Anda di halaman 1dari 13

STANDAR AUDIT (SA) 500

BUKTI AUDIT

DEFINISI
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan
sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung
dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi lainnya.

KETENTUAN
Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. (Ref: Para. A1–A25)

Informasi yang Digunakan sebagai Bukti Audit


Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus
mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit. (Ref: Para. A26–A33)
Jika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan
pekerjaan pakar manajemen, auditor, sejauh diperlukan, harus mempertimbangkan
signifikansi pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor, dengan: (Ref: Para. A34–
A36)
(a) Mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut; (Ref: Para.
A37–A43)
(b) Memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakar; dan (Ref: Para. A44–A47)
(c) Mengevaluasi kesesuaian pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk asersi
yang relevan. (Ref: Para. A48)

Pada waktu menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas, auditor harus
mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan auditor, termasuk, jika
relevan, dalam situasi untuk:
(a) Memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi; dan (Ref:
Para. A49–A50)
(b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk memenuhi
tujuan auditor. (Ref: Para. A51)

Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memperoleh Bukti Audit


Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian rinci, auditor harus
menentukan cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam mencapai
tujuan prosedur audit. (Ref: Para. A52–A56)

Inkonsistensi atau Keraguan atas Ketidakandalan Bukti Audit


Jika:
(a) bukti audit yang diperoleh dari suatu sumber bertentangan dengan bukti audit yang
diperoleh dari sumber lain; atau
(b) auditor memiliki keraguan atas keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit, auditor harus menentukan modifikasi atau tambahan prosedur
audit yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan mempertimbangkan
dampaknya, jika ada, terhadap aspek lain audit. (Ref: Para. A57)
STANDAR AUDIT (SA) 501

BUKTI AUDIT - PERTIMBANGAN SPESIFIK ATAS UNSUR PILIHAN

TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan
dengan:
(a) Eksistensi dan kondisi persediaan;
(b) Kelengkapan informasi tentang litigasi dan klaim yang melibatkan entitas; dan
(c) Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

KETENTUAN
Persediaan
Jika persediaan berjumlah material dalam laporan keuangan, auditor harus
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi
persediaan dengan:
(a) Menghadiri penghitungan fisik persediaan, kecuali jika tidak praktis, untuk: (Ref:
Para. A1–A3)
(i) Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan
mengendalikan hasil penghitungan persediaan fisik; (Ref: Para. A4)
(ii) Mengobservasi pelaksanaan prosedur penghitungan yang dibuat oleh manajemen;
(Ref: Para. A5)
(iii) Menginspeksi persediaan; dan (Ref: Para. A6)
(iv) Menguji penghitungan fisik (test count); dan (Ref: Para. A7–A8)

(b) Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan
apakah catatan tersebut mencerminkan hasil penghitungan fisik aktual. Jika
penghitungan fisik persediaan dilaksanakan pada suatu tanggal selain tanggal laporan
keuangan, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang diharuskan oleh paragraf
melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang apakah
perubahan persediaan di antara tanggal penghitungan fisik dengan tanggal laporan
keuangan telah dicatat dengan semestinya. (Ref: Para. A9–A11)

LITIGASI DAN KLAIM


Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi
litigasi dan klaim yang melibatkan entitas yang dapat menimbulkan suatu risiko
kesalahan penyajian material, termasuk: (Ref: Para. A17–A19)
(a) Meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak lain dalam entitas,
termasuk penasihat hukum internal;
(b) Menelaah risalah rapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
korespondensi antara entitas dengan penasihat hukum eksternal; dan
(c) Menelaah akun biaya hukum. (Ref: Para. A20).

Jika auditor menilai bahwa suatu risiko kesalahan penyajian tentang litigasi atau
klaim yang telah diidentifikasi, atau jika prosedur audit yang dilaksanakan
menunjukkan bahwa litigasi atau klaim lain mungkin ada, auditor harus, sebagai
tambahan prosedur yang diwajibkan oleh SA lain, melakukan komunikasi langsung
dengan penasihat hukum eksternal entitas. Auditor harus melakukan hal ini melalui
suatu surat permintaan keterangan, yang dibuat oleh manajemen dan dikirim oleh
auditor, yang meminta penasihat hukum eksternal entitas untuk berkomunikasi secara
langsung dengan auditor. Jika peraturan perundang-undangan atau organisasi
profesional penasihat hukum melarang penasihat hukum eksternal entitas
berkomunikasi secara langsung dengan auditor, maka auditor harus melaksanakan
prosedur audit alternatif. (Ref: Para. A21- A25).

Jika:
(a) manajemen menolak untuk memberikan izin kepada auditor untuk berkomunikasi
atau bertemu dengan penasihat hukum eksternal entitas, atau penasihat hukum
eksternal entitas menolak untuk merespons surat permintaan keterangan dengan
semestinya; dan
(b) auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat melalui prosedur
audit alternatif, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor
berdasarkan SA 705.

Representasi Tertulis
Auditor harus meminta manajemen dan; jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola untuk memberikan representasi tertulis bahwa semua litigasi dan
klaim yang aktual dan telah diketahui atau yang mungkin terjadi yang dampaknya
harus dipertimbangkan dalam penyusunan laporan keuangan telah diungkapkan
kepada auditor dan dipertanggungjawabkan serta diungkapkan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Informasi Segmen
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penyajian dan
pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dengan: (Ref: Para. A26)
(a) Memperoleh suatu pemahaman tentang metode yang digunakan oleh manajemen
dalam menentukan informasi segmen, dan: (Ref: Para. A27)
(i) Mengevaluasi apakah metode tersebut akan menghasilkan pengungkapan yang
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
(ii) Jika dianggap tepat, menguji penerapan metode tersebut; dan
(b) Melaksanakan prosedur analitis atau prosedur audit lainnya yang sesuai dengan
kondisi.
STANDAR AUDIT (SA) 505

KONFIRMASI EKSTERNAL

TUJUAN
Tujuan auditor, ketika menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, adalah untuk
mendesain dan melaksanakan prosedur tersebut untuk memperoleh bukti audit relevan
dan andal.

DEFINISI
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna seperti di bawah ini:
(a) Konfirmasi eksternal: Bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respons tertulis
langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam
bentuk kertas, atau secara elektronik atau media lainnya.
(b) Permintaan konfirmasi positif: Suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak
yang dikonfirmasikan tersebut setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat
dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang diminta.
(c) Permintaan konfirmasi negative: Suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi
tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
(d) Tanpa respons: Suatu kegagalan dari pihak yang dikonfirmasi untuk merespons,
sebagian atau secara penuh, terhadap permintaan konfirmasi positif, atau sebuah
permintaan konfirmasi yang kembali karena tidak sampai ke tangan pihak yang
dikonfirmasi.
(e) Penyimpangan: Suatu respons yang menunjukkan perbedaan antara informasi
yang diminta untuk dikonfirmasikan atau informasi yang terdapat dalam catatan
entitas, dengan informasi yang disediakan oleh pihak yang dikonfirmasi.

KETENTUAN
Prosedur Konfirmasi Eksternal
Pengguna menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor harus tetap menjaga
pengendalian atas permintaan konfirmasi eksternal, termasuk:
(a) Menentukan informasi yang dikonfirmasi atau yang diminta; (Ref: Para. A1)
(b) Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi; (Ref: Para. A2)
(c) Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi informasi jawaban untuk dikirimkan secara
langsung kepada auditor; dan (Ref: Para. A3-A6)
(d) Mengirimkan permintaan, termasuk permintaan tindak lanjut jika berlaku, kepada
pihak yang dikonfirmasi. (Ref: Para. A7)

Penolakan Manajemen untuk Mengizinkan Auditor Mengirimkan Permintaan


Konfirmasi
Jika manajemen menolak untuk mengizinkan auditor mengirimkan permintaan
konfirmasi, maka auditor harus melakukan hal berikut:
(a) Meminta keterangan tentang alasan manajemen untuk menolak, dan mencari bukti
audit tentang validitas dan memadainya alasan tersebut; (Ref: Para. A8)
(b) Mengevaluasi implikasi penolakan manajemen atas penilaian auditor terhadap
risiko kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko kecurangan, dan
sifat, saat dan luas prosedur audit lain lanjutan; dan (Ref: Para. A9)
(c) Melakukan prosedur audit alternatif yang didesain untuk memperoleh bukti audit
yang relevan dan andal. (Ref: Para. A10)

Jika auditor menyimpulkan bahwa penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor


mengirim permintaan konfirmasi adalah tidak masuk akal, atau auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal dari prosedur audit alternatif, auditor
harus mengomunikasikan hal tersebut dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola berdasarkan SA 260.12 Auditor harus juga mempertimbangkan implikasi
terhadap audit dan opini auditor berdasarkan SA 705.13

Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal

Keandalan Respons terhadap Permintaan Konfirmasi


Jika auditor mengidentifikasi faktor yang menimbulkan keraguan atas keandalan
respons terhadap permintaan konfirmasi, auditor harus mendapatkan bukti audit
lanjutan untuk menghilangkan keraguan itu. (Ref: Para. A11-A16)

Jika auditor menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi tidak dapat
diandalkan, maka auditor harus mengevaluasi implikasi tersebut atas penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko kecurangan, dan sifat,
saat, dan luas prosedur audit lain. (Ref: Para. A17)

Tanpa Respons
Dalam kasus tanpa respons, auditor harus melakukan prosedur audit alternatif untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal. (Ref: Para. A18-A19)

Penyimpangan
Auditor harus melakukan investigasi penyimpangan untuk menentukan apakah hal itu
merupakan indikasi adanya kesalahan penyajian. (Ref: Para. A21–A22)

Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negatif merupakan bukti audit yang kurang meyakinkan dibandingkan
konfirmasi positif. Oleh karena itu auditor tidak boleh menggunakan permintaan
konfirmasi negatif sebagai prosedur audit substantif tunggal untuk yang ditujukan
untuk suatu risiko yang ditentukan kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
kecuali jika terdapat semua hal berikut: (Ref: Para. A23)
(a) Auditor telah menentukan risiko kesalahan penyajian material adalah rendah dan
telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang efektivitas operasi
pengendalian yang relevan dengan asersi;
(b) Populasi unsur-unsur yang diterapi prosedur konfirmasi negatif terdiri dari
sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau kondisi yang kecil dan homogen;
(c) Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah; dan
(d) Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan penerima
permintaan konfirmasi negatif mengabaikan permintaan konfirmasi.

Pengevaluasian atas Bukti yang Diperoleh


Auditor harus mengevaluasi apakah hasil prosedur konfirmasi eksternal merupakan
bukti audit yang relevan dan andal atau apakah bukti audit lebih lanjut diperlukan.
(Ref: Para A24–A25)
STANDAR AUDIT (SA) 510

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA-SALDO AWAL

TUJUAN
Dalam melaksanakan suatu perikatan audit tahun pertama, tujuan auditor yang
berkaitan dengan saldo awal adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang apakah:
(a) Saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang berdampak material terhadap
laporan keuangan periode berjalan; dan
(b) Kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, atau perubahannya telah
dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai berdasarkan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

DEFINISI
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut bermakna sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
(a) Perikatan audit tahun pertama: Suatu perikatan yang:
(i) Laporan keuangan untuk periode lalu tidak diaudit; atau
(ii) Laporan keuangan untuk periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu.
(b) Saldo awal: Saldo akun yang ada pada awal periode.
Saldo awal didasarkan pada saldo akhir periode lalu dan mencerminkan dampak
transaksi dan kejadian periode lalu dan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
periode lalu. Saldo awal juga mencakup hal-hal yang memerlukan pengungkapan
yang telah ada pada awal periode, seperti kontijensi dan komitmen.
(c) Auditor pendahulu: Auditor dari KAP lain, yang mengaudit laporan keuangan
suatu entitas dalam periode lalu dan telah digantikan oleh auditor pengganti.

KETENTUAN
Prosedur Audit

Saldo Awal
Auditor harus membaca laporan keuangan terkini, jika ada, dan laporan auditor
pendahulu, jika ada, untuk informasi yang relevan dengan saldo awal, termasuk
pengungkapan.
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah saldo
awal mengandung kesalahan penyajian material dan berdampak terhadap laporan
keuangan periode berjalan dengan: (Ref: Para. A1–A2)
(a) Menentukan apakah saldo akhir periode lalu secara benar telah dipindahkan ke
periode berjalan atau, jika tepat, telah disajikan kembali;
(b) Menentukan apakah saldo awal telah mencerminkan penerapan kebijakan
akuntansi yang semestinya; dan
(c) Melakukan satu atau lebih hal berikut: (Ref: Para. A3–A7)
(i) Mereviu kertas kerja auditor pendahulu untuk memperoleh bukti yang terkait
dengan saldo awal, jika laporan keuangan tahun lalu telah diaudit;
(ii) Mengevaluasi apakah prosedur audit yang dilakukan dalam periode berjalan
menyediakan bukti yang relevan dengan saldo awal; atau
(iii) Melakukan prosedur audit spesifik untuk memperoleh bukti yang terkait
dengan saldo awal.
Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan
penyajian yang dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode
berjalan, auditor harus melakukan prosedur audit tambahan yang diperlukan dalam
kondisi tersebut untuk menentukan dampaknya terhadap laporan keuangan periode
berjalan. Jika auditor menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian tersebut ada dalam
laporan keuangan periode berjalan, auditor harus mengomunikasikan kesalahan
penyajian tersebut kepada tingkat manajemen yang semestinya dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SA 450.3

Konsistensi Kebijakan Akuntansi


Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan tepat tentang apakah
kebijakan akuntansi yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan secara
konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, dan apakah perubahan kebijakan
akuntansi telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Informasi yang Relevan dalam Laporan Auditor Pendahulu


Jika laporan keuangan periode lalu telah diaudit oleh auditor pendahulu dan terdapat
modifikasi terhadap opini, auditor harus mengevaluasi dampak atas hal yang
menyebabkan modifikasi tersebut terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan periode berjalan berdasarkan SA 315.4

Kesimpulan dan Pelaporan Audit


Saldo Awal
Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang berkaitan
dengan saldo awal, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau
opini tidak menyatakan pendapat berdasarkan SA 705.5 (Ref: Para. A8)

Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
material terhadap laporan keuangan periode berjalan, dan dampak kesalahan
penyajian tersebut tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan
dengan memadai, maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian
atau opini tidak wajar, berdasarkan SA 705.

Konsistensi Kebijakan Akuntansi


Jika auditor menyimpulkan bahwa:
(a) kebijakan akuntansi periode berjalan tidak diterapkan secara konsisten dalam
kaitannya dengan saldo awal berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku; atau
(b) perubahan atas kebijakan akuntansi tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan
atau diungkapkan secara memadai, berdasarkan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku. Auditor harus memberikan opini wajar tanpa pengecualian
atau opini tidak wajar berdasarkan SA 705.

Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Pendahulu


Jika opini auditor pendahulu atas laporan keuangan periode lalu berisi modifikasi
terhadap opini auditor masih relevan dan material terhadap laporan keuangan periode
berjalan, auditor harus memodifikasi opini atas laporan keuangan periode
berjalan berdasarkan SA 705 dan SA 710. (Ref: Para. A9)
STANDAR AUDIT (SA) 520

PROSEDUR ANALITIS

TUJUAN
Tujuan auditor adalah:
(a) Untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif; dan
(b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.

DEFINISI
Untuk tujuan SA, istilah “prosedur analitis” berarti pengevaluasian terhadap informasi
keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang
diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan
informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam
jumlah yang signifikan. (Ref: Para. A1–A3)

KETENTUAN
Prosedur Analitis Substantif
Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau
dalam kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif berdasarkan SA
330,3 auditor harus: (Ref: Para. A4–A5)

(a) Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang tersedia,
dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan, dan
pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-asersi tersebut; (Ref: Para. A6–A11)

(b) Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan rasio oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan memperhitungkan
sumber, komparabilitas, serta sifat dan relevansi informasi yang tersedia, dan
pengendalian atas penyusunannya; (Ref: Para. A12–A14)

(c) Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi
apakah ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan
penyajian yang, baik secara individu atau ketika diagregasikan dengan kesalahan
penyajian lainnya, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan; dan (Ref: Para. A15)

(d) Menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang
diharapkan yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti
yang disyaratkan oleh paragraf 7. (Ref: Para. A16)

Prosedur Analitis yang Membantu Ketika Membentuk Kesimpulan Keseluruhan


Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit
yang membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah
laporan keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas.
(Ref: Para. A17–A19)
Investigasi Hasil Prosedur Analitis
Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SA ini mengidentifikasi adanya
fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya atau
yang berbeda secara signifikan dengan nilai yang diharapkan, maka auditor harus
menginvestigasi perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:

(a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat
dan relevan dengan respons manajemen; dan

(b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan


sesuai dengan kondisinya. (Ref: Para. A20–A21)
STANDAR AUDIT (SA) 520

SAMPLING AUDIT

SA ini melengkapi SA 5001 yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat sebagai basis yang memadai untuk menarik kesimpulan yang dipakai
sebagai basis opini auditor. SA 500 memberikan panduan tentang berbagai cara yang
tersedia bagi auditor untuk memilih unsur untuk pengujian, yang salah satu
diantaranya adalah sampling audit.

TUJUAN
Tujuan penggunaan sampling audit oleh auditor adalah untuk memberikan basis yang
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan mengenai populasi yang menjadi
sumber pemilihan sampel.

DEFINISI
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
(a) Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%
unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit
sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.
(b) Populasi: Keseluruhan set data yang merupakan sumber dari suatu sampel yang
dipilih dan auditor berkeinginan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan set data
tersebut.
(c) Risiko sampling: Risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu
sampel dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan
pada keseluruhan populasi. Risiko sampling dapat menimbulkan dua jenis kesimpulan
yang salah:
(i) Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut lebih efektif
daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, suatu kesalahan
penyajian material tidak ada padahal dalam kenyataannya ada. Auditor lebih
khawatir dengan tipe kesimpulan salah ini karena kesalahan tersebut dapat
memengaruhi efektivitas audit dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menyebabkan suatu opini audit yang tidak tepat.
(ii) Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut kurang efektif
daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, terdapat kesalahan
penyajian material, padahal kenyataannya tidak ada. Jenis kesimpulan salah
semacam ini berdampak terhadap efisiensi audit yang biasanya akan
menyebabkan adanya pekerjaan tambahan untuk menetapkan bahwa kesimpulan
semula adalah tidak benar.
(d) Risiko nonsampling: Risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah
dengan alasan apa pun yang tidak terkait dengan risiko sampling (Ref: Para. A1)
(e) Anomali: Suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak
mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi.
(f) Unit sampling: Unsur-unsur individual yang membentuk suatu populasi. (Ref:
Para. A2)
(g) Sampling statistik: Suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
(i) Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan
(ii) Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk
mengukur risiko sampling. Pendekatan sampling yang tidak memiliki
karakteristik-karakteristik (i) dan (ii) dianggap sebagai sampling nonstatistik.
(h) Stratifikasi: Proses pembagian suatu populasi ke dalam sub-subpopulasi, yang
setiap sub tersebut merupakan suatu golongan unit-unit sampling dengan karakteristik
yang serupa (sering kali nilai moneternya).
(i) Kesalahan penyajian yang dapat diterima: suatu jumlah moneter yang ditetapkan
oleh auditor untuk memperoleh suatu tingkat asurans yang tepat bahwa jumlah
kesalahan penyajian yang ditetapkan oleh auditor tidak melebihi kesalahan penyajian
sesungguhnya di dalam populasi. (Ref: Para. A3)
(j) Tingkat penyimpangan yang dapat diterima: suatu tingkat penyimpangan dari
prosedur pengendalian internal yang telah ditetapkan yang ditentukan oleh auditor
untuk memperoleh tingkat asurans yang tepat bahwa tingkat penyimpangan yang
ditentukan oleh auditor tidak melebihi tingkat penyimpangan sesungguhnya dalam
populasi.

KETENTUAN
Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-Unsur Sampel untuk Diuji
Ketika merancang suatu sampel audit, auditor harus mempertimbangkan tujuan
prosedur audit dan karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu sampel yang
akan diambil. (Ref: Para. A4–A9)

Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risiko
sampling sampai ke tingkat rendah yang dapat diterima. (Ref: Para. A10–A11)
Auditor harus memilih unsur-unsur yansg akan menjadi sampel sedemikian rupa
sehingga setiap unit sampling dalam populasi memiliki suatu peluang yang sama
untuk dipilih. (Ref: Para. A12–A13)

Pelaksanaan Prosedur Audit


Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang hendak
dicapai atas setiap unsur yang dipilih.

Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan, maka auditor harus
melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti. (Ref: Para. A14)

Audit yang telah dirancang, atau prosedur alternatif lainnya yang sesuai, terhadap
suatu unsur pilihan, maka auditor harus menetapkan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal
pengujian pengendalian) atau suatu kesalahan penyajian (dalam hal pengujian rinci).
(Ref: Para. A15–A16)

Sifat dan Penyebab Penyimpangan dan Kesalahan Penyajian


Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan
penyajian yang teridentifikasi serta menilai dampak yang mungkin terjadi terhadap
tujuan prosedur audit tersebut dan terhadap area audit lainnya. (Ref: Para. A17)

Dalam kondisi tertentu yang sangat jarang, ketika auditor mempertimbangkan bahwa
suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang ditemukan dalam suatu sampel
adalah suatu anomali, auditor harus memperoleh tingkat kepastian
yang tinggi bahwa kesalahan penyajian atau penyimpangan semacam itu bukanlah
mewakili populasi yang bersangkutan. Auditor harus memperoleh tingkat kepastian
seperti ini dengan melaksanakan prosedur audit tambahan untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat bahwa kesalahan penyajian atau penyimpangan
semacam itu tidak berdampak terhadap unsur sisanya dalam populasi.

Memproyeksikan Kesalahan Penyajian


Untuk pengujian rinci, auditor harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang
ditemukan dalam sampel ke populasi. (Ref: Para. A18–A20)

Pengevaluasian Hasil Sampling Audit


Auditor harus menilai:
(a) Hasil sampel; dan (Ref: Para. A21–A22)
(b) Apakah penggunaan sampling audit telah menyediakan basis yang wajar untuk
penarikan kesimpulan tentang populasi yang telah diuji. (Ref: Para. A23)

PERBEDAAN TRACHING SAMA VOUCHING

VOUCHING
Vouching adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran atau
keabsahan suatu bukti yang mendukung transaksi. Kegiatan ini meliputi
memilih catatan yang ada pada catatan akuntansi serta memperoleh dan
menyelidiki dokumen yang mendasari catatan tersebut untuk menentukan
keabsahan dan ketelitian transaksi yang dicatat.

Vouching dilakukan untuk mendeteksi apakah catatan akuntansi klien ketinggian


(overstatement), selain itu vouching juga digunakan untuk menguji Asersi
management mengenai keberadaan (existence), Penilaian (Valuation), hak
dan kewajiban (Right and Obligation), Penyajian dan pengungkapan
(Presentation and Disclosure). Namun vouching juga memiliki kelemahan,
Pengujian asersi mengenai kelengkapan (Completeness) meleui vouching
lebih sulit dilakukan karena pengujian kelengkapan mengharuskan auditor
untuk mencari bukti yang tidak tercatat.

Tujuan Vouching untuk memastikan bahwa :


1. Bukti tersebut telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan terkait
2. Bukti tersebut sesuai dengan tujuannya
3. Jumlah yang tertera didalam bukti adalah benar telah sesuai dengan
transaksinya
4. Pencatatan dilakukan secara benar
5. Kepemilikan dan keberadaannya Sah

Contoh Vouching
kas keluar: - Terdapat biaya bbm sebesar Rp 73.000 untuk kegiatan opreational,
dalam hal ini auditor perlu melihat dokumen kas keluar apakah sudah di tandatangi
oleh pejabat berwenang seperti manager operational, chief akuntan dan kasir atas
pengeluaran uang tersebut, kemudian apakah terdapat bukti pendukung yaitu surat
jalan dan bon BBM dari Spbu, jika semua dilakukan sesuai Prosedur maka demikian
hasil yang didapat perusahaan mengenai kewajaran laporan keuangan adalah baik
"BAIK"

TRACING
Tracing adalah suatu kegiatan yang merupakan kebalikan dari Vouching. Arah
kegiatan tracing adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannya
dalam catatan akuntansi. adapun pelaksanaan dari tracing adalah mengikuti
dokumen sumber, seperti faktur penjualan atau laporan pengiriman, kemudian
auditor melakukan penelusuran dokumen sumber tersebut melalui sistem
akuntansi ke pencatatan akhir dalam catatan akuntansi, seperti jurnal dan buku
besar. Karena Vouching berlawanan arah dengan Vouching,

Tracing dapat digunakan untuk menguji Assersi managemen mengenai kelengkapan


(completeness). Tracing juga dapat digunakan auditor untuk menguji assersi
managemen mengenai penilaian (valuation) serta penyajian dan pengungkapan
(Presetation and disclosur)

Contoh tracing
Memperluas faktur penjualan Menambahkan jurnal dan catatan anak perusahaan

Anda mungkin juga menyukai