Anda di halaman 1dari 6

Laporan praktikum ke-7 Hari/Tanggal : Senin/19 Maret 2018

Teknik Laboratorium Tempat Praktikum : Laboratorium Biokomia,


Nutrisi dan Teknologi Pakan Fisiologi, dan
Mikrobiologi Nutrisi
Nama Asisten : Nyai Mukholisah
(D24140074)

ANALISIS VFA TOTAL

KHAMDAN HIDAYAT
D24150064
KELOMPOK 2/ G2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak ruminansia mempunyai perut yang berbeda dengan monogastrik.


Perut pada ruminansia terdiri dari reticulum, rumen, omasum, dan abomasum
(Anggorodi 1984). Rumen merupakan bagian terbesar pada perut ruminansia.
Didalam rumen dan reticulum terdapat mikroba dan merupakan alat pencernaan
fermentative dengan kondisi anaerob, suhu 390C dan pH rumen 6-7. Proses
pencernaan pada ternak ruminansia terbagi menjadi 3 jenis yaitu pencernaan secara
mekanis didalam mulut, pencernaan hidrolitik oleh enzim pencernaan, dengan
bantuan mikroba rumen dan pencernaan fermentative pada rumen.
Proses fermentasi pada ternak ruminansia terjadi didalam rumen.
Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim –
enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Pada tahap pertama mikroba rumen
mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan pentose.
Hasil pencernaan tahap pertama masuk jalur glikolisis untuk mengalami
pencernaan tahap kedua yang menghasilkan piruvat. Piruvat selanjutnya akan
dirubah menjadi VFA yang umumnya terdiri dari asetat, butirat dan propionate
(Arora, 1995). Selain karbohidrat protein juga difermentasikan menjadi ammonia,
karbohidrat menjadi asam lemak terbang atau VFA (Purbowati et.al 2014).
Volatil Fatty Acid (VFA) yaitu VFA merupakan hasil proses degradasi
pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak ruminansia yang tersusun atas
asetat, propionat, butirat, valerat dan formiat. Produksi VFA yang tinggi merupakan
kecukupan energi bagi ternak (Sakinah, 2005). Aktifitas fermentasi oleh mikroba
rumen akan menghasilkan gas. Gas yang terbentuk berasal dari hasil fermentasi
(CO2 dan CH4) dan secara tidak langsung dari CO2 yang dilepaskan dari buffer
bikarbonat setiap dihasilkan volatyl fatty acid (VFA) (Kurniawati 2008). VFA
diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak
(Putra 2011).
Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kadar VFA dalam supernatan


(cairan rumen).
MATERI DAN METODE

Materi

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu botol bening, labu
ukur, pipet mohr, magnetic steerer, botol semprot, buret, bulb, alat destilasi,
kompor, gas, panci, dan gelas plastik, sedangkan bahan yang digunakan yaitu
supernatan (cairan rumen) hasil praktikum analisis amonia, H2SO4, HgCl2,
formaldehide, air, indikator penolptalin (PP), dan aquadest.

Metode

Pertama dilakukan persiapan untuk destilasi dengan merebus aquades


dengan menggunakan kompor. Setelah itu supernatan hasil praktikum analisis
ammonia didestilasi. Setelah air dalam panci (Presscooker) mendidih kemudian
supernatan dimasukan sebanyak 5 ml dan dicampur dengan larutan NaOH sebanyak
1 ml, setelah itu hasil detilasi ditampung sebanyak 250 ml. lalu hasil destilasi
tersebut didinginkan hingga suhu tabung normal. kemudian hasil destilasi dititrasi
dengan cara, ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin, kemudian labu ukur
ditaruh diatas magnetic steerer dan magnet dimasukan kedalam labu untuk
memutar hasil destilasi, lalu dititrasi dengan larutan 0,5 N HCl sampai terjadi
perubahan warna dari merah jambu menjadi merah jambu seulas. Konsentrasi VFA
dihitung dengan rumus:
konsentrasi VFA (mM) = (a-b) x N HCl x 1000/5;
a = ml HCl yang diutuhkan untuk titrasi blanko (5 ml Na OH);
b = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi hasil destilasi ransum.
Perlakuan
N = normalitas larutan HCl.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Cairan rumen mengandung VFA dengan penambahan larutan H2SO4,


Formaldehid dan HgCl2, dapat dilihat pada tabel 1 nilai dari kandungan VFA pada
cairan rumen.
Tabel 1 Hasil analisis VFA total pada sampel cairan rumen
Perlakuan Nilai VFA (mM)
Blangko 0
H2SO4 90
HgCl2 55
Formaldehide 100

Pembahasan

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan


sumber energi utama ruminansia asal rumen. Produksi VFA di dalam cairan rumen
dapat digunakan sebagai tolak ukur fermentabilitas pakan (Hartati 1998). Van Soest
(1994) yang menyatakan bahwa VFA merupakan sumber energy metabolisme
terpenting bagi ternak ruminansia dan sumber rantai karbon untuk sintesis mikroba.
VFA yang umumnya terdiri dari asetat, butirat dan propionate (Arora 1995)
Destilasi uap digunakan untuk memisahkan campuran senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Prinsip dasar Destilasi uap
adalah mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing
senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran
yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air.
Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti
minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk
ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Destilasi uap berfungsi untuk memurnikan
zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi,
sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai,
teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair
tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat,
melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap (Khopkar 2010).
Hasil praktikum pada analisis VFA total yaitu perlakuan H2SO4 sebesar 90
mM, HgCl2 sebesar 55 mM dan Formaldehide sebesar 100 mM. Menurut (Sutardi
et.al 1993) kadar optimum VFA dalam rumen yaitu berkisar 80 mM – 160 mM.
berdasarkan hasil praktikum perlakuan HgCl2 tidak optimum, karena fungsi dari
HgCl2 mematikan mikroba rumen sehingga proses fermentasi dalam rumen tidak
optimum. Sedangkan H2SO4 optimum dalam fermentasi dan formaldehid paling
optimum pada analisa VFA total, karena formaldehid membantu dalam pembuatan
Undegraded Protein sehingga proses fermentasi dalam rumen menjadi optimum.
Analisis VFA total melakukan penambahan bahan NaOH, H2SO4 dan
indikator pp. Fungsi NaOH pada analisis VFA ini yaitu sebagai pengurai lemak
dalam sampel (Jayanegara dan Sofyan 2008) dan fungsi H2SO4 yaitu sebagai
pengurai senyawa nitrogen yang terdapat dalam sampel. Fungsi phenol pthalin pada
analisis VFA yaitu sebagai indikator asam dan basa yang digunakan dalam titrasi
asidimetri dan alkalimetri dalam proses destilasi uap (Bassett et al 1994).
SIMPULAN

Ternak ruminansia akan menghasilkan VFA dalam rumen dengan proses


fermentasi. Hasil analisa menunjukan VFA total optimum yaitu pada perlakuan
H2SO4 dan formaldehid. Sedangkan HgCl2 tidak optimum dalam fermentasi yang
menghasilkan VFA.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi R. 1984. Ilmu Pakan Ternak Umum. Jakarta. Gramedia pustaka utama.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia.
Yogyakarta (ID): Penerbit Gajah Mada University Press.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar Vogel:
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta (ID): EGC
Hartati, E. 1998. Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yang
mengandung silase pod kakao dan urea untuk memacu pertumbuhan sapi
Holstein jantan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Jayanegara,A dan A Sofyan. 2008. Penentuan Aktivitas Biologis Tanin Beberapa
Hijauan secara in Vitro Menggunakan “Hohenheim Gas Test” dengan
Polietilen Glikol Sebagai Determinan. Media Peternaka. 31(1): 44-52
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta (ID): UI-Press.
Kurniawati A. 2008. Teknik produksi gas in-vitro untuk evaluasi pakan ternak :
volume produksi gas dan kecernaan bahan pakan. Jurnal Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi. 3 (1).
Purbowati, Endang, Edy Rianto, Wayan Sukarya Dilaga, Christina Maria Sri
Lestari, dan Retno Adiwinarti. 2014. Karakteristik Cairan Rumen,Jenis dan
Jumlah Mikrobia Dalam Rumen Sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin
Peternakan. 38(1): 21-26.
Putra DTB. 2011. Pengaruh Seplementasi Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.)
terhadap Karakteristik Fermentasi dan Populasi Protozoa Rumen secara In
Vitro. [SKRIPSI]. Surakarta (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Kendari (ID): Unhalu.
Sakinah, D. 2005. Kajian suplementasi probiotik bermineral terhadap produksi
VFA, NH3, dan kecernaan zat makanan pada domba. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutardi T. 1993. Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi Oleh
Mikrobrumen dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Produktivitas Ternak.
Buletin Makanan Ternak. 5: 1
Van Soest, J.P. 1994. Nutritional Ecology of Ruminant. 2ndEdition. Cornell (US):
University Press.

Anda mungkin juga menyukai