Anda di halaman 1dari 24

Akhirnya, niat saya untuk menuliskan pengalaman beasiswa Chevening

terealisasikan pagi ini. Sudah sejak lama ingin menuliskan mengenai detail
aplikasi beasiswa Chevening namun selalu tertunda karena tekad dan niat
yang kurang bulat. Niatan saya ini seolah diingatkan kembali oleh laman
media sosial Kedutaan Besar Inggris di Indonesia (UK Embasssy) yang
memuat pengumuman pembukaan aplikasi beasiswa Chevening pada 6
Agustus 2018 mendatang.

Rencananya, saya akan mencoba menuliskan pengalaman beasiswa


Chevening dalam beberapa tulisan. Nah, tulisan yang pertama ini adalah
mengenai hal-hal apa saja yang harus dicermati sebelum memulai proses
pengajuan aplikasi beasiswa Chevening. Salah satunya adalah niat.
Mengapa? Lalu bagaimana?
Mengapa Harus Inggris?

Studi lanjut S2 merupakan batu loncatan yang penting untuk pengembangan


karir dan kepribadian. Tidak hanya sekedar memperdalam keilmuan tapi
juga mengasah ketajaman analisis dan pola berpikir.

Ada banyak negara dengan berbagai universitas yang menawarkan program


studi S2. Bahkan di Indonesia sendiri sudah banyak institusi pendidikan
yang membuka program pendidikan untuk S2. Lalu apa istimewanya
menempuh pendidikan di Inggris?

1. Hanya Perlu Satu Tahun Untuk Studi Master (Master by Taught)


Di Inggris ada dua tipe jenjang studi S2, Master by Taught (PG Taught) dan
Master by Research (MRes). Master by Research biasanya menjadi
jembatan untuk yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi
atau PhD. MRes ditempuh dalam waktu maksimal 2 tahun, sedangkan PG
Taught termasuk di dalamnya MBA hanya perlu satu tahun saja.
Waktu pembelajaran yang lebih singkat ini tentunya menjadi daya tarik
utama bagi para professional yang ingin memperdalam keilmuan sekaligus
mengembangkan karir di bidangnya. Proses pembelajaran pun berlangsung
lebih efektif dan efisien tanpa menghilangkan esensi pendidikannya.
2. Banyak Universitas di Inggris yang Menduduki 100 Besar Ranking
Universitas Dunia
Radcliffe Camera Oxford

Sudah bukan rahasia lagi jika institusi pendidikan di Inggris merupakan yang
tertua dan terbaik di dunia. Terbukti dari 12 universitas di Inggris konsisten
masuk dalam 100 besar ranking universitas di dunia. Di antaranya yaitu,
University of Oxford, University of Cambridge, Imperial College London,
University College London, London School of Economics and Political
Science, University of Edinburgh, King’s College London, University of
Manchester, Durham University, University of Warwick, London Business
School, dan University of Bristol.

3. Pengalaman Melihat Belahan Bumi Yang lain, Belajar Budaya dan


Menyerap Kebaikan Dari Masyarakat Inggris

Photo by Skitterphoto on Pexels.com


Inggris merupakan salah satu negara di benua biru yang multikultur.
Berbagai macam ras suku bangsa ada di sana. Hal ini tentunya mengajarkan
betapa budaya masyarakat Inggris yang sangat menjunjung tinggi nilai
toleransi. Kata maaf dan terima kasih bukan menjadi hal yang aneh untuk
diucapkan dalam percakapan sehari-hari.

Contohnya, saat belanja ke supermarket dan membuka pintunya,


masyarakat Inggris terbiasa untuk mengecek ke belakangnya apakah akan
ada orang yang akan masuk setelah mereka. Jika iya, maka mereka tidak
segan untuk menahan pintu dan mempersilakan orang tersebut untuk
masuk. Meski tidak kenal sekalipun
Photo by Lisa Baker on Pexels.com

Kondisi alam dan geografis Inggris juga akan banyak memberikan kita
pengalaman yang unik. Salah satu di antaranya adalah pengalaman puasa
selama 19 jam yang ditulis oleh teman saya Nurul Cue

Mengapa Harus Chevening?

Chevening Scholar Orientation 2016 di London

Jika kamu berencana melanjutkan studi untuk jenjang master (S2) ke Inggris
maka Chevening bisa jadi sarana yang tepat untuk mewujudkan rencanamu.
Perlu diperhatikan, Chevening hanya memberikan pembiayaan untuk
studi S2, bukan S1 atau S3. Dan kamu juga sudah harus memiliki
pengalaman kerja setidaknya 2 tahun. Klik di sini untuk membaca cerita dari
teman satu angkatan Chevening saya, Alanda Kariza terkait pengalamannya
memilih beasiswa Chevening.
Chevening adalah salah satu skema beasiswa yang diberikan oleh
pemerintah Inggris untuk program studi master (S2) di Inggris bagi para
professional di banyak negara khususnya negara yang sedang berkembang,
salah satunya Indonesia. Telah dimulai sejak tahun 1983 beasiswa
Chevening didanai oleh Foreign and Commonwealth Office serta beberapa
sponsors di antaranya CIMB Niaga, HSBC, dan Prudential.

University Of Birmingham Chevening Scholars on a Sunny Day

Karena sifatnya yang global, maka Chevening menjadi jembatan bagi


banyak generasi muda di berbagai negara untuk bisa terhubung dan
berkumpul dalam satu wadah. Bisa bertemu dan bertukar pikiran dengan
para pemuda dari negara lain tentunya bisa jadi pengalaman yang berharga.
Lebih lanjut mengenai cerita menjalani kehidupan sebagai pelajar di Inggris
dengan beasiswa Chevening akan saya coba tuliskan pada kesempatan
yang lain. Sementara itu, kamu bisa membaca di sini untuk mengetahui
kegiatan terkini para penerima beasiswa Chevening di Inggris.

pengalaman menjadi sukarelawan

Bagaimana Caranya?
Chevening Orientation 2016

Secara umum ada tiga tahap dalam proses seleksi beasiswa Chevening.
Yang pertama, seleksi administrasi melalui aplikasi online
di http://www.chevening.org/apply. Kedua, seleksi wawancara apabila
terpilih. Ketiga, melengkapi syarat administrasi termasuk surat referensi,
sertifikat kemampuan bahasa Inggris, dan bukti penerimaan di kampus yang
dituju.
Artinya, pengajuan aplikasi Chevening dan universitas tujuan dilakukan
pada dua proses yang berbeda. Baca di sini untuk pengalaman saya
melamar studi S2 di University of Birmingham.

Pengisian aplikasi online juga tidak rumit. Isinya seputar pengalaman studi,
kerja, organisasi atau kegiatan sukarelawan. Lalu menjawab beberapa
pertanyaan terkait motivasi dan rencana setelah penyelesaian studi.
Beberapa teman saya telah menuliskan secara khusus mengenai persiapan
sekaligus tips dan trik aplikasi beasiswa Chevening.
Indonesian Chevening Scholar

Sebelum tulisan seri pertama saya tentang pengalaman beasiswa


Chevening ini saya akhiri, saya ingin sedikit merefleksikan diri saya ketika
akan melamar beasiswa Chevening. Selama proses menulis aplikasi, saya
selalu berpikir, apa keistimewaan saya dibanding dengan ribuan pemuda
berprestasi lainnya di luar sana? Apa niat saya untuk studi S2? Apa niat saya
memilih Chevening di antara beasiswa-beasiswa lainnya? Ya, niat. Niat
adalah fondasi penting yang harus kita kuatkan sebelum menjalankan suatu
aktivitas termasuk dalam memilih dan memantapkan diri untuk mengajukan
aplikasi beasiswa. Jangan sampai hanya sekedar ikut-ikutan trend sekolah
di luar negeri atau niatan-niatan lain yang tidak pada tempatnya.
Awalnya saya tidak ingin menulis mengenai aplikasi dan proses seleksi
Chevening karena sudah cukup banyak teman-teman seangkatan saya
yang menulis mengenai hal tersebut. Namun saya berpikir, ‘hmm.. tapi tidak
ada salahnya kan berbagi pengalaman‘. Karena setiap orang pasti memiliki
kesan dan cara pandang yang berbeda terhadap suatu kejadian. Maka saya
pun coba untuk menuliskannya.
Jika kamu sudah mantap untuk mengajukan aplikasi beasiswa Chevening
maka tulisan ini bisa kamu baca sampai tuntas, namun jika masih ragu-ragu,
kamu boleh tengok kembali tulisan pertama saya tentang Chevening di sini.
Teknis pendaftaran dan jadwal seleksi beasiswa Chevening dapat kamu
baca secara lengkap dan detail di laman resmi Chevening berikut ini. Saya
tidak akan membahas teknis tersebut namun saya akan sedikit bercerita
mengenai proses seleksi yang saya jalani ketika itu.

Bagaimana Awalnya?
Saya mendaftar Chevening saat saya bekerja sebagai pengajar di salah satu
SMP swasta di Surabaya. Background saya adalah teknik sipil, tapi saya
boleh dibilang terlanjur ‘nyemplung’ di dunia pendidikan. Ketika kuliah S1
saya mengambil konsentrasi hidrologi dan bisa dibilang saya ‘jatuh cinta’
dengan hidrologi. Dari hidrologi saya juga berkenalan dengan ilmu
lingkungan, pengendalian banjir dan pengelolaan limbah. Dari sinilah saya
berkeinginan jika suatu saat nanti bisa mempelajari dalam mengenai
hidrologi dan lingkungan dan mengaplikasikannya dalam bidang pekerjaan
saya. Apalagi sejak awal kuliah S1 cita-cita saya ingin sekali bisa menjadi
dosen. Akhirnya saya pun bertekad untuk studi lanjut dengan sumber
pendanaan beasiswa Chevening.

Pilihan Course

Photo by Pixabay on Pexels.com


Saya sangat tertarik dengan course yang multidisiplin. Meskipun saya
tahu course seperti itu tidak terlalu populer di Indonesia. Apalagi jika
berencana menjadi dosen saya akan banyak terkendala dengan syarat
linearitas yang sering disyaratkan dalam rekruitmen dosen. Tapi saya
bandel! Menurut saya, untuk apa memaksakan diri mempelajari sesuatu
yang tidak kita suka? Pilihan course saya pun jatuh kepada River
Environments and Their Management University of Birmingham. Lebih
lengkap mengenai course tersebut dan apa saja yang saya pelajari bisa
kamu baca di sini
Saat Mendaftar Chevening

Photo by Pixabay on Pexels.com

Saat mendaftar saya belum memiliki sertifikat kemampuan Bahasa Inggris


apalagi Letter of Acceptance (LoA) dari universitas di UK. Saya berencana
mengambil tes IELTS jika sudah dinyatakan lolos tahap seleksi administrasi
oleh Chevening. Saat itu, surat referensi menjadi hal yang perlu disertakan
pada tahap awal seleksi administrasi online. Saya menghubungi dosen
pembimbing saya ketika S1 dan mantan manager saat di Pinnacle
Education. Alhamdulillah keduanya memberikan dukungan dan bersedia
dihubungi oleh tim seleksi Chevening jika diperlukan.
Tantangan lain saat mendaftar adalah menulis essay berdasarkan
pertanyaan. Ada empat pertanyaan yang masing-masing harus dijawab
dengan maksimal 500 kata. Pertanyaan yang diajukan merupakan
perwakilan dari penilain substansial beasiswa Chevening, yaitu Leadersip &
influence, Networking, Study Plan dan Career Plan.

Photo by picjumbo.com on Pexels.com

Nah, essay merupakan salah satu poin penting yang harus kamu perhatikan.
Buatlah essay-mu dengan jujur, percaya diri dan dari hati. Jangan memaksa.
Mintalah bantuan teman atau rekan yang berpengalaman untuk me-
review essay yang kamu buat. Secara teknis saya mendapat banyak
bantuan review essay saya oleh salah satu kolega di sekolah tempat saya
bekerja, Pak Khusnul. Beliau pernah menjadi salah satu guru yang dikirim
ke Amerika untuk studi banding. Saya percaya beliau adalah orang yang
tepat untuk dimintai bantuan me-review.
Mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari University of
Birmingham
Seiring dengan pendaftaran Chevening, saya pun mendaftar ke pilihan
course saya untuk bisa mendapatkan LoA. Tiap universitas dan tiap course
memiliki kebijakan yang berbeda terkait proses penerimaan mahasiswanya.
Pastikan selalu merujuk ke situs resmi universitas terkait hal tersebut.

Untuk proses pendaftaran ke universitas, saya mengisi sebuah aplikasi


online yang memuat data diri, essay dan referensi dari minimal dua orang.
Untuk essay, saya diharuskan menulis mengenai alasan mengapa saya
memilih pilihan studi tersebut. dan rencana karir setelah studi. Sedangkan
untuk referensi, saya hanya diminta menyertakan kontak telepon dan email,
untuk selanjutnya University of Birmingham yang akan menghubungi kontak
yang kita berikan.
Photo by Pixabay on Pexels.com

Dalam kasus saya, aplikasi Chevening lebih sederhana dibandingkan


dengan aplikasi universitas. Formulir isian aplikasi universitas lebih banyak.
Saya butuh kurang lebih sekitar satu bulan untuk mengisi formulirnya secara
lengkap. Dan lagi-lagi kamu boleh tidak menyertakan sertifikat IELTS pada
saat pendaftaran. Nantinya jika lolos, kamu akan mendapatkan Conditional
Offer sebelum di-upgrade menjadi Unconditional Offer jika telah
menyerahkan bukti kemampuan Bahasa Inggris.
Meski Chevening memberi kita ruang maksimal tiga pilihan bidang studi di
tiga universitas, saya saat itu hanya mendaftar di University of Birmingham
saja. Karena pilihan studi yang saya inginkan hanya ada di sana.
Saatnya Menunggu

Photo by Daniela Maria on Pexels.com

selesai mengajukan aplikasi untuk Chevening dan universitas, maka saat-


saat menunggu pun tiba. Aplikasi Chevening ditutup bulan November dan
saya mendapatkan telepon dan email untuk interview sekitar bulan Januari-
Februari tahun depannya. Sedangkan conditional offer saya dapatkan pada
bulan Maret.
Dalam masa-masa menunggu saya mempersiapkan diri untuk mengambil
tes IELTS. Saya sengaja tidak ambil les di luar karena selain karena masalah
waktu dan kerja, saya merasa lebih optimal jika belajar sendiri. Saya banyak
latihan soal-soal IELTS, melihat video di YouTube mengenai tips dan trik
IELTS, serta diskusi dan minta bantuan dengan teman yang IELTSnya
bagus khususnya untuk sesi writing. Setelah capek seharian kerja, saya
sempatkan menonton Gilmore Girls tanpa subtitle. Yeaahh… Hal tersebut
ternyata sangat membantu dalam sesi listening.
Interview Chevening
Tenang, datang lebih awal, percaya diri dan jawab dengan
jujur. Interview Chevening bisa dibilang sangat ‘chill‘. Bahkan saya sempat
meminum air putih yang disuguhkan saat sesi wawancara. Jangan lupa
senyum.
Setelah Itu…
Setelah interview saya serahkan semua hasilnya pada Allah. He knows
what’s best for me. Selain itu saya memutuskan untuk segera tes IELTS.
Apapun hasilnya nanti, IELTS tetap penting untuk meng-upgrade conditional
offer saya menjadi unconditional. Alhamdulillah kabar baik datang di bulan
saya berulang tahun. Saya lolos Chevening 2016/2017! Tak tertahankan
rasanya air mata saya. Saya langsung telfon Ibu di rumah sambil nangis
sesenggukan.
Namun, saya masih harus menunggu hasil tes IELTS saya. Dag dig dug
rasanya. Karena kalau nilainya di bawah 6.5 saya otomatis gagal
mendapatkan chevening sekaligus gagal mendapatkan unconditional
offer dari universitas.
Akhirnya…
Chevening Scholars 2016/2017

Masya Allah, akhirnya penantian yang telah lama tiba juga pada akhirnya.
Skor IELTS saya 6.5 yang artinya saya resmi lolos sebagai Chevening
scholars sekaligus mendapatkan Letter of Acceptance dari universitas yang
saya tuju.

Saya masih harus melengkapi beberapa persyaratan teknis ke universitas


termasuk diantaranya mengirimkan translasi tersumpah ijazah dan transkrip
nilai S1. Namun, rasanya lega sekaligus senang karena petualangan baru
akan segera datang.
University of Birmingham

Semoga cerita di atas bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana proses


saya melamar beasiswa Chevening. Selamat berjuang untuk yang akan
mendaftar beasiswa Chevening periode 2019/2020! Kunjungi laman
instagram @chevitforward untuk mendapatkan mentoring gratis dari
Chevening Scholars 2018.

Anda mungkin juga menyukai