BUKU 2 - Toolkit Transportasi Perkotaan
BUKU 2 - Toolkit Transportasi Perkotaan
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
BUKU II ii
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II iii
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II iv
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II v
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Lalu Lintas ................................................................................................. 15
Tabel 6. Turunan PP 72 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api ............... 39
Tabel 10. Contoh Matriks Risiko Proyek KPBU Sektor Perkeretaapian ................................... 57
Tabel 11.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lima Pilar Kebijakan Transportasi Perkotaan ........................................................... 2
Gambar 6. Contoh Struktur KPBU untuk Konsesi Pengelolaan Keretaapi Perkotaan ................ 51
Gambar 7.
BUKU II vi
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
LATAR BELAKANG
Selama beberapa dekade terakhir, semakin banyak daerah perkotaan di seluruh dunia yang
mulai menghadapi masalah transportasi. Kenyataan ini terjadi terutama di banyak daerah yang
mengalami pertumbuhan pesat di negara-negara berkembang, yang terkadang menerima
ratusan penduduk baru setiap harinya. Dampak pertumbuhan demografi yang sejalan dengan
peningkatan pergerakan individu tersebut tidak dapat dihalangi.
4. Strategi Pengurangan Polusi Udara Kota, yang dimaksudkan untuk mengurangi beban
polusi kota dengan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca /GRK, polusi udara dan
kebisingan;
Kebijakan pemerintah tersebut tertuang di dalam 5 pilar kebijakan transportasi perkotaan yang
salah satu di dalamnya adalah pengembangan jaringan dan infrastruktur angkutan umum
massal seperti disajikan pada gambar 4.1 di bawah ini.
BUKU II 1
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada tingkat domestik, kota-kota besar telah meluncurkan Rencana Induk, yang mengadaptasi
strategi nasional diatas untuk memenuhi tantangan dalam negeri. Namun, pertanyaan-
pertanyaan tentang pendanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pengembangan proyek-proyek
transportasi perkotaan tersebut merupakan tantangan dan permasalahannya.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka Pemerintah perlu membuat suatu terobosan
pembangunan transportasi perkotaan yang dalam studi ini berfokus pada angkutan massal
berbasis rel yang memadai dengan memanfaatkan sumber pembiayaan alternatif, salah
satunya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah
menerbitkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Menteri ini merupakan panduan umum (guideline) bagi pelaksanaan KPBU. Dalam
peraturan menteri ini telah disediakan tata cara proses perencanaan, penyiapan dan transaksi
proyek kerjasama. Panduan Umum tersebut bertujuan untuk:
BUKU II 2
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
3) Toolkit yang dibuat per sektor diharapkan memperjelas pengguna dalam menentukan
tingkat kedalaman kajian yang diperlukan dalam penyusunan dokumen prastudi
kelayakan
PENERIMA MANFAAT
1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
3. Badan usaha
Skema KPBU dapat menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam
penyediaan infrastruktur atau layanan publik
Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta dalam penentuan proyek yang layak untuk
dikembangkan
Skema KPBU memungkinkan untuk memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pengelolaan secara efisien
Skema KPBU memungkinkan untuk memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pemeliharaan secara optimal, sehingga layanan publik dapat
digunakan dalam waktu yang lebih lama.
BUKU II 3
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, maka infrastruktur yang dapat dikerjasamakan
merupakan infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi yang mencakup 19 infrastruktur sektor,
yaitu:
3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi 12) Infrastruktur fasilitas perkotaan
Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai isi Prastudi Kelayakan untuk
keperluan penyiapan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha untuk sektor Transportasi
Perkotaan berbasis rel. Secara umum, isi prastudi kelayakan meliputi:
Ringkasan Eksekutif
Bab 1 : Pendahuluan
BUKU II 4
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Lampiran-lampiran
Info Memorandum
Lain-lain
BUKU II 5
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan isi Dokumen Prastudi Kelayakan yang akan
menjadi titik perhatian (highlight) perencanaan bisnis atau tesis dari rencana bagi pengambil
keputusan dalam proses KPBU ini. Tujuan ringkasan eksekutif adalah untuk memberikan
gambaran perencanaan pelaksanaan KPBU kepada pembaca.
Ringkasan eksekutif harus berisi gambaran singkat tentang latar belakang diperlukan proyek
ini dan tujuannya, serta rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir memasukkan
jumlah dan tujuan pinjaman atau investasi, jangka waktunya, kelayakan pendanaan dan
pernyataan pembayaran bagi pihak PJPK maupun BUP serta manfaat bagi semua pihak.
Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan
yaitu: Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan
eksekutif secara lengkap harus meliputi sebagai berikut :
1. Pengantar.
2. Lokasi Proyek
3. Peluang Pasar
Mendefinisikan secara ringkas skema KPBU terpilih yang akan ditawarkan beserta
dengan alokasi risikonya bagi pihak PJPK dan BUP.
5. Rencana Investasi
Menjelaskan rencana investasi, terutama nilai CAPEX yang diperlukan dari pihak-
pihak yang terlibat dalam pembiayaan investasi (PJPK, BUP dan institusi lainnya bila
ada) mencakup Laba Rugi (Income Statement Projection), penghasilan yang
diharapkan (Expected Revenue), biaya (Expense) dan proyeksi laba bersih (net profit
projection) selama masa kerjasama.
6. Struktur Organisasi
7. Kesiapan Proyek
Menjelaskan prosedur yang telah dilewati serta kebutuhan apa saja yang sudah
maupun belum terpenuhi, seperti misalnya ketersediaan lahan, izin lingkungan, dan
sebagainya.
BUKU II 7
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Bab 1. Pendahuluan
1.2.1. Maksud
Dan/atau lainnya.
BUKU II 8
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
1.2.2. Tujuan
Mendefinisikan tujuan penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari
tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:
Dan/atau lain-lain.
Ringkasan Eksekutif
Bab 1 : Pendahuluan
BUKU II 9
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Menjelaskan tren wilayah perkotaan saat ini apa saja misalnya pertumbuhan
kendaraan bermotor yang pesat yang tidak sebanding dengan pembangunan jalan,
Penurunan pangsa penggunaan angkutan umum, berjalan kaki dan sepeda,
Penurunan kualitas pusat kota; pemekaran kota yang pesat menjadi penyebaran tak
terkendali berbasis mobil, meningkatnya angka kecelakaan, kemacetan dan lain
sebagainya.
BUKU II 10
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Menjelaskan demografi di wilayah pelayanan fasilitas baik saat ini maupun proyeksi
selama tahun perencanaan, kajian kebutuhan sarana transportasi perkotaan, gap
antara sarana yang ada dengan sarana yang diperlukan.
Kajian kepatuhan ini bertujuan untuk melihat kesesuaian rencana penyediaan atau
pengelolaan sarana transportasi perkotaan dengan rencana-rencana, program-program, dan
kebijakan-kebijakan yang ada. Beberapa rencana yang perlu dikaji kesesuaiannya antara
lain dijabarkan dalam sub-bab berikut.
BUKU II 11
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
2.3. Kesimpulan
BUKU II 12
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Umumnya, prastudi kelayakan merupakan studi yang dilakukan untuk menentukan lokasi
terbaik dari suatu set alternatif pilihan lokasi dalam rangka pembangunan prasarana kereta
api (KA) baru. Namun, pada pelaksanaannya, tidak tertutup kemungkinan berupa
pengembangan prasarana kereta api eksisting. Oleh karena itu, sub-bab mengenai kondisi
eksisting merupakan subbab yang berisikan penjelasan mengenai kondisi saat ini dari tiap-
tiap alternatif lokasi transportasi perkotaan baik alternatif lokasi yang telah memiliki
prasarana KA eksisting maupun tidak.
Subbab ini berisi mengenai daerah asal dari angkutan eksisting yang dilayani beserta
dengan daerah tujuannya, untuk prakiraan jumlah perpindahan penumpang dalam
kawasan perkotaan tersebut.
BUKU II 13
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Proyeksi PDRB
Identifikasi daerah rawan bencana perlu dilakukan agar dapat mengenali dan
mengantisipasi sejak dini potensi dampak bencana yang dapat menggannggu
keberlangsungan transportasi perkeretaapian. Hal ini perlu dilakukan agar dapat
meminimalkan resiko bencana karena biaya pembangunan infrastruktur
perkeretaapian sangat mahal..
Tinjauan tata ruang berisikan mengenai kondisi eksisting tata ruang wilayah dari tiap-tiap
alternatif lokasi infrastruktur kereta api tersebut meliputi:
Struktur tata ruang
Identifikasi titik-titik pusat kegiatan
Sistem jaringan transportasi
Rencana pengembangan
Wilayah-wilayah konservasi/khusus
Kajian terhadap kondisi lalu lintas dilakukan untuk mengidentifikasi Volume dan
komposisi lalu lintas di sekitar koridor rencana jalur kereta api. Kajian meliputi kondisi
geometrik, lalu lintas, manajemen lalu lintas, dan lain-lain.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja lalu lintas bergantung pada tipe
analisis yang digunakan. Secara umum indikator kinerja lalu lintas yang digunakan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
BUKU II 14
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Subbab ini menjelaskan mengenai perbandingan kinerja lalu lintas terhadap masing-
masing alternatif lokasi jalur kereta api. Ukuran perbandingan adalah manfaat yang
diperoleh dari suatu alternatif lokasi terhadap alternatif lokasi lainnya. Ukuran
perbandingan yang digunakan adalah:
Penghematan waktu tempuh
Penghematan Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
Salah satu faktor yang menentukan optimasi penggunaan armada angkutan kereta
api adalah karakteristik dari permintaan transportasi (transportation demand). Oleh
karena itu untuk melakukan perencanaan transportasi khususnya berkaitan dengan
penggunaan armada angkutan kereta api pengetahuan tentang permintaan
transportasi masa mendatang sangat penting. Langkah yang ditempuh untuk
mengetahui permintaan transportasi masa mendatang adalah dengan melakukan
peramalan permintaan transportasi (transportation demand forcasting) berdasarkan
BUKU II 15
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
data sekunder perjalanan penumpang dan kendaraan yang lalu. Beberapa teknik
peramalan telah dikembangkan, di mana terbagi dalam dua katagori utama, yaitu:
metoda kuantitatif dan metoda kualitatif (teknologis).
Metoda kuantitatif dapat dibagi dalam metoda deret berkala (time series) dan metoda
regresi berganda (kasual). Sedangkan metoda kualitatif dapat dibagi dalam metoda
eksploratoris dan metoda normatif.
a. Potensi angkutan;
BUKU II 16
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pertumbuhan perekonomian;
b. Pola operasi;
c. Kebutuhan lahan;
i. Kondisi geologi;
k. Kelandaian maksimum;
l. Perpotongan.
BUKU II 17
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pendekatan model dimulai dengan menetapkan sistem zona dan jaringan jalan,
termasuk di dalamnya adalah karakteristik populasi yang ada di setiap zona.
Dengan menggunakan informasi dari data tersebut kemudian di estimasi total
perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yang ditarik oleh suatu zona tertentu (trip
ends) atau disebut dengan proses bangkitan perjalanan (trip generation).
Dengan melihat proses di atas maka secara garis besar proses analisis
transportasi terdiri atas beberapa kegiatan utama, yaitu: penetapan wilayah studi,
analisis sistem jaringan, analisis kebutuhan pergerakan dan analisis sistem
pergerakan.
Selanjutnya dari set alternatif lokasi dilakukan pembobotan untuk memilih lokasi
terbaik yang dapat dilakukan dengan analisis multikriteria.
BUKU II 18
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
a. Penentuan Kriteria
Tata ruang
Aspek Transportasi
Teknis
b. Pembobotan Kriteria
c. Analisis Multikriteria
b. Jumlah penumpang
c. Lahan
d. Alinyemen
f. Kecepatan
BUKU II 19
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Penyelidikan tanah.
Kepentingan pelayanan;
BUKU II 20
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Kondisi geografis.
d. Skala gambar;
e. Gambar Rencana
Rencana layout prasarana kereta api untuk tiap-tiap alternatif lokasi disajikan
dalam gambar teknik.
Variabel Spesifikasi keluaran antara lain seperti disajikan pada tabel di bawah ini.
BUKU II 21
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 22
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Analisis permintaan ini ditujukan untuk untuk mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif terkait proyek pengadaan moda kereta api, terutama dari aspek ekonomi,
komersial dan jumlah kebutuhan sarana, maka proyeksi jumlah penumpang dari/menuju
pusat-pusat kegiatan menjadi sangat penting. Hal ini akan menentukan asumsi perjalanan,
pendapatan yang akan diperoleh dari pengusahaan KA, besaran tarif KA yang ideal dan
pengaruh-pengaruhnya.
Kajian ini berisi ringkasan dari Survai Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey – RDS) yang
akan memuat proporsi penumpang yang mau beralih menggunakan transportasi perkotaan
yang berbasis rel ini, kemampuan membayar calon penumpang KA, kesediaan membayar
tariff, dan harapan pelayanan yang diinginkan. Kajian RDS transportasi ini juga dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi analisa demand forecast dan akan dilampirkan dalam
Lampiran Prastudi Kelayakan.
4.1.1. Metodologi
Dalam subbab ini dijelaskan mengenai metodologi yang diterapkan dalam melakukan
Survai Kebutuhan Nyata/RDS. Beberapa hal penting yang perlu dimasukkan dalam
metodologi mencakup:
kategori lebih dari dua. Berbeda dengan analisis deskriptif yang unit analisisnya
mencakup 1 (satu) variabel atau biasa disebut individual analisis dan crosstab
tabulation yang unit analisisnya mencakup 2 (dua) variabel atau dikenal dengan
istilah analisis korelasi. Pada analisis MLR sedikit lebih kompleks karena
melibatkan lebih dari dua variabel, dimana terdapat satu variabel bebas yang
akan diprediksi oleh beberapa variabel tidak bebas.
Pada sub-bab ini diterangkan pelaksanaan survai yang telah dilakukan, yang
mencakup diantaranya:
Receiving dan batching terhadap dokumen hasil survai yang berupa kuesioner.
Tata cara data entry dan perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan
pengolahan data.
Pada sub-bab ini diuraikan hasil analisis secara deskriptif. Beberapa hal yang perlu
diuraikan antara lain namun tidak terbatas pada:
Biaya yang dikeluarkan responden baik dengan sarana angkutan umum maupun
pribadi/dinas.
BUKU II 24
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Analisis induktif digunakan untuk mengkaji ada tidaknya hubungan antara dua
variabel yang ada, juga akan melihat seberapa kuat hubungan yang terjadi jika
memang hubungan itu ada. Contoh analisis yang dilakukan adalah misalnya
hubungan antara tarif rencana KA dengan:
Pekerjaan responden
Ekspetasi (harapan)
Model yang akan dibangun adalah mengenai peluang tarif KA. Pada model ini, ingin
diprediksi mengenai peluang tarif KA melalui sejumlah prediktor (variabel bebas).
Berdasarkan model yang berhasil dibangun, selanjutnya dilakukan simulasi dengan
memperhatikan kombinasi sejumlah variabel bebas (prediktor). Dengan
mengandalkan hasil simulasi dapat dibuat analisis lebih lanjut mengenai
kecenderungan kesedian responden dalam membayar tarif KA. Kemudian, berangkat
dari simulasi dan analisis kecenderungan (peluang) tarif KA akan dapat disimpulkan
besar tarif yang pantas.
Analisis pasar yang dimaksud adalah bukan pasar pelanggan KA namun lebih pada minat
dunia usaha pada proyek KPBU ini. Dalam sub-bab ini perlu dimasukkan beberapa hal di
bawah ini:
Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek KPBU yang
diperoleh dari hasil penjajakan minat (market sounding), diantaranya mencakup
ketertarikan investor potensial atas tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan,
risiko utama yang menjadi pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan
Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU,
diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur
perolehan penjaminan, dan lainnya.
Berisikan uraian potensi-potensi sumber pendapatan proyek KPBU selama masa perjanjian
kerjasama. Untuk sektor kereta api perkotaan, umumnya dibagi menjadi dua:
Pendapatan Non-Farebox (TOD, iklan, area parkir, sewa gudang, sewa internet,
usaha retail, dan usaha lainnya).
Pada sub-bab ini juga dijabarkan mekanisme penyesuaian tarif serta diidentifikasi dampak
terhadap pendapatan jika terjadi:
Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS) atau Social Cost and Benefit Analysis (SCBA)
merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan
kesejahteraan masyarakat. ABMS membandingkan kondisi dengan ada proyek KPBU dan
tanpa ada proyek KPBU. Hasil ABMS digunakan sebagai dasar penentuan kelayakan
ekonomi proyek KPBU serta kelayakan untuk dukungan pemerintah. Hal lain yang perlu
diperhatikan juga adalah bahwa hasil perhitungan ABMS akan menjadi rujukan bagi
pemerintah dalam menentukan besaran dukungan pemerintah. Beberapa hal yang perlu
diuraikan dalam Prastudi Kelayakan ini meliputi:
BUKU II 26
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Periode evaluasi;
Faktor konversi;
4.4.2. Manfaat
Pada sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat yang didapatkan dari kegiatan proyek
KPBU KA. Manfaat dari pengembangan kereta api perkotaan dapat beragam
tergantung dari jenis serta tujuan pengembangan moda berbasis rel tersebut. Berikut
adalah contoh beberapa manfaat yang mungkin terjadi dari investasi perkeretaapian:
Manfaat yang diperhitungkan pada ABMS adalah manfaat yang dapat dikuantifikasi,
seperti penghematan biaya transportasi, penghematan waktu, dan lainnya. Manfaat
tersebut selanjutnya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.
4.4.3. Biaya
Biaya modal;
Biaya operasional;
Biaya pemeliharaan;
Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya kontijensi dan
pajak. Biaya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.
BUKU II 27
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada sub-bab ini diuraikan beberapa parameter penilaian ekonomi dari proyek KPBU
yang akan akan dilaksanakan. Parameter tersebut meliputI:
Pada sub-bab ini diuraikan secara ringkas analisis keuangan dari proyek KPBU yang akan
dijalankan. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam analisis keuangan ini antara lain
meliputi:
Jumlah penumpang
Jumlah pegawai yang akan terlibat beserta penyesuaian gaji sesuai indeks inflasi
per tahunnya
BUKU II 28
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Tarif pajak
Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko, biaya perijinan,
pemeliharaan lingkungan dan biaya lainnya.
4.5.2. Pendapatan
Menguraikan jenis-jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari proyek KPBU. Proyeksi
pendapatan disiapkan berdasarkan struktur pendapatan KPBU yang telah dianalisis
sebelumnya.
4.5.3. Biaya
Menguraikan biaya-biaya yang perlu dikeluarkan selama masa kerjasama mulai dari
tahap konstruksi hingga pengoperasian dan pemeliharaannya. Unsur biaya yang
perlu dikaji meliputi:
Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha maupun
secara total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu harga konstan dan
harga berlaku. Ringkasan biaya investasi ini di-breakdown per tahun. Untuk
biaya investasi (CAPEX) sektor kereta api perkotaan ini antara lain meliputi :
Selain itu juga ada working capital yang timbul dari pengoperasian proyek
investasi ini, pihak manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang
BUKU II 29
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Dalam perhitungan biaya OPEX ini, selain asumsi tersebut diatas, perlu juga
asumsi tentang biaya-biaya operasional, yang antara lain:
- Biaya penyusutan
- Biaya asuransi
- Biaya lainnya
Indikator keuangan ini akan membahas beberapa indikator penting yang akan
menentukan layak tidaknya proyek ini dijalankan oleh Badan Usaha Pelaksana.
Beberapa indikator keuangan tersebut adalah:
Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih besar dari WACC
maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
Pada sub-bab ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan Usaha Pelaksana
dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas diatas. Proyeksi keuangan
yang perlu dimasukkan dalam Prastudi Kelayakan:
BUKU II 30
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Penurunan/kenaikan biaya;
Penurunan/kenaikan permintaan.
Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah untuk
membandingkan dampak finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan usaha)
terhadap alternatif penyediaan infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public
Sector Comparator – PSC). Nilai Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present Value
(NPV) PSC dengan NPV KPBU (PPP Bid). Jika Nilai VFM adalah positif, maka proyek
tersebut memberikan nilai manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif, maka skema tersebut tidak
dipilih.
Penilaian VFM membandingkan total biaya proyek dari komparator sektor publik (PSC)
dengan itu proyek KPBU dan perbedaan ini disebut sebagai nilai uang. Jika biaya proyek
KPBU yang dinilai cenderung menjadi lebih rendah daripada biaya PSC, maka proyek KPBU
dikatakan kemungkinan dapat memberikan nilai manfaat positif untuk uang.
Penilaian VFM memanfaatkan asumsi tentang ekonomi makro dan lokal masa depan,
penilaian risiko probabilistik, model keuangan dan analisis sensitivitas untuk melakukan
perbandingan ini dan untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai potensi VFM
bahwa proyek dapat bermanfaat.
Total biaya proyek dibandingkan pada risiko disesuaikan dan net present value ( "NPV")
dasar.
Untuk sampai pada biaya risiko yang sesuai, salah satu praktik standar yang sering
dilakukan adalah dengan mengembangkan matriks risiko dan mengkuantifikasi risiko
tersebut melalui workshop risiko.
Penilaian VFM disajikan dalam bab ini telah dilakukan setelah penutupan keuangan untuk
proyek tersebut. Bagian berikut memberikan rincian tentang biaya proyek dan hasil penilaian
VFM ini.
BUKU II 31
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Competitive neutrality
Value for Money
Risk
Risk
Ancillary cost
Ancillary cost
Financing
Financing
PSC KPBU
Menguraikan perbandingan biaya yang dibutuhkan antara PSC dan KPBU untuk
menyediakan infrastruktur dan pelayanan yang sama.
Menjelaskan biaya lain-lain yang timbul dari pelaksanaan proyek namun tidak terkait
langsung dengan proyek, seperti biaya manajemen proyek dan biaya transaksi.
4.6.4. Risiko
Sub-bab ini menguraikan risiko-risiko yang ditanggung oleh Pemerintah. Pada PSC
seluruh risiko ditanggung oleh Pemerintah sedangkan pada KPBU sebagian risiko
ditransfer kepada Badan Usaha.
4.6.6. Kesimpulan
BUKU II 33
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Kajian hukum bertujuan untuk memastikan bahwa rencana proyek KPBU sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terkait.
a. Peraturan KPBU
BUKU II 34
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 35
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
A Bidang Prasarana
1 PM.10 Tahun 2011 Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian
5 PM.30 Tahun 2011 Tata Cara Pengujian Dan Pemberian Sertifikat Prasarana
Perkeretaapian
BUKU II 36
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
No Nomor Perihal
Perkeretaapian
8 PM.33 Tahun 2011 Jenis, Kelas Dan Kegiatan Di Stasiun Kereta Api
B Bidang Sarana
12 KM.40 Tahun 2010 Permenhub Nomor KM.40 Tahun 2010
13 KM.41 Tahun 2010 Standar Spesifikasi Teknis Kereta Yang Ditarik Lokomotif
14 PM.175 Tahun 2015 Standar Spesifikasi teknis kereta kecepatan normal dengan
penggerak sendiri
18 PM.13 Tahun 2011 Standar, Tata Cara Pengujian Dan Sertifikasi Kelaikan
Kereta Dengan Penggerak Sendiri
C Bidang SDM
24 KM.92 Tahun 2010 Keahlian Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian
BUKU II 37
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
No Nomor Perihal
29 PM.97 Tahun 2010 Sertifikasi Keahlian Penguji Prasarana Perkeretaapian
BUKU II 38
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
2 PM. 11 Tahun 2012 Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api
5 PM.9 Tahun 2014 Tata Cara Penetapan Jaringan Pelayanan dan Lintas
Pelayanan Perkeretaapian
B Lain-lain
7 PM. 39 Tahun 2011 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Perhubungan
10 PM.67 Tahun 2013 Perubahan PM.60 Tahun 2013 tentang Tarif Angkutan
Orang Dengan Kereta Api Kelas Ekonomi Air Conditioner
Berisikan kajian tentang pendirian badan usaha sebagai badan usaha pelaksana
proyek KPBU. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendirian
Badan Usaha sebagai Badan Usaha Pelaksana pada sektor perkeretaapian
sekurang-kurangnya adalah:
Peraturan yang perlu dikaji setidaknya adalah Peraturan Kepala LKPP No. 19
tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
BUKU II 40
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 41
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap penentuan dan penetapan tarif.
Analisa dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 64
Tahun 2016 Tentang Perubahan kedua atas peraturan menteri perhubungan
nomor 69 tahun 2014 tentang Pedoman perhitungan dan penetapan tarif
angkutan orang dengan kereta api.
BUKU II 42
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 43
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada sub-bab ini digambarkan skema atau struktur organisasi dari instansi-instansi
yang akan terlibat dalam KPBU beserta dengan penjelasan umumnya. Tugas,
wewenang dan tanggung jawab masing-masing instansi dijelaskan pada sub-bab
berikutnya.
Dalam sub-bab ini akan diuraikan struktur kelembagaan kerjasama termasuk peran
dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga terkait.
Menguraikan tugas dan tanggung jawab PJPK serta apa yang perlu disiapkan
oleh PJPK, serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.
B. Tim KPBU
Menguraikan tugas dan tanggung jawab SPC, serta menentukan peran dalam
skema pengambilan keputusan.
D. Pemerintah Daerah
BUKU II 44
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
F. PT. KAI
G. Badan Regulator
Menguraikan tugas dan tanggung jawab Badan Regulator apabila memang akan
dibentuk. Perlu diuraikan pula mengenai siapa saja anggota Badan Regulator
serta siapa yang akan mengesahkan keberadaan badan ini. Menentukan peran
dalam skema pengambilan keputusan.
I. Badan Lainnya
BUKU II 45
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 46
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah dilakukan.
Beberapa hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:
Pada Dokumen Pra-studi Kelayakan kajian lingkungan hidup yang dilakukan merupakan
kajian awal lingkungan (Initial Environmental Examination – IEE). Berikut adalah hal-hal
yang perlu dikaji dan disampaikan pada kajian awal lingkungan:
1. Latar belakang dan gambaran kegiatan, termasuk namun tidak terbatas pada latar
belakang, tujuan dan ruang lingkup kajian awal lingkungan, serta gambaran kegiatan
pada setiap tahapan proyek ((i) perencanaan/desain, (ii) konstruksi, (iii) operasi, (iv)
end-of-life);
Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek KPBU serta rencana
mitigasinya telah dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika dampak sosial yang
ditimbulkan cukup besar maka perlu diperjelas atau dirinci pada bagian ini.
Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk tapak proyek
KPBU. Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian ini:
BUKU II 47
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
3. Mengidentifikasi aksi yang harus dilakukan untuk kebutuhan tapak proyek KPBU,
apakah pengajuan izin pemanfaatan, pembelian tanah, sewa, atau lainnya;
6. Menunjuk lembaga atau membentuk tim yang bertanggung jawab untuk pengadaan
tanah dan/atau pemukiman kembali;
1. Identifikasi persyaratan dokumen yang perlu disiapkan (wajib AMDAL atau UKL-UPL
atau SPPL) untuk memperoleh izin lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Berikut adalah kriteria proyek KPBU yang wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup):
BUKU II 48
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Alasan ilmiah khusus: berpotensi menimbulkan dampak berupa emisi, gangguan lalu
lintas, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologis, dampak sosial, gangguan
jaringan prasaranan sosial (gas, listrik, air minum, telekomunikasi) serta dampak
perubahan kestabilan lahan, land subsidence dan air tanah.
2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau SPPL) PJPK
dapat menunjuk konsultan atau tim penyusun. Untuk Tim Penyusun AMDAL diatur oleh
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2010.
BUKU II 49
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan
sampai dengan penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam bab ini meliputi:
Pada sub-bab ini berisikan karakteristik alternatif-alternatif skema KPBU berikut dengan
keuntungan dan kerugian/kelemahan dari masing-masing alternatif tersebut. Hasil kajian ini
akan menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan alternatif skema KPBU terpilih di sub-
bab berikut.
Setelah didapatkan skema KPBU terpilih, maka dilakukan kajian lebih mendalam terhadap
skema terpilih tersebut.
Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana.
Dalam menentukan lingkup kerjasama ini perlu melihat peraturan yang berlaku,
termasuk tupoksi dari lembaga-lembaga terkait.
Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan menentukan
suksesnya proyek KPBU, seperti misalnya komitmen, proses pengadaan yang efektif,
alokasi dan manajemen risiko, kejelasan spesifikasi keluaran, dan sebagainya.
Berikut adalah contoh struktur KPBU yang dapat diterapkan untuk konsesi penuh
perkeretaapian:
BUKU II 50
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada sub-bab ini diuraikan mengenai aliran keuangan yang direncanakan setelah
proyek KPBU diimplementasikan. Perlu dipertimbangkan pembentukan badan
khusus pengelola proyek dari sisi PJPK dengan mempertimbangkan legalitas badan
usaha tersebut dalam mengelola alur finansial operasional. Badan usaha tersebut
bisa saja dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau bentuk lainnya.
Uraian alur finansial ini adalah mulai dari penjualan tiket sampai dengan bagaimana
membayar kepada SPC.
BUKU II 51
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMN/BUMD apa
saja yang akan digunakan untuk kerjasama ini dan bagaimana sistem pemakaian
yang akan diterapkan. Aset ini juga termasuk dengan aset-aset institusi lain seperti
misalnya aset jalan akses, aset terminal, aset jaringan listrik dan sebagainya.
Sub-bab ini menguraikan status kepemilikan aset selama jangka waktu perjanjian
kerjasama dan mekanisme pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian
kerjasama.
BUKU II 52
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan
suatu proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses
analisa risiko terdiri atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko.
Tujuan analisa risiko adalah agar stakeholder dapat memperoleh manfaat finansial sebesar-
besarnya melalui proses pengelolaan risiko yang meliputi menghilangkan, meminimalkan,
mengalihkan, dan menyerap/menerima risiko tersebut.
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin timbul di dalam
proyek. Untuk sektor perkeretaapian, risiko-risiko tersebut biasanya antara lain meliputi:
a. Risiko Lokasi risiko kenaikan biaya pembebasan lahan atau bahkan lahan tidak
bisa dibebaskan, kontaminasi ke lingkungan lokasi, proses pemukiman kembali yang
rumit, keresahan masyarakat, kegagalan implementasi AMDAL, dan sebagainya.
d. Risiko Finansial risiko tidak tercapainya perolehan biaya proyek (financial close),
terjadinya fluktuasi nilai mata uang dan tingkat bunga pinjaman, perubahan tingkat
inflasi yang signifikan, dan sebagainya.
g. Risiko Politik risiko perubahan politik yang signifikan, pemutusan kerjasama akibat
perubahan regulasi, risiko mata uang asing (repatriasi, ekspropriasi, dan konversi).
h. Risiko Kahar risiko kahar politik akibat perang dan sebagainya, risiko bencana
alam.
BUKU II 53
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
i. Risiko Kepemilikan Aset risiko hilang atau rusaknya aset, buruknya kondisi aset
saat serah terima, dan sebagainya.
Dalam sub-bab ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip alokasi risiko, dimana dalam
pelaksanaan proyek KPBU, pendistribusian atau alokasi risiko harus dapat dilakukan secara
optimal dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak yang memang dapat mengelola
risiko-risiko tersebut secara lebih efisien dan efektif.
Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah “Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang
relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk
menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat
menghasilkan premi risiko yang rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga
berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.
Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama
(yang dilakukan setelah melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan
proyek) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi
risiko yang optimal penting demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).
Dalam menentukan risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta pengaruhnya
yang paling signifikan terhadap kelangsungan proyek KPBU ini, disusun suatu kriteria
penilaian risiko yang dilihat dari peringkat kemungkinannya untuk terjadi dan peringkat
konsekuensi risiko.
BUKU II 54
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Tidak Varian Tidak ada/ hanya < 3 bulan Sesuai tujuan, tetapi Pelanggaran Perubahan dan
Penting <5% cidera pribadi, ada dampak kecil Kecil dampak kecil
terhadap Pertolongan terhadap unsur-unsur terhadap proyek
anggaran Pertama non-inti
dibutuhkan tetapi
tidak ada
penundaan hari
Ringan Varian 5%- Cidera ringan, 3 – 6 bulan Sesuai tujuan, tetapi Pelanggaran Perubahan
10% perawatan medis ada kerugian prosedur/ memberikan
terhadap dan penundaan sementara dari sisi pedoman dampak yang
anggaran beberapa hari layanan, atau kinerja internal signifikan
unsur-unsur non-inti terhadap proyek
yang berada dibawah
standar
Sedang Varian Cidera: 6 – 12 bulan Kerugian sementara Pelanggaran Ketidakstabilan
10%-20% Kemungkinan unsur proyek inti, kebijakan/ situasi
terhadap rawat inap dan atau standar kinerja peraturan berdampak pada
anggaran banyak unsur inti yang pemerintah keuangan dan
penundaan hari menjadi berada di kinerja.
bawah standar
Besar Varian Cacat sebagian 1 – 2 tahun Ketidakmampuan Pelanggan Ketidakstabilan
20%_30% atau penyakit untuk memenuhi lisensi atau berdampak pada
terhadap jangka panjang unsur inti, dan secara hukum, keuangan dan
anggaran atau beberapa signifikan menjadikan pengenaan kinerja
cidera serius proyek dibatalkan penalti
Serius Varian Kematian atau >2 tahun Kegagalan total Intervensi Ketidakstabilan
30%-50% cacat permanen proyek peraturan atau menyebabkan
terhadap tuntutan, penghentian
anggaran pengenaan layanan
penalti
Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukan dalam matriks peta risiko sebagai
berikut:
Mungkin
Rendah Menengah Menengah Tinggi Tertinggi
Sekali
BUKU II 55
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik dengan
mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga dampak risiko.
Mitigasi risiko ini berisi rencana-rencana yang harus dilakukan pemerintah dalam kondisi
preventif, saat risiko terjadi, ataupun paska terjadinya risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa
penghapusan risiko, meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui asuransi atau pihak
ketiga lainnya, atau menerima/menyerap risiko tersebut.
Berikut disampaikan contoh dari matriks risiko proyek KPBU di sektor kereta api.
BUKU II 56
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 57
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 58
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 59
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 60
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
BUKU II 61
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Kahar berkepanjangan Jika di atas 6-12 Setiap pihak dapat Terutama bila asuransi
bulan,dapat mengganggu mengakhiri kontrak KPBU tidak tersedia untuk
aspek ekonomis pihak dan memicu prosedur risiko tertentu
yang terkena dampak terminasi proyek
11. RISIKO KEPEMILIKAN ALAT
Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb Asuransi
Sumber: KPS di Indonesia, Acuan Alokasi Risiko; PT PII, 2012
BUKU II 62
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Bab ini menguraikan kebutuhan Dukungan Pemerintah serta cakupan kebutuhan Jaminan
Pemerintah berdasarkan hasil kajian ekonomi dan komersial serta kajian risiko, proses dan
strategi untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, serta
kajian kesiapan proyek untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah.
Dalam sub-bab ini dikaji kemampuan PJPK dalam membiayai porsi pembiayaan yang
menjadi tanggung jawabnya dan juga kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan
subsidi dan/atau availability payment. Hal ini bisa dikaji dari kapasitas fiskal pemerintah
daerah dan laporan keuangan daerah selama 5 hingga 10 tahun ke belakang.
Selain kemampuan finansial, hal yan gperlu dikaji juga adalah kemampuan sumber daya
manusia untuk dapat menyelenggarakan proyek KPBU dan juga menjalankan fasilitas yang
akan di-KPBU-kan.
Pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF (Viability Gap Fund) diatur melalui
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 dimana disebutkan bahwa
Dukungan Kelayakan adalah Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang
bersifat finansial yang diberikan terhadap Proyek Kerja Sama. Proyek yang dapat diberikan
dukungan kelayakan memiliki total biaya investasi paling kurang senilai
Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).
VGF diberikan dalam bentuk tunai sebagai bagian dari biaya konstruksi dengan porsi yang
tidak mendominasi keseluruhan biaya konstruksi (maksimal 49%).
Dalam sub-bab ini diuraikan pemenuhan kriteria untuk mendapatkan VGF. Beberapa hal
yang perlu dijawab dalam sub-bab ini diantaranya adalah:
a. Apakah proyek secara ekonomi layak namun secara finansial belum layak?
BUKU II 63
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
c. Apakah pemilihan investor swasta dilakukan melalui proses tender yang terbuka dan
kompetitif dibawah skema KPBU?
d. Apakah draft perjanjian kerjasama telah memuat skema peralihan aset dan/ atau
manajemen aset dari investor ke PJPK pada akhir masa konsesi?
Menyimpulkan bahwa proyek layak secara ekonomis dan akan layak secara
finansial apabila diberikan VGF
f. Apakah sektor yang akan di-KPBU-kan termasuk dalam sektor yang disebutkan
dalam Perpres No. 38 tahun 2015?
Jaminan Pemerintah juga dapat diberikan kepada proyek infrastruktur dengan tujuan untuk
mengurangi risiko yang dibebankan kepada Badan Usaha. Jaminan Pemerintah ini diberikan
oleh Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur sesuai dengan
peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Penyediaan fasilitas Jaminan Pemerintah ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi
Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.
Fasilitas dapat disediakan untuk proyek KPBU prioritas ataupun proyek KPBU lainnya yang
memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri diatas. Jenis fasilitas yang
disediakan meliputi:
penyiapan kajian dan/ atau dokumen pendukung untuk Kajian Akhir Prastudi
Kelayakan
BUKU II 64
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindaklanjuti dengan isi sub-bab
sebagai berikut:
Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap penyiapan
proyek KPBU dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi KPBU, seperti misalnya
penyelesaian studi Amdal, perizinan, ekspose kepada DPRD, dan sebagainya.
Sub-bab ini menguraikan strategi, rencana, jadwal dan penanggung jawab penyelesaian hal-
hal kritis yang perlu diselesaikan. Hal ini akan dijabarkan dalam bentuk matriks.
BUKU II 65
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Menguraikan surat keputusan pembentukan Panitia Pengadaan, serta tugas dan tanggung
Panitia Pengadaan.
Menguraikan tahapan pengadaan Badan Usaha, yaitu apakah perlu dilakukan pelelangan
satu tahap atau pelelangan dua tahap, beserta dengan berbagai pertimbangannya.
Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan untuk Proyek
KPBU yang memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan
b. Tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai output yang
optimal.
Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek KPBU yang
memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan dengan pasti
karena terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan
b. Memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai output yang
optimal.
BUKU II 66
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Menjelaskan proses pengadaan secara umum, sesuai dengan tahapan pengadaan seperti
tertuang pada sebelumnya.
Menguraikan perkiraan jadwal proses pengadaan Badan Usaha dan juga menguraikan
alamat sekretariat Panitia Pengadaan.
BUKU II 67
TOOLKIT KPBU SEKTOR TRANSPORTASI PERKOTAAN 2016
Referensi:
“Accelerating improvement of public services in the field of urban transportation urban mass
transport through innovation”, dari Pembicara Ir. Bambang Prihartono, Direktur Transportasi
BAPPENAS.
Pra Studi Kelayakan Proyek Angkutan Massal Cepat Kota Surabaya, Februari 2014.
Pra Studi Kelayakan Proyek Kereta api Bandara Soekarno Hatta, tahun 2009.
Special assistance for project formation (SAPROF) for Jakarta Mass Rapid Transit (MRT)
System, November 2005.
Valley Line LRT – Stage 1 Value for Money Report City of Edmonton, April 2016 (link)
BUKU II 68