JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................Error: Reference source not found
DAFTAR ISI...................................................... Error: Reference source not foundi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................Error: Reference source not found
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rekayasa Genetika....................................................................... 2
2.2 Kelemahan dan Kelebihan Rekayasa Genetika..............................................3
2.3 Teknik Penciptaan Buah Jambu Batu Tanpa Biji........................................... 3
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................Error: Reference source not found0
3.2. Saran.......................................................Error: Reference source not found0
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui
penelitian. Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk
secara efektif dan efisien. Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat
didefinisikan sebagai pembentukan rekombinasi baru dari material yang dapat
diturunkan dengan cara penyisipan DNA dari luar kedalam suatu wahana (vector
tertentu) sehingga memungkinkan penggabungan dan kelanjutan berkembang baru.
Dengan teknik DNA rekombinan sekarang, ada kemungkinan untuk menumbuhkan
setiap segmen dari setiap DNA pada bakteri. Hasil organisme yang telah mengalami
rekayasa genetika, yang dilakukan melalui pemindahan atau transfer sebuah atau lebih
gen antara species yang sama atau yang berbeda itu, disebut transgenic (Shanty, 2007).
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari rekayasa genetik.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari rekayasa genetik.
3. Mengetahui cara pembentukan buah jambu batu tanpa biji, dengan
metode rekayasa genetik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
DNA pada sel vector yang sesuai : transfer DNA ke bakteri yang hidup (cloning
vector : plasmid, bakteriofage ataukosmid) dapat dengan cara, DNA asing
dipaksakan berintegrasi dengan kromosom menjadi genom.
6. Memasukkan DNA rekombinan/kimera DNA ke dalam sel inang. Sel inang yang
dipakai harus seaman mungkin dan tidak bersifat patologis. Cara memasukkan
DNA rekombinan kedalam sel inang dapat dilakukan dengan cara transformasi,
transfeksi, DNA packaging dan micro injection.
7. Identifikasi/penapisan dan seleksi DNA yang baru diperoleh dari ciri klon
rekombinan.
3
munculnya buah dengan sifat yang diinginkan sangat tinggi, tapi teknik sulit dilakukan.
Perlu ahli khusus untuk memasukkan gen tertentu. Selain itu, biayanya mahal, kata Dr.
Endang Gati Lestari, peneliti di BB-Biogen. Beda dengan radiasi yang peluang
munculnya acak, tapi lebih mudah dan murah, serta tak ada kontaminasi bahan kimia.
Teknik penciptaan buah tanpa biji, tentu tidak hanya sekadar dengan teknologi
penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga menghasilkan tanaman triploid yang seedless.
1. Genetika Partenokarpi
Buah merupakan bagian yang penting dari tanaman karena organ ini
merupakan tempat yang sesuai bagi perkembangan, perlindungan, dan
penyebaran biji. Pada buah normal, pembentukan buah dimulai dengan adanya
proses persarian (polinasi) kepala putik (stigma) oleh serbuk sari (polen) secara
sendiri (self pollination) atau oleh bantuan angin, serangga penyerbuk
(polinator), dan manusia (cross pollination). Selanjutnya polen berkecambah dan
membentuk tabung polen (pollentube) untuk mencapai bakal biji (ovule).
Peristiwa bertemunya polen (sel jantan) dengan bakal biji (sel telur) di dalam
bakal buah (ovary) disebut pembuahan (fertilisasi) (Pardal, 2001). Biasanya
buah partenokarpi ini tanpa biji (seedless) karena tanpa melalui fertilisasi.
Partenokarpi ini kurang menguntungkan bagi program produksi benih/biji,
namun tidak bagi pebisnis jenis tanaman komersial (hortikultura) karena
menghasilkan buah tanpa biji atau berbiji lunak selain itu juga memberikan
kemungkinan untuk perbaikan pembentukan biji apabila kondisi lingkungan
tidak menguntungkan untuk produksi polen, perkecambahan dan fertilisasi,
selain itu pada beberapa tanaman yang tidak mempunyai biji dapat memperbaiki
kualitas buah tetapi lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan
produktivitas buah, sebagai contoh, pada terung partenokarpi dapat
meningkatkan kualitas buah, sedangkan pada Actinidia dapat meningkatkan
produktivitas buah dan tidak membutuhkan bantuan serangga penyerbuk
(pollinator). Selain terung ada pisang, timun, nanas, pir, sukun, dan jambu-
jambuan (Anonim, 2009).
4
2. Partenokarpi Buatan
a. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Pada awal abad ke-19 telah diketahui bahwa polinasi tanpa fertilisasi
dapat merangsang pembentukan buah. Kemudian, ekstrak polen diketahui
pula dapat menginduksi pembentukan dan perkembangan buah. Berikutnya
diketahui lagi bahwa auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada
proses pembentukan dan perkembangan buah pada beberapa spesies tanaman.
Percobaan pada tanaman strawbery, di mana bakal biji yang telah dibuahi
(achenes) dapat dihilangkan tanpa merusak bagian reseptakel ternyata buah
tetap tumbuh dan berkembang setelah achenes tersebut diganti dengan olesan
senyawa lanolin yang berisi auksin. Lebih lanjut, telah dibuktikan bahwa
kandungan dan sintesis auksin pada bakal biji (achenes) berlangsung hingga
17 hari setelah pembuahan. Hal ini membuktikan bahwa auksin dibutuhkan
selama perkembangan buah. Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain, seperti
giberelin dan sitokinin juga terbukti dapat menggantikan peran biji dalam
perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi partenokarpi perlu kombinasi
atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat pengatur tumbuh berpengaruh
langsungmaupun tidak langsung terhadap kandungan auksin (IAA) endogen
dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi dan fertilisasi ataupun setelah
aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama perkembangan bakal buah
berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20
hari setelah pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang diserbuki atau yang
disemprot auksin. Peningkatan kadar IAA pada bakal buah akan merangsang
pertumbuhan danperkembangan buah pada fase awal pembungaan.
Mekanisme inilah yang mengilhami para ahli bioteknologi pertanian dalam
pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika.
5
Partenokarpi dapat pula diinduksi secara genetik, yaitu melalui
manipulasi jumlah ploidi (kromosom) pada tanaman. Hal ini dapat ditempuh
dengan persilangan biasa, misalnya antara tanaman semangka dikotil (sebagai
induk jantan/ penyerbuk) dengan tanaman tetraploid (sebagai induk betina)
menghasilkan hybrid (F1) triploid yang ternyata dapat menghasilkan buah
partenokarpi tanpa biji (seedless). Pada tanaman triploid ini bakal biji (ovule)
terhambat sejak awal perkembangannya, sehingga embrio tidak berkembang.
Akibatnya tanaman hanya menghasilkan buah tanpa biji dengan integumen
yang rudimenter (tidak berkembang).
6
perkembangan embrio atau endosperm. Pembentukan Buah Partenokarpi
melalui Rekayasa Genetika Cara pendekatan kedua dalam menghasilkan
partenokarpi adalah melalui pengekspresian senyawa fitohormon IAA atau
analognya pada bagian bakal buah (ovary) terlihat lebih efektif. Cara kedua
ini didasari oleh pengetahuan sebelumnya bahwa aplikasi fitohormon sejenis
auksin/giberelin dapat menggantikan peran biji dalam merangsang
pembentukan dan perkembangan buah. Induksi buah partenokarpi melalui
penggunaan gen pengkode giberelin telah berhasil, yaitu giberellin 20-oxidase
yang diekspresikan pada bagian polen (serbuksari) sebelum polinasi (di
bawah kontrol promoter spesifik bagian polen). Buah partenokarpi dapat
terbentuk sebelum fertilisasi (anthesis). Telah berhasil digunakan promoter
bagian regulator defh9 (deficiens homologue 9) dari Antirrhinum majus untuk
mengekspresikan gen iaaM (pengkode IAA) dari Pseudomonas syringae pv
savastanoi pada bagian plasenta dan bakal biji. Gen kimerik defh9-iaaM ini
telah berhasil menginduksi buah partenokarpi pada beberapa tanaman dari
famili Solanaceae seperti terung, dan tomat. Tanaman hibrid (F1) terung yang
mengandung gen defh9-iaaM menunjukkan peningkatan produksi pada
musim dingin. Dari semua tanaman transgenik partenokarpi tersebut
ditemukan kadar ekspresi auksin yang sangat rendah pada mRNA yang
diekstrak dari kuncup bunga. Dari hasil percobaan ternyata terdapat faktor
penting di dalam pembuatan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika,
yaitu terletak pada penggunaan bagian regulator (regulator region) dalam
konstruksi gen kimera. Bagian regulator merupakan informasi genetic yang
sangat penting dalam mengontrol ekspresi gen interest baik secara temporal
atau spatial. Dua parameter ini sangat penting dalam memperoleh
partenokarpi dan meyakinkan ekspresi yang optimal dari gen partenokarpi
tanpa menghambat pertumbuhan vegetatif (buah) pada tanaman
transgeniknya. Dengan demikian, semua gen regulator yang digunakan
diarahkan ekspresinya ke bagian ovary dan bagian-bagiannya. Sebagai contoh
7
gen kimera defh9-iaaM, bagian regulator defh9 (promoter) dapat mengontrol
ekspresi gen iaaM (pengkode IAA) hanya pada bagian plasenta, ovule, dan
bagian ovule.
8
spesifik bagian ovary telah berhasil. Gen iaaM mengkode senyawa triptofan
2-monooxigenase yang akan merubah triptofan menjadi indoleaceta-mide
(IAM), lalu menjadi indole aceticacid (IAA) dan amonia menggunakan
promoter GH3 dari kedelai atau AGL5 (Agamous-like 5) dari Arabidopsis
atau PLE36 dari tembaka. GH3 merupakan promoter inducible auksin di
bagian ovary, AGL5 spesifik pada perkembangan karpela dan PLE 36 spesifik
untuk ovary. Telah berhasil digunakan promoter bagian regulator defh9
(deficiens homologue 9) dari Antirrhinum majus untuk mengekspresikan gen
iaaM (pengkode IAA) dari Pseudomonas syringae pv savastanoi pada bagian
plasenta dan bakal biji. Gen kimerik defh9-iaaM ini telah berhasil
menginduksi buah. zat pengatur tumbuh (ZPT), seperti giberelin dan sitokinin
juga terbukti dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah.
Pembentukkan Buah Partenokarpi Pada Jambu Biji (Lambo Guava) Jambu
biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu.
9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat didefinisikan sebagai
pembentukan rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara
penyisipan DNA dari luar kedalam suatu wahana (vector tertentu) sehingga
memungkinkan penggabungan dan kelanjutan berkembang baru. Rekayasa genetika
merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru
dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau
rekombinasi DNA. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan
sifat makhluk hidup. Beberapa cara telah dilakukan untuk teknik penciptaan buah tanpa
biji diantaranya yaitu dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga
menghasilkan tanaman triploid yang seedless, sinar radiasi, dan menggunakan
penyemprotan giberelin yang dilakukan pada bunga buah yaitu pada saat bunga mekar.
Jambu air tanpa biji, bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormone giberellin pada
bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari)
sebelum polinasi (di bawah control promoter spesifik bagian polen). Pertumbuhan biji
akan terhambat.
3.2 Saran
Makalah ini hendak berguna bagi penulis dan membaca untuk meningkatkan ilmu
dan pengetahuan, serta bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
10
DAFTAR PUSTAKA
11