Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN

RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH BATAM


TAHUN 2019

1. Pendahuluan
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
maka tuntutan pengelolaan Program Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan di Rumah
Sakit (MRFLRS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses
kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
rumah sakit yang tidak memenuhi standar.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi dan kehidupan social ekenomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan
pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit seperti yang
tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrument
akreditasi rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165:
”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.Berdasarkan pasal
diatas maka pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan
para tenaga kerjanya.Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja. Rumah sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi
bahaya di rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk melaksanakan upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilaksanakan secara integrasi dan menyeluruh
sehingga risiko terjadinyaPenyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
di rumah sakit dapat dihindari.
MRFLRS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM rumah sakit, pasien,

1
pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit. Hal ini secara tegas
dinyatakan didalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal (1)
yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal tiga (3) tahun sekali. Kesehatan dan Keselamatan Kerja termasuk
salah satu standar pelayanan yang dimulai dalam akreditasi rumah sakit.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan yang memenuhi
unsur Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan
dan kesehatan sumber daya manusia RS, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan RS seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 66 Tahun
2016.
Untuk mewujudkan pelayanan yang lebih prima dan professional kepada masyarakat,
terbentuklah organisasi MRFL di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam mempunyai tugas
untuk menjamin keselamatan dan keamanan seluruh pasien, pengunjung dan karyawan rumah
sakit. Oleh karena itu segala fasilitas dan sarana harus memadai dan tidak menimbulkan
risiko bagi orang-orang disekitarnya.
Program kerja MRFLRS diharapkan mampu mengelola dan meminimalisir potensi
risiko di lingkungan dimana pasien dirawat dan staf bekerja, untuk itu diperlukan juga peran
serta dari manajemen, seluruh karyawan dan semua orang yang berada di rumah sakit saat
terlaksananya program.

2. Latar Belakang
Negara-negara pengimpor suatu produk strategis terutama negara maju baik belahan
dunia barat maupun timur telah mensyaratkan penerapan sistem Manajemen Mutu, Sistem
Manajemen Lingkungan, Social Accountability (Social Clause), Sertifikasi Produk, dan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Persyaratan tersebut dimaksudkan
untuk memulai standar baik internasional, regional maupun badan sertifikasi.
Untuk membuktikan bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh suatu perusahaan,
harus dibuktikan dengan cara pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang
merupakan bagian dari proses akresitasi maupun sertifikasi. Pengukuran kinerja tersebut
merupakan salah satu aspek penting dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja, dan dengan konsep manajemen modern, maka aspek pengukuran kinerja tersebut

2
digunakan dalam berbagai kegiatan perusahaan yang dimulai sejak tahap perencanaan,
konstruksi sampai tahap operasional.
Sesuai dengan ISO 14000 bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupkan sikap yang berkelanjutan, dimana salah satu tahapan penting yakni melaksanakan
monitoring atau pengukuran kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan. Pengukuran kinerja tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan,
kelemahan dan kekurangan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
telah diterapkan dalam perusahaan. Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh
beberapa faktor penyebab, oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti factor-faktor
penyebabnya dengan upaya utuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan
keselamatan kerja yang tepat efektif dan efisien sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan
dapat dicegah.
Mengelola risiko harus dilakukan secara konprehensif melalui pendekatan manajemen
sebagaimana terlihat dalam risk manajemen standar AS/NZS 4360 yang meliputi temuan
konteks, identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, indikasi,
pemantauan dan tinjauan ulang. Langkah awal mengembangkan manajemen risiko untuk
menetukan konteks yang diperlukan karena manajemen risiko sangat luas.Salah satu
diantaranya adalah manajemen risiko MFK. Untuk manajemen risiko MRFLjuga diperlukan
penetuan konteks yang akan dikembangkan misalnya risiko dan kerja, hygiene, dan lain-lain.
Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi misi serta sasaran yang ingin dicapai.Lebih
lanjut ditetapkan pula kriteria risiko yang sesuai dengan organisasi setelah menetapkan
konsep manajemen risiko dan selanjutnya adalah melakukan identifikasi bahaya analisa dan
evaluasi risiko serta menentukan langkah atau strategi pengendaliannya.

3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan perlindungan dan jaminan keselamatan dan keamanan bagi pasien,
pengunjung dan seluruh karyawan selama berada di lingkungan Rumah Sakit Santa
Elisabeth.
2. Tujuan Khusus
a) Memberikan jaminan Keselamatan dan Keamanan bagi pasien, staf dan
pengunjung rumah sakit, serta memberikan proteksi terhadap sarana dan prasarana
rumah sakit terhadap risiko kehilangan dan pengrusakan dan kerusakan.
b) Melakukan pengelolaan dan pengendalian bahan B3 secara benar dan aman.

3
c) Mempersiapkan rumah sakit untuk dapat menghadapi dan menangani
kemungkinan terjadinya bencana.
d) Mengurangi risiko kerugian secara materi dan terlebih jiwa manusia dari
kemungkinan bahaya kebakaran dan sejenisnya.
e) Memiliki kemampuan dan keterampilan tentang penanggulangan akibat kebakaran
yang terjadi di lingkungan rumah sakit.
f) Memastikan bahwa peralatan medis rumah sakit dapat difungsikan secara optimal
tanpa menimbulkan risiko.
g) Terpeliharanya semua system utilitas rumah sakit.

4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


4.1. Kegiatan Pokok
a. Keselamatan dan keamanan
b. Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya
c. Penanggulangan bencana (emergency)
d. Proteksi kebakaran (fire safety) – property dan para penghuni dilindungi dari
bahaya kebakaran dan asap
e. Peralatan medis – pemilihan, pemeliharaan dan penggunaan teknologi dengan cara
yang aman untuk mengurangi risiko.
f. Sistem penunjang (utilitas) – pemeliharaan sistem listrik, air dan system
penunjang lainnya dengan tujuan untuk mengurangi risiko kegagalan operasional.
4.2. Rincian Kegiatan
a. Keselamatan dan keamanan
 Identifikasi Risiko
- Inventarisasi daerah yang berisiko
- Identifikasi staf, pengunjung, pedagang / vendor.
- Melakukan asesmen risiko selama masa renovasi.
- Identifikasi fasilitas fisik (mencatat semua perabot yang tajam dan rusak,
fasilisitas yang perlu perbaikan)
- Perpanjangan izin fasilitas
- Pengotrolan keamanan

4
 Analisa Risiko
- Melakukan Analisa dari setiap kejadian Seperti: acces orang yang tidak
berwewenang, kehilangan, kerusakan fasilitas, dll.
- Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya insiden dari setiap kejadian.
- Menyediakan penujuk arah /lokasi rumah sakit di setiap akses masuk rumah
sakit.
- Melakukan perhitungan untuk mengetahui nilai risiko.
 Evaluasi Risiko
Membuat kriteria risiko dari setiap unit kerja untuk menentukan risiko dapat
diterima (tingkat risk low), tidak dapat diterima (tingkat risk high dan very high)
dan dapat ditolerir(tingkat risiko medium) terhadap acces orang yang tidak
berwewenang, kehilangan, kerusakan fasilitas dengan cara melakukan evaluasi:6
bulan sekali dan 1 x setahun
 Tata kelola risiko
Melakukan pengendalian terhadap acces orang yang tidak berwewenang,
kehilangan, kerusakan fasilitas dengan mengalokasikan pembiayaan sesuai
dengan tingkat kebutuahan seperti:
- Daftar area berisiko
- Membuat denah/peta daerah berisiko
- Memberi dan mengganti simbol/rambu-rambu daerah berisiko.
- Pemberian kartu pengenal kepada pengunjung / vendor
- Menyusun kebijakan dan SPO pemberian identitas pada pegawai,
pengunjung dan pedagang.
- Memasang CCTV di lokasi yang dianggap berisiko
- Membuat Map lokasi CCTV
- Menuyusun MFKdi setiap unit
- Membuat panduan dan SPO selama masa pembangunan dan renovasi
(kerjasama dengan PT).
- Membuat anggaran untuk pengadaan dan perbaikan fasilitas yang rusak.
- Membuat anggaran untuk perijinan fasilitas.
 Pelaporan Insiden
Pelaporandilakukan setiap ada temuan dilapangan dengan mengisi form
pelaporan hazard atau kejadian(menyediakan form pelaporan kejadian)

5
 Monitoring dan Review insiden
- Observasi lokasi / lapangan.
- Monitoring perbaikan fasilitas.
- Melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala spt: lantai, atap,
dinding,jendela, pintu, meuble dan pengkabelan.
- Membuat rencana perbaikan dari hasil pemeriksaan.
 Edukasi staf
- Melakukan sosialisasi daerah risiko kepada staf 2 kali setahun.
- Pelatihan keterampilan Satpam

b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya


 Identifikasi Risiko
- Melakukan identifikasi B3
- Melakukan identifikasi lokasi B3
- Melengkapi tanda / rambu dan pelabelan B3.
 Analisa Risiko
Melakukan analisa risiko terhadap penggunaan B3 mulai dari:
- Penyimpanan.
- Penggunaan.
- Tumpahan B3.
 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan:
- 6 bulan sekali
- 1 tahun sekali
 Tata kelola risiko
- Membuat pedoman pengelolaan B3.
- Melakukan perencanaan pengadaan B3.
- Membuat ketentuan penanganan limbah berbahaya.
- Melengkapi denah / tanda B3.
- Kontrak yang dilengkapi MSDS.
- Melengkapi APD dan Melakukan pelabelan B3
- SPO pengadaan, penyimpanan, pengamaman dan penanganan tumpahan

6
 Pelaporan Insiden
Menyediakan form laporan kejadian tumpahan, paparan dan insiden lainnya.
 Monitoring dan Review insiden
- Monitoring pemakaian APD.
- Monitoring unit independent.
- Observasi penggunaan B3.
 Edukasi staf
Sosialisasi penangan B3 dilakuan 1 x setahun
c. Penanggulangan Bencana (Emergency)
 Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi bencana internal dan external di rumah sakit.
 Analisa Risiko
Melakukan analisa jenis bahaya, ancaman dan kejadian yang ditemukan.
 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan:
- 6 bulan sekali
- 1 tahun sekali
 Tata kelola risiko
- Membuat progam penanggulangan bencana, kebakaran dan evakuasi /
disasterplan.
- Membuat pedoman penanggulangan bencana / disaster plan.
- Membentuk tim disaster plan
- Menyediakan denah evakuasi
- Membuat SPO penanggulangan bencana dan kebakaran.
- SPO evakuasi, SPO pelaporan kejadian Bencana.
 Pelaporan Insiden
Pelaporan insiden dilakukan pada saat kejadian kepada pimpinan rumah sakit.
 Monitoring dan Review insiden
- Observasi lapangan.
- Cheklis perlatan kebakaran: fire alarm, APAR dan Hydrant.
 Edukasi staf
Pelatihan / simulasi penanggulangan bencan, kebakaran a dan evakuasi kepada
staf

7
d. Proteksi Kebakaran (fire Safety) – property dan para penghuni dilindungi dari
bahaya kebakaran dan asap
 Identifikasi Risiko
- Identifikasi area yang berisiko kebakaran.
- Melakukan patroli kebakaran.
- Identifikasi daerah yang harus aman.
- Melakukan asesmen risiko pada saat renovasi dan pembangunan
 Analisa Risiko
Melakukan analisa jenis bahaya, ancaman dan kejadian yang ditemukan.
 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan:
- 6 bulan sekali
- 1 tahun sekali
 Tata kelola risiko
- Menyususn program penanggulangan kebakaran, dilengkapi dengan kerangka
acuan.
- Membuat sistem evakuasi yang aman,
- Menyusun jalur evakuasi,
- Membuat ketentuan penyimpanan bahan mudah terbakar termasuk
rambu/labelnya.
- Pemeliharaan APAR, Smoke detector, Head Detector, Hydrant, sprinker.
- Pemasangan rambu larangan merokok.
 Pelaporan Insiden
Pelaporan insiden dilakukan pada saat kejadian kepada pimpinan rumah sakit.
 Monitoring dan Review insiden
- Monitoring dan observasi sistem kebakaran: deteksi dini / fasilitas kebakaran
penanganan kebakaran dan jalur evakuasi.
- Observasi kepatuhan larangan merokok.
- Monitoring kepatuhan unit independenterhdp program
 Edukasi staf
Simulasi penanggulangan kebakaran
e. Peralatan Medis- pemilihan, pemeliharaan dan penggunaan teknologi dengan cara
yang aman untuk mengurangi risiko

8
 Identifikasi Risiko
- Identifikasi peralatan yang berisiko.
- Melakukan asesmen risiko peralatan medis.
 Analisa Risiko
Melakukan analisa jenis bahaya, ancaman dan kejadian yang ditemukan
 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan:
- 6 bulan sekali
- 1 tahun sekali
 Tata kelola risiko
- Menyusun program pengelolaan peralatan medis.
- Melakukan pemeliharaan rutin peralatan medis.
- Kalibrasi peralatan medis secara rutin
 Pelaporan Insiden
Pelaporan insiden dilakukan pada saat kejadian kepada pimpinan rumah sakit.
 Monitoring dan Review insiden
Melakukan pengecekan secara terus-menerus dengan menyediakan kartu cheklis
peralatan medis.
 Edukasi staf
Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan medis.
f. Sistem penunjang (utilitas) – Pemeliharaan system listrik, air dan system penunjang
lainnya dengan tujuan mengurangi risiko
 Identifikasi Risiko
- Identifikasi peralatan yang berisiko
- Melakukan asesmen risiko peralatan berisiko.
 Analisa Risiko
Melakukan analisa jenis bahaya, ancaman dan kejadian yang ditemukan.
 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan:
- 6 bulan sekali
- 1 tahun sekali

9
 Tata kelola risiko
- Menyusun program pemeliharaan sistem utilisasi listrik, air dan sistem
pendukung lainnya.
- Melakukan pemeriksaan dan pengujian fasilitas.
 Pelaporan Insiden
Pelaporan insiden dilakukan pada saat kejadian kepada pimpinan rumah sakit.
 Monitoring dan Review insiden
Melakukan pengecekan secara terus-menerus dengan menyediakan kartu cheklis
peralatan medis.
 Edukasi staf
Pelatihan kepada staf tentang pengoperasian dan pemeliharaan sistem utilisasi,
listrik dan pendukung lainya.

5. Cara Melaksanakan Kegiatan


Kegiatan Program Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan dilakukan dengan
cara Monitoring, Perbaikan, Pengawasan, Pengamanan, pengumpulan dokumentasi,
evaluasi, Rencana Tindak Lanjut ( RTL) dan Pelaporan.

6. KEGIATAN

12 KEGIATAN SASARAN TARGET


1. Keselamatan dan Keamanan
1) Inventarisasi daerah yang berisiko. Lab, Farmasi, Genset,
Penyimpanan O2, Dapur, OK,
100 %
Kamar Bayi, Penitipan barang
pasien, aces IGD
2) Identifikasi fasilitas fisik
(mencatat semua perabot yang Fasilitas dan peralatan
100 %
tajam dan rusak, fasilisitas yang
perlu perbaikan).
3) Identifikasi staf, pengunjung,
Staf dan pengunjung 100 %
pedagang / vendor.
4) Melakukan asesmen risiko selama
Bangunan dan pekerja 100 %
masa renovasi.
5) Perpanjangan izin fasilitas. 1) Izin mengenai bangunan
2) Izin operasional RS 100 %
3) Izin Ipal

10
4) Izin Genset
5) Izin radiologi
6) Sertifikat pengamanan /
pemadaman kebakaran
7) Sistem kelistrikan
8) Izin TPS B3
9) Ijin Lift
10) Izin Instalasi Petir
11) Izin lingkungan
6) Pengontrolan Keamanan. Pintu Utama, Ruang Bayi, 100 %
acces ke IGD, Ruang
penitipan Barang pasien.
2. Bahan Berbahaya dan Beracun 100 %
(B3) dan limbahnya
1) Melakukan identifikasi B3 dan B3 100 %
Melampirkan MSDS
2) Melakukan identifikasi lokasi B3 Tempat penyimpanan B3 100%
3) Penggantian simbol/label/rambu Tempat penyimpanan B3 100 %
B3 yang mengalami kerusakan.
3. Penanggulangan Bencana 100 %
(Emergency)
1) Mengidentifikasi bencana internal Bencana external dan internal 100 %
dan external di rumah sakit.
2) Penggantian atau penambahan Seluruh unit RSE 100 %
tanda Emergency Exit.
3) Pelatihan evakuasi pasien. MFKdan perwakilan unit 100 %
4. Proteksi Kebakaran (fire Safety) – 100 %
Property dan para penghuni
dilindungi dari bahaya kebakaran dan
asap
1) Identifikasi area berisiko Daerah berisiko kebakaran 100 %
kebakaran.
2) Asesmen risiko area berisiko Daerah berisiko kebakaran 100 %
kebakaran.
3) Pengurangan risiko kebakaran,
dengan cara
pemberian/penggantian symbol
Area berisiko 100 %
bahan mudah terbakar dan
penerapan kawasan tanpa rokok
pada area-area berisiko.
4) Pemeriksaan dan 100 %
Peralatan kebakaran
pengujianperalatan proteksi

11
kebakaran sebagai pendeteksi dini
kebakaran dan asap oleh Dinas
Ketenagakerjaan.
5) Pelatihan penanggulangan - MFK 100 %
kebakaran. - Perwakilan unit
6) Latihan Hidrant. - MFK 100 %
- Perwakilan unit
7) Penggantiaan atau penambahan 100 %
Kawasan tanpa rokok
tanda Kawasan Tanpa Rokok.
5. Peralatan Medis- pemilihan, 100 %
pemeliharaan dan penggunaan
teknologi dengan cara yang aman
untuk mengurangi risiko
1) Identifikasi peralatan berisiko. Peralatan berisiko 100 %
2) Melakukan asesmen risiko Peralatan berisiko 100 %
peralatan medis.
3) Melakukan pemeliharaan rutin Peralatan medis 100 %
peralatan medis.
4) Kalibrasi peralatan medis. Peralatan medis 100 %
6. Sistem Penunjang (utilitas) – 100 %
Pemeliharaan system listrik, air dan
system penunjang lainnya dengan
tujuan mengurangi risiko
1) Identifikasi sistem utiliti. Listrik, air, telp, SIMRS 100 %
2) Melakukan asesmen risiko sistem Listrik, air, telp, SIMRS 100 %
utiliti.
3) Pengujian kualitas air. ATB 100 %

4) Melakukan pemeliharaan rutin Listrik, air, telp, SIMRS 100 %


terhadap sistem utiliti rumah
sakit.

7. Jadwal ( Schedule) Pelaksanaan Kegiatan


No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
1. Keselamatan dan
Keamanan
1) Inventarisasi daerah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berisiko
2) Mengadakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
inventiarisasi/identifika

12
siarea risiko dan
fasilitas fisik (mencatat
semua perabot yang
tajam dan rusak,
fasilisitas yang perlu
perbaikan).
3) Identifikasi staf, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pengunjung, pedagang /
vendor.
4) Melakukan asesmen
risiko selama masa Jika renovasi bangunan
renovasi.
5) Perpanjangan izin Masa berlaku izin habis
fasilitas
6) Pengontrolan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keamanan
2. Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dan
limbahnya
1) Melakukan identifikasi √
B3.
2) Penggantian √ √ √ √ √
simbol/tanda B3 yang
mengalami kerusakan.
3. Penanggulangan
Bencana (Emergency)
1) Mengidentifikasi √
bencana internal dan
external di rumah sakit
2) Penggantian atau √ √ √ √ √ √
penambahan tanda
Emergency Exit.
3) Pelatihan evakuasi √
pasien.
4. Proteksi Kebakaran(fire Safety) – property dan para penghuni dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap
1) Identifikasi area √
berisiko kebakaran.
2) Asesmen risiko area √
berisiko kebakaran.
3) Pengurangan risiko √ √

13
kebakaran, dengan cara
pemberian/penggantian
symbol bahan mudah
terbakar dan penerapan
kawasan tanpa rokok
pada area-area berisiko.
4) Pemeriksaan dan √ √
pengujian.
5) Peralatan proteksi √ √
kebakaran sebagai
pendeteksi dini
kebakaran dan asap
6) Pelatihan penanggulangan √
kebakaran.
7) Latihan pengoperasian √
hydrant
8) Penggantiaan atau √ √
penambahan tanda
Kawasan Tanpa Rokok.
9) Perbaikan dan √ √
penambahan alarm
kebakaran
5. Peralatan medis – Pemilihan, pemeliharaan dan penggunaan teknologi dengan cara yang
aman untuk mengurangi risiko
1) Identifikasi peralatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berisiko.
2) Melakukan asesmen √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
risiko peralatan medis.
3) Melakukan √ √
pemeliharaan
rutinperalatan medis.
4) Pemeriksaan dan √ √
kalibrasi peralatan
medis.

6. Sistem Penunjang(utilitas) – Pemeliharaan system listrik, air dan system penunjang


lainnya dengan tujuan mengurangi risiko.
1) Identifikasi sistem √ √ √ √ √
utiliti
2) Melakukan asesmen √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
risiko sistem utiliti.
3) Melakukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

14
pemeliharaan rutin
terhadap instalasi-
instalasi rumah sakit.

8. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporannya


1. Pencatatan dilakukan terhadap semua kegiatan.
2. Pelaporan dilaksanakan setiap selesai kegiatan.

9. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Pencatatan kegiatan dilakukan setiap menyelesaikan kegiatan dan Evaluasi
dilakukan setiap 6 (enam) bulan dan setahun sekali.

Batam, 15 Januari 2019


Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam
Dibuat Oleh :

dr. Oktavianus Maranggi


Ketua PK3RS

15
16

Anda mungkin juga menyukai