Kinerja Keuangan Sasaran Pada Tahun 2010 Yang Menjadi Sasaran Utama Bank Riau Kepri Adalah Peningkatan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Diluar Pemerintah Daerah Dengan Target Pertumbuhan Sebesar 32
Kinerja Keuangan Sasaran Pada Tahun 2010 Yang Menjadi Sasaran Utama Bank Riau Kepri Adalah Peningkatan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Diluar Pemerintah Daerah Dengan Target Pertumbuhan Sebesar 32
peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga diluar Pemerintah Daerah dengan target
pertumbuhan sebesar 32%. Secara agregat Dana Pihak Ketiga ditargetkan tumbuh sebesar 44%.
Sedangkan penyaluran kredit ditargetkan sebesar 25% dengan komposisi Kredit Komersial 14%,
Kredit Mikro & Kecil 17%, Kredit Konsumer 65% dan Pembiayaan Syariah 4%. Dari dana yang
dihimpun dan penyaluran kredit yang diberikan, LDR dipertahankan pada posisi 76% sehingga fungsi
intermediasi dalam rangka membantu perekonomian rakyat dapat berjalan dengan baik dan asset
diperkirakan menjadi sebesar Rp14 Triliun. Target penyaluran kredit yang cukup besar ini juga telah
memperhatikan prinsip kehati-hatian yaitu dengan menjaga rasio NPL gross dibawah 1,5% serta
menjaga rasio kecukupan modal (CAR) diatas 12% dengan memperhitungkan Risiko Operasional.
Sasaran lainnya yaitu target perolehan Laba sebelum Pajak menjadi Rp441.284 juta, meningkatkan
efisiensi usaha dengan menetapkan rasio BOPO maksimal 71,53% dengan tetap menjaga tingkat
Strategi
Strategi Beberapa prioritas strategi yang dilakukan oleh Bank Riau Kepri adalah sebagai berikut: 1.
Optimalisasi peran SBU (Strategic Business Unit) sebagai mesin pertumbuhan Bank yang selalu
berkoordinasi dan memantau aktivitas bisnis dengan cabang, capem dan kedai sebagai ujung
tombak pemasaran. 2. Memperkuat strategi pemasaran melalui promosi yang konsisten dan
berkelanjutan melalui media elektronik dan media cetak. 3. Pengembangan dan penyempurnaan
fitur-fitur produk dana dan percepatan pemasaran dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga
. Memperkuat kerja sama dengan BPR dan pembiayaan lainnya. 6. Revitalisasi fungsi Kedai Bank Riau
Kepri. 7. Penetrasi pasar ke sentra-sentra produksi dan pasar masyarakat 8. Pengembangan skim
kredit sesuai kebutuhan pasar 9. Penyempurnaan Penerapan Teknologi yang tepat guna: •
Pembenahan dan Standarisasi Infrastruktur Jaringan Kantor seperti LAN, WAN dan PABX •
Pembuatan Ruangan Server dan Data Center • Pengembangan MIS dan Data Warehouse •
Pengembangan eLOS untuk Consumer Loan dan KPR • Pengembangan Fitur pada Core untuk
keperluan peningkatan Dana Pihak Ketiga • EDC untuk petugas Credit Collector dan Bill Payment
(“Mini ATM”) • Electronic Banking (ATM, Mobile Banking, Internet Banking, SMS Banking, Call
Center) 10. Penyempurnaan sistem Performance Management yang terintegrasi (MBNQA/IQA, BSC,
ISO 9001:2000, Six Sigma, DEA, BSA) 11. Implementasi Sales Activity Management 12. Peningkatan
compliance dan GCG Bank Riau Kepri • Melakukan Checklist Kepatuhan yang merupakan
pengawasan melekat di setiap unit kerja. • Melakukan pengelolaan GCG meliputi verifikasi dan
Accountable, Responsible, Independence dan Fairness dan menjadikan Pegawai Bank bekerja
berdasarkan Kode Etik GCG. 13. Peningkatan efisiensi operasional & optimalisasi pemanfaatan
jaringan distribusi: • Pembentukan Pusat Operasi (Central Operations) dengan pendekatan Hub &
Spoke
Pengunaan sarana komunikasi yang efisien (email, PABX, conference call, VOIP) • Penerapan konsep
Self Improvement Initiatives dengan reward system (MBOS, Six Sigma, dsb) • Peningkatan kerja
sama sistem dengan jaringan ATM Bersama dan Prima BCA • Penerapan sistem Expense Control
aplikasi bisnis bank yang sudah ada. • Pengembangan atau me-replace aplikasi yang dibutuhkan
bank sesuai dengan kebutuhan bisnis. • Pengembangan infrastruktur dan jaringan komunikasi (LAN,
WAN) untuk mensupport pertumbuhan bank. • Pengembangan kerangka kerja dan prosedur
teknologi yang diperlukan bisnis. • Meningkatkan koordinasi dan komunikasi pada seluruh resources
secara internal dan dengan seluruh stake holders yang ada di bank. 15. Pengembangan standar
pelayanan 16. Peningkatan kemampuan pengelolaan risiko (Risk Management) dan penerapan
sistem risk-based audit. • Pengendalian Profil Risiko dengan target pencapaian berpredikat komposit
LOW • Implementasi Basel II sesuai dengan ketentuan BI khususnya untuk Risiko Kredit dan Risiko
Operasional • Sosialisasi Budaya Risiko ke seluruh lini 17. Pengembangan kualitas Internal Kontrol
(Control Self Assessment, revitalisasi SKAI) 18. Pengendalian NPL melalui monitoring secara aktif
dengan menetapkan langkah-langkah yang tepat, dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian
Dalam menentukan kebijakan dan strategi, Manajemen Bank Riau Kepri menggunakan hasil analisis
I. KEKUATAN (Strengths)
a) Merupakan BPD ke-7 terbesar di Indonesia b) Didukung oleh Pemda dengan dana murah yang
besar, terus tumbuh dan relatif stabil c) Berada di lokasi strategis, dapat berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi Sumatera d) Berada di daerah dengan sumber daya alam yang kaya dan
e) Berada di daerah yang sedang mengalami pertumbuhan pembangunan yang pesat dengan APBD
yang besar II. KELEMAHAN (Weaknesses) a) Produk dan jasa layanan belum lengkap dengan fitur-
fitur yang dibutuhkan nasabah. b) Belum optimalnya jaringan elektronic chanel seperti ATM dan
Phone banking. c) Promosi yang belum optimal. d) Masih kurangnya tingkat standar pelayanan
kepada nasabah. e) Waktu Proses operasional banking yang belum seragam di setiap cabang. f)
Komposisi sumber dana yang belum baik karena mayoritas dana berjangka pendek dan didominasi
oleh Giro Pemda. g) Penyaluran kredit masih dominan untuk kredit konsumer, belum fokus ke kredit
. KELEMAHAN (Weaknesses) a) Produk dan jasa layanan belum lengkap dengan fitur-fitur yang
dibutuhkan nasabah. b) Belum optimalnya jaringan elektronic chanel seperti ATM dan Phone
banking. c) Promosi yang belum optimal. d) Masih kurangnya tingkat standar pelayanan kepada
nasabah. e) Waktu Proses operasional banking yang belum seragam di setiap cabang. f) Komposisi
sumber dana yang belum baik karena mayoritas dana berjangka pendek dan didominasi oleh Giro
Pemda. g) Penyaluran kredit masih dominan untuk kredit konsumer, belum fokus ke kredit usaha
Belum menguasai pangsa pasar dalam menghimpun dana masyarakat dan pangsa pasar penyaluran
kredit di Riau dan Kepri. III. PELUANG (Opportunities) a) Besarnya bisnis ritel dan UMKM di Riau &
Kepri b) Menciptakan produk-produk baru dengan fitur dan benefit yang lengkap dan sesuai dengan
kebutuhan nasabah. c) Peningkatan LDR karena besarnya daya serap kredit baik untuk investasi dan
modal kerja di Riau dan Kepri. d) Peningkatan kualitas standar layanan untuk meningkatkan jumlah
nasabah dan dana pihak ketiga. e) Penambahan jaringan kantor dan elektronic chanel Bank Riau
untuk meng-cover seluruh wilayah provinsi Riau dan Kepri. f) Berfungsi sebagai katalisator bagi
percepatan pembangunan sesuai rencana strategis Pemda Riau antara lain melalui kerjasama
dengan BUMD Riau. g) Membantu mendorong terbentuknya pengusaha kecil yang tangguh melalui
kerjasama dengan dinas dan instansi terkait. IV. ANCAMAN (Threats) a) Semakin gencarnya
kompetitor memperluas jaringan kantor di wilayah Provinsi Riau dan Provinsi Kepri. b) Masuknya
bank-bank asing dengan modal besar dan jaringan internasional ke Provinsi Riau dan Provinsi Kepri.
c) Terbatasnya SDM yang memiliki kompetensi dan skill khusus guna mendukung expansi organisasi.
d) Kondisi krisis ekonomi global saat ini dan diperkirakan akan berlangsung relatif lama e) Belum
stabilnya harga komoditas perkebunan khususnya sawit dan karet yang merupakan andalan
Posisi Keuangan
Pengelolaan Asset Tabel dibawah ini menunjukan komposisi asset Bank Riau Kepri periode
Pada tahun 2010, total asset Bank Riau Kepri adalah Rp 12.918.692 juta yang terdiri dari 74,50% dari
dana pihak ketiga dan 16,58% dari penempatan pada bank lain. Total asset meningkat sebesar
26,01% dari tahun sebelumnya. Peningkatan aset ini terutama disebabkan oleh kenaikan Dana Pihak
Ketiga sebesar Rp 1.997.798 juta atau 26,19% bila dibandingkan per 31 Desember 2009 sebesar Rp
7.626.847 juta.
Aset Likuid
Aset likuid dimaksudkan untuk memenuhi semua kewajiban kepada nasabah dan pihak lain, baik itu
dalam rangka penarikan dana maupun pemberian kredit dan kebutuhan likuiditas lainnya dalam
jangka pendek. Di bank riau kepri komposisi aset likuid terdiri dari Kas, Giro Pada Bank Indonesia,
Giro Pada Bank Lain, Penempatan pada Bank Lain dan surat berharga.
Berikut disajikan perkembangan Aktiva Produktif tahun 2009 dan tahun 2010:
Aktiva Produktif pada tahun 2010 meningkat sebesar 2.244.769 juta atau 23,04% dibandingkan
dengan aktiva produktif pada tahun 2009. Peningkatan pada masing-masing pos adalah sebagai
berikut:
1. Dari pos-pos Aktiva Neraca, antara lain: a. Penempatan Pada Bank lain Penempatan Pada Bank
Lain turun sebesar Rp650.899 juta atau turun 28,96% menjadi Rp1.596.868 juta di tahun 2010 jika
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2.247.767 juta. Komposisi Penempatan Pada Bank Lain
tahun 2010 sebesar 13,32% dari total Aktiva Produktif tahun 2010.
b. Kredit Yang Diberikan Kredit yang diberikan naik sebesar Rp529.213 juta atau 7,86% menjadi
Rp7.259.317 juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp6.730.104 juta.
Komposisi kredit yang diberikan tahun 2010 sebesar 60,55% dari total Aktiva Produktif tahun 2010.
juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp348.341 juta. Komposisi surat
berharga tahun 2010 sebesar 23,41% dari total Aktiva Produktif tahun 2010
2. Dari pos-pos Kewajiban Komitmen dan Kontinjensi, yaitu Bank Garansi Pada akhir tahun 2010
turun sebesar Rp91.189 juta atau turun 21,92% menjadi Rp324.765 juta di tahun 2010 jika
Kontijensi tahun 2010 sebesar 2,71% dari total Aktiva Produktif tahun 2010
Simpanan Nasabah
Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun sampai dengan akhir Desember 2010 meningkat
dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1.997.798 juta atau tumbuh 26,19% menjadi Rp9.624.646
juta dari tahun 2009 sebesar Rp7.626.847 juta. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya semua
komponen simpanan dan peningkatan terbesar ada pada deposito berjangka yang tumbuh sebesar
51,60%. Dana Pihak Ketiga secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Giro Giro naik sebesar Rp1.006.209 juta atau 25,78% menjadi Rp4.909.768 juta di tahun 2010 jika
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3.903.559 juta. Komposisi Giro tahun 2010 sebesar
2. Tabungan Tabungan naik sebesar Rp309.834 juta atau 12,90% menjadi Rp2.711.782 juta di tahun
2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2.401.948 juta. Komposisi Tabungan tahun
2010 sebesar 28,18% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010
3. Deposito Berjangka Deposito Berjangka naik sebesar Rp681.756 juta atau 51,60% menjadi
Rp2.003.096 juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1.321.341 juta.
Komposisi deposito tahun 2010 sebesar 20,81% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010
Simpanan dari bank lain naik sebesar Rp509.800 juta atau 56,09% menjadi Rp1.418.646 juta pada
tahun 2010 dari tahun sebelumnya sebesar Rp908.846 juta. Kenaikan ini terjadi pada simpanan dari
pihak ketiga dalam bentuk interbank call money (ICM) yang naik sebesar 59,27% pada tahun 2010
sebesar Rp1.400.000 juta jika dibandingkan pada tahun 2009 sebesar Rp879.000 juta.
Ekuitas
Pada akhir tahun 2010, modal tercatat sebesar Rp 1.407.364 juta naik sebesar Rp232.484 juta atau
19,79% bila dibandingkan modal pada akhir tahun 2009 sebesar Rp 1.174.880 juta. Kenaikan ini
diakibatkan karena adanya setoran modal dari pemegang saham sebesar Rp79.641 juta, kenaikan
cadangan sebesar Rp23.470 juta dan kenaikan saldo laba bersih sebesar Rp88.986 juta.
Hasil Operasional
Dalam tahun 2010, terjadi peningkatan laba sebelum pajak sebesar 39,18% yaitu menjadi sebesar
Rp460.531 juta dari tahun sebelumnya sebesar Rp330.897 juta. Dengan berlakunya tarif pajak
penghasilan badan menjadi 25% ditahun 2010 menyebabkan laba bersih naik sebesar Rp88.986 juta
atau 37,33% menjadi Rp327.365 juta ditahun 2010 dari tahun sebelumnya sebesar Rp238.379 juta.
Kenaikan perolehan laba bersih ini juga diakibatkan oleh pengaruh dampak penerapan PSAK 50/55
dimana kredit dengan suku bunga flat dihitung berdasarkan bunga efektif sehingga terjadi lonjakan
pendapatan bunga.
1. Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga naik sebesar Rp328.509 juta atau 27,73% menjadi Rp 1.513.312 juta di tahun
2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.184.803 juta. Kenaikan terjadi akibat
ekspansi kredit dan akibat dampak penerapan PSAK 50/55 sehingga menghasilkan pendapatan
bunga dari kredit yang diberikan pada tahun 2010 sebesar Rp1.249.857 juta dibandingkan tahun
Beban Bunga
Beban bunga turun sebesar Rp13.888 juta atau turun 2,77% menjadi Rp 487.394 juta ditahun 2010
jika dibandingkan tahun sebelumnya naik sebesar Rp 501.282 juta. Penurunan terjadi akibat
perlakuan tingkat suku bunga tabungan yang berjenjang dihitung berdasarkan saldo dengan
menghasilkan beban bunga dalam tahun 2010 sebesar Rp66.310 juta dibandingkan tahun
Pendapatan bunga bersih naik sebesar Rp299.323 juta atau naik 41,19% menjadi Rp 1.025.942 juta
ditahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 726.619 juta. Bila dilihat dari rasio
NIM pada tahun 2010 tercapai sebesar 9,43% meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar 6,09%. Hal ini disebabkan karena peningkatan pendapatan bunga dari kredit yang diberikan
berdasarkan pencatatan PSAK 50/55 yang naik hingga 482.461 juta atau 62,87%. Secara total aktiva
produktif mengalami peningkatan sebesar 22,66% menjadi Rp11.988.590 juta jika dibandingkan
Beban operasional lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp125.145 juta atau 30,88% dari Rp 405.285
juta pada tahun 2009 menjadi Rp 530.430 juta pada tahun 2010. Kenaikan ini terutama berasal dari
kenaikan beban umum dan administrasi sebesar Rp22.495 juta atau 23,09% dari Rp97.410 juta pada
tahun 2009 menjadi Rp119.906 juta pada tahun 2010. Selain itu kenaikan beban operasional lainnya
disebabkan oleh kenaikan beban tenaga kerja sebesar Rp93.118 juta atau 33,90% dari Rp274.683
juta pada tahun 2009 menjadi Rp367.801 juta pada tahun 2010 karena naiknya pembebanan
tantiem dan jasprod sebesar Rp77.742 juta atau naik 141,35%. Tabel berikut menunjukkan
perkembangan pendapatan dan beban Bank Riau Kepri pada tahun 2010 dan 2009.
Tingkat Likuiditas salah satunya diukur dengan cara melihat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yakni
kredit yang diberikan dibanding dengan dana pihak ketiga (tidak termasuk antar bank). Dalam hal ini
semakin tinggi rasio tersebut, maka makin rendah likuiditas bank tersebut. LDR Bank riau pada tahun
2010 sebesar 75,42% sedangkan LDR pada tahun 2009 sebesar 88,24%.
Rasio-rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan Bank Riau Kepri dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada
simpanan dengan berbagai fasilitasnya maupun kredit dengan berbagai skim, untuk memenuhi
kebutuhan para nasabah konsumer. Produk simpanan meliputi berbagai pilihan produk tabungan,
giro dan deposito. Kredit konsumer meliputi kredit kepemilikan rumah Bank Riau Kepri, hingga kredit
kendaraan bermotor, dan produk kredit aneka guna. Bank Riau Kepri juga menawarkan kartu kredit
Simpanan Nasabah
Berbagai strategi dan inisiatif telah dilaksanakan sepanjang 2010 untuk meningkatkan dana pihak
ketiga Bank Riau Kepri. Salah satunya adalah dibentuknya Tim Taskforce Percepatan Peningkatan
DPK yang ditandai dengan peluncuran Program Sinar Tebar Milyar (Program STM), yang dilanjutkan
dengan road show ke tiap ibu kota Provinsi, Kabupaten dan Kota se Provinsi Riau dan Kepulauan
Riau. Program ini adalah program pemberian hadiah utama sebesar satu Milyar kepada nasabah
Dengan program ini, outstanding Tabungan yang sebelumnya pada akhir tahun 2009 mencapai
Rp2.401.948 juta dan pada bulan Februari tahun berikutnya turun menjadi di bawah Rp 1.890.541
juta, saat ini sudah berubah menjadi pada akhir tahun 2010 naik menjadi Rp 2.711.782 juta. Program
Sinar Tebar Milyar ini juga telah membawa respek positif dari masyarakat. Hal ini terlihat dari makin
bertambahnya jumlah rekening nasabah, seperti yang tergambar pada tabel dibawah ini:
Untuk pertumbuhan Dana Pihak Ketiga tergambarkan pada tabel dibawah ini:
Tabungan
Outstanding Tabungan naik sebesar Rp 309.834 juta atau 12,90% menjadi Rp 2.711.782 juta di tahun
2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 2.401.948 juta. Komposisi Tabungan tahun
2010 sebesar 28,18% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010.
2.003.096 juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.321.341 juta.
Komposisi deposito tahun 2010 sebesar 20,81% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010.
Membangun landasan yang kuat untuk pertumbuhan simpanan nasabah adalah hal yang penting
untuk langkah kedepan. Langkah strategis dalam menggali potensi pasar ini adalah dengan
mengembangkan produk perbankan yang bervariasi. Dengan langkah ini, beserta dukungan
infrastruktur teknologi terkini, nasabah akan mendapatkan kemudahan dan layanan yang tepat
untuk kebutuhannya. Inisiatif berikutnya adalah upaya peningkatan fungsi dan feature mesin ATM
serta peningkatan kerjasama dengan berbagai jaringan ATM, yaitu ATM Bersama, ATM Prima/ BCA
dan MEPS (Malaysian Electronic Payment System) sehingga kartu ATM kita termasuk salah kartu
ATM yang memiliki jaringan ATM terluas di Indonesia dan regional, yaitu sekitar 20.000 ATM pada
jaringan ATM Bersama, dari jaringan ATM MEPS, termasuk dapat digunakan untuk berbelanja pada
lebih dari 100.000 mesin EDC Debit Prima yang ada di seluruh Indonesia. Guna meningkatkan jumlah
nasabah dan Dana Pihak Ketiganya, Bank Riau Kepri juga mengembangkan kerjasama co-branding
kartu ATM dengan PSMTI (Persatuan Sosial Marga Tionghoa Indonesia) se Provinsi Riau, yang
direncanakan akan dilanjutkan dengan PSMTI se Provinsi Kepri. Disamping itu juga, dilakukan
kerjasama pemanfaatan KPE (Kartu Pegawai Elektronik) yang sekaligus berfungsi sebagai kartu ATM
yang diikuti dengan penyediaan tabungan khusus yang disebut Sinar KPE. Dan, pada tahun 2011,
akan diluncurkan Oto Banking, yakni mobil ATM keliling satu unit ditempatkan di Provinsi Riau dan
Kredit Konsumer
Dengan menyalurkan kredit baru sebanyak Rp584.058 juta di tahun 2010, kredit konsumer berhasil
meraih pertumbuhan dari Rp5.002.901 juta menjadi Rp5.586.959 juta. Kredit konsumer
Perkembangan Outstanding Kredit Konsumer (Rp Juta) Tahun 2007 – Desember 2010
Selama ini, Usaha Kecil dan Mikro (UKM) telah menunjukkan daya tahan terhadap gejolak
perekonomian, dan hal ini terbukti kembali di tahun 2010. Sekalipun dengan tingkat persaingan yang
tinggi, bisnis UKM tidak hanya mampu bertahan, namun juga terjadi pertumbuhan yang signifikan.
Dalam tahun 2010 Bank Riau Kepri tetap konsisten untuk menggali potensi pasar segmen usaha
mikro dan kecil. Pangsa pasar ini sangat luas dan spesifik yaitu skala usaha yang relatif kecil serta
tersebar hingga ke daerah-daerah. Salah satu layanan yang dikembangkan dalam tahun 2010 adalah
layanan Kedai Bank Riau Kepri, yakni jaringan kantor satu tingkat dibawah cabang pembantu dengan
fokus kegiatan kepada usaha Kecil dan Mikro. Melalui penerapan langkah strategis tersebut
pertumbuhan jaringan kantor kedai Bank Riau Kepri dari 17 Kantor Kedai di tahun 2009 meningkat
menjadi 23 Kantor Kedai di tahun 2010 dengan Outstanding kredit kecil dan mikro pada akhir tahun
2010 sebesar Rp. 1.007.000 juta dan Pendapatan bunga kredit mikro dan kecil pada akhir tahun 2010
sebesar Rp. 167.86 juta. Melalui penerapan langkah strategis tersebut, outstanding Kredit
Pengusaha Kecil tumbuh menjadi Rp729.000 juta, outstanding Kredit Kedai Bank Riau Kepri tumbuh
menjadi Rp92.4 juta, outstanding Kredit Ketahanan Pangan tumbuh menjadi Rp3.37 juta. Namun
demikian, terjadi pula penurunan dibeberapa skim kredit, sehingga total outstanding kredit
perbankan kecil dan mikro Bank Riau Kepri dari Rp1.008.265 juta di tahun 2009 turun menjadi
Rp1.007.157 juta pada tahun 2010. Penurunan ini diakibatkan oleh turunnya beberapa outstanding
segmen usaha kecil dan koperasi melalui pola layanan khusus Kedai Bank Riau Kepri ini,
membuktikan bahwa segmen ini memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi berbagai kondisi
perekonomian. Langkah strategis lain yang diterapkan Bank Riau Kepri adalah dengan mendekatkan
diri kepada nasabah. Untuk itu Bank Riau Kepri menerapkan strategi memperbanyak titik layanan
berupa pembukaan beberapa kedai di sentrasentra ekonomi hingga ke daerah. Sampai dengan
tahun 2010, telah dibuka 23 jaringan kantor Kedai Bank Riau Kepri yang tersebar di Riau dan Kepri.
Selain itu, Bank Riau Kepri juga terus mengembangkan program kemitraan dengan lembaga
keuangan mikro. Dalam pengembangan selanjutnya, Bank Riau Kepri juga menjadi Apex BPR
(lembaga pengayom bagi BPR) yang di launching pada tanggal 03 Mei 2010, berfungsi sebagai
berikut : 1. Membantu dan mendorong pertumbuhan BPR sehingga tercipta daya saing BPR yang
kuat dan memperkuat posisi Pooling of Fund. 2. Berperan untuk mengantisipasi terjadinya kesulitan
likuiditas yang sewaktu – waktu dapat menimpa BPRkarena menghadapi situasi mismatch. 3. Dalam
Jangka panjang Apex BPR juga akan menjalankan fungsi – fungsi lainnya sesuai dengan international
best practices, yakni sebagai wholesale financing BPR, Clearing house untuk keperluan payment
system BPR, memberikan pelatihan dan pendampingan serta sebagai Pengawas BPR sesuai dengan
persyaratan dan perjanjian yang disepakati. Untuk lebih meningkatkan motivasi berwirausaha,
kembali di tahun 2010 ini Bank Riau Kepri bekerjasama dengan SmartFM dan Ibu Aviliani (Indef)
mulai melakukan pemberian Anugerah UMKM Award kepada nasabah UMKM yang berhasil
Aspek Pemasaran Aspek pemasaran merupakan faktor strategis atau kunci dari keberhasilan
perusahaan dalam menawarkan produknya. Jika permintaan terhadap produk/jasa yang ditawarkan
kurang memadai, seluruh kegiatan aspekaspek yang lainpun tidak akan terwujud. Untuk itu, Bank
Riau Kepri melakukan langkah-langkah yang mendalam dengan membaginya kepada empat aspek,
yakni: a. Produk Jasa Yang Ditawarkan Spesifikasi produk yang ditawarkan, dan sasaran pasarnya,
serta segmen pengguna produk/jasa Bank Riau Kepri terurai dengan jelas. Kharakteristik, manfaat,
dan keunggulan lainnya membantu untuk membedakan produk Bank Riau Kepri dengan pesaingnya.
Uraian spesifikasi produk yang jelas telah memudahkan nasabah untuk memilih apa yg dibutuhkan.
Disamping itu, segmen pasar yang fokus dan target pasar yang jelas telah membantu dalam
penyusunan program pemasaran produk dana dan jasa di Bank Riau Kepri. b. Perkembangan
Permintaan dan Prospeknya Jumlah nasabah potensial terus ada sejalan dengan berkembangnya
dunia usaha perkebunan dan UMKM di Provinsi Riau dan Kepri. Dengan kondisi ini, ada banyak
sektor usaha dan pribadi-pribadi yang membutuhkan layanan perbankan. Potensi ini menjadi fokus
utama dalam aspek pemasaran Bank Riau Kepri. Hal ini ditunjang dari hasil penelitian Divisi Renstra
Bank Riau Kepri, bahwa spesifikasi produk dan jasa yang ditawarkan Bank Riau Kepri telah
mendorong keinginan banyak masyarakat untuk menjadi nasabah. c. Market Space dan Market
Share Pertumbuhan ekonomi dan pelung usaha di Provinsi Riau dan Kepri, menunjukkan adanya
peningkatan kebutuhan terhadap layanan perbankan yang cukup besar. Hal ini menunjukkan ruang
pasar yang masih luas untuk dapat dipenuhi. Ruang pasar yang cukupbesar ini memberikan ruang
lebih besar bagi Bank Riau Kepri, karena aspek histori, geografi, dan kedekatan menjadi keunggulan
spesifik Bank Riau Kepri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadapa layanan perbankan. d.
Program Pemasaran Program pemasaran Bank Riau Kepri disusun berdasarkan target pasar dan
pangsa pasar yang dikuasai. Rencana pemenuhan pangsa pasar disusun berdasarkan program
pemasaran yang lebih rinci meliputi kebijakan pricing (penetapan suku bunga), dan kegiatan promosi
yang digunakan. Dengan manajemen pricing yang tepat, Bank Riau Kepri dapat lebih unggul dalam
menentukan tingkat suku bunga produk-produk yang ditawarkan. Disamping itu, dengan didukung
kegiatan promosi yang terarah dan pencitraan yang positif memalui media cetak, tv, radio, dan
media luar ruang, membuat program pemasaran Bank Riau Kepri dapat berjalan efektif dalam