Anda di halaman 1dari 9

A.

Etika komunikasi dalam islam

Etika komunikasi islam merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari-hari,
berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun aktivitas lainnya.

Dalam berbagai literatur tentang Komunikasi Islam ada 6 jenis gaya bicara yang
dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yaitu:

1. Qaulan Sadida

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan


dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar.” (QS An-Nissa : 9)

Qaulan sadida berarti pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi
substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).

 Dari segi substansi, komunikasi islam harus menginformasikan atau


menyampaikan kebenaran dan tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.

“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS Al-Hajj:30).


“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).

 Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan
benar, baku, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik”
(QS Al-Baqarrah : 83).

Dalam bahasa Indonesia hendaknya menaati kaidah tata bahasa dan menggunakan
kata-kata baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurkan (EYD).

2. Qaulan Baligha

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha- perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”
(QS An-Nissa:63).

Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,


komunikatif, mudah dimengerti, dan tidak berbelit-belit.

Agar Komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan disesuaikan
dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (HR
Muslim).

Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus
dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendikiawan. Berbicara di depan
anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa.

3. Qaulan Ma’rufa

Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, dan tidak
menyakitkan atau menyinggung perasaan.

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
Maka berilah mereka dari harta itu ( sekadarnya ) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Ma’rufa – perkataan yang baik” (QS An-Nissa:8)

“Qaulan Ma’rufa – perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya
lagi Maha Penyantun.” (QS Al-Baqarrah : 263).

4. Qaulan Karima

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah perkataan Qaulan Karima –
ucapan yang mulia” (QS Al-Isra: 23)

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.

Perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita
dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati
mereka. Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua
orangtua atau orang yang harus kita hormati.

5. Qaulan Layina

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah lembut, dengan suara enak didengar,
dan penuh keramahan sehingga dapat menyentuh hati.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qaulan Layina – kata-kata yang
lemah lembut ….. “ (QS Thaha : 44).

Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut dan tidak kasar kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan
(orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan komunikasi kita. Dengan demikian, dalam komunikasi Islam,
semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras
dan tinggi.

6. Qaulan Maysura

Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yaitu mudah dimengerti dan
dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau
berisi hal yang menggembirakan.

“ Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura – ucapan yang
mudah” (QS Al-Isra: 28).

B. Teknik Komunikasi Dalam Setiap Level Usia

1. Komunikasi Dengan Bayi Usia 0 – 1 tahun.

Komunikasi dengan bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi. Gerakan tersebut akan sebagai alat komunikasi yang efektif,
disamping itu komunikasi dengan bayi dapat dilakukan secara non verbal. Komunikasi
non verbal dapat dilakukan dengan sentuhan, mengusap, memangku, melambaikan
tangan, menggendong, dll.

2. komunikasi dengan Usia Todler dan Pra sekolah (1-2,5 tahun, 2,5 – 5 tahun).

Perkembangan komunikasa pada usia ini dapat ditunjukan dengan perkembangan


bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih 10 kata,
pada tahun ke -2 200- 300 kata, dan masih diulang – ulang. Pada usia 3 tahun anak sudah
mampu menguasai 900 kata dan banyak kata – kata yang digunakan adalah mengapa, apa,
kapan, dst. Komunikasi pada usia ini sifatnya egosentris, rasa ingin tahu yang tinngi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan dalam bahasa meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut
terhadap ketidakmampuan dan perlu diingat bahwa dalam usia ini anak belum fasih
berbicara. Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dlakukan adalah dengan memberi
tahu apa yang terjadi dengan dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat yang ditanyakan (yang penting aman) menggunakan nada bicara lambat
dan jelas, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata – kata “jawab dong!!!!”
mengalihakan aktifitas saat berkomunikasi, memberikan mainan saat berkomunikasi
dengan maksud anak mudah berkomunikasi , mengatur jarak, menghindari konfrontasi
secara langsung, duduk terlalu dekat dan berhadapan. Untuk non verbalnya, menggambar,
jangan menyentuh tanpa persetujuan anak, salaman untuk mengurangi rasa cemas.

3. Usia Sekolah (5- 11 tahun).

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf /tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah dapat
sudah dapat mulai, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai
berpikir terhadap kehidupan.
komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat
kemampuan bahasa anak yaitu gunakan bahasa yang yang sederhana yang spesifik,
jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari obyek
tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedur tersebut. Maksud dan tujuan
dari dari dari suatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam
sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi dengan efektif.

4. Usia Remaja (11 – 18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukan dengan kemampuan


berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpkir secara konseptual, sudah mulai
menunjukan perasaan malu, pada anak usia ini sering kali merenung kehidupan tentang
masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat ini adalah masa
peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah
berdiskusi atau curah pendapat (CURHAT) pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam
berkomunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.

Cara Komunikasi Dengan Anak Secara Umum

1. Melalui orang ketiga : tidak langsung bertanya pada anak.


2.Bercerita : pergunakan bahasa yang mudah dimengerti,perlihatkan gambar

3.Bilioterapi: melalui pemberian buku/majalah anak mengekpresikan perasaan dan aktivitas


sesuai

cerita dalam buku.

4. Meminta untuk menyebutkan keinginan : mengetahui apa keinginan / keluhan anak.

5. Pro / kontra :mengetahui perasaan anak dan pikiran anak (mengajukan pertanyaaan hal
positif

dan negatif ).

6.Menulis : bila anak tidak dapat mengungkapkan perasaan secara verbal.

7. Menggambar : anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya


tentang

maksudnya.

8. Bermain : sangat efektif dalam membantu berkomunikasi, dapat menjalin hubungan

interpersonal dengan teman dan perawat.

Cara komunikasi Dengan Orang tua Anak

1. Anjurkan orang tua untuk berbicara


2. Arahkan ke fokus
3. Mendengarkan
4. Diam
5. Empati
6. Menyakinkan kembali
7. Merumuskan kembali
8. Memberi petunjuk kemungkinan apa yg terjadi
9. Menghindari hambatan dalam komunikasi.

5. Teknik Komunikasi pada Lansia

Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain :


1. Tenik asertif

Asertif adalah sikap yang dapat di terima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan
sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicara dapat di mengerti.

2. Responsif

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien.

3. Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap berkonsisten terhadap materi komunikasi
yang diingkan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya lansia senang menceritakan
hal – hal yang mungkin tidak relavan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4. Suportif

Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Selama memberi dukungan materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini
dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.

5. Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberikan penjelasan dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat diterima dan di presepsikan sama oleh klien.

6. Sabar dan Ikhlas

Seperti yang di ketahui baahwa klien lansia terkadang mengalami perubahan yang
merepotkan dan kekanak – kanakan. Perubahan ini bila tidak di sikapi dengan sabar dan
ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat berkomunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan antara klien dengan petugas kesehatan.
C. KESIMPULAN

a. Etika Komunikasi dalam Islam

1. Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi
substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).

2. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif,
mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit
atau bertele-tele.
3. Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan
sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan.

4. Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.

5. Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati.

6. Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti,
dan dipahami oleh komunikan.

b. Teknik Komunikasi dalam Setiap Level Usia

1. Bayi : mengungkapkan kebutuhan dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh


orang sekitarnya, contoh : menangis.
2. Toddler dan Pra sekolah

– Memberitahu apa yang terjadi pada dirinya.

– Memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksa yang akan digunakan.

– Bicara lambat

– Hindari sikap mendesak untuk dijawab, contoh : jawab dong.


– Hindari konfrontasi langsung

– Salaman pada anak ( kurangi rasa cemas)

– Bergambar atau bercerita.

1. Usia sekolah

– Gunakan kata sederhana yang spesifik

– Jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak

– Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan

– Jangan menyakiti atau mengancam

4. Usia remaja

– Berdiskusi atau curah pendapat sama teman sebaya.

– Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.

– jaga kerahasiaan dalam komunikasi ( masa transisi dlm bersikap dewasa ).

1. Teknik Komunikasi Pada Lansia

– Teknik asertif

– Teknik responsif

– Fokus

– Suportif

– Klarifikasi

– Sabar dan Ikhlas

Anda mungkin juga menyukai