Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y

Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sawah Baru

Tanggal Masuk : 26 Februari 2019

II. DATA SUBYEKTIF

Keluhan utama : Pusing berputar sejak ± 2 jam sebelum datang ke UGD Puskesmas
Kampung Sawah.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke UGD Puskesmas Kampung Sawah dengan keluhan pusing


berputar sejak 2 jam sebelum datang ke puskesmas. Pusing dirasakan berputar terasa
sampai tidak terlalu seimbang saat berdiri. Pusing dirasakan selama 10-15 menit.Pusing
terjadi tiba-tiba, tidak dipengaruhi rasa lelah maupun ketika istirahat. Pusing dirasa
bertambah jika badan berubah posisi dan membaik jika pasien berbaring dan menutup
mata. Pasien juga mengeluhkan mual yang mengiringi keluhan pusing berputar tersebut.

Pasien sudah sering mengalami pusing berputar yang hilang timbul selama ± 2
minggu terakhir ini. Jika pusing datang pasien mengeluh mual namun tidak sampai

1
muntah. Pasien menyangkal adanya penglihatan dobel dan kabur, telinga berdenging,
demam, kejang, nyeri kepala kelemahan anggota tubuh dan kesemutan.

Riwayat penyakit dahulu :

 Riwayat hipertensi: disangkal.


 Riwayat DM: disangkal
 Riwayat cedera kepala/leher: disangkal
 Riwayat gangguan tidur: disangkal

Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat keluhan serupa : disangkal


 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal

Anamnesis Sistem

Sistem Serebrospinal : Pusing berputar (+)

Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan

Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan

Sistem Gastrointestinal : Mual

Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan

Sistem Integumental : Tidak ada keluhan

Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan

2
Resume Anamnesis
Pasien datang ke UGD Puskesmas Kampung Sawah dengan keluhan pusing
berputar sejak 2 jam sebelum datang ke puskesmas. Pusing dirasakan berputar terasa
sampai tidak terlalu seimbang saat berdiri. Pusing dirasakan selama 10-15 menit. Pusing
terjadi tiba-tiba, tidak dipengaruhi rasa lelah maupun ketika istirahat. Pusing dirasa
bertambah jika badan berubah posisi dan membaik jika pasien berbaring dan menutup
mata. Pasien sudah sering mengalami pusing berputar yang hilang timbul selama ± 2
minggu terakhir ini. Pasien juga mengeluhkan mual yang mengiringi keluhan pusing
berputar tersebut. Pasien menyangkal adanya penglihatan dobel dan kabur, telinga
berdenging, demam, kejang, nyeri kepala kelemahan anggota tubuh dan kesemutan.

 DATA OBYEKTIF

Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Denyut nadi : 89 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5oC

Keadaan umum : baik

Kesadaran : GCS E4V5M6

Kepala :

 Mata : edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/,
pupil isokor 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+, refleks kornea +/+, tes nistagmus +.
 Telinga : Bentuk normal, lubang lapang, serumen -, MT intak.
 Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidah ada
deviasi trakhea, tidak terdapat pembesaran KGB, kaku kuduk -.

3
 Thorax : Simetris, Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-, Cor : S1 S2 Reg, murmur(-).
 Abdomen : Supel, BU + normal, timpani

STATUS NEUROLOGIS
SYARAF-SYARAF OTAK
N I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Daya Penghidu N N
N II (Optikus)
Daya penglihatan N N
Pengenalan warna N N
Medan penglihatan N N
N III (Okulomotorius)
Ptosis - -
Gerakan bola mata ke
Superior N N
Inferior N N
Medial N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung + +
Reflek kornea + +
N IV (Troklearis)
Gerak bola mata ke lateral bawah N N
Diplopia - -
Strabismus - -
N V (Trigeminus)
Menggigit N N
Membuka mulut N N
N VI ( Abdusens)
Gerakan mata ke lateral N N
N VII (Facialis)

4
Kerutan kulit dahi N N
Kedipan mata N N
Mengerutkan dahi N N
Mengerutkan alis N N
Menutup mata N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Lakrimasi + +
N VIII (Akustikus)
Mendengar suara + +
Mendengar detik arloji + +
N IX (Glosofaringeus)
Daya kecap lidah 1/3 belakang + +
Reflek muntah + +
Sengau - -
Tersedak - -
N X (Vagus)
Denyut nadi 80x/ menit 80x/menit
Bersuara + +
Menelan + +
N XI (Asesorius)
Memalingkan kepala + +
Sikap bahu N N
Mengangkat bahu N N
Trofi otot bahu eutrofi eutrofi
N XII (Hipoglosus)
Sikap lidah N N
Tremor lidah - -
Menjulurkan lidah + +

5
Trofi otot lidah eutrofi eutrofi
BADAN
Trofi otot punggung : eutrofi
Nyeri membungkukkan badan : -
Trofi otot dada : -
Palpasi dinding perut : NT (-)
Kolumna vertebralis : - bentuk (N)
- Gerakan (N)
- nyeri tekan (-)
Sensibilitas : baik

ANGGOTA GERAK
Inspeksi :
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Drop hand : -/- Drop foot : -/-
Pitcher hand : -/- Kontraktur : -/-
Claw hand : -/- Warna :N
Udem : (-)
Warna :N
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Gerakan B-B-B/B-B-B B-B-B/B-B-B
Kekuatan 5-5-5/5-5-5 5-5-5/5-5-5
Tonus N/N N/N
Sensibilitas N N
Trofi eutrofi eutrofi
Biseps Triseps Radius Ulna Patella Achilles
Reflek Fisiologis +/+ +/ + +/+ +/+ + /+ +/+
Reflek Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -

6
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -
Gonda - -
Hoffmann-Tromner - -
Bing - -
Tes Lasegue - -
Tes Patrick - -
Tes Kontra Patrick - -
Tes Kernig - -
Koordinasi, Langkah dan Gaya berjalan :
Cara berjalan : normogait
Tes Romberg : (+)
Rebound fenomen : (-)
Nistagmus horisontal : (+)
Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
Tes hidung- telunjuk-hidung : tidak dilakukan
Tes telunjuk-telunjuk : tidak dilakukan
Tes Kalorimetrik : tidak dilakukan
Fungsi vegetatif : inkontinensia urin (-), anuria (-), inkontinensia alvi (-)

III. Pemeriksaan Penunjang

IV. Diagnosis Kerja

Vertigo Perifer

V. Penatalaksanaan
- Medikamentosa

 Betahistin 3 x 6 mg

7
 Paracetamol 2 x 500 mg
 Antasida tab 3 x1 tab
 Vit B complex tab 2 x 1 tab

- Non medikamentosa

 Edukasi mengenai penyakit pasien.

 Edukasi untuk pasien bedrest agar mengurangi

VI. Prognosis

- Ad Vitam : Dubia ad Bonam

- Ad Fungsional : Dubia ad Bonam

- Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar terasa seperti berputar


mengelilingi pasien, atau pasien merasa seperti berputar mengelilingi lingkungan
sekitar.1 Keluhan yang sering disampaikan pasien beragam, misalnya puyeng,
sempoyongan, mumet, muter, pusing, rasa seperti mengambang, dan rasa seperti
melayang. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan.1

Langkah-langkah sistematis manajemen pasien vertigo, antara lain:2


1. Memastikan keluhan
Pasien dapat menyampaikan keluhan kepala dengan sebutan pusing. Untuk
memudahkan dan menghindarkan salah persepsi dari gangguan kepala lainnya adalah
dengan menanyakan pasien mengenai apa yang dirasakan pasien saat terjadinya
serangan Pastikan bahwa keluhan yang dirasakan pasien benar-benr pusing berputar.
Bukan nyeri kepala atau bingung.
2. Memastikan jenis dan letak lesi
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Semua rangsang yang diterima reseptor masing-masing sistem
diintergrasikan di batang otak dan serebellum, sehingga terjadi hubungan fungsional
yang terpadu antara 3 sistem. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh
di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons

9
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan, dan gejala-gejala lainnya.3
Vertigo dapat timbul bila ada gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga
sistem tersebut pada tingkat resepsi, integrasi, maupun resepsi. Vertigo dibagi menjadi
dua, vertigo vestibular bila kelainan pada vestibular, dan vertigo non vestibular apabila
terjadi pada visual dan proprioseptif. Vertigo juga dibagi menjadi vertigo yang terjadi
dengan letak lesi di perifer (labirin dan n. Vestibularis) dan vertigo yang terjadi dengan
letak lesi di sentral (batang otak hingga korteks).

VERTIGO VERTIGO
PERIFER SENTRAL

Labirin dan N. Batang otak hingga


Letak lesi
Vestibularis korteks

Rasa berputar (true Melayang, hilang


Sifat vertigo
vertigo) keseimbangan

Serangan Episodik Kontinyu

Mual/muntah + –

Gangguan
pendengaran +/– –
dan/atau tinitus

Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek visual

Gejala gangguan + (diplopia, parestesi,



SSP gejala fokal serebral)

++ –
Gejala Otonom

Nistagmus Horizontal Vertikal

3. Mencari penyebab
Berbagai macam proses patologis dapat terjadi pada ketiga sistem somatosensorik,
vestibular, maupun visual, baik pada tingkat resepsi, integrasi, maupun persepsi. 4
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan

10
ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) dengan apa yang dipersepsi oleh
susunan saraf pusat. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik.Reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.5

Beberapa teori mengenai mekanisme terjadinya vertigo diantaranya adalah:


 Teori rangsang berlebihan (overstimulation).
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang berlebihan menyebabkan hiperemi
kanalis semisirkularis, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual, dan
muntah.
 Teori konflik sensorik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer, yaitu antara mata, vestibulum, dan
proprioseptik.Atau karena ketidakseimbangan masukan sensoris dari sisi kiri dan
kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus, ataksia,rasa melayang,
berputar.
 Teori neural mismatch.
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik. Menurut teori ini otak
mempunyai memori tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan,
timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
 Teori otonomik.
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi perubahan posisi.Gejala klinis timbul jika sistem simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.
 Teori neurohumoral.
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl), dan teori serotonin
(Lucat), yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

11
 Teori sinaps.
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan
memicu sekresi CRF (CorticotropinReleasingFactor). Peningkatan kadar CRF
selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
kemudian berkembang menjadi mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa
saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

PENYEBAB

Vertigo Perifer Vertigo Sentral

· BPPV
· Labirinitis
· Vestibular neuritis · Vascular
· Meniere’s Disease · Demyelinating
· Labyrinthie Ischemia · Neoplasm
· Trauma
· Toxin

12
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pasien ini didiagnosis sebagai vertigo perifer karena didapatkan dari
anamnesa pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 2 jam sebelum datang ke
puskesmas. Pusing dirasakan berputar terasa sampai tidak terlalu seimbang saat berdiri.
Pusing dirasakan selama 10-15 menit. Pusing terjadi tiba-tiba, tidak dipengaruhi rasa
lelah maupun ketika istirahat. Pusing dirasa bertambah jika badan berubah posisi dan
membaik jika pasien berbaring dan menutup mata. Pasien sudah sering mengalami
pusing berputar yang hilang timbul selama ± 2 minggu terakhir ini. Pasien juga
mengeluhkan mual yang mengiringi keluhan pusing berputar tersebut. Pasien
menyangkal adanya penglihatan dobel dan kabur, telinga berdenging, demam, kejang,
nyeri kepala kelemahan anggota tubuh dan kesemutan.
Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan Romberg’s Test (+). Pasien dengan
vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat berjalan,
sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan seringkali
tidak dapat berjalan. Walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular
atau propioseptif, hal ini tidak dapat digunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada
sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan
dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya terbatas pada vertigo)
misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event3.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
Pada pemeriksaan motorik didapatkan sistem motorik masih dalam batas normal,
fungsi vegetatif masih dalam batas normal sehingga vertigo sentral dapat dihilangkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. 2004. Vertigo: aspek neurologi. Bogor: Cermin Dunia Kedokteran.


2. Longo, D.L., kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L. & Loscalzo,
J. 2011. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th Edition. New York:
McGraw-Hill.
3. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
4. Luxon, L. M. 2004. Evaluation and Management of The Dizzy Patient. Journal
Neurology and Neurophysiology. 75 (4) p 45-52.
5. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American
Family PhysicSian March 15,2005:71:6.

14

Anda mungkin juga menyukai