reklame yang berada tepat ditengah trotoar tentu
sangat menggangu keamanan, keselamatan, kenyamanan para pejalan kaki.
Kemudian kondisi ini juga mengurangi tingkat estetika kota karena trotoar yang
seharusnya terlihat bersih dan indah tetapi malah terhalang oleh keberadaan
reklame yang melanggar tersebut.
2. Pasal 6 Ayat 1
Pada pasal ini menjelaskan bahwa “Setiap penyelenggaraan reklame harus
memperhatikan rancang bangun reklame yang meliputi aspek keindahan,
keagamaan, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan dan kesehatan dalam
menentukan ukuran (dimensi), konstruksi, dan penyajian”.
Berdasakan pasal tersebut, penyelenggaraan reklame di Kota Bandung yang
yang berada ditengah trotar telah terbukti tidak memperhatikan aspek keindahan
dan ketertiban serta keamanan.
3. Pasal 8 Ayat 1
Menjelaskan bahwa “Setiap penyelenggaraan reklame harus terlebih dahulu
mendapat izin tertulis dari penyelenggaraan reklame dari Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk.”
Berdasarkan data kondisi eksisting di Kota Bandung yang diperoleh
berdasarkan Express (2019) terdapat reklame yang tidak memiliki izin secara
tertulis.
4. Pasal 9 Ayat 1
Menjelaskan bahwa “Masa berlakunya izin penyelenggaraan reklame ditetapkan
1 (satu) tahun”.
Berdasarkan pasal tersebut, terdapat beberapa penyelenggaraan reklame di
kota Bandung yang telah melewati masa berlaku izin namun belum ditutup.
5. Pasal 11 Ayat 2
Menjelaskan bahwa “Izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dapat dicabut
apabila:
a. Pada reklame terdapat perubahan antara lain ukuran, konstruksi, penyajian
dan pesan sehingga tidak sesuai lagi dengan izin yang telah diterbitkan;
b. Berdasarkan pertimbangan Walikota ternyata pada saat penyelenggaraan
reklame tidak sesuai lagi dengan syarat-syarat tentang norma, keagamaan,
keindahan, kesopanan, ketertiban umum, kesehatan, kesusilaan, keamanan
dan lingkungan;
c. Penyelenggara reklame tidak memelihara reklame dalam keadaan baik,
sehingga dapat mengganggu keindahan dan keselamatan masyarakat;
d. Penyelenggara reklame tidak melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pasal tersebut, terdapat beberapa reklame di Kota Bandung yang
telah melanggar pasal ini sehingga izin yang telah diperoleh sebelumnya
seharusnya bisa dicabut.

6. Pasal 18 Ayat 1
Menjelaskan bahwa “Penertiban reklame dilakukan terhadap setiap
penyelenggaraan reklame apabila:
a. Tanpa izin
b. Telah berakhir masa izinnya dan tidak diperpanjang sesuai ketentuan yang
berlaku;.
c. Tanpa tanda masa berlaku/tanda pelunasan pajak
d. Terdapat perubahan, sehingga tidak sesuai lagi dengan izin yang telah
diberikan;
e. Perletakannya tidak sesuai pada titik reklame yang telah ditetapkan;
f. Tidak sesuai lagi dengan rekomendasi konstruksi;
g. Tidak terawat dengan baik.
Berdasarkan pasal tersebut, terdapat beberapa penyelenggaraan reklame di
Kota Bandung yang telah melanggar pasal ini sehingga reklame-reklame tersebut
perlu dilakukan penertiban
7. Pasal 19 Ayat 1
Menjelaskan bahwa “ Pelaksanaan penertiban penyelenggaraan reklame dalam
bentuk pembongkaran dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung.”
Berdasarkan pasal tersebut, pada kondisi eksisting berdasarkan data dari
Ekspress (2019) telah dilakukan penertiban oleh Petugas Satpol PP diantaranya
adalah menyegel reklame di Jembatan Pasupati. Reklame di klaim memiliki izin
palsu

C. Peraturan Walikota Nomor 217 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Reklame


1. Pasal 12
Menjelaskan bahwa “penempatan dan pemasangan reklame harus didasarkan
pada beberapa kriteria. Seperti: tidak menganggu atau membahayakan pejalan kaki,
pengendara atau pengguna jalan lain, tidak menganggu keindahan visual wajah
kota, tidak merusak lingkungan alami yang sudah ada, tidak mengorbankan
kepentingan umum dan utilitas umum, dan naskah dan gambar reklame tidak
menganggu ketertiban umum, tidak melanggar norma kesusilaan dan norma
kesopanan”
Berdasarkan pasal tersebut, pada kenyataannya masih banyak ditemukan
reklame yang merusak lingkungan, antara lain reklame spanduk yang ditempatkan
pada pohon peneduh seperti pada Jalan Palmerah, Jalan Tamansari, Jalan
Diponegoro, dan lainnya. Selain itu, reklame yang ada juga menganggu ketertiban
umum dan utilitas umum seperti reklame spanduk calon legislatif yang ditempatkan
pada jalur pedestrian dalam kondisi melintang
2. Pasal 3
Menjelaskan bahwa “Setiap perletakan reklame harus memperhatikan
keamanan, keselamatan, kenyamanan masyarakat, estetika, keserasian bangunan
dan lingkungan serta sesuai dengan rencana kota dan perletakan titik-titik reklame
didalam sarana dan prasarana kota, ditempatkan pada: bahu jalan, berm jalan,
trotoar, jembatan, dan jembatan laying, shelter, JPO, bando jalan, terminal dan
pangkalan angkutan, gelanggang, pasar, dan taman.”
Berdasarkan pasal tersebut, penyelenggaraan reklame di Kota Bandung pada
kenyataannya tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, seperti pada
Jalan Palmerah.
3. Pasal 10
Menjelaskan bahwa “Reklame dilarang dipasang pada bangunan pemerintahan,
kantor, rumah sakit, rumah dinas, tempat ibadah, tiang listrik/telepon, tiang
penerangan jalan umum, gardu, pohon jalur hijau, rmabu lalu lintas, petunjuk jalan
dan kendaraan dinas.”
Berdasarkan pasal tersebut, pada kenyataannya terdapat pelanggaran reklame
yang terjadi pada Jalan Palmerah. Reklame berupa spanduk calon legislatif
menempel tepat pada rambu lalu lintas dan terletak pada jalur pedestrian. Hal ini
jelas melanggar peraturan terkait.
4. Pasal 29
Menjelaskan bahwa “bahwa masa berlakunya reklame adalah 1 tahun kecuali,
reklame layar, minimal 1 hari, maksimal 30 hari dan dapat diperpanjang kembali.
Pemanfaatan dan pengelolaan reklame pada JPO selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang sebanyak 1 kali untuk 3 tahun, selama memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis dan masa berlaku pemanfaatan dan pengelolaan reklame
pada bandi jalan selama 3 tahun dan dapat diperpanjang kembali sebanyak 1 kali
untuk 2 tahun, selama memenuhi persyaratan administrasi dan teknis”
Berdasarkan pasal tersebut, pada kenyataannya penyelenggaraan reklame di
Kota Bandung ditemukan reklame yang tidak memiliki izin atau illegal, seperti pada
Jalan Sartika dan Jalan Pasupati.

DAFTAR PUSTAKA

Ekspres, J. (2018, April 20). Retrieved Februari 18, 2019, from Jabar Ekspres.com:
http://jabarekspres.com/2018/pjs-wali-kota-warning-masalah-reklame/
_____.Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 04 Tahun 2012
_____.Peraturan Walikota Kota Bandung Nomor 217 Tahun 2018
SA. (2018, Juni 2). Edu Publik Jabar. Retrieved Februari 18, 2018, from
http://www.edupublikjabar.com/2018/06/02/banyak-papan-reklame-kota-bandung-
melanggar-perwal-pemerhati-pengusahanya-nekat-atau-ada-main-mata/
Suhendar, D. (2010). Implementasi Penyelenggaraan Reklame di Kota Bandung.
Wijanarko, Y. (2017, Maret 19). Pikiran Rakyat. Retrieved Februari 18, 2019, from Pikiran
Rakyat.com: https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/03/19/klipingpr-
megatron-di-jalan-dewi-sartika-kota-bandung-ilegal-396618

Anda mungkin juga menyukai