Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGUJIAN DAN SIFAT BAHAN

Disusun Oleh :

NAMA : ALVEIN CRUISE JONADHE LAWALATA


NRP : 13.7450/T
KELAS : T VII B

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV


JAKARTA
UJI TEKAN
Benda memiliki kekuatan yang tak bisa di terka atau di perkirakan,
terkadang ada benda yang memiliki kekuataa yang kuat dan juga ringan.
Namun berhati hatilah terhadap benda kuat atau berat yang akan bisa
melukai diri kita dan sampai membuat kita meninggal. Namun setelah
berkembangnya dunia pada saat sekarang ini kekuatan benda tersebut
dapat di ukur atau di ketahui dengan alat uji tekan.

Uji tekan adalah suatu alat uji mekanik yang berguna untuk mengukur
dan mengetahui kekuatan benda terhadap gaya tekan. Uji tekan ini
memiliki kinerja yang bagus dan berkualitas untuk mengetahui kekuatan
benda. Pada umumnya uji tekan ini digunakan pada logam yang bersifat
getas, karena alat uji tekan ini memiliki titik hancur yang terlihat jelas di
saat melakukan pengujian benda tersebut.

Keragaman fungsi dan dimensional uji tekan ini menjadikan beragam


ragam syarat mekanis yang perlu di penuhi karena akan beragam pula
gaya dan arah gaya yang akan di uji kekuatan benda tersebut. Pada
beberapa alat yang akan di uji yang di buat panjang, dia akan
melengkung jika di uji dengan alat uji tekan.
Uji tekan ini memiliki alat yang canggih, berat dan tenaga yang kuat
serta kualitas dan kinerja yang menjanjikan untuk para pengguna alat uji
tekan tersebut. Sebesar apapun benda yang akan di uji tekannya
dengan alat uji tekan ini kita bisa mengetahui kekuatan suatu benda
tersebut.

Uji tekan akan memberikan hasil pengukuran kekuatan benda tersebut


mengenai besar pengukuran yang di uji terhadap bahan yang akan di uji
sehingga standarisasi yang di inginkan akan tercapai sempurna.
Sebesar apa benda yang akan di uji maka akan di stabilkan juga dengan
alat uji tekan yang akan memberikan hasil dan kinerja yang baik dan
hasilnya akan lebih bagus.

UJI TARIK
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
suatu bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera
mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga
tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang.
Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip)
yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita
akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva
seperti digambarkan pada Gambar 1. Kurva ini menunjukkan hubungan
antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat
diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut
Hukum Hooke (Hooke's Law)
Hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear
zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti
aturan Hooke yaitu rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah
konstan.
“Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan”
“strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan”

Dirumuskan,

 Stress (Tegangan Mekanis): σ = F/A , F = gaya tarikan, A = luas penampang


 Strain (Regangan): ε = ΔL/L , ΔL = Pertambahan panjang, L = Panjang awal

Maka, hubungan antara stress dan strain dirumuskan:


E = σ/ε

 Batas elastic σE (elastic limit), Pada Gambar 3 dinyatakan dengan titik


A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian
bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi
semula (tepatnyahampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol”
pada titik O (lihat Gambar 3). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati
titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku.

 Batas proporsional σp(proportional limit). Titik di mana penerapan


hukum Hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai
ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas
elastis.

 Deformasi plastis (plastic deformation). Perubahan bentuk yang tidak


kembali ke keadaan semula. Pada Gambar 3 yaitu bila bahan ditarik
sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.

 Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress). Tegangan maksimum


sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi
elastis ke plastis.

 Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress). Tegangan rata-rata


daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang
dimaksud adalah tegangan mekanis pada titik ini.

 Regangan luluh εy(yield strain). Regangan permanen saat bahan akan


memasuki fase deformasi plastis.

 Regangan elastis εe(elastic strain). Regangan yang diakibatkan


perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.

 Regangan plastis εp (plastic strain). Regangan yang diakibatkan


perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap
tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
 Regangan total (total strain). Merupakan gabungan regangan plastis
dan regangan elastic (εT = εe+εp).Perhatikan beban dengan arah OABE.
Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang
tinggal (OE) adalah regangan plastis.

 Tegangan tarik maksimum (UTS, Ultimate Tensile Strength). Pada


Gambar 3 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.

 Kekuatan patah (breaking strength). Pada Gambar 3 ditunjukkan


dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji
putus atau patah.

UJI PUKUL

Pengujian pukul Takik merupakan salah satu proses pengukuran


terhadap sifat
kerapuhan bahan. Walaupun secara sederhana melalui pengujian bengk
ok sebagaimana yang telahdiuraikan dapat memberikan indikasi
tentang kerapuhan bahan, namun dari
pengujiant e r s e b u t h a n ya m e r u p a k a n h a s i l p e n g a ma t a n ya n
g t i d a k me mi l i k i b e s a r a n s t a n d a r , s e h i n g g a t i n g k a t a k u r a s i n
ya ya n g r e n d a h . Te n t u s a j a p e n g u j i a n ya n g me mb e r i k a n pe
rlakuan terhadap bahan uji secara spesifik mengenai prilaku bahan apab
ila diberikan pembebanan secara tiba-
tiba akan memberikan indikasi tentang pengaruh yang terjadi pada baha
n tersebut sebagai sifat keuletan (toughness) dari bahan tersebut. Prose
s iniyang disebut sebagai Pengujian Pukul takik (Impact
test). Sifat keuletan atau toughnessdari suatu bahan tidak dapat
terdeteksi oleh pengujian tarik, jika dua buah bahan akanmemiliki
sifat yang mirip sama namun jika diuji dengan Impact test itu akan
berbeda.Pengujian Pukul takik dilakukan untuk mengetahui kekuatan
bahan terhadap pembebanankejut (shock resistance), seperti
kerapuhan yang disebabkan oleh perlakuan panas
ataus i f a t k e r a p u h a n d a r i p r o d u k t u a n g a n ( !a s t i n g ) s e r t a p e
n g a r u h b e n t u k d a r i p r o d u k tersebut. Pengujian ini dilakukan pada
mesin uji yang dirancang dengan memilki sebuah pendulum
dengan berat tertentu yang mengayun dari suatu ketinggian
untuk memberikan beban kejut, dalam pengujian ini terdapat dua maca
m cara pengujian yakni cara Izod cara Chraphy yang berbeda
menurut arah pembebanan terhadap bahan uji sertakedudukan
bahan uji tersebut

UJI KEKERASAN
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus
diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan
mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis.
Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika
material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material
tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material
tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya
kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk
menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan).
Mengapa diperlukan pengujian kekerasan?
Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua
pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu material baru
dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi
kualitas tertentu.
Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam
metode pengujian kekerasan, yakni :

1. Brinnel (HB / BHN)


Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan
material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel
diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar
dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya
telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida
Tungsten.

2. Rockwell (HR / RHN)


Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap
indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut.

Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode


Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji
ditekan oleh indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu
ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan
pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah
minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi
pada saat total load

Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya


kekerasan dengan metode Rockwell.

HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002
mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference
line yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada
table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian
Rockwell skala dan range uji dalam skala Rockwell.

Tabel 1 Rockwell Hardness Scales


F0 F1 F
Scale Indentor E
(kgf) (kgf) (kgf) Jenis Material Uji
A Diamond 10 50 60 100 Exremely hard materials, tugsen
cone carbides, dll
B 1/16" steel 10 90 100 130 Medium hard materials, low dan
ball medium carbon steels, kuningan,
perunggu, dll
C Diamond 10 140 150 100 Hardened steels, hardened and
cone tempered alloys
D Diamond 10 90 100 100 Annealed kuningan dan tembaga
cone
E 1/8" steel ball 10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel 10 50 60 130 Alumunium sheet
ball
G 1/16" steel 10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
ball
H 1/8" steel ball 10 50 60 130 Plastik dan soft metals seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale

3. Vikers (HV / VHN)


Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap
indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri
berbentuk piramid seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang
dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell
dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram.
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi
(koefisien) dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan
(injakan) dari indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin
(136°/2). Rumus untuk menentukan besarnya nilai kekerasan dengan
metode vikers.
4. Micro Hardness (knoop hardness)
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing
merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai
kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur
material yang getas seperti keramik.

Dimana,
HK = Angka kekerasan Knoop
F = Beban (kgf)
l = Panjang dari indentor (mm)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji
kekerasan maka kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui
untuk menentukan metode uji kekerasan yang digunakan, untuk itu kita
harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji

Anda mungkin juga menyukai