Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PENGUKURAN DEBIT UNTUK ANALISIS EFISIENSI SALURAN


IRIGASI

Oleh:
Ade Setiawan
NIM A1C016037

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................3

III. METODOLOGI................................................................................................7

A. Alat dan Bahan ............................................................................................. 7

B. Prosedur Kerja .............................................................................................. 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................8

A. Hasil ............................................................................................................. 8

B. Pembahasan ................................................................................................ 10

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

B. Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sektor pertanian, hampir seluruh kegiatan dan aktivitas pertanian

membutuhkan air seperti pengairan atau irigasi. Ketersediaan air bagi pertanian

merupakan syarat pertumbuhan tanaman. Air diperlukan oleh tumbuhan dalam

proses transpirasi, dalam proses fotosintesis untuk pembentukan karbohidrat, serta

untuk mengangkut hasil fotosistensis ke jaringan tumbuhan. Air juga dapat

menjadi salah satu faktor pembatas karena jumlahnya yang sangat terbatas.

Ketersediaan air yang terbatas dapat diakibatkan oleh faktor dari dalam dan luar.

Ketersediaan air akibat faktor dari dalam seperti adanya proses transpirasi,

penguapan. Sedangkan dari faktor luar seperti adanya perubahan iklim ,evaporasi,

dan kenaikan suhu. Kebutuhan air haruslah tercukupi untuk tanaman, karena

apabila tanaman mengalami kekurangan air maka akan terjadi penghambatan pada

proses pertumbuhan dan perkembangan akibatnya akan berpengaruh pada

produktivitas tanaman tersebut dan dapat menurunkan nilai ekonomi dari segi

kualitas dan kuantitas.

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,

irigasi pompa, dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam

tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi

apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media

(objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya

1
yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat

kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber

kehidupan.

Efisiensi saluran irigasi penting untuk dipelajari agar dapat menjadikan

saluran irigasi menjadi lebih efisien. Praktikum ini memberikan tambahan

pengetahuan tentang berbagai macam saluran irigasi. Berbagai saluran irigasi

yang dikunjungi akan membuat mahasiswa mengetahui bentuk saluran irigasi

secara langsung.

B. Tujuan

1. Mengukur besar debit pada suatu aliran.

2. Mengukur kecepatan aliran menggunakan metode pelampung.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan unsur terpenting dalam pengelolaan dan pemeliharaan

pertanian. Semakin meningkatnya kebutuhan air dalam rangka intensifikasi dan

perluasan areal persawahan (ekstensifikasi), serta terbatasnya persediaan air untuk

irigasi dan keperluan-keperluan lainnya, terutama pada musim kemarau, maka

penyaluran dan pemakaian air irigasi harus dilakukan secara lebih efektif dan

efisien. Air yang mengalir dari saluran primer ke saluran sekunder dan tersier

menuju ke sawah sering terjadi kehilangan air sehingga dalam perencanaan selalu

dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil akan

hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan air yang terjadi erat

hubungannya dengan efisiensi. Besaran efisiensi dan kehilangan air berbanding

terbalik. Bila angka kehilangan air naik maka efisiensi akan turun dan begitu pula

sebaliknya. Efisiensi irigasi menunjukkan angka daya guna pemakaian air yaitu

merupakan perbandingan antara jumlah air yang digunakan dengan jumlah air

yang diberikan. Sedangkan kehilangan air adalah selisih antara jumlah air yang

diberikan dengan jumlah air yang digunakan. (Wusunahardja, 1991).

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian. Dalam pengelolaan irigasi diperlukan jaringan irigasi yang terdiri dari

jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama merupakan jaringan irigasi

yang berada dalam satu sistem irigasi mulai dari bangunan utama, saluran

induk/primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkap

lainnya. Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama

3
ke saluran sekunder dan ke petak – petak tersier yang diairi. Saluran sekunder

adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke saluran tersier dan petak

– petak tersier yang diairi. Sedangkan jaringan tersier merupakan jaringan irigasi

yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri

dari saluran pembawa disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut

saluran kuarter dan saluran pembuang. (Kodoatie dan Syarief, 2005).

Berikut ini adalah cara-cara dalam pengukuran debit:

1. Pengukuran dengan Current meter

Berdasarkan asalnya, saluran terbuka dapat digolongkan menjadi saluran

alami dan saluran buatan. Saluran terbuka dapat berbentuk saluran, talang,

terjunan, dan sebagainya. Bentuk penampang saluran yang biasa dipakai untuk

saluran tanah yang tidak dilapis adalah bentuk trapesium. Bentuk persegi panjang

biasa dipakai untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang mantap seperti

pasangan batu padas, logam, dan kayu. Penampang segitiga dipakai untuk saluran

yang kecil, selokan, dan penelitian di laboratorium. Sedangkan penampang

lingkaran dipakai untuk saluran pembuang air kotor dan gorong-gorong yang

berukuran sedang maupun kecil (Hardiyatmo, 2002).

Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang

terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun

langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan

memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap

propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang

sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapi pada

4
masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa :

mangkok, bilah, dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan

besar kecilnya aliran yang diukur (Sutomo, 2013).

Penggunaan current meter mengenai distribusi kecepatan ini amat penting.

Hal ini berkaitan dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap

mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United

Stated Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai

karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut: a) Kurva distribusi kecepatan

pada penampang melintang berbentuk parabolik. b) Lokasi kecepatan maksimum

berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari permukaan aliran. c)

Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan air. d) Kecepatan

rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan. e) Untuk memperoleh ketelitian yang

lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertikal dengan

menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-

ratanya (Hiroshiku, 2006).

2. Pengukuran dengan Pelampung

Pelampung merupakan salah satu alat untuk mengukur debit air yang

memiliki tingkat ketelitian yang relatif kecil. Metode ini dapat dengan mudah

dilakukan walaupun keadaan permukaan air tinggi, dan selain itu karena dalam

pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayu yang

terhanyutkan, maka cara inilah yang sering digunakan. Tempat yang sebaiknya

dipilih untuk pengukuran kecepatan aliran yaitu bagian sungai atau saluran yang

lurus dengan dimensi seragam, sehingga lebar permukaan air dapat dibagi dalam

5
beberapa bagian dengan jarak lebar antara 0,25 m sampai 3 m atau lebih

tergantung dari lebar permukaan (Nanako, 2004).

Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung

permukaan dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti

dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan

pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam

dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak

ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu

yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik)

paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran (Ariyanto, 2008).

Menghitung debit pada aliran saluran terbuka dapat dihitung dengan

Persamaan Kontinuitas : Q = V x A. Dimana : Q = debit ( m3/det), V = kecepatan

aliran (m/det), A = luas penampang saluran (m2). Pelampung digunakan sebagai

alat pengukur kecepatan aliran, apabila yang diperlukan adalah besaran kecepatan

aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif kecil. Walaupun demikian, cara ini

masih dapat digunakan dalam prakteknya (Cahyadi, 2005).

Efisiensi penyaluran (Conveyance efficiency) adalah efisiensi di saluran

utama yakni primer dan sekunder dari bendung sampai ke sadap tersier, dan dapat

𝑊𝑓
dihitung dengan rumus: EC= 𝑊𝑟 x 100 %

Dimana :

Ec = Efisiensi penyaluran

Wf = jumlah air yang di salurkan

Wr = jumlah air yang diambil dari sungai

6
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis

2. Kertas

3. Modul praktikum

4. Botol air mineral

5. Meteran

6. Stopwatch

B. Prosedur Kerja

1. Menentukan panjang lintasan yang akan dilalui pelampung.

2. Mengukur lebar dan ketinggian dari saluran air yang akan dilewati

pelampung.

3. Pelampung dilepaskan dari salah satu lintasan ke ujung lintasan yang telah

ditentukan dan hitung kecepatan pelampung. Dilakukan tiga kali percobaan

dan hasilnya dirata-ratakan.

4. Menghitung debit aliran.

Q=AxV

Dimana :

Q = laju arus/debit yang melalui penampang saluran (m3/s)

A = luas penampang saluran (m2)

V = kecepatan rata-rata (m/s)

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data hasil pengukuran kelompok 2

a. Titik 1

Luas atas = 4,7 m

Luas bawah = 4,25 m

t air = 20 cm = 0,2 m

b. Titik 2

Luas atas = 4,4 m

Luas bawah = 4,1 m

t air = 25 cm = 0,25 m

c. Waktu

t1 = 4,69 s

t2 = 4,74 s

t3 = 4,40 s

d. Jarak titik 1 ke titik 2

s=3m

2. Perhitungan

a. Luas penampang

4,7+4,25
A1 = x 0,2
2

= 0,895 m2

8
4,4+4,1
A2 = x 0,25
2

= 1,0625 m2
𝐴1+𝐴2
Arata-rata = 2

0,895+1,0625
= 2

= 0,97 m2

b. Volume

V = Arata-rata x s

= 0,97 x 3

= 2,91 m3

c. Debit
𝑉
Q1 = 𝑡1

2,91
= 4,69

= 0,62 m3/s
𝑉
Q2 = 𝑡2

2,91
= 4,74

= 0,61 m3/s
𝑉
Q3 = 𝑡3

2,91
= 4,40

= 0,66 m3/s
𝑄1+𝑄2+𝑄3
Qrata-rata = 3

0,62+0,61+0,66
= = 0,63 m3/s
3

9
d. Efisiensi saluran irigasi (Eff)

𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 4
EFF1 = 𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 2 x 100%

0,67
= x 100%
0,63

= 106%

𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 6
EFF2 = 𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 4 x 100%

0,96
= x 100%
0,67

= 143%

𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 8
EFF3 = x 100%
𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 6

0,43
= x 100%
0,96

= 45%

𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 10
EFF4 = x 100%
𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙 8

0,66
= x 100%
0,43

= 153%

B. Pembahasan

10
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati

suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI

besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/s).

Besarnya debit pada suatu aliran dapat diukur dengan persamaan:

Q=AxV

Dimana :

Q = laju arus/debit yang melalui penampang saluran (m3/s)

A = luas penampang saluran (m2)

V = kecepatan rata-rata (m/s)

2. Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat

dilakukan dengan cara menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di

permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang

diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke

titik pengamatan lain yang telah ditentukan. Besarnya kecepatan aliran sungai

(Vper dalam m/s) adalah :


𝐿
Vper = 𝑖

Dimana :

L = jarak antara dua titik pengamatan (m)

i = waktu perjalanan benda apung (s)

11
B. Saran

Pada praktikum acara IV yaitu tentang Pengukuran Debit untuk Analisis

Efisiensi Saluran Irigasi sudah berjalan lancar akan tetapi masih terdapat beberapa

kendala. Kendala tersebut diantaranya yaitu medan ke lokasi praktikum cukup

sulit, suasana pada saat praktikum kurang kondusif serta penggunaan waktu yang

kurang efisien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, D.P. 2008. Pengukuran Efisiensi Saluran Irigasi dengan Metode


Pelampung. Jurnal Ilmu Pertanian. 4(2): 31-42.
Cahyadi, A. 2005. Efisiensi Saluran Irigasi. (On-Line),
http://efisiensisaluranirigasi.wordpress.com diakses 14 April 2019.
Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah (3rd ed). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hiroshiku, A. 2006. The Eficiency of Irrigation in Paddy Field Using Current
Meter. Journal of Agriculture. 5(1): 32-48.
Kodoatie, J.R. dan R. Syarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta: Andi Offset.
Nanako, S. 2004. Water Irrigation Eficiency in The Paddy Field. Journal of
Agriculture. 2(1):12-30.
Sutomo J. 2013. Alat Pengukur Debit Air. (On-Line),
http://alatpengukurdebitair.unitomo.ac.id diakses 14 April 2019.
Wusunahardja, P. J. 1991. Efisiensi dan kehilangan Air Irigasi. Jurnal Informasi
Teknik.

13

Anda mungkin juga menyukai