April 2018
HUTAN
Good Forest Govermance Need Good Forest Information
ISSN 244-8388
Selain cerita dari Suku Duano, ada juga beberapa cerita ringan lain tentang
perjalanan sekeluarga berkemah di Curug Cihurang, Profil Emak yang
merupakan pejuang konservasi di Kawasan Puncak Bogor, serta kiriman
opini dari kontributor-kontributor setia Intip Hutan. Artikel yang tidak kalah
penting adalah artikel yang ditulis peneliti Forest Watch Indonesia (FWI)
mengenai kesalahan tata ruang di Kawasan Puncak, yang mengakibatkan
berbagai bencana seperti longsor, banjir, dan kekeringan.
Dari berbagai cerita, artikel, dan opini yang kami sajikan di Intip Hutan
kali ini, tidak bermaksud menggiring pembaca ke arah mana pun, karena
seperti penulis yang baik, kami hanya menyajikan cerita dan membebaskan
pembaca untuk menginterpretasi setiap tulisan secara bebas. Akhir kalimat,
selamat menikmati!
Daftar Isi
CERITA PEMANTAUAN
3 Suku Duano, Pendekar
Laut Yang Semaput
35 Banjir Terus Datang, Hutan
pun Terus Ditebang
CERITA PENDIDIKAN
9 41
Mendadak Camping Kelas Hutan, Solusi
Menikmati Debur Curug Partisipatif dalam menjaga
Cihurang DAS Ciliwung
SOSOK
13 47
POJOK SENI
EMAK, salah seorang
Hening & Sunyi
pejuang Desa Cibulao
KOMUNITAS
51
Youth For Climate Change,
15 KOMIK
Wadah Asyik Peduli
Lingkungan
OPINI
REVIEW FILM
17
Sungai Kampar;
Penghuni, Aturan, dan 55 Banda, Jalur Rempah Yang
Terlupakan
Ancaman Kelestarian
REVIEW BUKU
21 57
OPINI Membaca Ekofeminisme
Mulai Dari Mana? dalam Sejarah Gerakan
Sabuk Hijau
LIPUTAN KHUSUS & INFOGRAFIS
REVIEW LAGU
27
Menelusuri Jejak
Kekeliruan dalam Tata 61 Cara Hijaukan Bumi ala
Band Kotak
Ruang Kawasan Puncak
INFOGRAFIK I INTIP HUTAN
ENGGA PEDULI
7%
ENGGA TAHU
43%
50%
TAHU
Kawasan Puncak mengalami kerusakan hutan Seluruh Daerah Puncak adalah hulu dari
dan lahan yang massif selama puluhan tahun. empat DAS besar, yaitu Ciliwung, Cisadane,
Analisis FWI pada 2000-2016, seluas 5,7 ribu Kali Bekasi dan Citarum. Lebih khusus lagi,
hektar hutan alam hilang di Kawasan Puncak. Kawasan Puncak menjadi penyedia air utama
Menyisakan 21 persen hutan alam dari total untuk 3 DAS, yaitu Ciliwung, Kali Bekasi,
wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Citarum. Bila Kawasan ini rusak, dapat
Ciliwung. Padahal peranan Kawasan Puncak dipastikan daerah dibawahnya akan ikut
sangat vital untuk banyak daerah dibawahnya. terpapar juga.
CERITA
SUKU
DUANO
PENDEKAR
LAUT YANG
SEMAPUT
OLEH: WINDI SYAHRIAN
uano
Suku D
rBersama
Gamba
yang mendiami wilayah Pesisir Timur Sumatera semenjak mulai tersentuh arus peradaban,
yang salah satunya di daerah Riau dan Jambi perlahan mereka mulai ditarik menghuni
yakni Suku Duano. kawasan darat di bibir pantai. Pekerjaan laki-
laki pada umumnya melaut dan berkuli, sedang
Suku Duano merupakan kelompok masyarakat perempuannya membersihkan lauk hasil melaut
suku laut yang mendiami kawasan pesisir Riau untuk kemudian dijual di pasar-pasar tradisional.
dan Jambi. Seperti masyarakat adat lainnya, Suku
Duano memiliki keterikatan dengan lingkungan Wawan, salah seorang guru SD di sana yang turut
dan sangat menjaga daerah tempat tinggalnya. mendampingi kami menambahkan kalau Suku
Hal ini terlihat dari cara hidup mereka yang Duano di sana terikat semacam kontrak dengan
bergantung kepada alam dan penggunaan toke-toke ikan. Dikarenakan tidak memiliki
alat tangkap ikan yang selektif serta ramah armada sendiri, maka mau tak mau mereka
lingkungan. Suku Duano juga sangat menghindari harus ikut melaut bersama dengan armada dari
perusakan hutan mangrove dan memanfaatkan toke tersebut. Tentunya hasil yang diperoleh
kayu-kayunya hanya untuk keperluan yang benar- tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
benar mendesak. Mereka pun sadar, di kawasan Lantas, untuk menutupi kekurangannya mereka
mangrove inilahpaling banyak dijumpai ikan dan melanjutkan dengan berkuli masih dengan
kerang-kerangan. toke yang sama. Wawan menyayangkan sistem
pemberian upah yang tidak terstandar di sana
Umumnya mereka hidup berkelompok, dan sehingga hanya merugikan para nelayan dari
tidak mengisolasi diri dari sentuhan peradaban Suku Duano saja. Hal tersebut diamini Soni dan
luar. Meski berkulit legam dan bertubuh kekar, kawan-kawannya. Mereka menambahkan bahwa
namun kesan pertama yang saya tangkap sudah tiga tahun ini sudah tidak lagi ‘menongkah’.
ketika berinteraksi dengan mereka adalah
keramahtamahan khas masyarakat asli. Siang itu Saya sempat tertegun dan kemudian bertanya
ada tiga orang lelaki tengah melepas penat dan maksud dari menongkah tadi.
bersandar di dinding beranda rumah panggung
mereka. Asap tembakau tak henti mengepul dari Ternyata menongkah adalah mencari kerang-
bibir mereka. Sambil mengipas-ngipas seperti kerang bivalva dengan menaiki papan pipih
mengusir hawa panas di badan, mereka membalas serupa seluncur. Tradisi menongkah ini bahkan
sapaan saya. diangkat oleh pemerintah setempat menjadi acara
budaya tahunan. Namun Soni menjelaskan bahwa
Saya dan teman-teman menyempatkan diri untuk di wilayah mereka sudah 3 tahun tidak dilakukan
mampir. Selepas mengucapkan salam, segera menongkah sehingga tidak mendapatkan
saya jabat tangan mereka satu persatu. Kokoh tambahan untuk sekedar mengebulkan asap
dan bersahaja. Setelah berbasa-basi seadanya, dapur. Undangan untuk mengikuti acara dari
kami memperkenalkan diri berasal dari instansi pemerintah kabupaten juga tak kunjung diterima
kelautan pusat yang berkantor di Padang, dan mereka jika festival menongkah tiba. “Mungkin
mempunyai cabang salah satunya di Pekanbaru. mereka lupa kalau di sini juga ada Suku Duano,”
Soni, salah satu lelaki tersebut membalas imbuh Khayah, anggota Suku Duano lainnya.
perkenalan kami dengan berkisah mengenai Suku
Duano. Konon dahulunya Suku Duano hidup di “Biasanya sekali kami menongkah bisa dapat 50
lautan dengan mendirikan pondok-pondok di atas KG, tapi sudah 3 tahun ini sudah tidak ada lagi,”
laut menggunakan batang kayu bakau. Namun jelasnya.
om
ay.c
ixab
s://p
http
Gambar :
Khayah sedang
memperagakan
caramenongkah
Ketika ditanyakan perihal bantuan dari Dinas Mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan
Perikanan setempat, mereka hanya tergelak. Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Bukan bermaksud mengejek dan menafikkan Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah
bantuan, namun mereka mempertanyakan Pada Kementerian Negara Lembaga, bantuan
efektifitas dari bantuan tersebut. pemerintah berupa bantuan sarana/prasarana
diberikan kepada kelompok masyarakat, lembaga
“Dahulu waktu kerang masih banyak, pemerintah swadaya masyarakat, lembaga pendidikan,
sempat memberikan bantuan papan seluncur lembaga keagamaan, dan lembaga kesehatan,
sampai 100 lembar. Tapi itu dulu, sekarang lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
papan ini tidak lagi berguna. Mau dijual tak
laku, dan dijadikan kayu bakar sayang,” Khayah “Dulu pernah diberikan bantuan kapal, Pak,
mengenang.
namun dijual oleh nelayan sini dan hasilnya dibagi
“Lantas bagaimana dengan kapal? Apakah di sini ke masing-masing kelompok.” Setelah ditanyakan
tidak ada kelompok masyarakatnya?” tanya saya. sebabnya, mereka menjelaskan penjatahan jadwal
yang tidak merata dan adanya faktor keirian antar Ah, bukannya kalau BOD dan COD bisa
sesama menjadi pemicu utama. diselesaikan ‘secara adat’ oleh kawasan mangrove
yang juga memiliki kemampuan menahan bahan
Soni juga menyebutkan semenjak adanya pencemar dengan kadar tertentu? Saya terdiam
pembangunan pabrik kelapa sawit di daerah sana, sejenak dan berpikir ulang mengenai korelasi
kerang-kerangan yang menjadi komoditas utama pabrik sawit, kerang yang habis dan mangrove.
mereka habis dan mati tak bersisa.
Kembali saya teringat pelajaran dasar di bangku
Saya mencoba mencari korelasi antara kuliah dahulu mengenai peran dari hutan
pabrik kelapa sawit dengan habisnya kerang. mangrove. Dengan berapi-api dosen saya kala
Memanfaatkan kecanggihan dari telepon itu menjabarkan mengenai 3 fungsi biologis
genggam yang berbasis aplikasi android, saya cari hutan mangrove sebagai spawning ground
sebab musababnya. Berdasar pengetahuan saya, (areal pemijahan ikan), nursery ground (areal
jenis bivalva seringkali dijadikan bioindikator pengasuhan) dan feeding ground (areal mencari
pencemaran. Kerang hijau misalnya, dijadikan makan). Intinya adalah, kawasan mangrove
sebagai bioindikator pencemaran oleh timbal merupakan daerah yang kaya plasma nutfah
(Pb). dan sumberdaya perikanan. Bisa jadi dengan
Kencono (2006) melakukan penelitian yang pembukaan pabrik sawit di sana memanfaatkan
bertujuan untuk mencari penanda biologi kawasan mangrove sehingga sumberdaya ikan
(biomarker) pencemaran logam timbal pada kehilangan habitatnya. Belum lagi dengan limbah
kerang hijau. Singkat kata, hasil penelitian buangan yang tidak terkelola dengan baik, tentu
menunjukkan jika bobot cangkang dan bobot akan semakin mengancam lingkungan. Kendati
daging bertambah maka konsentrasi timbal di demikian, perlu penelitian lebih lanjut mengenai
dalamnya akan berkurang, dan jika panjang kandungan pencemaran dan efek domino yang
cangkang bertambah maka konsentrasi timbal di akan dihasilkannya. Lagi, saya terdiam dan
dalamnya akan bertambah pula. Kelainan yang memandang mereka dengan nanar.
terdapat pada morfologi tubuh kerang hijau Mereka tidak tahu lagi harus menggantungkan
dapat dijadikan biomarker pencemaran timbal. nasibnya dari apalagi. Jenjang pendidikan yang
Kesimpulannya adalah jenis kerang-kerangan rendah dan ketiadaan fasilitas terpaksa menjadi
bahkan mampu beradaptasi dengan bahan faktor pembatas untuk mendapatkan taraf hidup
pencemar logam berat sejenis timbal meski yang lebih layak. Tak jarang mereka mengadu,
menimbulkan abnormalitas pada tubuh. namun hanya serupa angin lalu. Tapi, tidak serta
Lantas saya kembali berpikir bahan pencemar merta menjadikan mereka skeptis dan apatis
apa dari pabrik sawit ini yang mampu menghabisi terhadap pemerintah.
kerang-kerangan? Masih ada secercah harapan bagi Suku Duano.
Saya kembali mencari informasi dengan kata kunci Suku yang dikenal sebagai pendekar laut ini
limbah sawit dan mendapatkan informasi bahwa tengah semaput menghadapi gejolak ekonomi
limbah cair industri kelapa sawit mengandung yang semakin akut. Untung saja tidak kalut.
bahan organik yang sangat tinggi yaitu nilai BOD Mereka percaya bahwa di balik kabut selalu ada
(biological oxygen demand) dan COD (chemical surya yang tersenyum lembut. Ah, Semoga saja.
oxygen demand) yang tinggi. (WS)
CERITA
MENDADAK
CAMPING
MENIKMATI
DEBUR CURUG
CIHURANG
OLEH: PUTU SUKARTINI
https://
jokisoft
.wordpre
ss.com
Yeaaaay…. kali ini ngiring melali kembali dengan Halimun. Suasana relatif sepi. Hanya tampak
keseruan kemah keluarga kecil kami. Berkemah beberapa orang petugas di pos jagawana taman
selalu jadi kegiatan favorit dan menyenangkan nasional. Salutlah pada para petugas ini, kala
buat kami untuk sekedar melepas penat dari orang-orang sedang sibuk bersiap untuk malam
rutinitas harian. Menjauh dari kebisingan kota takbiran, mereka begitu setia menjalankan tugas
dan mengisi paru-paru dengan udara segar pohon jagawana ini.
pinus yang menjulang tinggi di pegunungan.
Sejujurnya, sejak awal perjalanan, kami belum
Pilihan lokasi berkemah kali ini adalah di Curug tahu lokasi tepat untuk berkemah. Hanya
Cihurang. Berada di Gunung Bunder, Kec. berbekal info bahwa sepanjang kawasan ini
Pamijahan, Kab. Bogor, lokasinya masih berada terdapat banyak curug yang di sekitarnya tersedia
dalam kawasan Taman Nasional Halimun – Salak camping ground. Disambut jajaran hutan pinus,
yang wilayahnya sangat luas. Jadi memang di kaca mobil langsung kami buka lebar-lebar.
kawasan taman nasional ini, tersedia banyak Rasanya rugi kalau masih mengandalkan AC di
sekali spot-spot cantik untuk mendirikan tenda tempat sesejuk ini. Segar banget.
dan menikmati keindahan alam. Ke camping
ground Sukamantri sudah sering, kali ini kami Melewati beberapa kelok, terlihat papan nama
ingin mencoba lokasi baru. Curug Cihurang yang sepertinya menarik untuk
disinggahi. Tampak aroma kehidupan di sini yang
Jalanan menuju lokasi terhitung mulus dan ditandai banyaknya warung-warung milik warga
lancar, mungkin karena kami kesana sehari sekitar. Sepertinya lokasi ini cukup menarik. Bang
sebelum lebaran, saat sebagian besar penghuni Patar yang menjadi ketua rombongan kami turun
Bogor sudah mudik ke kampung halaman masing- dan melihat-lihat lokasi. Sip. Kami memutuskan
masing. Sekitar 1 jam waktu tempuh, kami sudah untuk mendirikan tenda di sini. Hanya kami, tiga
tiba di gerbang Kawasan Taman Nasional Gunung keluarga yang berkemah saat itu.
Mendung tebal tampak menggelayut di Fyuuuh… keputusan tepat. Hanya sesaat setelah
angkasa, gelegar geluduk juga mulai bersahut- tiga tenda berbaris rapi, gerimis hadir sebagai
sahutan. Seolah menggoda kami yang terlalu asyik musik alami membasahi kain tenda.
menikmati suasana hingga belum mendirikan
EMAK
SALAH SEORANG
PEJUANG DESA
CIBULAO
OLEH: ANDAYANI
srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus), mengambil pucuk pohon teh di kebun teh. Menurut
bambangan merah (Ixobrychus cinnamomeus) emak, dahulu pekerjaan yang dimiliki oleh warga
dan bentet loreng (Lanius tigrinus). Tidak hanya Desa Cibulao hanya petani teh, karena industri
burung, jenis tumbuhan yang disekitar kebun teh teh sangat maju pada saat itu. Petani teh dibayar
yang beragam karena masih berbatasan dengan dengan harga sangat murah yaitu seharga 1200 per
cagar alam. Salah satunya adalah puspa (Schima hari dan sebulannya memperoleh harga 500 ribu
wallichii) dan rasamala (Altingia excelsa). Bisa per bulan. Industri besar pada saat itu berasal dari
dipastikan penyebaran tumbuhan ini dibantu oleh perusahaan PSB, Sumber Sari dan Bumi Pakuan.
burung yang masih ada di hutan puncak. Ketiga perusahaan ini sangat jaya pada jaman itu.
Tumbuhan, satwa (burung) dan sungai ciliwung Pekerjaan sebagai petani teh tidaklah mudah,
saling melengkapi dialam. Tumbuhan membantu karena bukan hanya memanen pucuk teh tetapi
proses hidrologi dan penyerapan air disekitar sungai juga harus membuat babat atau patokan, membuat
sehingga mencegah banjir di hulu. Jika terjadi jalur –jalur, mencabut rumput disekitar tanaman
pembukaan lahan yang menyebabkan kehilangan teh dan juga menyemprot hama. Dahulu tanaman
tumbuhan dan satwa dapat menyebabkan kerugian teh sangat besar, tinggi dan kualitasnya bagus
bagi hulu sungai Ciliwung. Perakaran yang buruk kata emak, namun saat ini batangnya kurus
menyebabkan air tidak dapat diserap sehingga dan kualitasnya tidak telalu bagus sehingga
air tersebut mengalir tanpa adanya penampungan mudah terserang hama. Perkebunan teh sempat
sambil mebawa tanah maka menyebabkan banjir di mengalami panceklik sehingga banyak petani teh
hilir. Pengikisan oleh air yang secara turus menerus yang kehilangan pekerjaan karena industri teh
akan menyebabkan longsor. Hal ini menunjukkan ditutup. Pada saat itu petani teh beralih profesi
keseimbangan ekologi dialam saling bersinergi. menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar
negeri, pembantu rumah tangga dan buruh pasar.
Dengan membentuk Kelompok Tani Hutan
(kth) masyarakat konsisten menanam pohon Pada tahun 2000-an Emak besera suaminya
dan membuat program ekowisata track sepeda mulai memikirkan hal lain yang dapat ditanam
gunung. Selain itu, kelompok ini juga menanam dan menghasilkan ekonomi. Pak Kito yang pada
kopi, menurut emak kopi sudah mulai ditanaman saat itu adalah pemilik perkebunan mengusulkan
sejak tahun 2000an dan ditanam bukan dilahan kepada suami emak untuk menanam kopi. Lahan
hutan tapi dilahan kebun teh yang tidak terpakai. yang digunakan merupakan lahan milik kehutanan
Sekarang kopi Desa Cibulao sudah mulai dikenal. dan pertanian yang tidak dipakai sehingga menjadi
Masyarakat menaman, memanen, mengolah tanah tumpang tindih atau tanah dengan dua
dan menjual hasil panen secara mandiri. Jika kepemilikan. Lalu suami emak dan emak beserta
masyarakat sekitar puncak aja sudah mulai khawatir dibantu anaknya menama kopi pada saat itu.
dan menjaga keseimbangan ini, kenapa kita tidak Sekarang kopi Desa Cibulao sudah mulai dikenal,
bisa menjaganya. Apalagi kamu yang sudah sering bahkan menang lomba kontes kopi secara nasional.
melihat banjir karena sungai ciliwung. Masyarakat menaman, memanen, mengolah dan
menjual hasil panen secara mandiri. Kedua anak
Partina atau yang biasa dipanggil Emak merupakan emak sekarang aktif untuk membantu produksi hasil
salah satu warga di Desa Cibulao. Emak sendiri kopi yang mereka tanam. Bukan hanya menanam
sudah tinggal di desa ini sejak tahun 1989. Kalau kopi, bahkan anak Emak aktif membentuk
kata pepatah asam manisnya selama tinggal di desa Kelompok Tani Hutan (kth) masyarakat konsisten
Cibulao sudah dirasakan Emak dari dulu hingga menanam pohon dan membuat program ekowisata
kini. Kehidupan yang berubah, tempat tinggal track sepeda gunung. Nama kedua anak Emak
dan masa-masa susah dan jaya. Emak dahulunya adalah kang Jumpono dan kang Dasim.
merupakan seorang petani teh yang bertugas
OPINI
SUNGAI
KAMPAR
PENGHUNI,
ATURAN, DAN
ANCAMAN
KELESTARIAN
OLEH: POPI PUSPITASARI
Kelestarian Sungai
dan Ancaman
Penampakan air sungai Kampar di Riau memang Konservasi lahan untuk mengurangi erosi harus
sedikit keruh hal tersebut selain karena tipe bisa diupayakan baik secara vegetatif contohnya
tanah gambut juga kuatnya arus yang membawa reboisasi atau secara mekanik contonya contour
material seperti tanah dan bahan organik lainnya. village (pengolahan tanah menurut garis kontur).
Konversi lahan hutan menjadi peruntukan lain Di sisi lain, deforestasi akan meningkatkan erosi.
seperti kebun sawit yang sedang berkembang Penggunaan pupuk kimia dan limbah domestik
pesat di Riau, secara umum memang (padat dan cair) juga mempengaruhi. Perubahan
telah mempengaruhi kondisi airnya, air di Sungai kondisi air jika dibiarkan akan berdampak
Kampar makin keruh akibat adanya erosi yang pula terhadap biota sungai, lebih jauh lagi
makin meningkat. ancaman banjir menghantui masyarakat akibat
berkurangnya area resapan.
OPINI
MULAI
DARI
MANAA?
OLEH: ANDINA
Sampah adalah hal paling kecil yang menjadi Suatu hari, melalui jaringan pertemanan di sebuah
perhatian saya. Meski perasaan bersalah juga kolektif perempuan, saya berkenalan dengan Eka
terjadi ketika saya membeli shampoo, atau kosmetik Besse. Saat itu ia telah aktif mengelola Recycle
berbasis minyak kelapa sawit di supermarket. Atau and Craft (Makassar), sebuah inisiatif yang
ketika tanaman di belakang rumah mati karena mengubah sampah plastik menjadi benda-benda
saya tak pandai merawat mereka -selain tak punya kerajinan tangan. Dari yang saya perhatikan,
waktu juga. Sampah, dan membuangnya ke tempat Eka dan teman-temannya mencoba mengubah
seharusnya, bahkan masih menjadi masalah besar sampah plastik menjadi dekorasi atau benda-benda
untuk masyarakat kita. Kebiasaan buruk membuang yang bisa dipakai kembali. Kemudian, mereka
sampah ke jalan, ke sungai, ke laut. Dan saya tak membagi keahlian tersebut kepada komunitas
percaya lagi bahwa kebiasaan buruk itu berbanding di sekitar mereka di Sulawesi Selatan. Salah satu
lurus dengan tingkat pendidikan seseorang. Heran! yang saya pikir paling berkesan, Recycle and
Craft telah membantu komunitas di Tana Toraja Pada kesempatan lain, secara acak,
untuk ikut mengubah sampah plastik (yang sering saya menemukan orang-orang hingga
muncul di musim turis berdatangan) menjadi lembaga yang tak hentinya mengajak kita
sesuatu yang bisa dipakai kembali, dan satu lagi, untuk mengubah gaya hidup kita yang melukai
ia membuat bank sampah sehingga memotivasi ibu bumi. Mulai dari teman-teman yang menjual
tetangga-tetangganya agar menukar botol-botol keperluan mandi berbahan organik (tanpa minyak
plastik menjadi uang (yang ditabung dan bisa bumi ataupun sawit), mendaur pakaian-pakaian
dibelikan buku atau sepeda!). Keren sekali, kan? (upcycle) dan menjual kembali dengan desain yang
Sepertinya jaringan pertemanan mereka yang luas baru, hingga gerakan seperti Indonesia Berkebun,
juga membuat mereka sukses mengenalkan isu #savepuncak, dan lainnya.
lingkungan kepada komunitas yang lebih jauh dari
pusat kota Makassar. Suatu hari, saya juga melihat Meski lagi-lagi saya belum sempat untuk ikutan
postingan Eka yang mengubah kepingan CD yang salah satu kegiatan lembaga-lembaga tadi, saya
rusak dan tak terpakai, dan mengubahnya menjadi bertekad untuk mencoba mengubah gaya hidup
hiasan dinding. Saya angkat topi pada semangat paling tidak di rumah sendiri, atau dari hal-hal yang
dan konsistensi Eka, dengan tanpa menggurui kecil dahulu, seperti mulai membeli sabun-sabun
atau membuat siapapun merasa bersalah, ia organik buatan teman, membeli buah-buahan
membangun narasi yang juga ‘ramah’ bagi mereka lokal, membawa kotak makan kosong jika tiba-tiba
yang belum mulai mengubah gaya hidup yang keinginan jajan muncul saat dalam perjalanan.
ramah lingkungan.
Beberapa bulan lalu, sebuah lembaga kebudayaan Fashion ini, dan saya pun berhenti membeli merk-
Jerman membuat pameran yang menunjukkan merk yang terbukti melakukan kekejaman pada
perjalanan sepotong pakaian agar bisa sampai buruh-buruh pabriknya. Mungkin, masih banyak,
ke tangan kita untuk kita kenakan. Rupanya, tak sih, benda-benda di rumah yang awalnya dibuat
hanya masalah lingkungan yang cukup gawat oleh buruh-buruh yang diperlakukan tidak adil. Hal
yang ditimbulkan oleh insdustri pakaian yang ini membuat saya lagi-lagi merasa bersalah ketika
diistilahkan sebagai Fast Fashion, sebuah budaya memilih produk yang hanya sekadar ‘murah’, tanpa
yang membuat sepotong pakaian hanya berlaku meriset lagi dari mana benda itu berasal.
untuk semusim saja, dibuat secara massal, dan
dijual dengan harga murah. Selain bahan kimia Akhirnya, ada beberapa referensi yang saya baca
berbahaya yang merusak lingkungan serta tubuh agar bisa lebih dekat dengan gaya hidup yang
pekerjanya karena digunakan dalam jumlah masif, lebih ramah lingkungan. Salah satunya, teknik
efek lain yang timbul adalah ketidakadilan yang konmari yang hanya menyisakan benda-benda
dialami pekerja seperti upah kerja yang kurang, yang sparks joy --menimbulkan rasa gembira,
dan jam kerja yang tak masuk akal, juga keperluan ketika kita menyentuhnya. Teknik ini sebetulnya
dasar yang tidak dipenuhi oleh perusahaan- menitikberatkan pada bagaimana kita lebih
perusahaan pendukung Fast Fashion tersebut. fokus pada kehidupan, dan bukannya benda-
Puncaknya, sebuah gedung berisi ribuan buruh benda semata. Benda-benda yang bertumpuk di
pakaian runtuh dan menimbulkan korban jiwa. rumah, tanpa sadar meningkatkan kadar hormon
Sungguh sebuah kecelakaan yang tak perlu. stres kortisol dalam darah, meningkatkan denyut
jantung, yang pada akhirnya membuat mood
Saya membaca perkembangan isu Fast seseorang langsung drop atau menjadi emosional.
Fashion secara sepintas, beberapa merk sepatu Tapi bertolakbelakang dengan itu, jika saya merasa
internasional, mulai beralih pada peraturan yang sedih, biasanya saya akan belanja pakaian atau
lebih etis dan manusiawi sebagai respon dari perlengkapan fashion yang membuat baju-baju
munculnya awareness terhadap keburukan Fast memenuhi seisi lemari. Ah, ini jadi pe’er (red:
pekerjaan rumah) saya banget. Menahan diri untuk pentingnya mengganti gaya hidup agar lebih ramah
berhenti dari melakukan hal yang menyenangkan lingkungan harus terus dipupuk, secara konsisten
begitu mungkin belum akan saya lakukan (dengan tapi juga santai. Persuasi yang menurut saya cukup
catatan, saya selalu punya budget untuk itu, dan berhasil sih seperti yang teman saya Eka lakukan
berusaha tak melanggar budget tersebut). Jadi, yang tadi. Ia hanya menyampaikan narasi yang positif
saya lakukan adalah memberikan baju-baju lama dari apa yang ia lakukan, tanpa membuat orang
kepada orang lain, atau berakhir menjadi lap pel lain merasa bersalah, atau terganggu dengan
serbaguna. Satu lemari di kamar harus cukup untuk narasi yang menggurui. Entahlah, cara apa yang
menampung baju saya dan suami, jika tak cukup, bisa efektif untuk mengubah gaya hidup sampai ke
sudah waktunya untuk memindahtangankan baju level masyarakat. Meski sudah banyak kampung-
lainnya. kampung setingkat RT & RW yang secara mandiri
sudah mengolah sampah. Juga beberapa program
Teknik konmari sebetulnya lebih ‘sadis’ daripada pemerintah untuk mengelola sampah yang mandek
yang saya lakukan itu. Penyeleksian benda --mungkin karena kurang siap secara SDM (sumber
dilakukan berdasarkan kategori, dan bukan daya manusia) maupun ilmu. Bagi saya, mungkin
ruangan. Dimulai dari pakaian, tas, buku, lalu perasaan bersalah menuntun saya untuk akhirnya
benda-benda lainnya. Mungkin kosmetik harus menulis. Eka berkata pada saya: “mungkin kamu
jadi perhatian saya juga. Kondisi kulit yang sulit bisa memulainya dengan menulis.”
membuat saya terlalu banyak mencoba-coba
produk, jika tak cocok, produknya tak dihabiskan, Saya tak habis pikir bagaimana ia melakukan
dan hanya menjadi sampah yang baru. Kondisi itu. Menyadarkan orang lain tanpa sedikitpun
‘genting’ membuat saya lupa untuk menelaah menggurui atau membuat merasa bersalah. Dan ia
apakah kebiasaan saya merusak ibu bumi atau tidak. benar sekali, semakin saya mengurai pikiran akan
Maka, awareness yang dilakukan teman-teman itu hal ini, semakin kuat keinginan saya membawa
jadi sangat penting agar manusia sesat seperti saya kotak makan, khusus untuk jajan. Itu penting!
bisa kembali ke jalan yang benar. Kesadaran akan
LIPUTAN
KHUSUS DAN
INFOGRAFIS
MENELUSURI
JEJAK
KEKELIRUAN
DALAM
TATA RUANG
KAWASAN
PUNCAK
OLEH: ANGGI PUTRA PRAYOGA
F ebruari 2017, banjir menerjang Jakarta dan berhasil menyebabkan ribuan rumah di 54 titik terendam
banjir1. Hampir setiap tahun, saat datang musim penghujan, banjir menerjang Ibukota Jakarta. Pada
pemberitaan di media, baik cetak, online, maupun televisi, kadang disebutkan bahwa “banjir kiriman dari
Bogor”. Padahal di tahun yang sama, Bogor sendiri menderita akibat banjir yang merendam 100 rumah2.
Walaupun dalam kasus Jakarta-Bogor dapat dikatakan bahwa banjir memang bermula dari Bogor,
merunut jauh, menuju kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) yang berhutan.
Menelusuri Sungai Ciliwung di Jakarta, menuju ke hulu, kita akan menemukan hulu Sungai Ciliwung di
Telaga Saat. Di Kawasan Hulu di Puncak, Bogor, hutan alam masih dapat ditemukan sebagai komponen
dari daerah tangkapan air (DTA). Keberadaan hutan alam dan kondisi ekologi DTA yang secara tidak
langsung menjadi penyebab banjir tahunan di Jakarta. Daerah aliran sungai di pegunungan, tata guna
lahan, dan tata air memiliki keterikatan yang erat3.
DTA sendiri yang dalam Bahasa Inggris sering disebut water catchment area merupakan bentang alam
berupa suatu ekologi dimana air hujan yang turun dikumpulkan. Di DTA, air hujan akan mengalir ke
sungai, bendungan, danau, laut, atau ke dalam sistem air tanah. Keberadaan hutan menjadi satu ekosistem
yang tidak terpisahkan dari DTA.
DTA dikatakan dalam kondisi yang ideal bila memiliki minimal 30% tutupan lahan berupa hutan,
serta laju erosi dan sedimentasi yang terkendali. Sehingga fungsi dari DTA sebagai pengendali banjir,
sumber irigasi, pembangkit listrik tenaga air, sumber air baku, usaha perikanan, dan tempat rekreasi
atau pariwisata dapat berjalan dengan baik. DTA yang ideal dan sehat akan mampu berfungsi sebagai
konservasi tanah dan air.
Keberadaan hutan sendiri memiliki kecenderungan untuk mencegah banjir. Namun, tutupan hutan yang
berafiliasi dengan keberadaan sungai dengan cara melingkupi sebagian besar daerah aliran sungai dapat
memberikan pengaruh lebih signifikan terhadap kejadian banjir, yaitu mencegahnya terjadi. Dengan
demikian, keberadaan hutan di Hulu DAS Ciliwung memiliki peran besar untuk mencegah banjir.
Namun, saat ini yang terjadi di Kawasan Puncak adalah adanya perubahan tutupan lahan yang tidak
terkendali dari yang tadinya merupakan hutan alam, menjadi bukan hutan. Alih fungsi lahan melalui
deforestasi yang tidak terkendali pada DTA dapat mengakibatkan ketidakseimbangan sistem hidrologi
(kemampuan DTA mengatur tata air), berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah dan bertambahnya
debit air permukaan.
Forest Watch Indonesia mencatat dalam rentang waktu periode tahun 2000 sampai 2016, DAS Ciliwung
mengalami kehilangan hutan seluas 66 kali Kebun Raya Bogor. Kini DAS Ciliwung hanya menyimpan
tutupan hutan sebesar 3,407.15 hektare atau sekitar 8.91 persen dari total luas DAS Ciliwung. Persentase
tersebut masih sangat jauh dari persentase tutupan hutan yang dikatakan ideal bagi DTA.
1 https://news.detik.com/berita/d-3427663/jakarta-banjir-di-54-titik-ribuan-rumah-terendam-hingga-15-meter
2 http://regional.kompas.com/read/2017/07/10/05341221/hujan.deras.100.rumah.di.bogor.terendam.banjir
3 Tahun Gunung Internasional (The International Year of Mountains) pada tahun 2002 dan Tahun Air Tawar Internasional (The
International Year of Freshwater) pada tahun 2003
Kecamatan Ciawi
Bukan Hutan Total Luas Wilyah
Tren Kondisi
601.83ha 601.83ha Penutupan &
Deforestasi
di Hulu DAS
Kecamatan Sukaraja
Bukan Hutan
1,621.83ha
Total Luas Wilyah
1,621.83ha
Ciliwung
Kecamatan Cisarua
Deforestasi Deforestasi
HA 2014 HA 2015 HA 2016 2014 -2015 2014 -2016
2,715.21ha 2,640.81ha 2,625.94ha 74.41ha 14.87ha
Kecamatan Megamendung
Deforestasi Deforestasi
HA 2014 HA 2015 HA 2016 2014 -2015 2014 -2016
946.92ha 784.02ha 781.22ha 162.90ha 2.80ha
Bukan Hutan Total Luas Wilyah
4,327.29ha 5,274.21ha
Hutan alam tersebut kini hanya terletak di 9 desa fungsi kawasannya, yaitu fungsi produksi dan
lingkup 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua fungsi lindung. Kawasan Lindung adalah wilayah
dan Megamendung Kabupaten Bogor. Kehilangan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
tutupan hutan alam (deforestasi) dan alih fungsi kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan Kawasan
lahan di daerah tangkapan air hulu DAS Ciliwung Budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
tidak terlepas dari komitmen pemerintah dalam fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
melindungi sumber daya alam yang ada. Kejadian kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
banjir setiap tahun, dan kehilangan tutupan hutan daya manusia, dan sumber daya buatan.
alam menjadi perkebunan, lahan pertanian,
pemukiman, dan industri jasa tanpa memperhatikan Hasil overlaying peta terhadap dua kebijakan
fungsi DTA mengindikasikan adanya kesalahan tersebut, terlihat bahwa di Kawasan Puncak
dalam kebijakan tata ruang dan fungsi kawasan di terdapat peruntukan ruang, yaitu Kawasan Budi
hulu DAS Ciliwung di Kawasan Puncak. Daya dan Kawasan Lindung yang mencakup
Hutan Produksi, Area Penggunaan Lain, Cagar
DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS prioritas Alam, dan Taman Nasional. Alokasi ruang
sesuai dengan Peraturan Presiden Republik pada Kawasan Budi Daya yang mencakup
Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Area Penggunaan Lain dan Hutan Produksi
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dengan masing-masing luasan, yaitu 28.92 dan
(RPJMN). Prioritas DAS Ciliwung salah satunya 9,111.33 hektare dianggap sesuai karena antara
karena masih menyimpan hutan alam sebagai fungsi dan peruntukan tidak saling bertentangan.
daerah tangkapan air di wilayah hulu Kawasan Sementara pada Cagar Alam dan Taman Nasional
Puncak yang berperan bagi penyangga kehidupan dengan masing-masing luasan, yaitu 3.54 dan
di Ibukota Jakarta. 76.76 hektare dianggap tidak sesuai di dalam
peruntukan Kawasan Budi Daya. Cagar Alam dan
Tapi masih ada perselisihan penataan ruang di
Taman Nasional merupakan kawasan konservasi
Kawasan Puncak saat ini antara peruntukan fungsi
yang memiliki fungsi lindung sehingga dalam hal
lindung dan fungsi produksi pada level presiden,
ini Cagar Alam dan Taman Nasional tersebut
menteri, provinsi, dan kabupaten. Terdapat dua
memiliki dua fungsi atau peruntukan yang berbeda,
kebijakan yang menjadi acuan dalam penataan
yaitu fungsi lindung dan budi daya.
ruang Kawasan Puncak DTA hulu DAS Ciliwung.
Pertama, Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 Pada alokasi ruang Kawasan Lindung mencakup
yang menunjuk Kawasan Puncak sebagai kawasan Hutan Produksi, Area Penggunaan Lain,
lindung sebagai turunan dari kebijakan Undang- Cagar Alam, dan Taman Nasional. Pada Cagar
Undang Nomor 26 tahun 2007 terkait Penataan Alam dan Taman Nasional dianggap sudah sesuai
ruang. Kedua, kebijakan yang dikeluarkan oleh dengan arahan Presiden karena sumber daya
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan alam dan sumber daya buatannya diperuntukan
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan untuk dilindungi. Sementara pada wilayah yang
Nomor 195 tahun 2003 yang menunjuk Kawasan ditunjuk sebagai Hutan Produksi dengan luasan
Puncak sebagai hutan produksi, cagar alam, dan 1,712.59 hektare dianggap sudah tidak relevan
taman nasional sebagai turunan dari kebijakan lagi atau tidak sesuai dengan arahan presiden
Undang-Undang kehutanan Nomor 41 tahun 1999. karena memiliki fungsi produksi bukan lindung.
Sedangkan pada wilayah yang ditunjuk sebagai
Presiden telah memetakan distribusi ruang Kawasan Area Penggunaan Lain dengan proporsi terluas
Puncak sebagai Kawasan Budi Daya dan Kawasan sebesar 3,131.03 hektare merupakan wilayah yang
Lindung. Pada rentang waktu yang berbeda diperuntukan untuk dilindungi dan dianggap tidak
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga bertentangan dengan arahan presiden.
telah memetakan Kawasan Puncak berdasarkan
Provinsi
Jawa Barat
Peraturan Daerah Nomor 22 tahun Kawasan Puncak diperuntukan
2010 tentang RT RW sebagai Hutan Produksi
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun Dikelola dengan penuh tanggung jawab menggunakan
2006 tentang Pengelolaan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kawasan Lindung Menargetkan pencapaiannya sebesar 45 persen
kawasan lindung di Jawa Barat pada tahun 2010
Peraturan Daerah Jawa Barat No 2 Meningkatkan fungsi dan luas kawasan lindung dalam
tahun 2009 tentang Rencana rangka mewujudkan provinsi yang hijau (Green Province)
Pembangunan Jangka Menengah didukung upaya menciptakan provinsi yang bersih
Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 (Clean Province).
Kementerian
Lingkungan Hidup
& Kehutanan
SK Menhut No. 195/Kpts-II/2003 Kawasan Puncak diperuntukan sebagai
Hutan Produksi
Presiden
Republik Indonesia
Peraturan Presiden Nomor 54 Kawasan Puncak ditunjuk sebagai
tahun 2008 Kawasan Lindung
Penunjukan Hutan Produksi yang memiliki fungsi alam tersisa tersebut untuk dilindungi dan tidak
produksi di Kawasan Puncak mengancam kondisi untuk dibudidayakan maupun untuk diproduksi
hutan alam tersisa di daerah tangkapan air hulu hasil hutan kayu dan non kayu nya.
DAS Ciliwung. Selain tidak relevan dengan
arahan Presiden, penunjukkan hutan produksi Namun Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menitikberatkan pada fungsi pokok memproduksi tidak mengubah sikap setelah keluarnya Peraturan
hasil hutan (kayu maupun non-kayu). Hal tersebut Presiden Nomor 54 tahun 2008 terkait Penataan
tergambar pada kondisi penutupan hutan alam Ruang Jabodetabekpunjur yang menyatakan
yang tersisa di dalam Hutan Produksi dan kawasan bahwa Kawasan Puncak diperuntukan sebagai
lainnya di hulu DAS Ciliwung Kawasan Puncak. kawasan lindung. Sikap tersebut memiliki dampak
Senilai 811.69 hektare atau sekitar 48 persen dari penting terhadap kondisi hutan alam tersisa yang
1,712.59 hektare (luas Hutan Produksi di Kawasan berfungsi sebagai pengatur tata air dan terhadap
Puncak dalam peruntukan ruang Kawasan pengendalian alih fungsi lahan yang tidak konsisten
Lindung) bukan lagi merupakan hutan alam. Fakta terhadap penataan ruang yang berlaku di hulu DAS
lain yang menjadi temuan ini adalah bahwasanya Ciliwung Kawasan Puncak. Maka jelas sudah jejak
terdapat hutan alam seluas 939.09 hektare (27.56% kesalahan penataan ruang di Kawasan Puncak
dari sisa hutan alam tersisa) berada dalam Area sudah dimulai pada ranah kebijakan pemerintah.
Penggunaan Lain (bukan kawasan hutan). Hutan
Seperti dikatakan di atas, kasus kehilangan hutan
tersebut berada dalam peruntukan ruang Kawasan
alam di daerah tangkapan air hulu DAS Ciliwung
Lindung namun tidak berada dalam fungsi kawasan
disebabkan oleh adanya alih fungsi hutan menjadi
hutan. Berdasarkan arahan Presiden maka hutan
626.40ha 321.69ha
4.29% 2.20%
Pertanian Lahan Permukiman Hutan Lindung Permukiman
Kering
361.94ha 71.10ha
2.48% 0.49%
Kebun / Perkebunan Permukiman Hutan Konservasi Permukiman
337.61ha 54.17ha
2.31% 0.37%
Hutan Konservasi Kebun / Perkebunan Hutan Lindung Semak / Belukar
323.32ha 53.67ha
2.21% 0.37%
Pertanian Lahan Sawah Tadah Hujan Hutan Konservasi Tegalan / Ladang
Kering
kebun/perkebunan, tegalan/ladang, permukiman, ruang DTA hulu DAS Ciliwung maka Peraturan
dan semak belukar. Inkonsistensi terbesar pada Presiden Nomor 54 tahun 2008 seharusnya menjadi
peruntukan hutan lindung dengan eksisting berupa acuan dan dasar kunci sebagai produk kebijakan
penggunaan lahan kebun/perkebunan (budi daya) yang memiliki level tertinggi dibandingkan
dengan luas 879,81 hektar. keputusan menteri dan peraturan daerah.
PEMANTAUAN
BANJIR
TERUS
DATANG,
HUTAN
PUN TERUS
DITEBANG
OLEH: MUFTI F. BARRI
(Forest Watch Indonesia)
bercerita tentang kampungnya. Kampungnya yang Selatan. Luas pulau obi sekitar 258 ribu ha (2.583 km
hancur karena diterjang banjir akhir tahun 2016. persegi), dengan 61% wilayah daratannya masih
berupa hutan alam di tahun 2016. Luasan Pulau
Besarnya banjir, membuat masyarakat mengira Obi berada dalam batas limit kategori pulau kecil di
itu adalah tsunami. Mereka berlari berhamburan Indonesia. Berdasarkan UU. No. 27 tahun 2007 jo UU
keluar rumah untuk menyelamatkan diri mereka No.1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir
masing-masing. Bahkan, ada ibu-ibu diantaranya dan pulau-pulau kecil, suatu daratan dikategorikan
yang berlari tanpa pakaian. sebagai pulau kecil jika memiliki luas kurang dari
2000 kilometer persegi. Walaupun masuk dalam
Bapak-bapak yang berbincang dengan kami adalah katergori pulau besar, eksplotasi di Pulau Obi dinilai
dua dari banyak warga yang kebunnya raib disapu telah melebihi daya dukung pulau tersebut. Sampai
terjangan banjir. Mereka masih bersyukur, banjir saat ini, 75% daratan di Pulau Obi telah dikuasai oleh
yang datang tidak menghancurkan kampung industri ekstraktif (tambang dan HPH). HPH 23%,
mereka. Betapa tidak, banjir di pulau Obi tidak Pertambangan 18%, dan sisanya tumpang tindih
hanya membawa air bah, tetapi juga gelondongan perizinan antara tambang dan HPH sebesar 33%).
kayu yang hanyut terbawa derasnya aliran Tidak hanya terjadi antar konsesi, tumpang tindih
banjir. Gelondongan kayu yang terbawa air telah juga terjadi dengan wilayah kelola masyarakat,
membawa khayalan tentang apa yang terjadi di pemukiman, termasuk infrastruktur pemerintahan.
hulu sana.
Kebun-kebun pala, cengkeh, kelapa, ubi, dan lain sebagainya rusak. Hancur, karena terjangan kayu-kayu
yang terbawa banjir. Di satu sisi, kebun menjadi penyelamat sehingga gelondongan kayu yang terbawa
banjir tertahan di kebun dan tidak menghancurkan pemukiman warga. Namun, kebun tidak dapat
menyelamatkan pemukiman warga dari rendaman luapan sungai.
Rumah-rumah, sekolah, fasilitas publik, semua terendam banjir. Bahkan, jembatan yang menjadi satu-
satunya penghubung juga hancur. Memutus akses jalan yang selama ini digunakan warga untuk menuju
desa-desa lainnya.
http://lenteraswaralampung.com
http://lenteraswaralampung.com
http://beritadaerah.co.id
http://beritadaerah.co.id
Satu-satunya jalan, ialah memaksakan kendaraan motor yang ditumpangi bisa melewati genangan air
mobil ataupun motor membelah sungai. Tidak setinggi lutut orang dewasa.
sembarangan orang dapat melintasi sungai ini
Sepeda motor yang kami gunakan hanya bisa
dengan kendaraannya. Hanya mereka yang
berjalan sampai perpotongan jalan dan sungai.
benar-benar mengenal seluk-beluk sungai yang
Sungainya tidak terlalu dalam, namun jika
berani melewati sungai tersebut. Lebih ironis lagi,
dipaksakan akan sangat berbahaya jikalau hujan
setelah banjir tidak ada bantuan yang datang. baik
datang. Sungai Buton sangat mudah dan cepat
dari pemerintah ataupun perusahaan HPH yang
meluap. Hujan selama 30 menit saja sudah dapat
menebang kayu di hulu sungai.
membuat debit air di sungai tersebut meningkat
Bekas-bekas banjir masih tersisa walaupun sudah 5-6 kali lipat. Sepanjang perjalanan terlihat kebun-
empat bulan banjir berlalu. Kebun-kebun yang kebun warga yang hancur akibat terjangan banjir.
hancur, kayu-kayu gelondongan yang tergeletak Pohon-pohon cengkeh dan pala meranggas. Kayu-
dimana-mana, serta jembatan yang masih juga kayu yang terbawa banjir masih bergeletakan
belum diperbaiki. Kayu-kayu masih bergelatakan dimana-mana. Terlihat juga sekumpulan warga
di tengah kebun-kebun, pohon-pohon cengkeh yang mencoba membersihkan tumpukan kayu di
yang meranggas dan mati akibat endapan lumpur kebun mereka.
yang terbawa banjir. Banjir kala itu memang yang
paling parah terjadi.Banjir, memang sering terjadi Jalan yang kami lalui ialah jalan yang dibuat oleh
di Desa Buton dan sekitarnya, namun tidak pernah perusahaan HPH. Jalan tersebut dibuat untuk
separah ini dan menghancurkan kebun serta mengangkut kayu-kayu hasil tebangan mereka di
merendam pemukiman warga. Banjir yang terjadi hutan. Kondisi jalannya tidak mudah untuk dilalui.
seakan bom waktu yang tidak penah dijinakkan Bahkan sepeda motor yang kami gunakan tidak
dan akhirnya meledak. Dengan motor roda dua, mampu menembus medan layaknya kendaraan-
kami menuju jalan masuk hutan yang menjadi hulu kendaraan perusahaan. Kami pun melanjutkannya
Sungai Buton. Jalan bertanah, becek, dan licin. dengan berjalan kaki untuk melihat kondisi hutan
terkadang, si Penumpang harus turun agar sepeda di hulu sungai.
Sepanjang perjalanan, di kanan kiri jalan terlihat memaksa kami saat itu untuk bergegas turun. Jika
tumpukan kayu. Baik kayu hasil tebangan ataupun tidak, sungai yang membelah jalan akan meluap
kayu-kayu yang terbawa banjir tempo lalu. Dekat dan menutup akses jalan pulang. Saat memutuskan
dari situ, terdapat camp perusahaan yang terbuat untuk kembali karena hujan, kami sedang berada
dari terpal dan seng, diperuntukkan sebagai tempat di tengah jalan tanah yang di buat oleh perusahaan.
penampungan kayu sementara. Di camp tersebut, Jalan tersebut memotong dan menutup aliran anak
juga ada satu alat berat yang sedang berkerja sungai. Bahkan di sampingnya, ada kolam air yang
menyusun rapi kayu-kayu besar hasil tebangan. tertahan akibat alirannya tertutup jalan yang baru
saja dibuat.
Semakin dalam masuk ke hutan, jalan yang dilalui
semakin licin dengan tanah merah yang lengket. Rusaknya hutan di hulu Sungai Buton pun kami
Hanya kendaraan sarad kayu saja yang bisa rasakan. Pohon-pohon yang ditebang dan aliran
melewati jalan ini. Sungai yang sedang mengering sungai yang terganggu seakan menjadi penyebab
juga dijadikan akses jalan oleh kendaraan sarad bencana yang menimpa Desa Buton dan sekitarnya.
untuk mengangkut kayu hasil tebangan. Hujan yang turun membuat air sungai meluap
sangat cepat. Tidak sampai 30 menit, Sungai Buton
Di tengah hutan, kayu-kayu besar telah terangkut.
bisa meluap 5-6 kali lipat (tau dari mana ini?).
Hanya menyisakan tunggak-tunggak besar hasil
tebangan dan kayu-kayu yang ukurannya lebih Setelah berjalan diiringi guyuran hujan, akhirnya
kecil. Kayu-kayu yang berukuran kecil, sepertinya tiba di tempat kami memarkir sepeda motor.
tidak diangkut dan ditinggalkan begitu saja. ada Tepatnya berada di seberang sungai yang
juga kayu sisa-sisa tebangan yang bergeletakkan di membelah jalan yang dibuat oleh perusahaan.
tepi anak sungai. Sungainya sudah mulai meluap sekitar 2 kali
Kayu dan tunggak tersebut ada yang bisa kami lipat dari sebelumnya. Namun, masih bisa kami
datangi, dan ada juga yang hanya bisa dilihat dari sebrangai dengan berjalan perlahan dan hati-hati.
kejauhan. Ironinya, pohon-pohon yang ditebang Ini bukan sungai terakhir. Masih ada satu lagi jalan
ialah pohon-pohon yang berada tidak jauh dari tepi yang terpotong sungai yang harus dilalui.
anak sungai. Bahkan, ada juga pohon yang ditebang
Memacu sepeda motor di tengah hujan. Jalan yang
di lokasi lereng yang sangat curam.
licin dan berlumpur semakin menambah sulitnya
Satu hari sebelumnya, kami mencoba masuk ke mengendarai sepeda motor di lokasi ini. Di sebelah
tengah hutan di lokasi tebangan yang berbeda. kiri, terlihat aliran Sungai Buton yang semakin
Lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi kami bertambah dan bertambah debit airnya.
berkunjung di hari kedua. Hanya perbedaan
simpangan jalan yang terletak di camp perusahaan. Menempuh 30 menit berjalan kaki, 15 menit
Namun, kami tidak berhasil mencapai lokasi mengendarai sepeda motor, kami pun tiba di jalan
tebangan. hujan besar yang tiba-tiba datang, yang terpotong oleh aliran sungai. Sungainya sudah
meluap sekitar 4 kali lipat. Ada 3 sepeda motor yang Tepat sebelum masuk ke lokasi penumpukan kayu,
akan menyebrang. Sepeda motor pertama berhasil ada dua orang pekerja sedang beristirahat, duduk
menyebrang dengan selamat. Mengandalkan di atas batang kayu besar hasil tebangan. Menurut
insting sang pengemudi yang memang sudah hafal mereka, kayu-kayu akan dibawa ke Jawa dan
seluk beluk aliran sungai. Sulawesi. Tempat penampungan kayu dan lokasi
tebangan yang kami datangi di hari sebelumnya
Berbeda nasib dengan sepeda motor pertama, nasib ini ialah milik perusahaan HPH PT. Poleko
naas dialamai oleh sepeda motor kedua. Walaupun Yusbarson Trad. Perusahaan yang memiliki kantor
sang penumpang sudah turun dari motor. Motor pusat di Jakarta Barat ini telah mengantongi izin
yang hendak menyebrang sungai terjatuh dan sejak tahun 1999 dan menguasai 86.599 ha tanah
terbawa arus sungai. Sontak sang pengedara yang ada di pulau Obi.
berteriak minta tolong. Dan orang-orang berlarian
untuk menyelamatkan sang pengendara dan sepeda Dari hasil penelusuran, perusahaan ini tercatat
motor yang sudah tak terlihat tertelan air sungai. sebagai perusahaan yang legal dan telah
Belajar dari apa yang didapatkan pengemudi mendapatkan izin pengelolaan dari Kementarian
kedua, sepeda motor yang ketiga akhirnya di Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bahkan,
gotong oleh empat orang menyebrangi sungai yang perusahaan ini juga telah memiliki sertifikat
lebarnya mencapai 50 meter. terkait legalitas kayu-kayu yang mereka bawa.
Dari resume hasil verifikasi legalitas kayu yang
Saat kami semua berhasil menyebrangi sungai, dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi PT. Lambodja
luapan air sungai semakin bertambah menjadi 5-6 Sertifikasi, perusahaan ini juga telah memiliki
kali lipat. Gelondongan-gelondongan kayu terlihat semua dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
terbawa aliran sungai. Itu adalah gelondongan pengelolaan lingkungan. Mulai dari ANDAL,
sisa-sisa banjir tempo lalu dan kayu-kayu sisa yang Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), dan
tertumpuk di hulu sungai. Rencana Kelola Lingkungan (RKL). Bahkan di
Tidak puas dengan hanya melihat kondisi hutan resume tersebut juga disebutkan bahwa perusahaan
dan kebun-kebun warga. Esok harinya kami juga ini telah melakukan pemantauan dan pengelolaan
mencoba melihat tempat penampungan kayu lingkungan di konsesi mereka.
perusahaan untuk mengetahui seberapa banyak Ironis!!!. Saat eksploitasi hutan dilakukan dengan
kayu yang ditebang dan telah merusak hutan di cara legal dan dengan aturan-aturan yang katanya
pulau Obi. Sungguh miris, banjir baru saja berlalu ketat, bencana terus menerus berdatangaan.
tetapi seakan manusia tidak pernah sadar dan tidak bahkan tidak ada yang berani bertanggung
berhenti menebang hutan Pulau Obi. jawab atas bencana yang terus menerus terjadi.
Ribuan batang pohon tertumpuk di tempat Masyarakat yang terkena dampak hanya bisa
penampungan kayu. Setengah diantaranya mengeluh dan menerima kebun-kebunnya hancur
telah masuk ke kapal tongkang yang sudah siap dan rumah-rumahnya terendam oleh banjir.
berangkat membawa pergi kayu-kayu dari Pulau Melihat kondisi di Pulau Obi, sudah seharusnya
Obi. Satu alat berat sedang berkerja menyusun hutan di pulau-pulau kecil tidak untuk dieksploitasi.
kayu-kayu dan mendekatkan kayu-kayu tersebut ke Untuk menjaga lingkungan, menjaga kehidupan,
tempat kapal bersandar. dan menjamin kelayakan hidup generasi yang akan
datang.
PENDIDIKAN
KELAS HUTAN
SOLUSI
PARTISIPATIF
DALAM MENJAGA
DAS CILIWUNG
OLEH: PARDI
Gambar :
Foto bersama
peserta Kelas
Hutan
Gambar :
Proses belajar
Kelas Hutan
KELAS HUTAN
Diperlukan sebuah wadah untuk meningkatkan Kelas Hutan bertujuan untuk menjaga kelestarian
kesadaran melalui kegiatan pendidikan mengenai hutan dengan sistem belajar langsung di lokasi
hutan Dengan berbagai kompleksitas permasalahan yang berlangsung selama 3 hari di kawasan hutan
dan solusinya, Program kelas hutan lahir sebagai Kampung Cibulao, Desa Tugu Utara, Kecamatan
salah satu solusi partisipatif untuk meningkatkan Cisarua Puncak, Bogor. Kampung Cibulao
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya fungsi merupakan kawasan yang memiliki areal hutan
hutan bagi ekosistem lingkungan, khususnya tersisa di kawasan puncak, Bogor. Jika kita mencari
hutan di Puncak sebagai wilayah Hulu Daerah lokasi Hutan terakhir di kawasan Puncak, maka
Aliran Sungai (DAS) Ciliwung yang merupakan Kampung Cibulao adalah kawasan yang tepat
area hutan tersisa yang terakhir dari 6 DAS yang dalam menjalankan Kelas Hutan. Cibulao juga
bermuara di Jakarta. memiliki potensi yang besar dalam pengembangan
wisata, selain keindahan alamnya, terdapat potensi
Kopi Luwak Robusta Cibulao yang meiliki kualitas Cibulao, Pengelolaan Desa dalam menjaga
terbaik dan berhasil menyabet predikat juara lingkungan, cerita-cerita seru tentang penggunaan
kategori Kualitas Kopi Luwak terbaik tingkat lahan serta kebijakan pengelolaan ruang hulu DAS
nasional, disertai juga dengan potensi pemanfaatan Ciliwung. Sangat Seru dan beruntung menjadi salah
wilayah sekitar hutan, berupa wilayah pemanfaatan satu peserta Kelas Hutan yang dapat mempelajari
kegiatan bersepeda, KTH Bike Park yang memiliki hutan langsung di kawasan nya.
standar Internasional.
Di Kampung Cibulao, Puncak, merupakan Wilayah
Sebanyak 130 Peserta sangat antusias mengikuti terakhir terdapat hutan tersisa yang memiliki peran
kegiatan kelas hutan, terdiri dari berbagai latar yang penting dalam menyimpan cadangan air untuk
belakang. Ada yang berasal dari Mahasiswa, wilayah Jabodetabek, Ketika Hutan di Wilayah
Mapala Se-Jabodetabek, Kelompok Tani Hijau Puncak Rusak dan Hancur, maka persediaan Air
(KTH), dan masyarakat Umum. Perbedaan Latar untuk kawasan Jabodetabek akan terganggu dan
belakang tidak menghalangi semangat mereka mengakibatkan bencana. Harapannya dari kelas
untuk mempelajari Hutan di Kawasan Puncak. hutan,akan melahirkan generasi yang peduli dan
Ada banyak pengalaman Lucu yang kami temukan, mau bersama-sama menjaga hutan dan berperan
seperti pengalaman pertama kali nya pergi ke dalam menyebarkan edukasi penyelamatan hutan
Kawasan Puncak, dan menikmati interaksi dengan puncak. Hutan memiliki peran yang sangat vital bagi
masyarakat Kampung Cibulao, Riangnya saat keseimbangan ekosistem. Hutan adalah Hamparan
bermain dengan anak-anak desa. Selama 3 hari, Masa Depan Jika tidak dijaga, Kerusakan Sudah
kami disajikan petualangan seru yang mengasyikan. pasti Didepan Mata.
Dan ternyata Belajar tentang Hutan itu sangat
mengasyikan loh,, seperti kegiatan Inventarisasi
tanaman lokal melalui program Mulung Bibit ,Kami
dipecah menjadi beberapa grup dan mencari jenis-
jenis bibit pohon yang berada disekitar kampung, Villa tanpa hutan
selain menambah wawasan kami mengenai jenis
bibit kayu yang langka, pemandangan yang indah terasa hampa, Namun
hamparan kebun teh, menambah semangat kami
untuk terus belajar mengenai hutan. hutan tanpa villa, akan
Kegiatan dilanjutkan dengan Mengamati lebih indah luar biasa.
keanekaragaman jenis burung, Kegiatan ini lebih
seru, karena dibutuhkan kesabaran dan ketangkasan
dalam menemukan dan mengidentifikasi burung
melalui suaranya, selain itu peserta dapat melihat
langsung jenis burung yang masih aktif di Kawasan
Kampung Cibulao. Kegiatan dilanjutkan dengan Kuy Generasi Millenials..
Aksi penyelamatan DAS melalui groundcheck
penggunaan lahan kritis secara partisipatif, nah Kita Jaga Hutan, Untuk
ini lebih seru lagi ternyata…Semua peserta akan Generasi yang akan
menyusuri sungai dan memantau kondisi lahan
kritis di Sekitar Aliran Sungai. Malam pun tiba, datang.
dan kegiatan diakhiri dengan diskusi terbuka,
semua peserta berkumpul di lapangan terbuka
dan berdiskusi langsung dengan warga Kampung
Cibulao, Sharing seputar sejarah Kampung
Kelashutan
https://pixabay.com
POJOK SENI
HENING
&
SUNYI
OLEH:
Fatkurrahman
https://pixabay.com
tujuan tapi tidak diniatkan. Lukisan Rusli adalah representasi dari keacuhan Cage dalam memberi
gerak yang menunggu dan kita disugesti untuk semacam interlude (jeda hening atau sunyi)
mengisi garis dan warna yang tidak penuh itu. pada musiknya. Menyimak komposisi ini,
nada bergerak pelan, kadang bergema lembut,
Bunyi dan hening atau sunyi, kalau kita beruntun, sesekali terngiang ketukan mengalir
menarik garis ekstrim, adalah dua elemen halus, tempo bervariatif, dan pada waktu yang
dasar dari suatu komposisi musik, seperti tiba-tiba, suatu interlude muncul. Pada momen
garis dan warna dalam sebuah lukisan. ini, seolah kita diajak untuk rehat, bisa juga
Kalaupun ada perbedaannya, barangkali menunggu nada selanjutnya. Sang penyimak
terletak pada persoalan ruang dan waktu. seolah diajak berdialog, berhadapan, tanpa
maksud untuk menjejalkan nada yang bertubi-
Pada lukisan, ia
tubi.
serentak mendatangi
kita pada ruang Pada komposisi, Prelude for Meditation, berdurasi
tertentu dan seolah waktu 1,01 menit, digubah tahun 1944, dengan
membeku di situ, sedangkan kesederhanan nada, dengan jeda yang menganga,
pada musik, kehadirannya tidak bunyi yang tidak lebih dari 30 ketukan, yang
bisa dilepaskan dari arus waktu mungkin saja bisa disuguhkan dengan pukulan
yang sulit untuk dipilah, apakah lembut bonang ataupun denting piano, Cege,
bunyi mengikuti waktu atau sebaliknya. seolah memberi porsi yang agung pada keheningan
Keduanya saling silang sengkarut, atau kesunyian, berkesesuaian dengan judul yang
sekaligus larut dalam suatu peristiwa diberikannya. Suatu permenungan dari bunyi dan
yang didengar. sunyi atau hening, menarik kejumudan pikiran
dan batin dari riuh menuju keteduhan Diri yang
Hening atau sunyi,
luruh.
bagitu subtilnya hadir di
pelbagai ranah keseharian hingga ia Dengan perpegang bahwa hening atau sunyi
sering hanyut begitu saja dan jarang ada yang adalah salah satu elemen dasar musik, John Cage,
mengindahkan untuk diundang dalam suatu sampai pada “Pengendapan” yang paling ekstrim
perhelatan batin atau pikiran. Tapi, dalam dan sublim, barangkali, ia menggubah musik yang
suatu kondisi jiwa yang terlampau penuh anti bunyi atau nada. Komposisi 4’33” (empat
oleh deru dan derau, ia sering kita paksa atau menit tiga puluh tiga detik), sebuah “Musik” yang
diam-diam diharapkan untuk memenuhinya. berisi hening atau sunyi selama tanda waktu pada
judul yang diterakannya. Komposisi ini juga bisa
Senada dengan itu, barangkali, karena
dikatakan sebagai musik yang anti musik.
gemuruhnya sebuah komposisi musik selama
berabad-abad, John Cage, menggubah Kalaupun ini dikategorikan sebagai musik, tentu
komposisi musiknya yang “minimalis” itu sebuah musik dengan “M” besar, musik yang
dan penuh akan keheningan atau kesunyian. hanya merenggut salah satu elemen dasarnya
Walaupun, tidak bisa dipungkiri, ikhtiarnya saja, sebuah laku hening atau sunyi. Kalaupun
dalam menempuh ranah spiritualisme Zen dipertunjukan pada suatu konser, mungkin saja
juga andil cukup signifikan dalam sebagian yang terdengar berupa detak jantung dan helaan
komposisi musik gubahannya. nafas penyimak, atau bunyi yang tak terduga
lainnya, dan Cage, seakan ingin semesta yang
Music for Marcel Duchamp, komposisi
kosong, Sunyata.
musik Cage, berdurasi 6,04 menit
yang digubah tahun 1947 ini, mungkin
KOMUNITAS
YOUTH FOR
CLIMATE
CHANGE,
WADAH
ASYIK PEDULI
LINGKUNGAN
OLEH: PARDI
https://pixabay.com
EDUCATION campaign
action advocacy
Kegiatan YFCC terdiri dari 4 segmentasi yang (ICCEFE), Merapi Green Movement, Local
meliputi Pendidikan (Edukasi), Kampanye, Agricultural Learning, Beach Clean Up, Edukasi
Aksi dan Advokasi. Kegiatan Intern terdiri dari Pertanian Organik, Youth For Climate Forum,
berbagai aktivitas seperti Youth For Climate Gathering and Forum Group Discussion.
Camp, Children’s Climate Class, YFCC On
the Field, Climate Research Project, Climate Dan di tingkat Internasional terlibat dalam
Challenge, Climate Network Summit, Acer kegiatan International Youth Forum On Climate
(Ahad Cerdas), dan Socio Climate-Preneur. Change And Sustainability Development,
Kegiatan Eksternal dan bersifat kerjasama Youth Global Forum dan Indonesia Green
telah dilaksanakan oleh YFCC diantaranya Engangement. Dengan Motto “Change Your
keikutsertaan dan bekerjasama dengan pihak Behaviour, Before The Climate Changes You”,
luar, diantaranya Hari Peduli Sampah Nasional YFCC Hadir untuk mengedukasi lingkungan
(HPSN), Earth Day Celebration, Indonesia kepada masyarakat luas, sebelum iklim mengubah
Climate Change Education Forum and Expo kehidupanmu.
REVIEW FILM
JALUR REMPAH
YANG TERLUPAKAN
OLEH: SUDIYAH ISTIQOMAH
kepulauan yang punya sejarah panjang dalam Di awal film, kita akan disajikan rekaman keindahan
lahirnya identitas suatu bangsa, yang bahkan kepulauan Banda, alamnya, peninggalan sejarah,
menurut seorang penulis dan jurnalis Inggris dan benteng-benteng kuno Eropa yang masih kokoh
Elizabeth Pisani dalam bukunya Indonesia Etc. berdiri saat ini. Musik garapan Lie Indra Perkasa,
sebagai ‘Improbable Nation’ – bangsa yang yang juga menjadi apresiasi tersendiri, mengalun
mustahil-, suatu bangsa yang terdiri dari ribuan cukup keras dan cepat sehingga memberikan efek
budaya, ratusan bahasa yang tergabung dalam satu tegang dan kelam (dark). Narasi puitis garapan
nama yaitu Indonesia. Dan hanya satu-satunya di Irfan Ramli yang dibawakan oleh Reza Rahadian
dunia. (atau Ario Bayu dalam Bahasa Inggris) membuka
cerita tentang awal mula sejarah Banda, membawa
Di bulan Agustus yang penuh dengan nuansa nuansa semakin kelam namun bersemangat. Dan
nasionalisme ini, film yang mengusung kisah diikuti cerita dari berbagai nara sumber mulai
tentang Banda muncul ke layar lebar, membawa dari sejarawan, petani, tokoh masyarakat hingga
kita kembali menengok sejarah yang kadang hanya pemuda Banda yang menuturkan tentang sejarah
kita temui lewat pelajaran di sekolah yang hanya masa lalu Banda, awal mula kolonialisme, pra
sepintas kita ingat. Film yang diproduseri Sheila kemerdekaan, hingga pada konteks kekinian
Timothy dan juga merupakan film dokumenter Banda. Dengan alur maju dan mengalir, penonton
pertama bagi Jay Subiakto ini akan mengajak kita dibawa menelusuri kisah kepulauan Pala itu dari
menelusuri sejarah Banda, sejarah ‘Jalur Rempah’ masa lalu hingga saat ini.
yang pernah konon lebih penting dari Jalur Sutra
yang termahsyur, dan merupakan tempat cikal Mungkin, jika perlu menuliskan apa yang kurang
bakal nasionalisme lahir di bumi nusantara. Di dari film adalah sedikitnya narasumber yang
abad pertengahan, segenggam pala lebih berharga diwawancarai, misalnya sejarawan, hanya 2 orang
daripada emas di pasar Eropa. Monopoli pedagang saja sehingga bisa saja masih bias. Untuk film
Arab dan perang salib membuat negara-negara dengan durasi yang cukup panjang, mungkin bisa
Eropa berlomba-lomba untuk menemukan pulau- menampilkan lebih banyak narasumber agar
pulau penghasil rempah, yang akhirnya melahirkan lebih meyakinkan. Meskipun sebenarnya dengan
kolonialisme Eropa di berbagai belahan dunia. narasumber yang ada pun tidak mengurangi esensi
Banda, satu-satunya tempat buah pala tumbuh cerita dalam film ini. Selain itu, kisah tentang ‘Pala’
kala itu, menjadi tempat paling diperebutkan agak terpecah dengan cerita isu lain yaitu tentang
dalam sejarah, selain Maluku sebagai penghasil konflik horizontal di masyarakat yang pernah
cengkeh. Disebutkan dua perjanjian paling terjadi belum lama ini, pada pertengahan cerita.
bersejarah di dunia, yaitu Perjanjian Tordesillas Namun kemudian cerita ‘Pala’ dijalin kembali
(1494) dan Zaragosa (1529) antara Spanyol dan melalui kondisi pertanian pala dalam konteks
Portugis, adalah akibat dari perebutan kekuasaan kekinian.
atas pulau rempah. Bahkan, Belanda rela menukar
Banda, The Dark Forgotten Trail mengajak kita
Pulau kecil di Kepulauan Banda yaitu Pulau
kembali merenungkan masa lalu. Seperti seorang
Rhun dengan New Amsterdam (Manhattan) di
guru saya pernah mengatakan bahwa sepahit
Amerika Serikat kepada Inggris melalui Perjanjian
apapun sejarah masa lalu perlu dituturkan, agar
Breda (1667) menunjukkan betapa pentingnya
generasi penerus melek sejarah. Dan tentu saja kita
posisi kepulauan Banda di masa lalu. Tak hanya
tidak boleh melupakannya. “Belajar sejarah adalah
itu, Banda di masa silam juga menyimpan kisah
untuk mengetahui siapa kita, di masa lalu, sekarang
kelam atas pembantaian keji penduduk asli Banda
dan juga masa akan datang.”
REVIEW BUKU
RESENSI
BUKU GERAKAN
SABUK HIJAU
MEMBACA EKOFEMINISME
DALAM SEJARAH GERAKAN
SABUK HIJAU
OLEH: AMALYA REZA O.
http://www.gitaliinstitute.com/
J ika kau seorang environmentalist yang gemar mengetahui asa-usul dari lahirnya
sebuah gerakan atau aktifitas yang pada akhirnya menjadi kegiatan rutin para
aktivis lingkungan, maka buku ini cocok untukmu. Tapi tenang saja, buku ini tidak akan
membuatmu bosan dengan sejarah berbelit-beli maupun tanggal yang harus dihapalkan.
Walaupun menceritakan sejarah perjuangan untuk melestarikan lingkungan, buku ini
berbicara dari sudut pandang Wangari Maathai, seorang ekofeminis, yang juga penulis
buku ini.
Wangari Maathai, adalah seorang pejuang kelestarian lingkungan dan juga pejuang
kelompok perempuan. Dia dan kawan-kawan perempuannya lah yang merintis Gerakan
Sabuk Hijau (GHS). GHS yang berawal mula di Kenya, bukanlah gerakan Lembaga
Swaday Masyarakat (LSM), tapi sebuah gerakan yang lahir dari inisiatif warga lokal.
Dalam buku ini, tidak hanya diceritakan GHS sebagai inisiatif yang berusaha
melestarikan lingkungan, terutama di Kenya, karena terjadinya berbagai macam konflik
dan perusakan lingkungan yang sistematis, tapi juga sebagai gerakan pembebasan
perempuan. Wangari Maathai yang selama proses perjuangan diceraikan oleh suaminya
karena dianggap “liar”dan terlalu sulit diatur, menyadari dan membuat banyak kelompok
perempuan sadar, bahwa aktifitas penanaman pohon GHS adalah juga langkah untuk
pembebasan demokrasi di Kenya. Terutama Wangari Maathai focus terhadap gerakan
yang membebaskan perempuan dari penindasan, baik itu penindasan di dalam keluarga
maupun dari sistem pendidikan dan pemerintahan.
Walaupun terjadi di Kenya, pembacaan terhadap buku GHS dapat menjadi sebuah
pelajaran sejarah yang baik. Di dalam buku, Wangari Maathai bercerita mengenai
kendala, pencapaian, serta bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok yang
bergerak atas inisiatif masyarakat. Membaca buku ini, juga menjadi sebuah motivasi dan
inspirasi bagi para ekofeminis yang bergerak sebagai aktivis lingkungan, bahwa gerakan
memperjuangkan dan mengembalikan kelestarian lingkungan juga dapat berjalan
beriringan dengan gerakan pembebasan perempuan dari penindasan.
REVIEW LAGU
CARA
HIJAUKAN BUMI
ALA BAND KOTAK
OLEH: PARDI
Hijaukan Bumi
Angin bertiup semakin terasa kencang
Hujan bicara tentang kerusakan
Ulah manusia yang membabi-buta
Seakan tak peduli tak ada asa
1. Opini
2. Cerita
3. Profil
4. Resensi Buku
5. Resensi Film
6. Ulasan Lagu
7. Seni