Anda di halaman 1dari 20

Kinerja Keuangan Sasaran Pada tahun 2010 yang menjadi sasaran utama Bank Riau Kepri adalah

peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga diluar Pemerintah Daerah dengan target

pertumbuhan sebesar 32%. Secara agregat Dana Pihak Ketiga ditargetkan tumbuh sebesar 44%.

Sedangkan penyaluran kredit ditargetkan sebesar 25% dengan komposisi Kredit Komersial 14%,

Kredit Mikro & Kecil 17%, Kredit Konsumer 65% dan Pembiayaan Syariah 4%. Dari dana yang

dihimpun dan penyaluran kredit yang diberikan, LDR dipertahankan pada posisi 76% sehingga fungsi

intermediasi dalam rangka membantu perekonomian rakyat dapat berjalan dengan baik dan asset

diperkirakan menjadi sebesar Rp14 Triliun. Target penyaluran kredit yang cukup besar ini juga telah

memperhatikan prinsip kehati-hatian yaitu dengan menjaga rasio NPL gross dibawah 1,5% serta

menjaga rasio kecukupan modal (CAR) diatas 12% dengan memperhitungkan Risiko Operasional.

Sasaran lainnya yaitu target perolehan Laba sebelum Pajak menjadi Rp441.284 juta, meningkatkan

efisiensi usaha dengan menetapkan rasio BOPO maksimal 71,53% dengan tetap menjaga tingkat

kesehatan Bank dengan mengimplementasikan GCG.

Strategi

Strategi Beberapa prioritas strategi yang dilakukan oleh Bank Riau Kepri adalah sebagai berikut: 1.

Optimalisasi peran SBU (Strategic Business Unit) sebagai mesin pertumbuhan Bank yang selalu

berkoordinasi dan memantau aktivitas bisnis dengan cabang, capem dan kedai sebagai ujung

tombak pemasaran. 2. Memperkuat strategi pemasaran melalui promosi yang konsisten dan

berkelanjutan melalui media elektronik dan media cetak. 3. Pengembangan dan penyempurnaan

fitur-fitur produk dana dan percepatan pemasaran dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga

. Memperkuat kerja sama dengan BPR dan pembiayaan lainnya. 6. Revitalisasi fungsi Kedai Bank Riau

Kepri. 7. Penetrasi pasar ke sentra-sentra produksi dan pasar masyarakat 8. Pengembangan skim

kredit sesuai kebutuhan pasar 9. Penyempurnaan Penerapan Teknologi yang tepat guna: •

Pembenahan dan Standarisasi Infrastruktur Jaringan Kantor seperti LAN, WAN dan PABX •

Pembuatan Ruangan Server dan Data Center • Pengembangan MIS dan Data Warehouse •
Pengembangan eLOS untuk Consumer Loan dan KPR • Pengembangan Fitur pada Core untuk

keperluan peningkatan Dana Pihak Ketiga • EDC untuk petugas Credit Collector dan Bill Payment

(“Mini ATM”) • Electronic Banking (ATM, Mobile Banking, Internet Banking, SMS Banking, Call

Center) 10. Penyempurnaan sistem Performance Management yang terintegrasi (MBNQA/IQA, BSC,

ISO 9001:2000, Six Sigma, DEA, BSA) 11. Implementasi Sales Activity Management 12. Peningkatan

compliance dan GCG Bank Riau Kepri • Melakukan Checklist Kepatuhan yang merupakan

pengawasan melekat di setiap unit kerja. • Melakukan pengelolaan GCG meliputi verifikasi dan

evaluasi peraturan/kebijakan internal, koordinasi dengan unit-unit terkait untuk keperluan

pelaksanaan GCG. • Membudayakan pelaksanaan prinsip-prinsip GCG yaitu: Transparancy,

Accountable, Responsible, Independence dan Fairness dan menjadikan Pegawai Bank bekerja

berdasarkan Kode Etik GCG. 13. Peningkatan efisiensi operasional & optimalisasi pemanfaatan

jaringan distribusi: • Pembentukan Pusat Operasi (Central Operations) dengan pendekatan Hub &

Spoke

Optimalisasi pemanfaatan teknologi dengan pendekatan STP (Straigh Through Processing) •

Pengunaan sarana komunikasi yang efisien (email, PABX, conference call, VOIP) • Penerapan konsep

Self Improvement Initiatives dengan reward system (MBOS, Six Sigma, dsb) • Peningkatan kerja

sama sistem dengan jaringan ATM Bersama dan Prima BCA • Penerapan sistem Expense Control

Management 14. Pengembangan sistem informasi dan teknologi : • Me-maintenance aplikasi-

aplikasi bisnis bank yang sudah ada. • Pengembangan atau me-replace aplikasi yang dibutuhkan

bank sesuai dengan kebutuhan bisnis. • Pengembangan infrastruktur dan jaringan komunikasi (LAN,

WAN) untuk mensupport pertumbuhan bank. • Pengembangan kerangka kerja dan prosedur

terhadap permintaan pengembangan, implementasi aplikasi, system dan perangkat pendukung

teknologi yang diperlukan bisnis. • Meningkatkan koordinasi dan komunikasi pada seluruh resources

secara internal dan dengan seluruh stake holders yang ada di bank. 15. Pengembangan standar

pelayanan 16. Peningkatan kemampuan pengelolaan risiko (Risk Management) dan penerapan

sistem risk-based audit. • Pengendalian Profil Risiko dengan target pencapaian berpredikat komposit
LOW • Implementasi Basel II sesuai dengan ketentuan BI khususnya untuk Risiko Kredit dan Risiko

Operasional • Sosialisasi Budaya Risiko ke seluruh lini 17. Pengembangan kualitas Internal Kontrol

(Control Self Assessment, revitalisasi SKAI) 18. Pengendalian NPL melalui monitoring secara aktif

dengan menetapkan langkah-langkah yang tepat, dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian

kreditkunjungan ke nasabah. 20. Penyempurnaan Administrasi Kredit PH dengan menata kembali

file-file kredit PH.

Dalam menentukan kebijakan dan strategi, Manajemen Bank Riau Kepri menggunakan hasil analisis

SWOT PT. Bank Riau Kepri. Antara lain yaitu :

I. KEKUATAN (Strengths)

a) Merupakan BPD ke-7 terbesar di Indonesia b) Didukung oleh Pemda dengan dana murah yang

besar, terus tumbuh dan relatif stabil c) Berada di lokasi strategis, dapat berfungsi sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi Sumatera d) Berada di daerah dengan sumber daya alam yang kaya dan

potensi untuk dikembangkan (pertanian, perkebunan, pertambangan, perindustrian berbasis agro)

e) Berada di daerah yang sedang mengalami pertumbuhan pembangunan yang pesat dengan APBD

yang besar II. KELEMAHAN (Weaknesses) a) Produk dan jasa layanan belum lengkap dengan fitur-

fitur yang dibutuhkan nasabah. b) Belum optimalnya jaringan elektronic chanel seperti ATM dan

Phone banking. c) Promosi yang belum optimal. d) Masih kurangnya tingkat standar pelayanan

kepada nasabah. e) Waktu Proses operasional banking yang belum seragam di setiap cabang. f)

Komposisi sumber dana yang belum baik karena mayoritas dana berjangka pendek dan didominasi

oleh Giro Pemda. g) Penyaluran kredit masih dominan untuk kredit konsumer, belum fokus ke kredit

usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM.)

. KELEMAHAN (Weaknesses) a) Produk dan jasa layanan belum lengkap dengan fitur-fitur yang

dibutuhkan nasabah. b) Belum optimalnya jaringan elektronic chanel seperti ATM dan Phone

banking. c) Promosi yang belum optimal. d) Masih kurangnya tingkat standar pelayanan kepada

nasabah. e) Waktu Proses operasional banking yang belum seragam di setiap cabang. f) Komposisi
sumber dana yang belum baik karena mayoritas dana berjangka pendek dan didominasi oleh Giro

Pemda. g) Penyaluran kredit masih dominan untuk kredit konsumer, belum fokus ke kredit usaha

mikro, kecil dan menengah (UMKM.)

Belum menguasai pangsa pasar dalam menghimpun dana masyarakat dan pangsa pasar penyaluran

kredit di Riau dan Kepri. III. PELUANG (Opportunities) a) Besarnya bisnis ritel dan UMKM di Riau &

Kepri b) Menciptakan produk-produk baru dengan fitur dan benefit yang lengkap dan sesuai dengan

kebutuhan nasabah. c) Peningkatan LDR karena besarnya daya serap kredit baik untuk investasi dan

modal kerja di Riau dan Kepri. d) Peningkatan kualitas standar layanan untuk meningkatkan jumlah

nasabah dan dana pihak ketiga. e) Penambahan jaringan kantor dan elektronic chanel Bank Riau

untuk meng-cover seluruh wilayah provinsi Riau dan Kepri. f) Berfungsi sebagai katalisator bagi

percepatan pembangunan sesuai rencana strategis Pemda Riau antara lain melalui kerjasama

dengan BUMD Riau. g) Membantu mendorong terbentuknya pengusaha kecil yang tangguh melalui

kerjasama dengan dinas dan instansi terkait. IV. ANCAMAN (Threats) a) Semakin gencarnya

kompetitor memperluas jaringan kantor di wilayah Provinsi Riau dan Provinsi Kepri. b) Masuknya

bank-bank asing dengan modal besar dan jaringan internasional ke Provinsi Riau dan Provinsi Kepri.

c) Terbatasnya SDM yang memiliki kompetensi dan skill khusus guna mendukung expansi organisasi.

d) Kondisi krisis ekonomi global saat ini dan diperkirakan akan berlangsung relatif lama e) Belum

stabilnya harga komoditas perkebunan khususnya sawit dan karet yang merupakan andalan

pembiayaan/kredit masa lalu dihampir

Posisi Keuangan

Pengelolaan Asset Tabel dibawah ini menunjukan komposisi asset Bank Riau Kepri periode

Desember 2006 s/d 2010.


Jumlah Aset

Pada tahun 2010, total asset Bank Riau Kepri adalah Rp 12.918.692 juta yang terdiri dari 74,50% dari

dana pihak ketiga dan 16,58% dari penempatan pada bank lain. Total asset meningkat sebesar

26,01% dari tahun sebelumnya. Peningkatan aset ini terutama disebabkan oleh kenaikan Dana Pihak

Ketiga sebesar Rp 1.997.798 juta atau 26,19% bila dibandingkan per 31 Desember 2009 sebesar Rp

7.626.847 juta.

Aset Likuid

Aset likuid dimaksudkan untuk memenuhi semua kewajiban kepada nasabah dan pihak lain, baik itu

dalam rangka penarikan dana maupun pemberian kredit dan kebutuhan likuiditas lainnya dalam
jangka pendek. Di bank riau kepri komposisi aset likuid terdiri dari Kas, Giro Pada Bank Indonesia,

Giro Pada Bank Lain, Penempatan pada Bank Lain dan surat berharga.

Berikut disajikan perkembangan Aktiva Produktif tahun 2009 dan tahun 2010:
Aktiva Produktif pada tahun 2010 meningkat sebesar 2.244.769 juta atau 23,04% dibandingkan

dengan aktiva produktif pada tahun 2009. Peningkatan pada masing-masing pos adalah sebagai

berikut:

1. Dari pos-pos Aktiva Neraca, antara lain: a. Penempatan Pada Bank lain Penempatan Pada Bank

Lain turun sebesar Rp650.899 juta atau turun 28,96% menjadi Rp1.596.868 juta di tahun 2010 jika

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2.247.767 juta. Komposisi Penempatan Pada Bank Lain

tahun 2010 sebesar 13,32% dari total Aktiva Produktif tahun 2010.

b. Kredit Yang Diberikan Kredit yang diberikan naik sebesar Rp529.213 juta atau 7,86% menjadi

Rp7.259.317 juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp6.730.104 juta.

Komposisi kredit yang diberikan tahun 2010 sebesar 60,55% dari total Aktiva Produktif tahun 2010.

Kredit berdasarkan sektor tampak sebagaimana tabel dibawah ini:


c. Surat Berharga Surat Berharga naik sebesar Rp2.457.643 juta atau 705,53% menjadi Rp2.805.984

juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp348.341 juta. Komposisi surat

berharga tahun 2010 sebesar 23,41% dari total Aktiva Produktif tahun 2010

2. Dari pos-pos Kewajiban Komitmen dan Kontinjensi, yaitu Bank Garansi Pada akhir tahun 2010

turun sebesar Rp91.189 juta atau turun 21,92% menjadi Rp324.765 juta di tahun 2010 jika

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp415.954 juta. Komposisi Kewajiban Komitmendan

Kontijensi tahun 2010 sebesar 2,71% dari total Aktiva Produktif tahun 2010

Kewajiban dan Ekuitas

Simpanan Nasabah

Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun sampai dengan akhir Desember 2010 meningkat

dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1.997.798 juta atau tumbuh 26,19% menjadi Rp9.624.646

juta dari tahun 2009 sebesar Rp7.626.847 juta. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya semua

komponen simpanan dan peningkatan terbesar ada pada deposito berjangka yang tumbuh sebesar

51,60%. Dana Pihak Ketiga secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Giro Giro naik sebesar Rp1.006.209 juta atau 25,78% menjadi Rp4.909.768 juta di tahun 2010 jika

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3.903.559 juta. Komposisi Giro tahun 2010 sebesar

51,01% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010

2. Tabungan Tabungan naik sebesar Rp309.834 juta atau 12,90% menjadi Rp2.711.782 juta di tahun

2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2.401.948 juta. Komposisi Tabungan tahun

2010 sebesar 28,18% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010

3. Deposito Berjangka Deposito Berjangka naik sebesar Rp681.756 juta atau 51,60% menjadi

Rp2.003.096 juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1.321.341 juta.

Komposisi deposito tahun 2010 sebesar 20,81% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010

Simpanan dari Bank Lain

Simpanan dari bank lain naik sebesar Rp509.800 juta atau 56,09% menjadi Rp1.418.646 juta pada

tahun 2010 dari tahun sebelumnya sebesar Rp908.846 juta. Kenaikan ini terjadi pada simpanan dari
pihak ketiga dalam bentuk interbank call money (ICM) yang naik sebesar 59,27% pada tahun 2010

sebesar Rp1.400.000 juta jika dibandingkan pada tahun 2009 sebesar Rp879.000 juta.

Ekuitas

Pada akhir tahun 2010, modal tercatat sebesar Rp 1.407.364 juta naik sebesar Rp232.484 juta atau

19,79% bila dibandingkan modal pada akhir tahun 2009 sebesar Rp 1.174.880 juta. Kenaikan ini

diakibatkan karena adanya setoran modal dari pemegang saham sebesar Rp79.641 juta, kenaikan

cadangan sebesar Rp23.470 juta dan kenaikan saldo laba bersih sebesar Rp88.986 juta.

Hasil Operasional

Dalam tahun 2010, terjadi peningkatan laba sebelum pajak sebesar 39,18% yaitu menjadi sebesar

Rp460.531 juta dari tahun sebelumnya sebesar Rp330.897 juta. Dengan berlakunya tarif pajak
penghasilan badan menjadi 25% ditahun 2010 menyebabkan laba bersih naik sebesar Rp88.986 juta

atau 37,33% menjadi Rp327.365 juta ditahun 2010 dari tahun sebelumnya sebesar Rp238.379 juta.

Kenaikan perolehan laba bersih ini juga diakibatkan oleh pengaruh dampak penerapan PSAK 50/55

dimana kredit dengan suku bunga flat dihitung berdasarkan bunga efektif sehingga terjadi lonjakan

pendapatan bunga.

1. Pendapatan Bunga

Pendapatan bunga naik sebesar Rp328.509 juta atau 27,73% menjadi Rp 1.513.312 juta di tahun

2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.184.803 juta. Kenaikan terjadi akibat

ekspansi kredit dan akibat dampak penerapan PSAK 50/55 sehingga menghasilkan pendapatan

bunga dari kredit yang diberikan pada tahun 2010 sebesar Rp1.249.857 juta dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar Rp767.396 juta.

Beban Bunga

Beban bunga turun sebesar Rp13.888 juta atau turun 2,77% menjadi Rp 487.394 juta ditahun 2010

jika dibandingkan tahun sebelumnya naik sebesar Rp 501.282 juta. Penurunan terjadi akibat

perlakuan tingkat suku bunga tabungan yang berjenjang dihitung berdasarkan saldo dengan

menghasilkan beban bunga dalam tahun 2010 sebesar Rp66.310 juta dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar Rp79.136 juta.

Pendapatan Bunga Bersih

Pendapatan bunga bersih naik sebesar Rp299.323 juta atau naik 41,19% menjadi Rp 1.025.942 juta

ditahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 726.619 juta. Bila dilihat dari rasio

NIM pada tahun 2010 tercapai sebesar 9,43% meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya

sebesar 6,09%. Hal ini disebabkan karena peningkatan pendapatan bunga dari kredit yang diberikan

berdasarkan pencatatan PSAK 50/55 yang naik hingga 482.461 juta atau 62,87%. Secara total aktiva
produktif mengalami peningkatan sebesar 22,66% menjadi Rp11.988.590 juta jika dibandingkan

tahun sebelumnya sebesar 9.773.868 juta.

. Beban Operasional Lainnya

Beban operasional lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp125.145 juta atau 30,88% dari Rp 405.285

juta pada tahun 2009 menjadi Rp 530.430 juta pada tahun 2010. Kenaikan ini terutama berasal dari

kenaikan beban umum dan administrasi sebesar Rp22.495 juta atau 23,09% dari Rp97.410 juta pada

tahun 2009 menjadi Rp119.906 juta pada tahun 2010. Selain itu kenaikan beban operasional lainnya

disebabkan oleh kenaikan beban tenaga kerja sebesar Rp93.118 juta atau 33,90% dari Rp274.683

juta pada tahun 2009 menjadi Rp367.801 juta pada tahun 2010 karena naiknya pembebanan

tantiem dan jasprod sebesar Rp77.742 juta atau naik 141,35%. Tabel berikut menunjukkan

perkembangan pendapatan dan beban Bank Riau Kepri pada tahun 2010 dan 2009.

Likuiditas Bank Riau Kepri

Tingkat Likuiditas salah satunya diukur dengan cara melihat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yakni

kredit yang diberikan dibanding dengan dana pihak ketiga (tidak termasuk antar bank). Dalam hal ini

semakin tinggi rasio tersebut, maka makin rendah likuiditas bank tersebut. LDR Bank riau pada tahun

2010 sebesar 75,42% sedangkan LDR pada tahun 2009 sebesar 88,24%.
Rasio-rasio Keuangan

Rasio-rasio keuangan Bank Riau Kepri dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini


Perbankan konsumer Bank Riau Kepri menawarkan berbagai produk perbankan, baik produk

simpanan dengan berbagai fasilitasnya maupun kredit dengan berbagai skim, untuk memenuhi

kebutuhan para nasabah konsumer. Produk simpanan meliputi berbagai pilihan produk tabungan,

giro dan deposito. Kredit konsumer meliputi kredit kepemilikan rumah Bank Riau Kepri, hingga kredit

kendaraan bermotor, dan produk kredit aneka guna. Bank Riau Kepri juga menawarkan kartu kredit

dengan fitur yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Simpanan Nasabah

Berbagai strategi dan inisiatif telah dilaksanakan sepanjang 2010 untuk meningkatkan dana pihak

ketiga Bank Riau Kepri. Salah satunya adalah dibentuknya Tim Taskforce Percepatan Peningkatan

DPK yang ditandai dengan peluncuran Program Sinar Tebar Milyar (Program STM), yang dilanjutkan

dengan road show ke tiap ibu kota Provinsi, Kabupaten dan Kota se Provinsi Riau dan Kepulauan

Riau. Program ini adalah program pemberian hadiah utama sebesar satu Milyar kepada nasabah

Dengan program ini, outstanding Tabungan yang sebelumnya pada akhir tahun 2009 mencapai

Rp2.401.948 juta dan pada bulan Februari tahun berikutnya turun menjadi di bawah Rp 1.890.541

juta, saat ini sudah berubah menjadi pada akhir tahun 2010 naik menjadi Rp 2.711.782 juta. Program

Sinar Tebar Milyar ini juga telah membawa respek positif dari masyarakat. Hal ini terlihat dari makin

bertambahnya jumlah rekening nasabah, seperti yang tergambar pada tabel dibawah ini:
Untuk pertumbuhan Dana Pihak Ketiga tergambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabungan

Outstanding Tabungan naik sebesar Rp 309.834 juta atau 12,90% menjadi Rp 2.711.782 juta di tahun

2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 2.401.948 juta. Komposisi Tabungan tahun

2010 sebesar 28,18% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010.

Perkembangan Outstanding Tabungan (Rp Juta) Tahun 2007 – Desember 2010


Deposito Outstanding Deposito Berjangka naik sebesar Rp 681.756 juta atau 51,60% menjadi Rp

2.003.096 juta di tahun 2010 jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.321.341 juta.

Komposisi deposito tahun 2010 sebesar 20,81% dari total Dana Pihak Ketiga tahun 2010.

Perkembangan Outstanding Deposito (Rp Juta) Tahun 2007 – Desember 2010

Membangun Landasan untuk Pertumbuhan

Membangun landasan yang kuat untuk pertumbuhan simpanan nasabah adalah hal yang penting

untuk langkah kedepan. Langkah strategis dalam menggali potensi pasar ini adalah dengan

mengembangkan produk perbankan yang bervariasi. Dengan langkah ini, beserta dukungan

infrastruktur teknologi terkini, nasabah akan mendapatkan kemudahan dan layanan yang tepat

untuk kebutuhannya. Inisiatif berikutnya adalah upaya peningkatan fungsi dan feature mesin ATM

serta peningkatan kerjasama dengan berbagai jaringan ATM, yaitu ATM Bersama, ATM Prima/ BCA

dan MEPS (Malaysian Electronic Payment System) sehingga kartu ATM kita termasuk salah kartu

ATM yang memiliki jaringan ATM terluas di Indonesia dan regional, yaitu sekitar 20.000 ATM pada

jaringan ATM Bersama, dari jaringan ATM MEPS, termasuk dapat digunakan untuk berbelanja pada

lebih dari 100.000 mesin EDC Debit Prima yang ada di seluruh Indonesia. Guna meningkatkan jumlah
nasabah dan Dana Pihak Ketiganya, Bank Riau Kepri juga mengembangkan kerjasama co-branding

kartu ATM dengan PSMTI (Persatuan Sosial Marga Tionghoa Indonesia) se Provinsi Riau, yang

direncanakan akan dilanjutkan dengan PSMTI se Provinsi Kepri. Disamping itu juga, dilakukan

kerjasama pemanfaatan KPE (Kartu Pegawai Elektronik) yang sekaligus berfungsi sebagai kartu ATM

yang diikuti dengan penyediaan tabungan khusus yang disebut Sinar KPE. Dan, pada tahun 2011,

akan diluncurkan Oto Banking, yakni mobil ATM keliling satu unit ditempatkan di Provinsi Riau dan

satu unit di Provinsi Kepri untuk memberikan kemudahan bagi nasabah.

Kredit Konsumer

Dengan menyalurkan kredit baru sebanyak Rp584.058 juta di tahun 2010, kredit konsumer berhasil

meraih pertumbuhan dari Rp5.002.901 juta menjadi Rp5.586.959 juta. Kredit konsumer

menyumbangkan 85% dari total kredit Bank Riau Kepri

Perkembangan Outstanding Kredit Konsumer (Rp Juta) Tahun 2007 – Desember 2010

Perbankan Kecil & Mikro

Selama ini, Usaha Kecil dan Mikro (UKM) telah menunjukkan daya tahan terhadap gejolak

perekonomian, dan hal ini terbukti kembali di tahun 2010. Sekalipun dengan tingkat persaingan yang

tinggi, bisnis UKM tidak hanya mampu bertahan, namun juga terjadi pertumbuhan yang signifikan.

Dalam tahun 2010 Bank Riau Kepri tetap konsisten untuk menggali potensi pasar segmen usaha

mikro dan kecil. Pangsa pasar ini sangat luas dan spesifik yaitu skala usaha yang relatif kecil serta
tersebar hingga ke daerah-daerah. Salah satu layanan yang dikembangkan dalam tahun 2010 adalah

layanan Kedai Bank Riau Kepri, yakni jaringan kantor satu tingkat dibawah cabang pembantu dengan

fokus kegiatan kepada usaha Kecil dan Mikro. Melalui penerapan langkah strategis tersebut

pertumbuhan jaringan kantor kedai Bank Riau Kepri dari 17 Kantor Kedai di tahun 2009 meningkat

menjadi 23 Kantor Kedai di tahun 2010 dengan Outstanding kredit kecil dan mikro pada akhir tahun

2010 sebesar Rp. 1.007.000 juta dan Pendapatan bunga kredit mikro dan kecil pada akhir tahun 2010

sebesar Rp. 167.86 juta. Melalui penerapan langkah strategis tersebut, outstanding Kredit

Pengusaha Kecil tumbuh menjadi Rp729.000 juta, outstanding Kredit Kedai Bank Riau Kepri tumbuh

menjadi Rp92.4 juta, outstanding Kredit Ketahanan Pangan tumbuh menjadi Rp3.37 juta. Namun

demikian, terjadi pula penurunan dibeberapa skim kredit, sehingga total outstanding kredit

perbankan kecil dan mikro Bank Riau Kepri dari Rp1.008.265 juta di tahun 2009 turun menjadi

Rp1.007.157 juta pada tahun 2010. Penurunan ini diakibatkan oleh turunnya beberapa outstanding

skim kredit yang kurang diminati masyarakat.

Membangun Landasan untuk Pertumbuhan Dengan membangun landasan untuk pertumbuhan

segmen usaha kecil dan koperasi melalui pola layanan khusus Kedai Bank Riau Kepri ini,

membuktikan bahwa segmen ini memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi berbagai kondisi

perekonomian. Langkah strategis lain yang diterapkan Bank Riau Kepri adalah dengan mendekatkan
diri kepada nasabah. Untuk itu Bank Riau Kepri menerapkan strategi memperbanyak titik layanan

berupa pembukaan beberapa kedai di sentrasentra ekonomi hingga ke daerah. Sampai dengan

tahun 2010, telah dibuka 23 jaringan kantor Kedai Bank Riau Kepri yang tersebar di Riau dan Kepri.

Selain itu, Bank Riau Kepri juga terus mengembangkan program kemitraan dengan lembaga

keuangan mikro. Dalam pengembangan selanjutnya, Bank Riau Kepri juga menjadi Apex BPR

(lembaga pengayom bagi BPR) yang di launching pada tanggal 03 Mei 2010, berfungsi sebagai

berikut : 1. Membantu dan mendorong pertumbuhan BPR sehingga tercipta daya saing BPR yang

kuat dan memperkuat posisi Pooling of Fund. 2. Berperan untuk mengantisipasi terjadinya kesulitan

likuiditas yang sewaktu – waktu dapat menimpa BPRkarena menghadapi situasi mismatch. 3. Dalam

Jangka panjang Apex BPR juga akan menjalankan fungsi – fungsi lainnya sesuai dengan international

best practices, yakni sebagai wholesale financing BPR, Clearing house untuk keperluan payment

system BPR, memberikan pelatihan dan pendampingan serta sebagai Pengawas BPR sesuai dengan

persyaratan dan perjanjian yang disepakati. Untuk lebih meningkatkan motivasi berwirausaha,

kembali di tahun 2010 ini Bank Riau Kepri bekerjasama dengan SmartFM dan Ibu Aviliani (Indef)

mulai melakukan pemberian Anugerah UMKM Award kepada nasabah UMKM yang berhasil

mengembangkan usahanya dengan baik dibanding dengan nasabah lain.

Aspek Pemasaran Aspek pemasaran merupakan faktor strategis atau kunci dari keberhasilan

perusahaan dalam menawarkan produknya. Jika permintaan terhadap produk/jasa yang ditawarkan

kurang memadai, seluruh kegiatan aspekaspek yang lainpun tidak akan terwujud. Untuk itu, Bank

Riau Kepri melakukan langkah-langkah yang mendalam dengan membaginya kepada empat aspek,

yakni: a. Produk Jasa Yang Ditawarkan Spesifikasi produk yang ditawarkan, dan sasaran pasarnya,

serta segmen pengguna produk/jasa Bank Riau Kepri terurai dengan jelas. Kharakteristik, manfaat,

dan keunggulan lainnya membantu untuk membedakan produk Bank Riau Kepri dengan pesaingnya.

Uraian spesifikasi produk yang jelas telah memudahkan nasabah untuk memilih apa yg dibutuhkan.
Disamping itu, segmen pasar yang fokus dan target pasar yang jelas telah membantu dalam

penyusunan program pemasaran produk dana dan jasa di Bank Riau Kepri. b. Perkembangan

Permintaan dan Prospeknya Jumlah nasabah potensial terus ada sejalan dengan berkembangnya

dunia usaha perkebunan dan UMKM di Provinsi Riau dan Kepri. Dengan kondisi ini, ada banyak

sektor usaha dan pribadi-pribadi yang membutuhkan layanan perbankan. Potensi ini menjadi fokus

utama dalam aspek pemasaran Bank Riau Kepri. Hal ini ditunjang dari hasil penelitian Divisi Renstra

Bank Riau Kepri, bahwa spesifikasi produk dan jasa yang ditawarkan Bank Riau Kepri telah

mendorong keinginan banyak masyarakat untuk menjadi nasabah. c. Market Space dan Market

Share Pertumbuhan ekonomi dan pelung usaha di Provinsi Riau dan Kepri, menunjukkan adanya

peningkatan kebutuhan terhadap layanan perbankan yang cukup besar. Hal ini menunjukkan ruang

pasar yang masih luas untuk dapat dipenuhi. Ruang pasar yang cukupbesar ini memberikan ruang

lebih besar bagi Bank Riau Kepri, karena aspek histori, geografi, dan kedekatan menjadi keunggulan

spesifik Bank Riau Kepri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadapa layanan perbankan. d.

Program Pemasaran Program pemasaran Bank Riau Kepri disusun berdasarkan target pasar dan

pangsa pasar yang dikuasai. Rencana pemenuhan pangsa pasar disusun berdasarkan program

pemasaran yang lebih rinci meliputi kebijakan pricing (penetapan suku bunga), dan kegiatan promosi

yang digunakan. Dengan manajemen pricing yang tepat, Bank Riau Kepri dapat lebih unggul dalam

menentukan tingkat suku bunga produk-produk yang ditawarkan. Disamping itu, dengan didukung

kegiatan promosi yang terarah dan pencitraan yang positif memalui media cetak, tv, radio, dan

media luar ruang, membuat program pemasaran Bank Riau Kepri dapat berjalan efektif dalam

meraih besarnya market share.

Anda mungkin juga menyukai