Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan


melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan
sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan
yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri,
sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka
gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah.

Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan


seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam
kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk
menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang
akan memunculkan gangguan kejiwaan.

Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah,
yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi,
sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri
rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai
mencederai diri (Townsend, 1998).

Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang
dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat
mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri
seseorang.

Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk
dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa
bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah,
merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang

1
individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari
seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis
keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun
kelompok.

Berdasarkan hasil laporan rekam medik (RM) RSJ Provinsi Kalimantan Barat

didapatkan data dari bulan Januari sampai November 2016 tercatat pasien dengan gangguan

konsep diri harga diri rendah dengan jumlah 579 orang dari pasien yang di rawat inap 8.332

orang (6,9%) RSJP Buduk Singkawang, kalimantan barat.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun Makalah gangguan jiwa

dengan judul “ Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah

Pada Tn.R di RSJ Provinsi Kalimantan Barat ”.

Setelah di lakukan penyusunan makalah ini di harapkan seluruh petugas kesehatan


dapat membaca dan mempelajari metode yang tepat sesuai teori yang ada sehingga Gangguan
Konsep diri Harga Diri Rendah di kalimantan barat dapat teratasi

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?


2. Apa saja klasifikasi dari harga diri rendah
3. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
4. Apa tanda dan gejala klien dengan harga diri rendah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Bagaimana komplikasi dari harga diri rendah?
7. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga
diri rendah?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dengan harga diri rendah?
9. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah?

2
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?
11. Bagaimana contoh aplikasi komunikasi terapeutik pada SP klien?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut :

1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.


2. Menjelaskan klasifikasi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
4. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan komplikasi dari harga diri rendah
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari harga diri rendah
8. Menjelaskan penatalaksanaan dari harga diri rendah
9. Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga
diri rendah
10. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga dirir rendah.
11. Mencontohkan aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.

3
BAB II
Tinjauan pustaka
A. Konsep dasar Harga diri rendah
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa
sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend, 1998).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal menyesuaikan tingkah
laku dancita – cita. (Fk.UNDIP , 2001 )
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-
cita.
2. klasifikasi Harga diri rendah
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara :
a) Situasional
Harga diri rendah yang terjadi akibat trauma secara tiba-tiba misalnya pasca
operasi,kecelakaan,cerai,putus sekolah,PHK, atau perasaan malu.pada saat pasien
yang dirawat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang di
perhatikan:pemeriksaan fisik yang sembarangan,pemasangan alat yang tidak
sopan,harapan akan struktur,bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di
rawat atau sakit atau penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai
b) Kronis
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit
atau di rawat. Pasien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang di
rawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
(Ns.kusnadi jaya,s.kep ; 2015, hal 115-116)

4
3. Etiologi
Biologis :
 Citra tubuh yang tidak sesuai
 Keluhan fisik
 kadar serotonin yang menurun
Psikologi
 Harapan orang tua yang tidak realistis
 Kegagalan yang berulang kali
 Kurang mempunyai tanggung jawab personal
 Ideal diri tidak realistis
 Ketegangan peran yang dirasakan
 Perasaan tidak mampu
 Penolakan terhadap kemampuan personal
Sosial
 Kurang mempunyai tanggung jawab personal
 Ketergantungan kepada orang lain
 Penolakan orang tua
(Ns.kusnadi jaya,s.kep ; 2015, hal 115-116)

4. Tanda-tanda klien dengan harga diri rendah adalah :


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri Mengkritik diri sendiri dan orang lain
g. Penurunan produktivitas
h. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
i. Gangguan dalam berhubungan
j. Rasa diri penting yang berlebihan
k. Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
l. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

5
m. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
n. Ketegangan peran yang dirasakan
o. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan
p. Keluhan fisik dan khawatir
q. Penolakan terhadap kemampuan personal
r. Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
s. Menarik diri secara sosial dan dari realitas
t. Penyalahgunaan zat
(Ns.kusnadi jaya,s.kep ; 2015, hal 115-116)

5. Rentang Respon

Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah
emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila
mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit
lain.

Menurut NANDA (2004) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal
yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus,
mengekspresikan sikap malu /minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada,
selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung
pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta
menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai
dirinya.

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.Kegiatan mengganti
identitas sementara, misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan
yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.

6
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara
lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau
potensi diri sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai
dan harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah
juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.

Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan
harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran
negative dan tidak berdaya.

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
adalah :

 System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau
gagal terus menerus.
 Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi
klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan
dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
 Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan
di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada
kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat
dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
 Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

7
6. komplikasi
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI,
1998 : 336).
7. Pemeriksaan diagnostik
1) Test psikologik: test keperibadian
2) EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis
3) Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi
4) Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik
8. Penatalaksanaan
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya
lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
5) Tidak menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki pola tidur
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL,
dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b. Psikoterapi

8
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau
dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik
4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
d. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi
sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis
therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

9
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi
Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data yang perlu dikaji:

a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

2. Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga
diri rendah adalah :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Perubahan persepsi sesori : halusinasi
e. Resti perilaku kekerasan
(iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258 )
3. Pohon masalah
Isolasi Sosial = Menarik diri

Gangguan konsep diri = Harga diri Masalah Utama


rendah

Koping individu tidak efektif


(Iyus yosef, S.kp.M.Si,2009.hal257)

10
3. Rencana Tindakan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1 Harga diri SP 1: Setelah 1x Identifikasi Memudakan
rendah Klien dapat intervensi, klien kemampuan dan dalam
mengidentifikasi dapat aspek positif merencanakan
kemampuan dan mengidentifikasi yang tindakan
aspek positif kemampuan dan dimilikinya keperawatan
yang dimiliki aspek positif selanjutnya
pasien yang
dimilikinya
SP 1: Setelah 1x Dorong dalam Memudahkan
Klien dapat intervensi, klien menilai klien dalam
menilai dapat menilai kemampuan menilai
kemampuan kemampuan yang masih kemampuan
yang masih yang masih dapat dirinya
dapat dapat digunakannya
digunakannya digunakannya
SP 1 : Setelah 1x Mampu memilih Memberikan
Klien dapat intervensi, klien kegiatan yang sesuatu yang
memilih dapat memilih akan dilatih positif pada
kegiatan yang kegiatan yang sesuai dengan pasien
akan dilatih akan dilatih kemampuannya
sesuai dengan sesuai dengan
kemampuannya kemampuannya
SP 1 : Setelah 1x Dorong klien Meningkatkan
Klien mampu intervensi, klien mempraktekkan/ harga diri
mempraktekkan/ mampu melakukan pasien
melakukan mempraktekkan/ kemampuan
kemampuan melakukan yang dipilihnya
yang dipilihnya kemampuan
yang dipilihnya

11
SP 1 : Setelah 1x Anjurkan klien Membiasakan
Klien dapat intervensi, klien memasukkan klien dalam
memasukkan dapat aktivitas melakukan
aktivitas memasukkan tersebut dalam kegiatan
tersebut dalam aktivitas jadwal kegiatan tersebut
jadwal kegiatan tersebut dalam sehari
sehari jadwal kegiatan
sehari
SP 2 : Setelah 1x Evaluasi jadwal Untuk
Mengevaluasi intervensi, klien kegiatan harian memudahkan
jadwal kegiatan dapat klien dalam
harian klien memasukkan rencana
aktivitas selanjutnya
tersebut dalam
jadwal kegiatan
hariannya
SP 2 : Setelah 1x Dorong klien Meningkatkan
Klien dapat intervensi, klien dalam rasa harga diri
melakukan dapat melakukan pada pasien
kegiatan kedua ( melakukan kegiatan harian
kegiatan kedua ( kedua (
SP 2 : Setelah 1x Anjurkan klien Membiasakan
Klien dapat intervensi, klien memasukkan klien dalam
memasukkan dapat aktivitas melakukan
aktivitas memasukkan tersebut dalam kegiatan
tersebut dalam aktivitas jadwal kegiatan tersebut
jadwal kegiatan tersebut dalam sehari
sehari jadwal kegiatan
sehari
Tim Keperawatan (2006) Standar Rencana Keperawatan RSMM Bogor, Bogor : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI.

12
4. Implementasi
n No Diganosa Rencana Tindakan Evaluasi Para
o diagnosa keperawata keperawa keperawatan/ f
n tan respon
1 F20.0 Gangguan SP1P: Melakukan S: pasien
konsep diri Ganggua SP1P Gangguan mengatakan
: harga diri n konsep konsep diri : dapat
rendah diri: harga diri melakukan
harga diri rendah. semua
rendah  mengidentifika O:
Klien si kemampuan -pasien
dapat dan aspek tampak mau
mengiden positif yang menceritakan
tifikasi dimilikinya semua
kemampu  mendorong keluhan yang
an dan dalam menilai dia alami
aspek kemampuan maupun
positif yang masih hubungan
yang dapat nya dengan
dimiliki digunakannya keluarganya
pasien  memilih -klien
kegiatan yang tampak sedih
akan dilatih ketika
sesuai dengan ceritakan
kemampuan semuanya
nya -ketika

 mendorong bercerita

klien afek klien

mempraktekka datar

n/ melakukan -klien tmpak


kemampuan cepat lelah

yang dipilihnya - klien

 menganjurkan tampak lesu

13
klien A: SP1P
memasukkan teratasi
aktivitas P: lanjutkan
tersebut dalam ke sp 2P
jadwal
kegiatan sehari
 mengevaluasi
jadwal
kegiatan harian
klien
2 F 20.0 Gangguan Klien  Evaluasi S: pasien
konsep diri Dapat jadwal dapat
: harga diri Melakuka kegiatan melakukan
rendah n harian klien semua
Kegiatan  Dorong klien kegiatan tapi
Sesuai dalam cepat lelah
Kemamp melakukan O:
uan Dan kegiatan -pasien
Pengemb harian tampak dapat
angan  Anjurkan klien melakuka
Kemamp memasukkan semua
uan Nya aktivitas kegiatan
tersebut dalam - klien
jadwal tampak
kegiatan sehari menambahka
n kegiatan
harian nya
A: SP2P
teratasi
P: Intervensi
di hentikan

14
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan
masalah yang ada.
P:Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi baru. Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang
positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self
reinforsement.Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon
konsep diri mal adatif adalah klien akan mencapai tingkat aktualitas diri
yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :

15
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan
kemampuan yang dimiliki klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat
klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.

16
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu tanggal 01 Maret 2017 jam 13.00 WIB
penulis melakukan studi kasus dengan gangguan persepsi : sensori halusinasi
pendengaran pada Tn. R di Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa Provinsi kalimantan
barat, di dapatkan data sebagai berikut.
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Tn. R
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Mempawah
Tanggal masuk : 05 Desember 2016
No RM : 004737
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
b. Alasan Masuk
Klien sering mendengar suara bisikan yang tidak jelas dengan frekuensi 2
sampai 3 kali sehari klien mendengar suara tersebut ketika sedang melamun dan
berdiam diri, klien tampak sering sendirian dengan alasan kurang percaya diri
karena sering di marahi ibu dan abang nya akibat kesalahan mengerjakan sesuatu
seperti memecahkan piring ketika mencuci piring yaitu memecahkan piring.
c. Faktor Predisposisi
 Pernah mengalami gangguan dimasa lalu
Klien pernah mengalami gangguan jiwa dengan diagnosa yang sama sejak
2011. Klien telah 24 kali keluar masuk rumah sakit jiwa provinsi buduk
singkawang dengan tanda dan gejala yang sama karena setelah obatnya
habis pasien jarang mengkonsultasi kesehatan nya dengan dokter .

17
 Pengobatan sebelumnya
Pasien merasa terapi sebelumnya kurang efektif karena pasien telah 24 kali
keluar masuk RSJ Provinsi Kalimantan Barat dengan keluhan yang sama
ia derita sejak tahun 2011. Hasil dari pengkajian pada keluarga pasien di
dapatkan bahwa pasien jika habis obat yang di berikan pasien jarang
konsul pada dokter jiwa.
 Trauma
o Klien trauma dengan koin karena ia pernah menelan koin tanpa di
sadari olehnya
o Pasien mengatakan dirinya sering dimarahi oleh ibu dan abangnya
karena pasien melakukan kesalahan ketika melakukan aktivitas di
dalam rumah seperti memecahkan piring.
o Klien memiliki riwayat sakit asma sejak berumur 20 tahun yang
menyebabkan pasien tidak bisa beraktivitas lebih lama sehingga
pasien trauma jika melakukan aktivitas.

Masalah keperawatan

 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan


 Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Respon pasca trauma
 Sindroma trauma perkosaan
 Resiko tinggi kekerasan

d. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


 Hubungan keluarga:
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita
gangguan kejiwaan yang sama mapun gangguan jiwa jenis yang lain nya.

Masalah keperawatan

 Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan


 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Resiko tinggi kekerasan

18
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
 Pasien mengatakan dirinya sering dimarahi oleh ibu dan abangnya akibat
pasien melakukan kesalahan ketika melakukan aktivitas di dalam rumah
seperti memecahkan piring.
 Klien memiliki riwayat sakit asma sejak berumur 20 tahun yang
menyebabkan pasien tidak bisa beraktivitas lebih lama sehingga pasien
trauma jika melakukan aktivitas.
 Pasien pernah tertelan koin yang tanpa ia sadari menelan koin tersebut.

Masalah keperawatan

 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan


 Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Respon pasca trauma
 Sindroma trauma perkosaan
 Resiko tinggi kekerasan

f. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg. Suhu : 36,4 °C.
Nadi : 100 x / menit. RR : 24 x / menit.
2) Pengukuran antopometri
TB : 150 cm.
BB : 68 kg.

Masalah Keperawatan  Perubahan nutrisi: potensial >


kebutuhan tubuh
 Resiko tinggi perubahan suhu tubuh  Perubahan perlindungan
 Defisit volume cairan  Kerusakan integritas jaringan
 Perubahan volume cairan  Perubahan membran mukosa oral
 Resiko tinggi terhadap infeksi  Kerusakan integritas kulit
 Perubahan nutrisi : < kebutuhan tubuh  Perubahan eliminasi feses
 Perubahan nutrisi : > kebutuhan tubuh  Perubahan pola eliminasi urine

19
3) Keluhan fisik
Pasien merasa tubuhnya lemah dan batuk-batuk
Masalah Keperawatan  Perubahan nutrisi: potensial >
kebutuhan tubuh
 Resiko tinggi perubahan suhu tubuh  Perubahan perlindungan
 Defisit volume cairan  Kerusakan integritas jaringan
 Perubahan volume cairan  Perubahan membran mukosa oral
 Resiko tinggi terhadap infeksi  Kerusakan integritas kulit
 Perubahan nutrisi : < kebutuhan tubuh  Perubahan eliminasi feses
 Perubahan nutrisi : > kebutuhan tubuh  Perubahan pola eliminasi urine

g. Psikososial
klien malas berkomunikasi dengan orang lain karena trauma oleh abang nya yang
selalu merendahkan nya.

Keterangan :

: Laki–laki hidup

: Perempuan hidup

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Pasien

Penjelasan : Pasien Merupakan Anak Kedua Dari Dua Bersaudara

Masalah keperawatan

 Koping keluarga tidak efektif : ketidak mampuan


 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Koping keluarga : potensial untuk pertumbuhan

20
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan ia menyukai semua bagian tubuhnya dan bersyukur atas
semua yang diciptakan Tuhan.
b. Identitas Diri
Klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang laki -laki dan klien
menerima dengan ikhlas dia sebagai laki-laki. Klien adalah anak Kedua dari
2 bersaudara.
c. Peran
klien adalah seorang bungsu dari 2 bersaudara, pasien merasa dirinya tidak
mampu mengerjakan apapun baik di rumah sakit maupun dirumah karena
pasien trauma akan kesalahan yang mengakibatkan pasien di marahi ibu
dan abang nya akibat kesalahan dalam mengerjakan sesuatu seperti
memecahkan piring ketika mencuci piring yaitu memecahkan piring.

Masalah keperawatan

 Pengabdian unilateral
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas pribadi
 Harga diri rendah kronik
 Harga diri rendah situasional

d. Ideal Diri
Klien sebagai anak mengatakan ingin membantu menafkahi keluarganya,
tetapi klien tidak bekerja dan klien tidak ingin membebani ayahnya. Karena
di RSJ klien tidak dapat membantu menafkahi keluarganya.
e. Harga Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri dan merasa tidak
mampu mengerjakan sesuatu dan merasa tubuhnya lemah karena dirumah
klien sering di marahi ibu dan abangnya sejak klien beumur 10 tahun akibat
pasien sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan sesuatu seperti
memecahkan piring ketika mencuci piring yaitu memecahkan piring.
3. Hubungan Sosial
Selama klien dirawat di RSJ Povinsi Kalbar. klien mengatakan jarang
bersosialisasi dengan teman-temannya maupun perawat yang ada ruangan.

21
Klien tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Klien terlihat lebih suka sendiri
dikamarnya dan melamun dengan alasan kurang percaya diri.

Masalah keperawatan

 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan interaksi sosial
 Isolasi sosial
4. Spiritual (nilai dan keyakinan)
Klien berkeyakinan pada agama Islam, kegiatan ibadah seperti sholat dilakukan
ketika belum masuk rumah sakit. Selama klien di rawat di rumah sakit klien
menyatakan jarang menjalankan sholat 5 waktu.

Masalah keperawatan

 Distress spiritual

g. Status mental
1. Penampilan
Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik, rapi dan pakaian yang dikenakan
klien juga sesuai.

Masalah keperawatan

 Sindroma defisit perawatan diri ( makan,


mandi, berpakaian, toileting, intrumentasi )

2. Pembicaraan
Saat diajak berkomunikasi klien bicara lemah, lembut dan mudah dimengerti.

Masalah keperawatan

 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal

3. Aktvitas Motorik
Ketika di ajak komunikasi pasien tampak lesu,gelisah,tegang,tidak besemangat
Masalah keperawatan

 Resiko tinggi cedera


 Intoleransi aktivitas
 Defisit aktivitas deversional
 Kerusakan fisik mobilitas
22
4. Alam Perasaan
Klien merasa sedih karena sejak 3 bulan lalu jarang bertemu dengan
keluarganya.
Masalah keperawatan

 Resiko tinggi cedera


 Ansietas
 Ketakutan
 Keputus asaan
 Ketidak berdayaan
 Resiko tinggi membahayakan diri
 Resiko tinggi penganiayaan diri
 Resiko tinggi mutilasi diri

5. Afek
Ekspresi wajah klien datar, ketika di ajak bercanda klien tidak menunjukan
perubahan ekspresi wajah.

Masalah keperawatan

 Resiko tinggi cedera


 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan interaksi sosial

6. Interaksi Selama Wawancara


Klien kooperatif ketika diajak ngobrol, tapi kontak mata klien kurang, serta
sering menundukan kepala, dan gerakan yang gelisah
Masalah keperawatan

 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi sosial
 Isolasi sosial
 Resiko tinggi membahayakan diri
 Resiko tinggi penganiayaan diri
 Resiko tinggi mutilasi diri
 Resiko tinggi kekerasan

7. Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar. Klien mendengar suara-suara yang muncul
saat klien sendirian melamun. suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai
3 kali sehari, klien mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam
hari. Lama suara-suara itu kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar suara-

23
suara itu klien merasa takut, cemas dan sangat mengganggu. Klien biasanya
hanya berdo’a dan minta perlindungan dari Allah SWT agar suara itu bisa
hilang.

Masalah keperawatan

 Perubahan sensori perseptual ( pendengaran, penglihatan,


perabaan, pengecapan, penghidu )

8. Proses Fikir
Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa yang ditanyakan lawan bicara
secara berurutan sesuai dengan topik tapi lambat, Klien menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan pembicaraan yang lemcut dan pelan.
9. Isi Pikir
Klien waham somatik, merasa dirinya sakit padahal dari pemeriksaan tidak di
dapatkan kelainan yang menganggu

Masalah keperawatan

 Perubahan proses pikir

10. Tingkat Kesadaran


Tingkat kesadaran klien masih cukup baik. Klien dapat mengetahui apakah ini
pagi, siang, sore atau malam. Klien juga mengetahui kalau saat ini sedang di
Rumah sakit. Klien masih ingat siapa saja yang semalam tidur seruang dengan
dia. Klien bisa mengenali perawat.

Masalah keperawatan

 Resiko tinggi cedera


 Perubahan proses pikir

11. Memori
a) Jangka Panjang : Kurang baik. Klien lupa umur dan tanggal lahirnya
b) Jangka Pendek : Baik, klien dapat menyebutkan makanan yang tadi di
makan nya pada siang hari.
c) Saat Ini : Baik, klien dapat mengingat nama perawat dan klien juga ingat
menu makanan apa saja yang sudah dimakan tadi.
Masalah keperawatan

 Perubahan proses pikir


24
12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, ketika diberikan pertanyaan tidak
meminta mengulang pertanyaan yang diberikan, klien mampu melakukan
penghitungan sederhana misalnya 20+25+25 berapa ? klien menjawab 70.

Masalah keperawatan

 Perubahan proses pikir


 Isolasi sosial

13. Kemampuan Penilaian


Klien mampu mengambil keputusan sederhana misalnya “Apabila ibu diminta
milih maka ibu milih makan dulu atau mandi dulu ?” klien menjawab “Saya
memilih makan dulu baru mandi, karena setelah makan harus cuci piring nanti
bisa kotor kalau pilih mandi dulu”.

Masalah keperawatan

 Perubahan proses pikir

14. Daya Tilik Diri


Klien menyadari bahwa Dirinya saat ini mengalami gangguan jiwa dan pernah
dirawat di RSJ Provinsi Kalimantan Barat.

Masalah keperawatan

 Ketidak efektifan pelaksanaan regiment terapeutik


 Ketidak patuhan
 Perubahan proses pikir

h. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien makan 2 kali sehari (siang, sore) habis seporsi dengan menu yang
berbeda yang disediakan di rumah sakit, klien makan sendiri tanpa bantuan.
2. Minum
Klien minum 6 gelas perhari, selama klien dirawat di rumah sakit. Klien
minum sesuai yang disediakan.
3. BAB / BAK
Klien BAB 2 kali sehari dan BAK 4-6 kali sehari. Klien melakukan sendiri
tanpa bantuan.

25
4. Mandi
Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore dengan memakai sabun,
menggosok gigi setiap mandi dan dua hari sekali keramas.
5. Berpakaian
Klien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan, klien berpakaian cukup
rapi.

Masalah keperawatan

 Perubahan pemeliharaan kesehatan


 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Perubahan eliminasi feces
 Perubahan pola eliminasi urine
 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
 Sindroma defisit perawatan diri

6. Istirahat / Tidur
Klien dapat istirahat cukup dan tidur selama kurang lebih 8 jam tiap harinya,
pada siang hari Tn R tidur kurang lebih 1 jam dan tidur malam dari jam 21.00
wib sampai 04.00 wib karena waktu sholat subuh.

Masalah keperawatan

 Gangguan pola tidur

7. Penggunaan Obat
Klien minum obat sesuai dosis dan anjuran yang telah di berikan oleh perawat
ruangan secara rutin dan teratur.
i. Mekanisme koping
Jika klien mendapatkan masalah klien lebih memilih untuk memendamnya sendiri
(menyendiri) karena malu menceritakan masalahnya kepada orang lain.
j. . Masalah Psikologis dan Lingkungan
Klien mengatakan “Saya lebih suka menyendiri dikamar dari pada berkumpul
dengan teman-teman saya yang ada diruangan”
k. Terapi obat
Nama obat Dosis Indikasi Efek samping
RISP 2 mg Menangani  Pusing
(Risperidone) skizofrenia  Ngantuk

26
dan  Mual
gangguan  Pandangan
psikosi lain kabur
 Dll
THP 2 mg Mengobati  konstipasi
(Trihexyphenidyl) parkinson  pusing
 sulit buang air
kecil
 mulut kering
 pandangan
kabur
 mual

HLP 2 mg Meredakan  jantung


(Haloperidol) gejala berdebar
slizofrenia  sulit tidur
dan masalah  konstipasi
prilaku atau  sakit kepala
emosional,  hidung
serta masalah tersumbat
kejiwaan  perubahan
lainnya kemampuan
seksual
 gemetar
 dll
CPZ 100 mg Menangani  Pusing atau sakit
kepala.
(Chlorpromazine) skizofrenia
 Mengantuk.
dan  Pandangan kabur.
gangguan  Mulut kering.
 Mual.
lain yang  Gemetaran.
sejenis,  Gelisah.
kecemasan

27
dan
kegelisahan
yang parah
untuk jaka
panjang,
prilaku

B. Analisa data

NO. DATA MASALAH


1 DS :
- klien mengatakan bahwa ia Harga diri rendah
lebih suka menyendiri
dikamar dari pada berkumpul
dengan teman-teman saya
yang ada diruangan
- pasien merasa tidak mampu
mengerjakan sesuatu
DO:
- klien terlihat malu
untukberkumpul bersama
temannya.
- Klien kurang percaya diri
ketika disuruh berinteraksi
dengan temannya
- Klien suka duduk dipojok
atau menjauh dari yang
lainnya
- Klien muudah tersinggung
atau marah yang berlebihan
jika disuruh bergabung
dengan teman – temannya

28
C. diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Masalah Di Temukan Masalah Teratasi


1 Harga diri rendah di tandai dengan : 1-3-2017
DS :
- klien mengatakan bahwa ia
lebih suka menyendiri dikamar
dari pada berkumpul dengan
teman-teman saya yang ada
diruangan
- Pasien mengatakan dirinya
sering dimarahi oleh ibu dan
abangnya karena pasien
melakukan kesalahan ketika
melakukan aktivitas di dalam
rumah seperti memecahkan
piring.
- Klien mengatakan ia tidak
mampu melakukan apapun
DO:

- klien terlihat malu untuk


berkumpul bersama temannya.
- Klien kurang percaya diri
ketika disuruh berinteraksi
dengan temannya
- Klien suka duduk dipojok atau
menjauh dari yang lainnya
- Klien muudah tersinggung
atau marah yang berlebihan
jika disuruh bergabung dengan
teman – temannya
- Klien memiliki riwayat sakit

29
asma sejak berumur 20 tahun
yang menyebabkan pasien
tidak bisa beraktivitas lebih
 T lama sehingga pasien trauma
r jika melakukan aktivitas.
a
u

D. Rencana keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1 Harga diri SP 1: Setelah 1x Identifikasi Memudakan
rendah Klien dapat intervensi, klien kemampuan dan dalam
mengidentifikasi dapat aspek positif merencanakan
kemampuan dan mengidentifikasi yang tindakan
aspek positif kemampuan dan dimilikinya keperawatan
yang dimiliki aspek positif selanjutnya
pasien yang
dimilikinya
SP 1: Setelah 1x Dorong dalam Memudahkan
Klien dapat intervensi, klien menilai klien dalam
menilai dapat menilai kemampuan menilai
kemampuan kemampuan yang masih kemampuan
yang masih yang masih dapat dirinya
dapat dapat digunakannya
digunakannya digunakannya
SP 1 : Setelah 1x Mampu memilih Memberikan
Klien dapat intervensi, klien kegiatan yang sesuatu yang
memilih dapat memilih akan dilatih positif pada
kegiatan yang kegiatan yang sesuai dengan pasien
akan dilatih akan dilatih kemampuannya

30
sesuai dengan sesuai dengan
kemampuannya kemampuannya
SP 1 : Setelah 1x Dorong klien Meningkatkan
Klien mampu intervensi, klien mempraktekkan/ harga diri
mempraktekkan/ mampu melakukan pasien
melakukan mempraktekkan/ kemampuan
kemampuan melakukan yang dipilihnya
yang dipilihnya kemampuan
yang dipilihnya
SP 1 : Setelah 1x Anjurkan klien Membiasakan
Klien dapat intervensi, klien memasukkan klien dalam
memasukkan dapat aktivitas melakukan
aktivitas memasukkan tersebut dalam kegiatan
tersebut dalam aktivitas jadwal kegiatan tersebut
jadwal kegiatan tersebut dalam sehari
sehari jadwal kegiatan
sehari
SP 2 : Setelah 1x Evaluasi jadwal Untuk
Mengevaluasi intervensi, klien kegiatan harian memudahkan
jadwal kegiatan dapat klien dalam
harian klien memasukkan rencana
aktivitas selanjutnya
tersebut dalam
jadwal kegiatan
hariannya
SP 2 : Setelah 1x Dorong klien Meningkatkan
Klien dapat intervensi, klien dalam rasa harga diri
melakukan dapat melakukan pada pasien
kegiatan kedua ( melakukan kegiatan harian
kegiatan kedua ( kedua (
SP 2 : Setelah 1x Anjurkan klien Membiasakan
Klien dapat intervensi, klien memasukkan klien dalam
memasukkan dapat aktivitas melakukan

31
aktivitas memasukkan tersebut dalam kegiatan
tersebut dalam aktivitas jadwal kegiatan tersebut
jadwal kegiatan tersebut dalam sehari
sehari jadwal kegiatan
sehari

E. Implementasi dan evaluasi keperawatan


n Tanggal/ No Diganosa Rencana Tindakan Evaluasi Pa
o jam diagnosa keperawata keperawa keperawatan/ raf
n tan respon
1 1-3- Gangguan SP1P: Melakukan S: pasien
2017 konsep diri Ganggua SP1P Gangguan mengatakan
: harga diri n konsep konsep diri : dapat
rendah diri: harga diri melakukan
harga diri rendah. semua
rendah  mengidentifika O:
Klien si kemampuan -pasien
dapat dan aspek tampak mau
mengiden positif yang menceritaka
tifikasi dimilikinya n semua
kemampu R/ Klien keluhan
an dan tampak dapat yang dia
aspek melakukan alami
positif semua kegiatan maupun
yang  mendorong hubungan
dimiliki dalam menilai nya dengan
pasien kemampuan keluarganya
yang masih -klien
dapat tampak
digunakannya sedih ketika
R/Klien ceritakan
tampak mampu semuanya

32
melakukan -ketika
semua kegiatan bercerita
 memilih afek klien
kegiatan yang datar
akan dilatih -klien
sesuai dengan tmpak cepat
kemampuan lelah
nya - klien
R/ klien tampak lesu
tampak dapat A: SP1P
melakukan teratasi
semua kegiatan P: lanjutkan
 mendorong ke sp 2P
klien
mempraktekka
n/ melakukan
kemampuan
yang dipilihnya
R/ klien
melakukan
dengan baik
 menganjurkan
klien
memasukkan
aktivitas
tersebut dalam
jadwal
kegiatan sehari
R/Klien
melakukan hal
tersebut
 mengevaluasi
jadwal

33
kegiatan harian
klien
R/ Klien
melakukan
kegiatan yang
ada sampai
selesai
2 2-3- SP2P: SP2P Gangguan S: klien
2017 Ganggua konsep diri : mengata
n konsep harga diri kan
diri: rendah. cepat
harga diri  mengvaluasi lelah
rendah jadwal jika
Klien kegiatan melakuk
dapat harian klien an
melatih R/ klien dapat seluruh
dan melakukan kegiatan
mengemb semua seperti
angkan kegiatan tapi biasa di
aspek cepat merasa rumah
positif lelah  Evaluasi
yang  Dorong klien jadwal
dimiliki dalam kegiatan
pasien melakukan harian
kegiatan klien
harian  Dorong
R/ Klien dapat klien
melakukan dalam
kegiatan nya melakuka
tapi cepat n kegiatan
lelah harian
 Anjurkan klien  Anjurkan
memasukkan klien

34
aktivitas memasuk
tersebut dalam kan
jadwal aktivitas
kegiatan sehar tersebut
R/ klien dalam
melakukan hal jadwal
tersebut kegiatan
sehari
3 3-3- SP2P: Melakukan S: pasien
2017 Ganggua SP2P Gangguan dapat
n konsep konsep diri : melakukan
diri: harga diri semua
harga diri rendah. kegiatan
rendah  Identifikasi tapi cepat
Klien kemampuan lelah
dapat dan aspek O:
melatih positif yang -pasien
dan dimilikinya tampak
mengemb R/ klien dapat dapat
angkan melakukan melakuka
aspek semua kegiatan semua
positif  Dorong dalam kegiatan
yang menilai tapi cepat
dimiliki kemampuan lelah
pasien yang masih - klien
dapat tampak
digunakannya menambahk
R/ Klien an kegiatan
merasa mampu harian nya
melakukan A: SP2P
semua kegiatan sebagian
yang ada di teratasi
ruangan P:

35
 Mampu  Identifikas
memilih i
kegiatan yang kemampua
akan dilatih n dan
sesuai dengan aspek
kemampuan positif
nya yang
R/ Klien dimiliki
melakukan nya
semua kegiatan  Dorong
dengan baik dalam
 Dorong klien menilai
mempraktekka kemampua
n/ melakukan n yang
kemampuan masih
yang dipilihnya dapat
R/ Klien digunakan
tampak dapat nya
melakukan  Mampu
seluruh memilih
kegiatan kegiatan
dengan yang akan
baiktapi cepat dilatih
lelah sesuai
 Anjurkan klien dengan
memasukkan kemampua
aktivitas n nya
tersebut dalam  Dorong
jadwal klien
kegiatan sehari memprakte
R/klien k kan/
melakukan hal melakukan
tersebut kemampua

36
 Evaluasi n yang
jadwal dipilihnya
kegiatan harian  Anjurkan
klien klien
R/ klien memasukk
melakukan an
seluruh aktivitas
kegiatan yang tersebut
ada di dalam
jadwalnya jadwal
kegiatan
sehari
Evaluasi
jadwal
kegiatan
harian klien
3 3-3-  Evaluasi S: pasien
2017 jadwal dapat
kegiatan melakukan
harian klien semua
R/ klien dapat kegiatan
melakukan tapi cepat
semua lelah
kegiatan O:
 Dorong klien -pasien
dalam tampak
melakukan dapat
kegiatan melakuka
harian semua
R/ Klien dapat kegiatan
melakukan - klien
kegiatan nya tampak
 Anjurkan klien menambahk

37
memasukkan an kegiatan
aktivitas harian nya
tersebut dalam A: SP2P
jadwal teratasi
kegiatan sehari P:
R/klien Intervensi
melakukan hal di hentikan
tersebut

38
39
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB II dengan asuhan

keperawatan Jiwa pada Tn.R dengan Harga Diri Rendah yang dilaksanakan selama 4 hari,

mulai dari tanggal 1 Maret 2017 sampai dengan 4 Maret 2017 di ruang Rajawali RSJP Buduk

singkawang. Pembahasan meliputi : berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan

keperawatan Jiwa pada pasien Tn. R dengan Harga Diri Rendah di ruang Rajawali RSJP

Buduk singkawang sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian

diagnosa keperawatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi pembahasan

dokumentasi keperawatan.

A. Pembahasan Pengkajian

Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara teori pengkajian
menurut (Ns.kusnadi jaya,s.kep ; 2015, hal 115-116) dengan data hasil pengkajian pada Tn. R
dengan Harga Diri Rendah. Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan pengkajian
kepada pasien, keluarga, melakukan Wawancara serta dari mempelajari satus pasien.
data yang dikaji sesuai dengan Data dasar pengkajian menurut (Ns.kusnadi jaya,s.kep ; 2015,
hal 115-116), pengkajian pada klien dengan harga diri rendah , yaitu meliputi identitas
pasien, riwayat kesehatan jiwa pasien dan keluarga, pola kebiasaan sehari-hari. Pada kasus
nyata ditemukan tanda dan gejala yaitu, klien mengatakan bahwa ia lebih suka menyendiri
dikamar dari pada berkumpul dengan teman-teman saya yang ada diruangan,klien terlihat
malu untuk berkumpul bersama temannya,Klien kurang percaya diri ketika disuruh
berinteraksi dengan temannya,Klien suka duduk dipojok atau menjauh dari yang lainnya, dan
Klien mudah tersinggung atau marah yang berlebihan jika disuruh bergabung dengan teman –
temannya
a. Data yang sesuai denga (Ns.kusnadi jaya,s.kep ; 2015, hal 115-116) tapi
tidak muncul pada pasien Tn.R adalah Menciderai diri Mengkritik diri sendiri
dan orang lain,Penurunan produktivitas,Destruktif yang diarahkan pada orang
lain,Rasa diri penting yang berlebihan,Mudah tersinggung atau marah yang
berlebihan,Menarik diri secara sosial dan dari realitas, danPenyalahgunaan zat

40
b. Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti

dikarenakan pasien dan keluarga cukup kooperatif.

B. Diagnosa keperawatan

a. Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis menggunakan buku
keperawatan jiwa (iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258 )sebagai dasar untuk perumusan
diagnosis keperawatannya, (iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258 ) diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien Tn. R dengan Harga Diri Rendah ada 5 dan penulis juga menemukan 1
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Tn.R yaitu 1 diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan buku keperawatan jiwa (iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258 )dengan kasus
adalah :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Perubahan persepsi sesori : halusinasi
e. Resti perilaku kekerasan
(iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258 )
b. Diagnosa yang terdapat dalam (iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258 ) namun tidak
ditemukan pada pasien Tn.R
1. Koping individu tidak efektif
2. Resti perilaku kekerasan
C. Intervensi/perencanaan

Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah. Dalam

penetuan prioritas, penulis menetukan berdasarkan buku keperawatan jiwa (iyus

yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258-259 ) Perencanaan pada diagnosa untuk tujuan disesuaikan

dengan teori yang ada, dan lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ruangan

dan sumberdaya dari tim kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga menetapkan

berdasarkan kondisi pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun

dan telah ditetapkan dapat tercapai.

Adapaun pembahasan perencanaan kepada pasien Tn.R dengan Harga Diri Rendah,

sesuai prioritas diagnosa keperawatan sebai berikut :

41
a. gangguan konsep diri: harga diri rendah

Diagnosa keperawatan jiwa ini menjadi prioritas utama, karena lebih tampak serta sesuai

dengan buku keperawatan jiwa (iyus yosef,S.Kp.,M.Si.2007 : 258-259 ), pada saat pengkajian

tanggal 1 Maret 2017 pasien mengatakan jika aktivitas mudah lelah. Diharapkan setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3 interaksi, gangguan harga diri rendah dapat teratasi.

Dari diagnosa keperawatan jiwa tesebut, maka rencana tindakan pada pasien Tn.R Harga Diri

Rendah adalah :

1. gangguan konsep diri: harga diri rendah, tujuan utamanya adalah Klien dapat
berhubungan dengan orang lain secara optimal, dengan kreteria hasil: dapat menilai hal
yang mampu dilakukan dan melatih serta mengembangkan hal yang mampu di lakukan
D. Implementasi/pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan susunan perencanaan ,

dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam

melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis melibatkan pasien dan tim kesehatan lain

sehingga dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien . dalam

pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan

dokter dan tim kesehatan lainya. Dalam hal ini penulis tidak mengalami faktor penghambat,.

Faktor pendukung pasien dan tim kesehatan lain mudah untuk dilakukan kerjasama. Dalam

hal hubungan baik antara pasien dan tim kesehatan lain memper mudah untuk penyembuhan

pasien. Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang telah tersusun

adalah sebagi berikut :

1. Harga Diri Rendah

a. Independen :

o Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya


o Dorong dalam menilai kemampuan yang masih dapat digunakannya
o Mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan nya
o Dorong klien mempraktekkan/ melakukan kemampuan yang dipilihnya

42
o Anjurkan klien memasukkan aktivitas tersebut dalam jadwal kegiatan sehari
o Evaluasi jadwal kegiatan harian klien

b. Dependen :

Memberikan terapi obat sesuai dengan petunjuk dokter,. Dari rencana tindakan diatas semua

bisa dilaksanakan.

E. Evaluasi

Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam memenuhi

kebutuhan klien. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan

waktu yang telah ditentukan pada tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya. (Nursalam, 2008).

Adapun evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai

berikut :

1. Diagnosa keperawatan yang tujuannya tercapai

a. Harga diri rendah. Evaluasi terakhir dilakukan pada hari Rabu tanggal 7 Maret 2017 pukul

13:00 WIB, tujuan tercapai.

F. Dokumentasi

Penulis melaksanakan asuhan keperawatan dengan meggunakan pendekatan proses

keperawatan pada pasien Tn.R. dalam studi kasus ini penulis telah mendokumentasikan

secara lengkap mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi

lembar catatan perkembangan yang ada pada status pasien dan dengan dan pada format yang

telah disediakan dari akademik menggunakan model SOAP pada setiap pergantian shift yang

berfungsi untuk komunikasi dengan perawat lainnya. Pendokumentasian dilaksanakan selama

proses keperawatan pada pasien yaitu 3 x interaksi pada shift pagi.

43
BAB V
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai diagnosa utama harga diri rendah. Serta setelah
dilakukan pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Tn.R diruang Rajawali RSJ
Provinsi kalbar, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan harga diri rendah,
membina hubungan saling percaya dapat menciptakan suasana terapeutik dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Disamping peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, disini kehadiran
keluarga sangat dibutuhkan dalam memberikan data yang diperlukan dan membina
kerjasama dalam memberikan perawatan pada klien. Sehingga penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.
B. Saran
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawata pada klien dengan diagnosa Harga diri
rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif maka ada beberapa saran yang
diharapka berguna dan dapat dijadikanmasukan kearah yang lebih baik.
1. Bagi perawat/ Rumah Sakit
Dalam proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat keperawatan
sehingga pada saat menerapkan tindakan keperawatan secara profesional dan
Hendaknya meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga asuhan
keperawatan dapat tercapai.
2. Bagi keluarga
yang para anggotanya pernah mengalami gangguan kejiwaan khususnya harga diri
rendah disarankan untuk selalu memberikan pengawasan dan control secara rutin
setelah dilakukan perawatan dirumah sakit.
3. Bagi instansi pendidikan
semoga karya tulis ilmiah ini dapat memudahkan untuk mengembangkan asuhan
keperawatan jiwa.

44
DARTAR PUSTAKA

 Azizah, M.L. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
 Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Laporan Pendahuluan Dan Strategi
 Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.
Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran.
Jakarta:EGC.
 Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

45

Anda mungkin juga menyukai