Anda di halaman 1dari 13

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 01 SELAKAU


Imam, Ade Mirza, Asep Nursangaji
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak
Email : protikaimam123@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui katagori kemampuan


penalaran matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Selakau. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian
studi survey. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 01 Selakau dengan subjek
sebanyak 33 siswa. Berdasarkan hasil analisis terhadap data tes kemampuan
penalaran matematis dan wawancara diperoleh bahwa dari 33 siswa, 10 siswa
tergolong dalam kategori kemampuan penalaran matematis bawah, 16 siswa
tergolong dalam kategori kemampuan penalaran matematis tengah, dan 7 siswa
tergolong dalam kategori kemampuan penalaran matematis atas. Siswa yang
tergolong dalam kategori kemampuan penalaran matematis atas sudah mampu
menguasai indikator dari penalaran deduktif antara lain yaitu kemempuan
dalam melakukan perhitungan matematis berdasarkan rumus tertentu;
kemampuan membuktikan kebenaran dari pernyataan yang diberikan; dan
penalaran induktif antara lain yaitu kemampuan siswa dalam mengajukan
dugaan; kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat khusus.
Sedangkan siswa kategori kemampuan penalaran matematis tengah hanya
mampu menguasai indikator penalaran induktif saja dan siswa dalam kategori
kemampuan penalaran matematis bawah mengalami banyak kesulitan untuk
setiap indikator.

Kata Kunci: Penalaran Matematis, Kemampuan Penalaran Matematis

Abstract : The aims of this research is to know the category of mathematical


reasoning ability of grade VIII SMP Negeri 01 Selakau by using descriptive
method within survey studies. This research was conducted at SMP Negeri 01
Selakau with 33 students as subject. The results of mathematical reasoning
ability tests and interview analyzed showed 10 students classified in low
category, 16 students classified in medium category, and 7 students classified
in top category. Students in the top category of mathematical reasoning ability
are mastering the from of deductive reasoning such as students who able to do
calculations based on a specific formula; students who able to prove the truth
of statement; and inductive reasoning such as students who able to present the
assumption; students who able to draw conclusion from specifik statement. The
ability of students in medium can only be able to master the indicators of
inductive reasoning and low catagories had many difficulties in every
indicator.
Keywords: Mathematical Reasoning, The Ability of Mathematical
Reasoning

1
M atematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk
dipelajari oleh setiap siswa di sekolah. Dengan mempelajari matematika
diharapkan siswa memiliki pola pikir yang inovatif dan imajinatif. NCTM
(2000:7) menyebutkan bahwa satu di antara tujuan pembelajaran matematika
adalah mengembangkan kemampuan penalaran matematis. Ball, Lewis & Thamel
(dalam Rianto dan Rusdy, 2011:3) menyatakan, “mathematical reasoning is the
foundation for the construction of mathematical knowledge”. Hal ini berarti
kemampuan penalaran matematis adalah fondasi untuk mendapatkan pengetahuan
matematika. Pentingnya kemampuan penalaran bagi siswa sekolah juga tertulis
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi matematika yaitu agar peserta didik mampu menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika (Depdiknas, 2006: 346).
Kemampuan penalaran sangat berhubungan dengan pola berfikir logis,
analitis, dan kritis. Melalui penalaran yang baik, seseorang akan dapat mengambil
kesimpulan atau keputusan yang berhubungan dengan kehidupannya sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (dalam Shadiq, 2004: 4) yang menyatakan
bahwa kemampuan penalaran merupakan proses berpikir yang menghubungkan
fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang diketahui menuju kepada tercapainya
suatu kesimpulan. Seseorang dengan kemampuan penalaran yang rendah akan
selalu mengalami kesulitan dalam menghadapi berbagai persoalan, karena
ketidakmampuan menghubungkan fakta-fakta untuk sampai pada suatu
kesimpulan. Oleh karena itu, sudah seharusnya penalaran perlu dikembangkan
pada setiap individu.
Berdasarkan hasil laporan The Trends in International Mathematics and
Science Study (Mullis et al, 2012) pada tahun 2011 presentase kelulusan
kemampuan matematis siswa di Indonesia khususnya pada kemampuan penalaran
(reasoning) adalah 17%. Ternyata presentase tersebut sangat jauh dibawah rata-
rata presentase kelulusan internasional yaitu 30% untuk penalaran (reasoning).
Namun, penilaian yang dilakukan oleh TIMSS mengenai penalaran tampaknya
masih bersifat umum kerena masih belum diketahui secara spesifik letak
kelemahan penalaran siswa Indonesia. Sementara penalaran sendiri terdapat dua
jenis, menurut Copi (dalam Shadiq, 2007: 17) jenis-jenis penalaran yaitu
penalaran induktif dan deduktif.
Pada dasarnya, kedua jenis penalaran ini masing-masing memiliki peranan
penting dan saling berkaitan satu sama lain. Menurut Suharti (2013 : 1) penalaran
induktif dan deduktif digunakan untuk mempelajari konsep matematika
kegiatannya dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati,
membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru
yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Kekurangan dalam
menguasai kedua kemampuan penalaran ini dapat menyebabkan sulitnya siswa
dalam menemukan konsep-konsep matematika dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Venner (dalam Priatna, 2003: 3) bahwa kesalahan siswa dalam
memahami konsep matematika disebabkan karena rendahnya penguasaan
terhadap kemampuan penalaran baik deduktif maupun induktif. Oleh karena itu,

2
kemampuan penalaran matematis baik deduktif maupun induktif adalah modal
dasar dalam memahami konsep matematika.
Kemampuan penalaran deduktif dan induktif sendiri merupakan salah satu
modal dasar yang harus dikuasai dalam memahami konsep geometri. Ini senada
dengan Clement dan Battista (dalam Nurlatifah, 2013:1) yang menyatakan bahwa
kemampuan yang perlu dikuasai oleh siswa dalam mempelajari konsep geometri
adalah kemampuan penalaran.
Dalam penelitian TIMSS tidak diinformasikan dengan jelas sekolah yang
dijadikan sampel, padahal banyak sekolah-sekolah di Indonesia dengan siswa
yang berprestasi dan menjadikannya sebagai sekolah-sekolah unggulan. Di
Kalimantan Barat sendiri khususnya kabupaten Sambas terdapat sekolah
unggulan. Menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas satu diantara sekolah
unggulan adalah SMP Negeri 01 Selakau yang seringkali meraih peringkat lima
besar ujian nasional se-Kabupaten Sambas. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengungkap bagaimana kemampuan penalaran matematis siswa SMP Negeri 01
Selakau.

METODE
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan bentuk studi survey.
Subjek penelitian adalah siswa kelas SMPN 01 Selakau yang berjumlah 33 orang.
Penelitian ini berusaha mengungkapkan bagaimana kemampuan penalaran
matematis siswa yang kajiannya mencakup indikator dari dua jenis penalaran
yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif pada siswa SMP Negeri 01
Selakau. Pada pengumpulan data digunakan teknik pengukuran dengan alat
pengumpulan data berupa tes tertulis dan wawancara.
Soal tes yang diberikan bertujuan untuk mengukur dan mendeskripsikan
kemampuan penalaran matematis siswa yang didasarkan pada perolehan skor
siswa untuk setiap kompetensi yang diukur.Adapun soal tes berjumlah 4 soal
setelah divalidasi oleh 3 orang ahli, yaitu 1 dosen Pendidikan Matematika dan 2
guru matematika. Selanjutnya, pada hari Kamis, 12 Mei 2016 dilakukan uji coba
soal di SMP Negeri 01 Selakau kelas VIII B untuk mengukur validitas butir soal
dan reliabilitas soal. Validitas butir soal nomor 1 tergolong sedang, 2, 3 dan 4
tergolong tinggi, dengan koefisien validitas butir soal berturut-turut sebesar 0,47,
0,73, 0,62 dan 0,6. Reliabilitas soal tergolong tinggi dengan koefisien sebesar
0,66. Hasil pekerjaan siswa dinilai dari penguasaan siswa terhadap indikator
penalaran dedultif dan penalaran induktif. Sedangkan wawancara dilakukan untuk
menggali informasi lebih lanjut mengenai kemampuan penalaran matematis siswa
yang tidak tergali melalui tes tertulis. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara tidak terstruktur.
Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan diberi skor, disajikan dalam bentuk tabel,
kemudian digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: 1) atas, siswa dikatakan
memiliki kemampuan penalaran tingkat atas bila dapat menguasai 75% - 100%
indikator penalaran; 2) tengah, siswa dikatakan memiliki kemampuan penalaran
tingkat menengah bila dapat menguasai 50% ≤ indikator penalaran < 75 %; dan
3) bawah, siswa dikatakan memiliki kemampuan penalaran tingkat bawah bila
dapat menguasai < 50% indikator penalaran.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari data hasil tes kemampuan penalaran matematis diketahui bahwa skor rata-
rata dari seluruh siswa adalah 1,94 dari skor maksimal tiap siswa adalah 4.
Pengkategorian kemampuan penalaran matematis siswa selanjutnya dilakukan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 1) atas, siswa
dikatakan memiliki kemampuan penalaran tingkat atas bila dapat menguasai 75%
- 100% indikator penalaran; 2) tengah, siswa dikatakan memiliki kemampuan
penalaran tingkat menengah bila dapat menguasai 50% ≤ indikator penalaran < 75
%; dan 3) bawah, siswa dikatakan memiliki kemampuan penalaran tingkat bawah
bila dapat menguasai < 50% indikator penalaran. Oleh karena itu, siswa yang
berada pada kategori atas adalah siswa dengan perolehan skor  3. Siswa yang
berada pada kategori tengah adalah siswa dengan perolehan 2 ≤ skor < 3.
Sedangkan, siswa yang berada pada kategori bawah adalah siswa dengan
perolehan skor dibawah 2. Hasil penskoran dan pengkatagorian seperti tabel
berikut:
Tabel 1 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Skor Penguasaan Kemampuan Penalaran
Persentase
Kode Matematis untuk Setiap Indikator Total
No. Katagori
Siswa INDUKTIF DEDUKTIF Skor
(%)
(A) (B) (C) (D)
1 NR 0 0 0 0 0 0 BAWAH
2 PU 0 0 0 0 0 0 BAWAH
3 RN 1 0 0 0 1 25 BAWAH
4 AZ 1 0 0 0 1 25 BAWAH
5 FFV 0 0 0 1 1 25 BAWAH
6 NJ 0 1 0 0 1 25 BAWAH
7 SN 0 1 0 0 1 25 BAWAH
8 VP 0 1 0 0 1 25 BAWAH
9 NH 0 1 0 0 1 25 BAWAH
10 UDT 1 0 0 0 1 25 BAWAH
11 LNE 1 1 0 0 2 50 TENGAH
12 RS 0 0 1 1 2 50 TENGAH
13 FFO 0 1 0 1 2 50 TENGAH
14 FR 1 1 0 0 2 50 TENGAH
15 GAP 1 0 1 0 2 50 TENGAH
16 JA 1 1 0 0 2 50 TENGAH
17 MFI 1 1 0 0 2 50 TENGAH
18 MUI 1 1 0 0 2 50 TENGAH
19 RK 1 1 0 0 2 50 TENGAH
20 AY 1 1 0 0 2 50 TENGAH
21 RRA 1 1 0 0 2 50 TENGAH
22 TR 1 1 0 0 2 50 TENGAH
23 UR 1 1 0 0 2 50 TENGAH
24 DR 1 1 0 0 2 50 TENGAH
25 EC 1 1 0 0 2 50 TENGAH
26 LAS 1 1 0 0 2 50 TENGAH
27 RP 0 1 1 1 3 75 ATAS
28 FA 1 1 0 1 3 75 ATAS
29 GC 1 1 0 1 3 75 ATAS
30 ER 1 1 0 1 3 75 ATAS
31 DD 1 1 1 1 4 100 ATAS
32 TH 1 1 1 1 4 100 ATAS
33 PV 1 1 1 1 4 100 ATAS

4
Keterangan :
(A) : Kemampuan siswa dalam mengajukan dugaan
(B) : Kemampuan dalam menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat
khusus
(C) : Kemampuan melakukan perhitungan berdasarkan rumus tertentu.
(D) : Kemampuan dalam membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan
yang ada
Hasil tes kemampuan matematis siswa menunjukkan bahwa siswa kategori
kemampuan penalaran matematis atas sudah mampu menguasai indikator dari
penalaran induktif maupun penalaran deduktif dan mendapatkan skor yang
maksimal. Sedangkan siswa kategori kemampuan penalaran matematis tengah
hanya mampu menguasai indikator dari penalaran induktif saja. Siswa dengan
kategori kemampuan penalaran matematis bawah masih sangat banyak melakukan
kekeliruan ataupun kesalahan untuk setiap indikatornya. Setelah data terkumpul,
langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil tes tertulis. Berikut disajikan
analisis hasil jawaban siswa dalam tes tertulis yang diwakili oleh 1 siswa untuk
masing-masing kategori kemampuan penalaran matematis. Siswa kategori
kemampuan penalaran matematis atas diwakili oleh PV. Siswa kategori
kemampuan penalaran matematis tengah diwakili oleh EC. Siswa kategori
kemampuan penalaran matematis bawah diwakili oleh PU.
Analisis Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1 atau Indikator Penalaran
Deduktif (kemempuan siswa dalam melakukan perhitungan berdasarkan
rumus tertentu)

Gambar 1
Jawaban PV, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Atas

Pada soal nomor 1, siswa dengan kode nama PV mendapatkan skor


sempurna yaitu 3 atau menguasai indikator kemampuan siswa dalam melakukan
perhitungan berdasarkan rumus tertentu. Terlihat jelas bahwa PV sudah memiliki
kemampuan dalam melakukan perhitungan aturan rumus tertentu. PV mampu
melakukan perhitungan dengan benar dan cara penyelesaian benar. PV menjawab
soal ini secara terstruktur, PV memberikan informasi yang dia ketahui dari soal
tersebut dengan membuat jaring-jaring dari sebuah skop sampah( pengki) yang
berbentuk prisma terlebih dahulu, lalu PV dapat menentukan bangun datar yang
menyusun jaring-jaring skop ( pengki) tersebut. Kemudian PV menetukan rumus

5
untuk menjawab permasalahan dari soal tersebut. Selanjutnya PV melakukan
perhitungan dengan baik dan benar.
Selanjutnya, analisis dilakukan pada jawaban siswa kategori kemampuan
penalaran matematis tingkat tengah . Pada siswa dengan kemampuan penalaran
matematis tingkat tengah ternyata masih terdapat beberapa kendala untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada saol nomor 1. Terlihat dari
contoh jawaban siswa kategori kemampuan penalaran matematis tingkat tengah
sebagai berikut.

Gambar 2
Jawaban EC, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Tengah

Pada soal nomor 1, terlihat EC tidak dapat menentukan bangun datar yang
menjadi penyusun jaring-jaring skop (pengki) yang berbentuk prisma tegak segi
tiga tersebut, Sehinggga EC kesulitan dalam menentukan rumus yang harus
digunakan.
Berikutnya analisis terhadap siswa yang tergolong ke dalam kemampuan
penalaran matematis katagori bawah. Siswa yang tergolong dalam kategori rendah
melakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan masalah. Berikut contoh
jawaban siswa kategori kemampuan penalaran matematis rendah.

Gambar 3
Jawaban PU, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Bawah

Pada soal nomor 1 PU belum mampu dalam menentukan rumus dengan


benar untuk melakukan penyelesaian soal. Terlihat PU belum bisa menentukan
rumus luas permukaan atau belum bisa membuat jaring-jaring bangun prisma
tegak segi tiga sehingga PU tidak bisa menentukan rumus yang benar yang
digunakan untuk melakukan penyelesaian yang benar.

6
Analisis Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2 atau Indikator Penalaran
Deduktif (Kemempuan Siswa Membuktikan Kebenaran dari Pernyataan
Yang Ada)

Gambar 4
Jawaban PV, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Atas

Sama seperti pada soal nomor 1, pada soal nomor 2, PV juga mendapatkan
skor total maksimal untuk setiap aspek yaitu 3. PV menuliskan informasi dari
soal dengan benar dari pernyataan yang ada. Dilihat dari jawaban, PV benar
dalam membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan yang diberikan.
Selanjutnya analisis dilakukan terhadap jawaban siswa yang tergolong
dalam kategori kemampuan penalaran matematis tingkat tengah. Berikut contoh
jawaban siswa kategori kemampuan penalaran matematis tingkat tengah pada
soal nomor 2.

Gambar 5
Jawaban EC, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Tengah

Berbeda dengan soal nomor 1, pada soal nomor 2, informasi dari soal yang
ditulis oleh EC sudah lengkap dan benar, sehingga EC bisa membuktikan
kebenaran suatu pernyataan yang diberikan dengan benar.
Berikutnya analisis terhadap siswa yang tergolong ke dalam kemampuan
penalaran matematis bawah.

7
Gambar 6
Jawaban PU, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Bawah

Pada soal nomor 2 yang dikerjakan oleh PU, dari jawaban PU terlihat tidak
tahu informasi pada soal yang di berikan, sehingga PU tidak tahu apa yang
menjadi permasalahan dari soal tersebut. PU tidak memberikan pembuktian
dengan benar dari pernyataan yang diberikan dan maksud dari jawaban PU tidak
nampak arah dan tujuannya.

Analisis Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 3 atau Indikator Penalaran


Induktif (Kemempuan Siswa dalam Mengajukan Dugaan)

Gambar 7
Jawaban PV, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Atas

Sama seperti pada pekerjaan PV nomor 1 dan 2, PV tetap mendapatkan skor


maksimal yaitu 2. PV mampu memperkirakan jawaban dengan benar dari
permasalahan yang diberikan dan memberikan alasan yang rasional.
Selanjutnya, analisis akan dilakukan pada jawaban siswa kategori
kemampuan penalaran matematis tengah.

8
Gambar 8
Jawaban EC, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Tengah

Untuk soal nomor 2, EC mendapatkan nilai maksimal yaitu 2 dari soal EC


sudah bisa mengajukan dugaan dari suatu permasalahan. Sebelum mengajukan
dugaan sama halnya seperti PV, EC juga mengurutkan dan menganalisis pola
terlebih dahulu.
Berikutnya analisis terhadap siswa yang tergolong ke dalam kemampuan
penalaran bawah.

Gambar 9
Jawaban PU, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Bawah

PU mengajukan dugaan keliru dan alasan yang diberikan juga kurang


tepat. Dari jawaban PU kelihatan tidak mengerti seharusnya PU sudah dapat
mengajukan dugaan atau memperkirakan jawaban dengan melihat pola baris
bangun ruang terlebih dahulu.
Analisis Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 4 atau Indikator Penalaran
Induktif (kemempuan siswa dalam menarik pernyataan yang bersifat
khusus)

Gambar 10
Jawaban PV, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Atas

9
Untuk soal nomor 4, PV juaga mendapatkan skor maksimal yaiti 4, disini
PV menarik kesimpulan dengan benar/lengkap dan menggambar benar. ini
terlihat bahwa PV sudah mampu menarik kesimpulan dari sebuah pernyataan
yang bersifat khusus.
Selanjutnya, analisis akan dilakukan pada jawaban siswa kategori
kemampuan penalaran matematis tengah.

Gambar 11
Jawaban EC, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Tengah

Pada soal nomor 4 ini, EC kurang lengkap dalam menarik kesimpulan dan
menggambar juga kurang tepat. EC terlihat masih mengabaikan informasi yang
diberikan pada soal.
Berikutnya analisis terhadap siswa yang tergolong ke dalam kemampuan
penalaran bawah.

Gambar 12
Jawaban PU, Siswa Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Bawah
Dari soal nomor 4, PU mengabaikan informasi dari soal yang diberikan, PU
tidak sama sekali menarik kesimpulan dari pernyataan yang diberikan. Disini PU
hanya membuat gambar dengan kurang tepat. Disini terindikasi PU belum
mampu menarik kesimpulan dari pernyataan yang diberikan.

Pembahasan
Berikut ini akan dibahas mengenai kemampuan penalaran matematis siswa
di kelas VIII SMP Negeri 01 Selakau dilihat dari indikator 2 jenis penalaran yaitu
penalaran deduktif dan penalaran induktif
1. Penalaran Deduktif
a. Kemampuan siswa dalam melakukan perhitungan berdasarkan rumus
tertentu
Pada soal nomor 1 atau indikator penalaran ini, jawaban siswa
bervariasi, untuk siswa yang memiliki kategori kemampuan penalaran
matematis atas, 4 orang siswa dari 7 siswa mampu mampu menguasaai
indikator ini artinya sudah memiliki kemampuan melakukan perhitungan

10
berdasarkan rumus tertentu dan 3 siswa yang lainnya masih belum dapat
menguasai indikator ini, mereka keliru dalam melakukan penyelesaian atau
menentukan rumus yang digunakan. Untuk katagori kemampuan penalaran
matematis tingkat tengah dari 16 siswa hanya 2 siswa yang dapat
menguasai, dan sisanya belum menguasai indikator siswa atau masih keliru
dalam melakukan perhitungan. Sedangkan untuk katagori kemampuan
penalaran tingkat bawah dari 10 siswa tidak ada siswa yang dapat
menguasai indikator ini, siswa masih keliru dalam penyelesaian atau belum
mampu melakukan perhitungan berdasarkan rumus tertentu.
Siswa yang belum mampu dalam menguasai indikator ini atau belum
mampu melakukan perhitungan berdasarkan rumus tertentu sebenarnya
siswa sudah memahami informasi yang ada dari soal, hanya saja siswa
belum paham untuk menggunakan rumus yang akan digunakan dalam
perhitungan.
b. Kemampuan siswa dalam membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan
Untuk nomor 2, atau indikator penalaran ini, jawaban siswa juga
bervariasi seperti soal nomor 1. Untuk siswa yang memiliki kategori
kemampuan penalaran matematis atas, semua siswa dapat menguasai
indikator ini, ini berarti siswa sudah mampu membuktikan kebenaran dari
suatu pernyataan. Untuk katagori kemampuan penalaran matematis tingkat
tengah dari 16 orang siswa ada 2 orang siswa yang dapat menguasai
indikator ini, sedangkan yang lainya belum atau masih keliru dalam
melakukan membuktikan kebenaran suatu pernyataan. Sedangkan untuk
katagori kemampuan penalaran tingkat bawah dari 10 siswa hanya 1 orang
siswa yang dapat menguasai indikator ini dan siswa yang lainnya masih
keliru dalam melakukan membuktikan kebenaran suatu pernyataan.
Sama seperti pada indikator yang pertama, siswa yang belum bisa
menguasai indikator bukan karena tidak tahu informasi yang terdapat pada
soal tapi siswa belum paham untuk untuk melakukan pembuktian, hal ini
disebabkan dalam proses belajar mereka sehari-hari mereka tidak pernah
dituntut untuk melakukan pembuktian dalam menyelesaikan
permasalahan/soal yang diberikan.
2. Penalaran Induktif
a. Kemampuan siswa dalam mengajuakan dugaan
Untuk nomor 3 atau indikator penalaran ini, jawaban siswa juga
bervariasi seperti soal nomor 1 dan 2. Untuk siswa yang memiliki kategori
kemampuan penalaran matematis atas, dari 7 siswa hanya 1 siswa yang
tidak menguasai indikator ini, sisanya siswa sudah mampu mengajuakan
dugaan atau siswa sudah bisa membuat perkiraan jawaban dengan benar
dari permasalahan yang diberikan. Untuk katagori kemampuan penalaran
matematis tingkat tengah hanya 2 orang siswa yang belum menguasai
indikator ini. Sedangkan untuk katagori kemampuan penalaran tingkat
bawah dari 10 siswa, 7 siswa belum menguasai indikator atau masih keliru
dalam mengajukan dugaan.
Pada indikator ini sebagian besar siswa menguasai atau mampu dalam
mengajukan dugaan, baik siswa kemampuan penalaran matematis tingkat

11
atas, tengah dan bawah. Siswa yang belum menguasai indikator ini
terindikasi dalam memperkirakan jawaban mereka mengabaikan informasi
yang diketahui.
b. Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat
khusus
Untuk nomor 4 atau untuk indikator penalaran ini, jawaban siswa juga
bervariasi seperti soal nomor 1,2 dan 3. Untuk siswa yang memiliki kategori
kemampuan penalaran matematis atas, semua siswa dapat menguasai
indikator ini berarti siswa sudah mampu menarik kesimpulan dari suatu
pernyataan. Untuk katagori kemampuan penalaran matematis tingkat tengah
hanya 2 siswa dari 16 siswa yang belum bisa menguasai indikator, yang
lainnya sudah menguasai artinya sudah mampu menarik kesimpulan dari
suatu pernyataan. Sedangkan untuk katagori kemampuan penalaran tingkat
bawah dari 10 siswa, 4 orang siswa yang mampu menguasai indikator ini
dan siswa yang lainnya masih keliru atau belum sempurna dalam menarik
kesimpulan.
Sama seperti indikator sebelumnya pada indikator ini sebagian besar
siswa menguasai indikator artinya mereka sudah mampu dalam menarik
kesimpulan. Tapi untuk yang belum bisa menguasai indikator ini
sebenarnya sudah memahami informasi yang ada untuk menarik kesimpulan
hanya saja dalam menarik kesimpulan siswa mengabaikan informasi yang
mereka dapatkan dari pernyataan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap data tes kemampuan penalaran
matematis dan wawancara diperoleh bahwa dari 33 siswa, 10 siswa tergolong
dalam kategori kemampuan penalaran matematis bawah, 16 siswa tergolong
dalam kategori kemampuan penalaran matematis tengah, dan 7 siswa tergolong
dalam kategori kemampuan penalaran matematis atas. Siswa yang tergolong
dalam kategori kemampuan penalaran matematis atas sudah mampu menguasai
indikator dari penalaran deduktif dan penalaran induktif. Sedangkan siswa
kategori kemampuan penalaran matematis tengah hanya mampu menguasai
indikator penalaran induktif saja dengan kata lain siswa dalam kemampuan ini
sudah mampu mengajukan dugaan artinya siswa dapat membuat perkiraan
jawaban dengan benar dari permasalahan yang diberikan, selain itu siswa dalam
kemampuan ini juga sudah mampu menarik kesimpulan yang bersifat khusus
artinya siswa sudah dapat menarik kesimpulan secara umum berdasarkan
pernyataan yang bersifat khusus. Tetapi untuk indikator penalaran deduktif , siswa
cendrung menuliskan jawaban yang kurang relevan dengan penyelesaian yang
diberikan dan siswa dalam kategori kemampuan matematis bawah mengalami
banyak kesulitan untuk setiap indikator.

12
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan keterbatasan dalam
penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada peneliti yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan penalaran matematis sebagai
berikut: (1) sebaiknya dalam melakukan penelitian peneliti mengkaji semua
indikator dari kemampuan penalaran matematis agar mendapatkan jawaban dari
rumusan masalah secara mendalam. (2) sebaiknya untuk waktu wawancara
peneliti mencari waktu luang dimana siswa tidak dalam keadaan sedang belajar
agar wawancara dilakukan dengan kondisi tenang sehingga informasi yang
diperoleh pun tercapai.

DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. (2006). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Mullis, I.V.S., Martin,M.O.,Foy,P.,& Arora, A. (2012). Chestnut Hill, MA :
TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston Collage.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA: The
National Council of Teachers Matematics, Inc.
Priatna, M. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa
Kelas 3 SLTP di Kota Bandung. Disertasi. UPI Bandung: tidak diterbitkan
Rianto. B, Rusdy. (2011). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Prestasi
Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme pada Siswa Sekolah
Menengah Atas. Tesis. Sumatra Selatan: Unsri.
Shadiq, Fadjar.(2014). Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa. Graha Ilmu: Yogyakarta
Shadiq, Fadjar. (2007). Pemecahan masalah, Penalaran dan Komunikasi.
(Online).http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf/
dikunjungi 20 Juni 2015
Suharti,A.(2013). Penalaran dalam Pembelajaran MI.Balai Diklat: Bandung

13

Anda mungkin juga menyukai