Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu


pengetahuan, terutama karena ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur
harapan hidup (life expentany). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan
bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat.
Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia
lanjut ± 1000 orang perhari dan perkiraan pada tahun 2010 50% dari
penduduk berusia lebih dari 50 tahun. Baby Boom pada masa lalu diganti
dengan ledakan penduduk lanjut usia.
Di Indonesia menurut sensus pada tahun 2008, jumlah penduduk
adalah 147,3 juta orang. Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yang
berumur 50 tahun ke atas, dan ±6,3 juta orang (4,3%) orang yang berumur 60
tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 (12,06%) orang tergolong
jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai
Undang-undang, bahwa mereka harus dipelihara oleh Negara.
Pada tahun 2015 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh
penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70
tahun. Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah
baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda
dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu
menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi
lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen
populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

1
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan
yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan
lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic nursing(=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan
Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat
geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari
satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah
psikologik maupun sosial.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang berhubungan
dengan status masalah kesehatannya guna meningkatkan kesehatan pada
lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia.
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Lanjut Usia (Lansia)


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami
oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No
13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses penuaan dipandang sebagai sebuah
proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah
sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena
usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik,
sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam
kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap
orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman
traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan
seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya. Akhirnya
periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme
biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan
Perbaikan”.

B. Teori Proses Menua


1. Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (2003), penuaan merupakan proses yang
secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan
mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian.
Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan
lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
degeneratif.Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi
teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan
dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori
ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh

3
pengaruh lingkungan.Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA
polymerase yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA,
serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami
degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang
penting dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi kekebalan seluler dan
humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus”
sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi.Adanya faktor
pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta
jaringan tubuh lainnya.
2. Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis
putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan
Martono (2009) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara
kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies
Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses
menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
3. Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 2009). Menurut

4
teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan
berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan
sel dan fungsi sel secara perlahan, misalnya :
a. Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
b. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5. Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein, radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari
komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas
dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida
Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.
Menurut Oen (2003) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (2009)
menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal
bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.
6. Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

5
7. Teori Sosial
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social

8. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontrol sosial
c. Berkurangnya komitmen
9. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.Pokok-pokok
dari teori kesinambungan adalah :
a. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
10. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Mauss (2004), Homans (2011) dan Blau (2012) mengemukakan bahwa
interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa,
sedangkan pakar lain Simmons (2005) mengemukakan bahwa
kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci

6
untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar
menukar.Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan
mengeluarkan biaya.
d. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
11. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry (2001) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga
mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas
maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a. Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun.
Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang
misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah
untukbelajar dan menikah.
b. Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia
dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum
muda memperoleh kerja yang lebih luas.
Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
a. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b. Proses tak dapat dihindari
c. Hal ini diterima lansia dan masyarakat.

7
12. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

13. Teori Perkembangan (Development Theory)


Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami
oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu
dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.Sigmund Freud meneliti
tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita. Erikson
(1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan
integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair).
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia
yaitu ;
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c. Menemukan makna kehidupan
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g. Menerima dirinya sebagai calon lansia
h. Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (2003)
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna

8
mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase
kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theoryadalah :
a. Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
b. Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c. Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir
dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat
pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
14. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,
1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika
kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering
digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak
paling bawah/di dasar.
b. Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke
arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam
diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada

9
setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.
15. Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini
adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang
melewati klima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan
kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu
membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan
diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa
cara.Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang
secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian
tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum
terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran
kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai
hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-
tujuan hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap
kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih
konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri
mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun)
sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai
tujuan hidup.

C. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan Fisik
a. Perubahan fisik Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih
besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem

10
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meninggi.
e. Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir
dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak

11
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :
progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis
menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.

2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu
b. Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.

12
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:


a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai
berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial

13
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak potensia
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

5. Tipe Lanjut Usia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya
(Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).Tipe tersebut
dapat dibagi sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.

b.Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d.Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.

14
f. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan
bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara
tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti
werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental.

15
KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 2008 ) Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya
antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik ( Smith Tom, 2011 ).

2. ETIOLOGI

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,


sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut
adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki


kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

16
b. Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah


umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin
(laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi


adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr ), kegemukan
atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison,
epineprin).

3. MANIFESTASI KLINIK

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

17
4. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan Non Farmakologis

a. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB


dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
c. Penatalaksanaan Farmakologis

Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan


dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

 Mempunyai efektivitas yang tinggi.


 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi


sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

18
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama : Ny. S
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Sambiroto, Purwomartani RW XX, RT XX
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Lama Bekerja : ± 40 tahun

II. Struktur Keluarga


No. Nama Umur JK Hub dgn Pekerjaan Keterangan
Klien
1. Tn. S 66 Thn L Suami Swasta Sehat
2. Ny. N 38 Thn P Anak Swasta Sehat
3. Tn. P 31 Thn L Anak Swasta Sehat
4. Tn.P 23 Thn L Anak Swasta Sehat
5. An.V 11 Thn L Cucu Pelajar Sehat

20
III. Genogram
\

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Tinggal Serumah

21
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien Mengatakan “almarhum Ibu dulu memiliki riwayat darah tinggi,
almarhum meninggal di umur 95 tahun, almarhum bapak meninggal
karena sudah tua sedangkan suami saya meninggal karena penyakit
gula,”

V. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama saat ini : Klien mengatakan “sering dan rasa berat
pada tengkuk/leher”
2. Apa yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan “hal yang paling
dipikirkan saat ini adalah masalah ekonomi”
3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini : Klien mengatakan “yang
paling dipikirkan saat ini adalah anak dan cucu”.
4. Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan “Penyakit dulu yang
pernah dialami adalah batuk pilek dan dulu pernah di rawat inap
dirumah sakit beberapa hari karena selalu berkeringat dingin, pusing
dan merasa tidak enak badan. Kalau tensi (tekanan darah) memang
biasanya tinggi bahkan bisa sampai 200an ke atas tekanan darahnya,
tetapi hanya sekedar tahu begitu saja tentang tekanan darah, dan
kalau memang terasa sangat pusing dan berat di tengkuk saya
mengkonsumsi obat amlodipin”.

VI. Pengkajian
1. Kebutuhan Nutrisi :
Dalam kebutuhan nutrisi klien, klien makan 3x sehari dan nafsu
makan klien cukup baik. Klien memiliki kebiasaan berdoa sebelum
makan. Klien sangat menyukai makanan yang asin karena menurut
klien kalau tidak asin makanannya tidak enak, klien juga senang

22
makan daging kalau memang saat tersedia daging dirumah atau ada
acara ditempat lain. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan dan tidak ada pantangan makan, klien hanya mengurangi
konsumsi kopi,. Sedangkan untuk minuman klien mengkonumsi teh
kadang 2x sehari kadang 3x sehari tidak menentu, minum kopi
kadang-kadang.

2. Pola Eliminasi
Klien BAK sehari ± 6x dengan BAK pada malam hari kadang 2-3x.
Klien tidak memiliki keluhan yang berhubungan dengan BAK. Klien
BAB 1x sehari tapi tidak menentu dengan konsistensi semi padat dan
warnanya kuning biasa dan tidak ada keluhan yang berhubungan
dengan BAB. Klien tidak pernah memakai Laxatif/ Pencahar.

3. Pola Aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/ minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah/ berjalan √

Ambulasi/ ROM √

Keterangan : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu orang Lain,


3 = dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total
4. Pola tidur dan istirahat

23
Klien mengatakan “selalu tidur siang biasanya jam dari jam 12.30
WIB sampai ± 14.00 WIB, kemudian tidur malam tidak menentu
kalau acara TV rame, saya malam tidurnya, tapi keseringan jam
21.00 WIB, tapi akhir-akhir ini dalam 1 bulan terakhir kurang bisa
tidur malam, subuh baru bisa tidur dan cukup mengganggu waktu
istirahat saya mungkin karena pikiran”

5. Pola perceptual
a. Penglihatan :
Pandangan klien sedikit kabur, namun bila dari jarak dekat
cukup jelas. Klien sudah menggunakan kacamata dengan lensa
plus 250 kiri dan kanan untuk membaca.
b. Pendengaran :
Klien mengatakan “tidak ada masalah pendengaran, masih bisa
mendengar saat orang berbicara”
c. Pengecap :
Cukup baik untuk menilai rasa masih bisa membedakan rasa
asin, manis, asam, pedas dan pahit.
d. Sensasi :
Kadang-kadang bisa merasa kebas dan kesemutan di jari-jari
tangan dan telapak tangan.

6. Konsep Diri Klien


a. Gambaran Diri :
Klien mengatakan “dirinya sudah masuk sebagai orang yang
lanjut usia, karena sudah berumur, sudah muncul uban di
rambut dank lien menysukuri dengan apa yang sudah ia lewati
sampai hari ini”.
b. Ideal Diri :

24
Klien mengatakan “ ingin melanjutkan sisa hidupnya dengan
baik dan kalau bisa sehat dan tidak ada sakit.
c. Peran Diri :
Klien mengatakan “dirumah ia masih menjadi kepala rumah
tangga yang harus menghidupi diri sendiri, anak dan cucu, serta
sekarang sudah menjadi nenek karena sudah punya cucu”.
d. Harga Diri :
Klien mengatakan “hidupnya masih berharga, ia masih bisa
bekerja di sawah dan mencari rumput untuk ternak sapi”.

7. Pola Peran hubungan :


Klien mengatakan “hubungan dengan anak, menantu, dan cuuc dan
tetangga apik-apik wae (baik-baik saja)”

8. Pola management koping stress :


Klien mengatakan “ kalau sedang stress atau ada yang dipikirkan
atau sedang jenuh di rumah bisanya dibawa berkativitas keluar
rumah entah itu mencari rumput atau apa yang jelas bisa membuat
pikiran tenang”.

9. Sistem nilai dan keyakinan hidup :


Klien beragama islam, dan percaya hanya kepada ajaran Nabi
Muhammad SAW klien tidak pernah meninggalkan sholat lima
waktu.
VII. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran : Composmentis dengan GCS E = 4, V = 5,
M=6
b. Tekanan darah : 160/110 mmHg
c. Nadi : 76x/ menit

25
d. Respirasi : 19x/menit
e. Temperatur : 36.3ºC
f. BB : 50 Kg (± 1 tahun yang lalu)
g. TB : ± 155 cm (± beberapa tahun yang lalu)
h. Bentuk kepala : Normal, rambut tampak beruban.
i. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan
vena jugularis
j. Thorax : bentuk normal, tidak tampak adanya retraksi otot dada,
tidak ada luka dibagian area dada
k. Abdomen : Tidak ada asites, tidak terdapat nyeri tekan, perkusi
tympani dengan bising usus 10x/menit.
l. Ekstremitas :
 Tangan : teraba hangat, turgor kulit baik (< 3 detik), CRT <
3 detik, skala otot 4/4.
 Kaki : teraba hangat, skala otot 4/4
m. Kulit : elastisitas kulit menurun, tampak kering, terasa kasar
pada telapak tangan, kulit berwarna cokelat kehitaman.

2. Pemeriksaan Panca Indera


a. Penglihatan :
 Bola mata : Tidak ada tanda-tanda katarak
 Konjungtiva : Tidak tampak anemis, tanpak kantong mata
 Sklera : Normar tidak ikterik
 Reflek pupil : Positif terhadap rangsangan cahaya
 Visus : Tidak dilakukan
b. Pendengaran :
 Bentuk telinga : Normal sejajar dengan ujung mata
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Liang telinga : Tidak terkaji

26
 Gangguan pendengaran : Tidak ada, dan tidak
menggunakan alat bantu dengar.
c. Pengecapan
 Gigi : sebagian gigi sudah tidak ada, dan gigi yang tersisa
tampak kotor (kehitaman)
 Lidah : Tampak kotor
 Sensasi rasa : masih mampu merasakan manis, asin, kadang
pedas bila makan pedas

d. Sensasi
 Sensasi rasa nyeri : Mampu merasakan sensasi rasa nyeri
 Suhu tubuh : Suhu tubuh teraba hangat
 Turgor kulit : Tampak kering
e. Penciuman
 Lubang hidung : Lubang hidung 2 (normal), penciuman
normal tidak ada masalah.
 Septum : Normal
 Sekret : Tidak tampak adanya secret pada area hidung

VIII. Analisa Data


No. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Faktor Risiko : Risiko
 Klien mengatakan Ketidakefektifan
“sering pusing dan Perfusi Jaringan
rasa berat pada Serebral
tengkuk/leher.
 Klien tampak
memegangi bagian
tengkuk/lehernya saat
pengkajian.
 TD : 160/110 mmHg

27
 N : 76x/menit

2. Data Subjektif : Kurang Kurang


Klien mengatakan terpaparnya pengetahuan
 “Kalau tekanan darah sumber informasi
memang biasanya kesehatan
tinggi bahkan bisa
sampai 200an ke atas
tekanan darahnya,
tetapi hanya sekedar
tahu begitu saja
tentang tekanan
darah, dan kalau
memang terasa
sangat pusing dan
berat di tengkuk saya
mengkonsumsi obat
amlodipin”.
 ” sangat menyukai
makanan yang asin
karena menurut klien
kalau tidak asin
makanannya tidak
enak”
 ”tidak ada pantangan
makan, klien hanya
mengurangi
konsumsi kopi”

Data Objektif :
 klien tampak tidak
hanya tersenyum dan
tertawa saat ditanya
tentang penyakit
hipertensi/ darah
tinggi.
3. Data Subjektif : Ansietas Gangguan Pola
Tidur
Klien mengatakan “selalu
tidur siang biasanya jam
dari jam 12.30 WIB
sampai ± 14.00 WIB,

28
kemudian tidur malam
tidak menentu kalau acara
TV rame, saya malam
tidurnya, tapi keseringan
jam 21.00 WIB, tapi
akhir-akhir ini dalam 1
bulan terakhir kurang bisa
tidur malam, subuh baru
bisa tidur dan cukup
mengganggu waktu
istirahat saya mungkin
karena pikiran”

Data Objektif :
 Tampak kantong mata
 Klien tampak lesu
 TD : 160/110 mmHg

X. Rumusan Diagnosa
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya
sumber informasi kesehatan ditandai dengan klien mengatakan
“Kalau tekanan darah memang biasanya tinggi bahkan bisa sampai
200an ke atas tekanan darahnya, tetapi hanya sekedar tahu begitu
saja tentang tekanan darah, dan kalau memang terasa sangat pusing
dan berat di tengkuk saya mengkonsumsi obat amlodipin”. klien
tampak tidak hanya tersenyum dan tertawa saat ditanya tentang
penyakit hipertensi/ darah tinggi.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan ansietas ditandai
dengan klien mengatakan “selalu tidur siang biasanya jam dari jam

29
12.30 WIB sampai ± 14.00 WIB, kemudian tidur malam tidak
menentu kalau acara TV rame, saya malam tidurnya, tapi
keseringan jam 21.00 WIB, tapi akhir-akhir ini dalam 1 bulan
terakhir kurang bisa tidur malam, subuh baru bisa tidur dan cukup
mengganggu waktu istirahat saya mungkin karena pikiran”, klien
tampak lesu, tampak kantong mata, TD: 160/110 mmHg
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan faktor
risiko : Klien mengatakan “sering pusing dan rasa berat pada
tengkuk/leher, klien tampak memegangi bagian tengkuk/lehernya
saat pengkajian, TD : 160/110 mmHg, N : 76x/menit

XI. Rencana Keperawatan


Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1 x Berikan penyuluhan
berhubungan dengan pertemuan klien mampu kesehatan mengenai
Kurang terpaparnya mengetahui tentang hipertensi :
sumber informasi penyakitnya serta mampu  Pengertian hipertensi.
kesehatan mengontrol hipertensi  Penyebab hipetensi.
yang diderita. Dengan  Tanda dan gejala
Kriteria hasil : hipertensi.
1. Klien mampu  Komplikasi hipertensi.
memahami cara  Cara pencegahan
mengontrol penyakit hipertensi
hipertensi
2. Klien mampu
memahami gaya
hidup yang baik bagi
penderita hipertensi

2. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan 1x 1. Sarankan klien untuk


pertemuan gangguan pola menyediakan tempat
tidur klien teratasi atau waktu tidur yang
dengan kriteria hasil : nyaman

30
 Klien mengatakan 2. Sarankan klien untuk
sudah mengetahui mengatur lingkungan
cara untuk dapat yang cukup ventilasi,
tidur pada malam bebas dari bau-bauan.
hari 3. Sarankan klien untuk
melakukan latihan
fisik yang ringan
seperti berkebun,
berjalan untuk
memperlancar
sirkulasi dan
melenturkan otot-otot.
4. Sarankan klien untuk
minum air hangat atau
susu hangat sebelum
tidur.

3. Resiko Setelah diberikan asuhan 1. Ukur tanda-tanda vital


ketidakefektifan keperawatan selama 10- klien, khususnya
perfusi jaringan 15 menit diharapkan tekanan darah.
serebral resiko ketidakefektifan 2. Anjurkan klien saat
perfusi jaringan serebral tidur posisi kepala 30
tidak terjadi dengan derajat menggunakan
kriteria sebagai berikut : bantal yang lembut dan
 Tekanan darah tidak terlalu tinggi.
terkontrol (dalam 3. Anjurkan klien saat
batas normal) : bangun tidur untuk
120/80 mmHg. tidak langsung bangun,
 Klien tidak mengeluh tetapi duduk dulu,
pusing ataupun rasa setelah beberapa menit
berat pada tengkuk. baru bangun berdiri dari
 Tidak terjadi tempat tidur.
ortostatik hipertensi 4. Anjurkan klien untuk
teknik relaksasi saat
muncul rasa pusing dan
berat pada tengkuk
seperti istirahat duduk
dikursi dan melakukan
napas dalam.
5. Anjurkan klien untuk
kompres air hangat

31
pada tengkuk saat rasa
sakit pada tengkuk
datang.

XII. Implementasi dan Evaluasi

EVALUASI
DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI
1. Kurang 15.30 Memberikan punyuluhan S = klien mengatakan “
pengetahuan WIB kesehatan mengenai Saat ini lebih
berhubungan hipertensi : memahami tentang
dengan Kurang - Pengertian hipertensi penyakit nya serta
terpaparnya - Tanda dan gejala mengenai cara
sumber informasi hipertensi mengontrol hipertensi
kesehatan - Klasifikasi hipertensi dan gaya hidup yang
ditandai dengan - Cara mengontrol baik sebagai penderita
klien mengatakan hipertensi hipertensi”
“Kalau tekanan - Gaya hidup yang baik O =
darah memang bagi penderita  Klien tampak dapat
biasanya tinggi hipertensi menjawab
bahkan bisa pertanyaan dari
sampai 200an ke perawat mengenai
atas tekanan cara mengontrol
darahnya, tetapi hipertensi dan gaya
hanya sekedar hidup yang baik
tahu begitu saja penderita hipertensi
tentang tekanan  Klien dapat
darah, dan kalau menyebutkan

32
memang terasa makanan yang baik
sangat pusing dan dikonsumsi sebagai
berat di tengkuk penderita hipertensi
saya
mengkonsumsi A = Kurang pengetahuan
obat amlodipin”. berhubungan dengan
klien tampak kurang terpaparnya
tidak hanya sumber informasi
tersenyum dan kesehatan (masalah
tertawa saat teratasi)
ditanya tentang P = intervensi dihentikan
penyakit
hipertensi/ darah
tinggi.

2. Gangguan Pola 15.30 1. Menyarankan klien untuk S = Klien mengatakan “


Tidur WIB menyediakan tempat atau akan mencoba cara
berhubungan waktu tidur yang nyaman yang mba perawat
dengan ansietas 2. Menyarankan klien untuk katakan dan saya
ditandai dengan mengatur lingkungan tahu sekarang jika
klien mengatakan yang cukup ventilasi, cara cara itu bisa
“selalu tidur bebas dari bau-bauan. membuat saya
siang biasanya 3. Menyarankan klien untuk mudah tidur.
jam dari jam melakukan latihan fisik O: Klien mengetahui
12.30 WIB yang ringan seperti cara cara untuk bisa
sampai ± 14.00 berkebun, berjalan untuk tidur malam dan
WIB, kemudian memperlancar sirkulasi menyebutkan salah
tidur malam tidak dan melenturkan otot- satu caranya yaitu
menentu kalau otot. minum air hangat
acara TV rame, 4. Menyarankan klien untuk A : Gangguan pola tidur di
saya malam minum air hangat atau tandai dengan
tidurnya, tapi susu hangat sebelum ansietas (masalah
keseringan jam tidur. belum teratasi)
21.00 WIB, tapi P : Intervensi di lanjutkan
akhir-akhir ini
dalam 1 bulan
terakhir kurang
bisa tidur malam,
subuh baru bisa
tidur dan cukup
mengganggu

33
waktu istirahat
saya mungkin
karena pikiran”,
klien tampak
lesu, tampak
kantong mata,
TD: 160/110
mmHg

3. Resiko 15.30 1. Mengukur tanda-tanda S : Klien mengatakan “


ketidakefektifan WIB vital klien, khususnya saya mengerti mba
perfusi jaringan tekanan darah. kalau bangun jangan
serebral dengan 2. Menganjurkan klien saat langsung berdiri,
faktor risiko : tidur posisi kepala 30 kalau terasa berat di
Klien derajat menggunakan tengkuk saya akan
mengatakan bantal yang lembut dan kompres air hangat.”
“sering pusing tidak terlalu tinggi. O : Klien tampak
dan rasa berat 3. Menganjurkan klien saat memahami apa yang
pada bangun tidur untuk tidak perawat katakan dengan
tengkuk/leher, langsung bangun, tetapi mampu mengulangi apa
klien tampak duduk dulu, setelah yang telah dijelaskan
memegangi beberapa menit baru Tekanan Darah :
bagian bangun berdiri dari 150/100 mmHg
tengkuk/lehernya tempat tidur. A: Resiko Ketidakefektifan
saat pengkajian, 4. Menganjurkan klien perfusi jaringan serebral
TD : 160/110 untuk teknik relaksasi dengan faktor resiko
mmHg, N : saat muncul rasa pusing (tidak terjadi)
76x/menit dan berat pada tengkuk P : Intervensi dihentikan
seperti istirahat duduk
dikursi dan melakukan
napas dalam
5. Menganjurkan klien
untuk kompres air hangat
pada tengkuk saat rasa
sakit pada tengkuk
datang.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada

saat ini dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry. 2009).

Menurut muwarni (2011), penyakit hipertensi merupakan suatu

keadaan dimana tekanan sistol mengalami kenaikan yang melebihi batas

normal (tekanan sistol 140 sampai 90 mmHg) berdasarkan tinggi

rendahnya diastol maka dapat beberapa gradasi tekanan darah tinggi,

meliputi , hipertensi berat apabila tekanan diastol lebih besar dari 130

mmHg, hipertensi sedang apabila diastol 105 mmHg sampai 129 mmHg.

Hipertesi ringan apabila tekanan diastol 90 sampai 104 mmHG, dan

hipertensi borderline bila tekanan darah yang normal dan tak terdapat

kelainan organ – organ, dan hipertensi malingna adalah tekanan diastol

lebih dari 120 mmHg. Nilai normal WHO 120/80 mmHg sampai 140/90

mmHg.

Tanda dan gejala hipertensi yaitu nyeri kepala saat terjaga,

terkadang disertai mual dan muntah akibat penigkatan tekanan darah,

penglihatan kabur karena kerusakan retina sebagai dampak dari

hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan

susunan saraf pusat, nukturia karena adanya tekanan darah ginjal dan

35
filtrasi glomerulus, edema dependen, telinga berdengung, edema

dependen dan pembengkakan akibat peningkatan kapiler.

(Ardiyansah.2012). berdasarkan teori tersebut dilihat dari tanda dan

gejala hipertensi sesuai dengan yang dirasakan Bpk.T seperti sakit kepala

dan penglihatan berkunang-kunang. Selain gejala dan tanda yang ada,

penyakit hipertensi yang dialami klien ini diperparah dengan kurang

pengetahuan klien mengenai makanan yang harus dihindari bagi

penderita hipertensi.

Dalam melakukan perumusan masalah, penulis mendasarkan

perumusan masalah pada konsep, analisa dan standar yang dapat

dijadikan acuan dalam menganalisa. Sebelum memutuskan tentang

masalah kesehatan dan masalah keperawatan pada keluarga Bpk.T.

Masalah kesehatan yang dilakukan ialah kurang pengetahuan

mengenai penyakit yang diderita, Hal ini disebabkan karena faktor

pendidikan, sekalipun menyadari bahwa memiliki berbagai pantangan

dalam mengkomsumsi makanan akan tetapi akibat kurangnya

pengetahuan mengakibatkan pemahaman akan hipertensi sangat kurang

sehingga menimbulkan Ny. S masih saja mengkomsumsi makanan yang

menjadi risiko terjadinya hipertensi. Salah satu cara yang dilakukan

dalam mengatasi hal ini adalah dengan memberikan pendidikan

kesehatan kepada Bpk.T dan keluarga mengenai penyakit yang

36
dideritanya, serta menjelsakan akibat dari pola hidup yang tidak sehat

yang dapat mengakibatkan hipertensi.

B. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencaaan, penulis dan keluarga Ny. S mendiskusikan

dan merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai

dengan masalah kesehatan yang teridentifikasi pada saat pengkajian

dilakukan. Adapun sasaran dari pembuatan perencanaan ini adalah Ny. S

klien. Pada tahap ini, diharapkan agar seluruh anggota keluarga ikut

berpartisipasi dalam tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Setelah

mendiskusikan dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan bersama

keluarga Ny. S maka penulis membuat Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

mengenai hipertensi beserta leaflet.. Kemudian penulis membuat kontrak

berikutnya kepada keluarga Ny. S untuk mengadakan pertemuan kembali

untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan yaitu pada

tanggal 10 mei 2017.

C. Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan hasil dari perencanaan dengan keluarga Ny. S, maka

dalam tahap pelaksanaan tindakan perawatan, penulis lebih menekankan

pada dua faktor yakni : sifat masalah dan proses pencegahan masalah

sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan sesuai perencanaan..

37
Kemudian melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan

dengan dibantu oleh sumber daya yang tersedia pada keluarga terutama

peran aktif dari seluruh anggota keluarga klien. Dari hasil observasi yang

dilakukan penulis saat pelaksanaan kegiatan, Ny. S dan keluarga yang

lainnya sangat antusias untuk mendengarkan materi mengenai hipertensi

yang disampaikan dan terlihat banyak bertanya terutama jenis-jenis

makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi bagi penderita darah

tinggi. Pada kesempatan itu pula dijelaskan cara penanganan hipertensi

secara non-farmakologis kepada Ny. S yaitu dengan pemanfaatan

tanaman apotik hidup yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk

menurunkan tekanan darah tinggi (tanpa menggunakan obat-obatan).

D. Evaluasi

Adapun tolak ukur yang digunakan penulis dalam mengevaluasi

asuhan keperawatan pada Ny. S adalah standar keperawatan, perubahan

perilaku dan teori keperawatan. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit

Hipertensi dapat menambah pengetahuan keluarga dan keluarga mampu

menyadari masalah yang dihadapi. Standar keperawatan yang diberikan

pada Ny. S dan keluarga mampu membuka wawasan berpikir yang luas

terutama berkaitan dengan penyakit yang diderita Ny. S sekarang.

Metode yang telah dilakukan penulis dalam mengevaluasi adalah

wawancara langsung kepada klien dan keluarga, pengkajian fisik kepada

klien, observasi dengan melihat langsung keadaan klien, keluarga dan

38
sanitrasi rumah serta kunjungan rumah. Sedangkan sasaran yang telah

dicapai adalah Ny. S dan keluarga telah memahami akan pentingnya arti

pemeliharaan kesehatan, mengerti tentang tanda dan gejala, faktor

pencerus dan risiko, komplikasi, penanganan dan perawatan hipertensi di

rumah serta bersedia memeriksakan kesehatan pada petugas kesehatan

bila ada keluhan.

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 08 Mei 2017 didapatkan

masalah kesehatan yang menjadi prioritas utama yang dialami Ny. S yaitu

hipertensi dengan tanda dan gejala yang sering dialaminya seperti sering

merasa pusing, bila berdiri tiba-tiba dan bekerja yang terlalu berat, mata

terasa berkunang-kunang, bahkan terkadang penglihatan terasa gelap.

Masalah keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian yaitu

kurangnya pengetahuan dari Ny. S dan anggota keluarga lainnya dalam

mengetahui penyakit yang dialaminya serta tidak mampu mengenal masalah

kesehatan terhadap keluarganya karena menganggap penyakit hipertensi yang

diderita jika sudah minum obat akan hilang dengan sendirinya.

Sebagai seorang perawat kita mempunyai peran dan tanggung jawab

dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anggota

keluarga yang menderita hipertensi. Peran perawat disini yaitu memberikan

penyuluhan pendidikan kesehatan baik pada keluarga maupun pada penderita

itu sendiri, mengobservasi tekanan darah penderita setiap kali kunjungan,

memotivasi keluarga dan menganjurkan penderita untuk mengontrol dirinya

ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

40
B. Saran

1. Bagi Klien

a. Diharapkan agar Ny. S dapat melaksanakan dan patuh terhadap

pantangan yang mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan

darah/Hipertensi.

b. Diharapkan agar Ny. S dapat memeriksakan kondisi kesehatan

secara teratur sesuai dengan kemampuan

c. Diharapkan agar Ny. S dan keluarga dapat menyadari pola

perilaku hidup sehat dan memelihara kesehatan anggota

keluarga lain.

2. Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil studi kasus ini dapat meningkatkan mutu pelayanan

pendidikan kesehatan keluarga sehingga dapat tercipta perawatan

profesional, terampil, inovatif, dan bermutu, sehingga mampu

memberikan asuhan keperawatan keluarga secara menyeluruh

berdasarkan kode ethik keperawatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2010

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit


Kanisius, 2007

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com,


2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya


?, Jakarta, Penerbit Arcan, 2011

42

Anda mungkin juga menyukai