Gerontik 1 HT
Gerontik 1 HT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan
yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan
lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic nursing(=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan
Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat
geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari
satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah
psikologik maupun sosial.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang berhubungan
dengan status masalah kesehatannya guna meningkatkan kesehatan pada
lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia.
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
pengaruh lingkungan.Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA
polymerase yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA,
serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami
degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang
penting dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi kekebalan seluler dan
humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus”
sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi.Adanya faktor
pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta
jaringan tubuh lainnya.
2. Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis
putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan
Martono (2009) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara
kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies
Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses
menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
3. Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 2009). Menurut
4
teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan
berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan
sel dan fungsi sel secara perlahan, misalnya :
a. Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
b. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5. Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein, radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari
komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas
dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida
Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.
Menurut Oen (2003) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (2009)
menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal
bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.
6. Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
5
7. Teori Sosial
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
8. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontrol sosial
c. Berkurangnya komitmen
9. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.Pokok-pokok
dari teori kesinambungan adalah :
a. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
10. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Mauss (2004), Homans (2011) dan Blau (2012) mengemukakan bahwa
interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa,
sedangkan pakar lain Simmons (2005) mengemukakan bahwa
kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
6
untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar
menukar.Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan
mengeluarkan biaya.
d. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
11. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry (2001) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga
mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas
maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a. Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun.
Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang
misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah
untukbelajar dan menikah.
b. Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia
dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum
muda memperoleh kerja yang lebih luas.
Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
a. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b. Proses tak dapat dihindari
c. Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
7
12. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
8
mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase
kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theoryadalah :
a. Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
b. Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c. Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir
dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat
pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
14. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,
1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika
kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering
digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak
paling bawah/di dasar.
b. Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke
arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam
diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada
9
setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.
15. Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini
adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang
melewati klima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan
kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu
membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan
diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa
cara.Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang
secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian
tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum
terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran
kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai
hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-
tujuan hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap
kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih
konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri
mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun)
sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai
tujuan hidup.
10
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meninggi.
e. Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir
dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
11
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :
progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis
menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu
b. Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.
12
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
13
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak potensia
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
b.Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d.Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
14
f. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan
bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara
tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti
werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental.
15
KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 2008 ) Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya
antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik ( Smith Tom, 2011 ).
2. ETIOLOGI
a. Faktor keturunan
16
b. Ciri perseorangan
c. Kebiasaan hidup
3. MANIFESTASI KLINIK
17
4. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Diet
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
c. Penatalaksanaan Farmakologis
18
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama : Ny. S
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Sambiroto, Purwomartani RW XX, RT XX
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Lama Bekerja : ± 40 tahun
20
III. Genogram
\
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Tinggal Serumah
21
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien Mengatakan “almarhum Ibu dulu memiliki riwayat darah tinggi,
almarhum meninggal di umur 95 tahun, almarhum bapak meninggal
karena sudah tua sedangkan suami saya meninggal karena penyakit
gula,”
V. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama saat ini : Klien mengatakan “sering dan rasa berat
pada tengkuk/leher”
2. Apa yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan “hal yang paling
dipikirkan saat ini adalah masalah ekonomi”
3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini : Klien mengatakan “yang
paling dipikirkan saat ini adalah anak dan cucu”.
4. Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan “Penyakit dulu yang
pernah dialami adalah batuk pilek dan dulu pernah di rawat inap
dirumah sakit beberapa hari karena selalu berkeringat dingin, pusing
dan merasa tidak enak badan. Kalau tensi (tekanan darah) memang
biasanya tinggi bahkan bisa sampai 200an ke atas tekanan darahnya,
tetapi hanya sekedar tahu begitu saja tentang tekanan darah, dan
kalau memang terasa sangat pusing dan berat di tengkuk saya
mengkonsumsi obat amlodipin”.
VI. Pengkajian
1. Kebutuhan Nutrisi :
Dalam kebutuhan nutrisi klien, klien makan 3x sehari dan nafsu
makan klien cukup baik. Klien memiliki kebiasaan berdoa sebelum
makan. Klien sangat menyukai makanan yang asin karena menurut
klien kalau tidak asin makanannya tidak enak, klien juga senang
22
makan daging kalau memang saat tersedia daging dirumah atau ada
acara ditempat lain. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan dan tidak ada pantangan makan, klien hanya mengurangi
konsumsi kopi,. Sedangkan untuk minuman klien mengkonumsi teh
kadang 2x sehari kadang 3x sehari tidak menentu, minum kopi
kadang-kadang.
2. Pola Eliminasi
Klien BAK sehari ± 6x dengan BAK pada malam hari kadang 2-3x.
Klien tidak memiliki keluhan yang berhubungan dengan BAK. Klien
BAB 1x sehari tapi tidak menentu dengan konsistensi semi padat dan
warnanya kuning biasa dan tidak ada keluhan yang berhubungan
dengan BAB. Klien tidak pernah memakai Laxatif/ Pencahar.
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah/ berjalan √
Ambulasi/ ROM √
23
Klien mengatakan “selalu tidur siang biasanya jam dari jam 12.30
WIB sampai ± 14.00 WIB, kemudian tidur malam tidak menentu
kalau acara TV rame, saya malam tidurnya, tapi keseringan jam
21.00 WIB, tapi akhir-akhir ini dalam 1 bulan terakhir kurang bisa
tidur malam, subuh baru bisa tidur dan cukup mengganggu waktu
istirahat saya mungkin karena pikiran”
5. Pola perceptual
a. Penglihatan :
Pandangan klien sedikit kabur, namun bila dari jarak dekat
cukup jelas. Klien sudah menggunakan kacamata dengan lensa
plus 250 kiri dan kanan untuk membaca.
b. Pendengaran :
Klien mengatakan “tidak ada masalah pendengaran, masih bisa
mendengar saat orang berbicara”
c. Pengecap :
Cukup baik untuk menilai rasa masih bisa membedakan rasa
asin, manis, asam, pedas dan pahit.
d. Sensasi :
Kadang-kadang bisa merasa kebas dan kesemutan di jari-jari
tangan dan telapak tangan.
24
Klien mengatakan “ ingin melanjutkan sisa hidupnya dengan
baik dan kalau bisa sehat dan tidak ada sakit.
c. Peran Diri :
Klien mengatakan “dirumah ia masih menjadi kepala rumah
tangga yang harus menghidupi diri sendiri, anak dan cucu, serta
sekarang sudah menjadi nenek karena sudah punya cucu”.
d. Harga Diri :
Klien mengatakan “hidupnya masih berharga, ia masih bisa
bekerja di sawah dan mencari rumput untuk ternak sapi”.
25
d. Respirasi : 19x/menit
e. Temperatur : 36.3ºC
f. BB : 50 Kg (± 1 tahun yang lalu)
g. TB : ± 155 cm (± beberapa tahun yang lalu)
h. Bentuk kepala : Normal, rambut tampak beruban.
i. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan
vena jugularis
j. Thorax : bentuk normal, tidak tampak adanya retraksi otot dada,
tidak ada luka dibagian area dada
k. Abdomen : Tidak ada asites, tidak terdapat nyeri tekan, perkusi
tympani dengan bising usus 10x/menit.
l. Ekstremitas :
Tangan : teraba hangat, turgor kulit baik (< 3 detik), CRT <
3 detik, skala otot 4/4.
Kaki : teraba hangat, skala otot 4/4
m. Kulit : elastisitas kulit menurun, tampak kering, terasa kasar
pada telapak tangan, kulit berwarna cokelat kehitaman.
26
Gangguan pendengaran : Tidak ada, dan tidak
menggunakan alat bantu dengar.
c. Pengecapan
Gigi : sebagian gigi sudah tidak ada, dan gigi yang tersisa
tampak kotor (kehitaman)
Lidah : Tampak kotor
Sensasi rasa : masih mampu merasakan manis, asin, kadang
pedas bila makan pedas
d. Sensasi
Sensasi rasa nyeri : Mampu merasakan sensasi rasa nyeri
Suhu tubuh : Suhu tubuh teraba hangat
Turgor kulit : Tampak kering
e. Penciuman
Lubang hidung : Lubang hidung 2 (normal), penciuman
normal tidak ada masalah.
Septum : Normal
Sekret : Tidak tampak adanya secret pada area hidung
27
N : 76x/menit
Data Objektif :
klien tampak tidak
hanya tersenyum dan
tertawa saat ditanya
tentang penyakit
hipertensi/ darah
tinggi.
3. Data Subjektif : Ansietas Gangguan Pola
Tidur
Klien mengatakan “selalu
tidur siang biasanya jam
dari jam 12.30 WIB
sampai ± 14.00 WIB,
28
kemudian tidur malam
tidak menentu kalau acara
TV rame, saya malam
tidurnya, tapi keseringan
jam 21.00 WIB, tapi
akhir-akhir ini dalam 1
bulan terakhir kurang bisa
tidur malam, subuh baru
bisa tidur dan cukup
mengganggu waktu
istirahat saya mungkin
karena pikiran”
Data Objektif :
Tampak kantong mata
Klien tampak lesu
TD : 160/110 mmHg
X. Rumusan Diagnosa
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya
sumber informasi kesehatan ditandai dengan klien mengatakan
“Kalau tekanan darah memang biasanya tinggi bahkan bisa sampai
200an ke atas tekanan darahnya, tetapi hanya sekedar tahu begitu
saja tentang tekanan darah, dan kalau memang terasa sangat pusing
dan berat di tengkuk saya mengkonsumsi obat amlodipin”. klien
tampak tidak hanya tersenyum dan tertawa saat ditanya tentang
penyakit hipertensi/ darah tinggi.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan ansietas ditandai
dengan klien mengatakan “selalu tidur siang biasanya jam dari jam
29
12.30 WIB sampai ± 14.00 WIB, kemudian tidur malam tidak
menentu kalau acara TV rame, saya malam tidurnya, tapi
keseringan jam 21.00 WIB, tapi akhir-akhir ini dalam 1 bulan
terakhir kurang bisa tidur malam, subuh baru bisa tidur dan cukup
mengganggu waktu istirahat saya mungkin karena pikiran”, klien
tampak lesu, tampak kantong mata, TD: 160/110 mmHg
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan faktor
risiko : Klien mengatakan “sering pusing dan rasa berat pada
tengkuk/leher, klien tampak memegangi bagian tengkuk/lehernya
saat pengkajian, TD : 160/110 mmHg, N : 76x/menit
30
Klien mengatakan 2. Sarankan klien untuk
sudah mengetahui mengatur lingkungan
cara untuk dapat yang cukup ventilasi,
tidur pada malam bebas dari bau-bauan.
hari 3. Sarankan klien untuk
melakukan latihan
fisik yang ringan
seperti berkebun,
berjalan untuk
memperlancar
sirkulasi dan
melenturkan otot-otot.
4. Sarankan klien untuk
minum air hangat atau
susu hangat sebelum
tidur.
31
pada tengkuk saat rasa
sakit pada tengkuk
datang.
EVALUASI
DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI
1. Kurang 15.30 Memberikan punyuluhan S = klien mengatakan “
pengetahuan WIB kesehatan mengenai Saat ini lebih
berhubungan hipertensi : memahami tentang
dengan Kurang - Pengertian hipertensi penyakit nya serta
terpaparnya - Tanda dan gejala mengenai cara
sumber informasi hipertensi mengontrol hipertensi
kesehatan - Klasifikasi hipertensi dan gaya hidup yang
ditandai dengan - Cara mengontrol baik sebagai penderita
klien mengatakan hipertensi hipertensi”
“Kalau tekanan - Gaya hidup yang baik O =
darah memang bagi penderita Klien tampak dapat
biasanya tinggi hipertensi menjawab
bahkan bisa pertanyaan dari
sampai 200an ke perawat mengenai
atas tekanan cara mengontrol
darahnya, tetapi hipertensi dan gaya
hanya sekedar hidup yang baik
tahu begitu saja penderita hipertensi
tentang tekanan Klien dapat
darah, dan kalau menyebutkan
32
memang terasa makanan yang baik
sangat pusing dan dikonsumsi sebagai
berat di tengkuk penderita hipertensi
saya
mengkonsumsi A = Kurang pengetahuan
obat amlodipin”. berhubungan dengan
klien tampak kurang terpaparnya
tidak hanya sumber informasi
tersenyum dan kesehatan (masalah
tertawa saat teratasi)
ditanya tentang P = intervensi dihentikan
penyakit
hipertensi/ darah
tinggi.
33
waktu istirahat
saya mungkin
karena pikiran”,
klien tampak
lesu, tampak
kantong mata,
TD: 160/110
mmHg
34
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
meliputi , hipertensi berat apabila tekanan diastol lebih besar dari 130
mmHg, hipertensi sedang apabila diastol 105 mmHg sampai 129 mmHg.
hipertensi borderline bila tekanan darah yang normal dan tak terdapat
lebih dari 120 mmHg. Nilai normal WHO 120/80 mmHg sampai 140/90
mmHg.
susunan saraf pusat, nukturia karena adanya tekanan darah ginjal dan
35
filtrasi glomerulus, edema dependen, telinga berdengung, edema
gejala hipertensi sesuai dengan yang dirasakan Bpk.T seperti sakit kepala
penderita hipertensi.
36
dideritanya, serta menjelsakan akibat dari pola hidup yang tidak sehat
B. Tahap Perencanaan
klien. Pada tahap ini, diharapkan agar seluruh anggota keluarga ikut
C. Tahap Pelaksanaan
pada dua faktor yakni : sifat masalah dan proses pencegahan masalah
37
Kemudian melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
dengan dibantu oleh sumber daya yang tersedia pada keluarga terutama
peran aktif dari seluruh anggota keluarga klien. Dari hasil observasi yang
makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi bagi penderita darah
D. Evaluasi
pada Ny. S dan keluarga mampu membuka wawasan berpikir yang luas
38
sanitrasi rumah serta kunjungan rumah. Sedangkan sasaran yang telah
dicapai adalah Ny. S dan keluarga telah memahami akan pentingnya arti
39
BAB V
A. Kesimpulan
masalah kesehatan yang menjadi prioritas utama yang dialami Ny. S yaitu
hipertensi dengan tanda dan gejala yang sering dialaminya seperti sering
merasa pusing, bila berdiri tiba-tiba dan bekerja yang terlalu berat, mata
40
B. Saran
1. Bagi Klien
darah/Hipertensi.
keluarga lain.
2. Bagi Pendidikan
41
DAFTAR PUSTAKA
42