Disusun untuk memenuhi aspek penilaian UAS Mata Kuliah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) Semester Genap 2019
Disusun oleh :
Abstrak
Kegiatan pertambangan batubara memiliki dua sisi yang berlawanan. Di satu sisi, tambang
batubara menjadi penyumbang pendapatan negara yang signifikan dan menjadi andalan sumber
energi mayoritas, namun di sisi lain kerusakan lingkungan dapat terjadi akibat proses
penambangan yang mengubah lanskap lahan, memicu pencemaran dan limbah, proses pembakaran
dan pengoperasian alat – alat tambang yang banyak mengeluarkan emisi karbon, serta masalah
lingkungan lainnya. Hilangnya vegetasi pada lahan tambang batubara telah mengurangi fungsi
hutan sebagai penyerap air hujan (land adsrober), penahan erosi, penyerap karbondioksida (CO2),
penghasil oksigen (O2), dan pengatur suhu. Diantaranya, emisi karbon menjadi dampak utama dari
kegiatan ini sebab pengaruhnya merupakan satu-satunya yang akan mengganggu kestabilan
atmosfer secara langsung, terutama atmosfer regional. PT. Bukit Asam Tbk memiliki tingkat emisi
karbon yang tergolong sedang hingga cukup tinggi, yaitu sebesar 117.367 ton/tahun pada 2014.
Tingkat emisi ini telah melewati laju efisiensi (efficiency rate) mencapai rata-rata pertahun 8%
atau setara dengan emisi rata-rata 154.790 ton/tahun. Meskipun begitu, ancaman lingkungan masih
mengintai karena dampak dari emisi karbon akan meningkat tiap saat.
2
“Carbon Emision in Mining Unit of Tanjung Enim PT. Bukit Asam(Persero), Tbk
and Its Effect to Climate Change”
Abstract
Coal mining activities have two opposite sides. On the one hand, coal mining is a
significant contributor to state income and is a mainstay of majority energy sources, but on the
other hand environmental damage can occur due to mining processes that change the landscape of
land, trigger pollution and waste, combustion processes and operation of many mining equipment
issuing carbon emissions, as well as other environmental problems. The loss of vegetation in coal
mining areas has reduced the function of forests as absorbers of rainwater (land adsrober), erosion
protection, absorbing carbon dioxide (CO2), producing oxygen (O2), and regulating temperature.
Among other things, carbon emissions are the main impact of this activity because the effect is the
only one that will directly disturb the stability of the atmosphere, especially the regional
atmosphere. PT. Bukit Asam Tbk has a moderate to quite high level of carbon emissions,
amounting to 117,367 tons / year in 2014. This emission rate has exceeded the efficiency rate
reaching an average of 8% per year or equivalent to an average emission of 154,790 tons /year.
Even so, environmental threats are still lurking because the impact of carbon emissions will
increase at any time.
3
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................................................ 2
Abstract ........................................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 5
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 5
BAB II METODOLOGI ................................................................................................................. 7
2.1 Teori Dasar ............................................................................................................................ 7
2.1.1 Pengelolaan Lingkungan ................................................................................................ 7
2.1.2 Perubahan Iklim .............................................................................................................. 7
2.1.3 Penambangan Batubara .................................................................................................. 8
2.1.4 Reklamasi Daerah Tambang ......................................................................................... 10
2.1.5 Hukum mengenai Lingkungan ..................................................................................... 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 13
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................................................. 17
REFERENSI ................................................................................................................................. 18
4
BAB I
PENDAHULUAN
Batubara merupakan bahan galian strategis yang dapat menjadi sumber daya
energi. Indonesia adalah negara dengan cadangan batubara yang besar dan menduduki posisi
keempat eksportir batubara terbesar di dunia (2018). Indonesia pun sebagian besar, 54,3%
masih menggunakan batubara sebagai pembangkit energi. Batubara memiliki keunggulan
terutama secara ekonomi dan juga kekurangan yang harus berurusan dengan lingkungan.
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk merupakan pertambangan batubara yang masuk
kedalam BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan sumber daya sebesar 7,29 miliar ton dan
cadangan tertambang 1,8 miliar ton. Sejarah penambangan dimulai sejak zaman kolonial
Belanda tahun 1919 dengan metode penambangan terbuka pada UIP Air Laya dan metode
penambangan bawah tana pada 1923 – 1940. Produksi komersial dimulai pada 1938. Setelah
kemerdekaan tahun 1945 tambang diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dengan
nama Tambang Arang Bukit Asam (PN. TABA). Unit produksi PTBA Tanjung Enim terletak
sekitar 190 km dari Palembang dengan IUP Operasi Produksi seluas 15.421 ha dan 5.640 ha
dari total area akan menjadi Taman Hutan Raya Enim. PTBA berusaha untuk beroperasi sesuai
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menekankan pada
pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati dengan pembuatan kebijakan yang jelas dan
melakukan peningkatan tiap tahunnya agar tercapai kinerja lingkungan tertinggi.
Pengurangan emisi karbon telah dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk
dengan berbagai cara. Upaya – upaya pencegahan dan penanggulangan pada dampak yang
ditimbulkan batubara perlu ditelaah lebih baik agar dapat dengan efektif mengurangi
pencemaran dan memperbaiki kerusakan lingkungan serta menekan dampak perubahan iklim
akibat aktivitas penambangan batubara.
1.2 Tujuan
5
● Mengetahui hubungan antara emisi karbon akibat kegiatan tambang dengan perubahan
iklim, baik regional (di sekitar Sumatera Selatan) maupun global
● Menganalisis pengaruh emisi karbon terhadap perubahan iklim
● Mencari tindakan penanganan untuk pencemaran oleh emisi karbon dan mengurangi
potensi kerusakan alam serta perubahan iklim akibat kegiatan tambang
6
BAB II
METODOLOGI
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
(Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997). Pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian, lingkungan hidup. Upaya pengelolaan lingkungan hidup
dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) adalah pengolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan /atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan /atau kegiatan.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang distribusi pola cuaca yang
terjadi dalam sifat statistik (terutama rata-rata dan penyebaran). Perubahan iklim terjadi
ketika perubahan dalam sistem iklim bumi menghasilkan pola cuaca baru yang bertahan
selama setidaknya beberapa dekade, dan mungkin selama jutaan tahun. Sistem iklim
terdiri dari lima bagian yang saling berinteraksi, atmosfer (udara), hidrosfer (air), kriosfer
(es dan permafrost), biosfer (makhluk hidup), dan litosfer (kerak bumi dan mantel atas).
Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdapat beberapa faktor. Faktor
alami seperti variasi radiasi energi matahari yang diterima bumi, perubahan reflektifitas
atmosfer, dan adanya efek rumah kaca. Selain itu, faktor manusia pun turut berperan
seperti penggunaan pembangkit listrik bahan bakar fosil, transportasi, gas metana dari
kegiatan peternakan, penggunaan pupuk kimia berlebih, penggundulan hutan, dan
termasuk emisi karbon. Siklus biogeokimia akan terhambat akibat aktivitas manusia. Ini
7
dapat menyebabkan rusaknya keseimbangan lingkungan dan perubahan iklim dari emisi
dan limbah tambang.
Iklim di Indonesia terutama lokasi penambangan di Sumatra Selatan berupa iklim
tropis. Keberadaan hutan hujan tropis di Sumatra menjadi penyumbang luasan terbesar
di Indonesia setelah Kalimantan. Rata rata curah hujan di kawasan ini lebih dari 1.200
mm/tahun. Daerah ini memiliki musim kemarau yang singkat dan hampir tidak pernah
mengalami kekeringan. Hutan hujan tropis dikenal sebagai paru – paru dunia yang
menghasilkan 40% oksigen di bumi. Hutan ini pun menjadi penyimpan cadangan karbon
dunia. Sehingga kerusakan pada hutan hujan daerah Sumatra akan berdampak serius
terhadap perubahan iklim global.
Batubara merupakan bahan bakar fosil yang berasal dari bahan - bahan organik,
sisa - sisa tumbuhan yang mengalami proses coalification atau pembatubaraan. Batubara
dapat dibakar sebagai bahan bakar dan digunakan untuk pembuatan baja melalui kokas.
Batubara di Indonesia menjadi sumber energi yang mendominasi. Sebanyak 50% lebih
pembangkit listrik bertenaga batubara. Sumber daya batubara di Indonesia pun cukup
melimpah dikarenakan iklim Indonesia yang mendukung terbentuknya batubara.
Indonesia mengandalkan ekspor batubara sebagai pemasukan negara diantara industri -
industri lainnya. Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama
di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai
batu bara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya,
seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
Penambangan batubara dapat dilakukan cara yang sederhana maupun
menggunakan peralatan yang canggih. Secara garis besar, penambangan terbuka (open
pit) dilakukan dengan lebih sederhana daripada penambangan bawah tanah (underground
mining).
- Penambangan terbuka (open pit mining). Keuntungan cara ini adalah sederhana,
mengurangi resiko kecelakaan kerja, pengawasan mudah, menggunakan alat yang
lebih sederhana. Kerugian cara penambangan ini adalah harus membuka lahan
8
diatasnya dan membuang tanah penutup. Berikut hal - hal yang perlu dilakukan
dalam kegiatan penambangan terbuka :
- Pembuangan tanah penutup lapisan batubara
- Tanah penutup kemudian dibawa ke area pembuangan
- Sampai ke lapisan yang dituju, batubara ditambang dan dibawa ke tempat
pengumpulan batubara (stockpile)
- Batubara yang telah ditambang kemudian dimasukkan kedalam alat
penghancur batubara agar ukurannya lebih kecil dan dibersihkan.
- Batubara yang telah bersih kemudian ditempatkan di penyimpanan
(stockyard) dan siap didistribusikan.
9
Gambar 2 Penambangan Terbukan dan Bawah Tanah (uky.edu)
10
3. Penyebaran tanah pucuk yaitu penyebaran tanah yang berjenis soil dengan jenis
tanah yang berwarna kekuningan. Tanah ini membuat tanaman lebih mudah
tumbuh.
4. Penanaman kembali dengan pohon - pohon besar yang menyejukkan seperti pohon
jati, sawit, karet, sengon, akasia, dll. pada areal reklamasi.
Kegiatan reklamasi diperuntukan agar lahan yang sebelumnya rusak dan gundul akibat
pembukaan lahan dapat tertutup kembali sehingga mengurangi potensi longsor dan
menambah penyerap CO di daerah pertambangan.
11
dilakukan dan dampak yang disebabkan. Sedangkan data kuantitatif digunakan sebagai
indikator numerik yang menguatkan proses analisis hingga kesimpulan.
2.2.1 Pengumpulan Data
Data pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dikumpulkan berdasarkan
teknik sampling, observasi lapangan, dan hasil laporan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan persemester PT. Bukit Asam. Kurun waktu data penelitian
adalah lima tahun terakhir sampai dengan tahun 2014 untuk data sekunder dan data
primer diperoleh dengan studi literatur bersamaan dengan waktu pembuatan dokumen
ini disertai proses analisis lanjutan. Selanjutnya dalam mempermudah penyampaiannya,
data-data hasil analisis dampak lingkungan dapat dijelaskan dalam bentuk data tabular
(grafik, tabel, diagram) maupun spasial (zonasi suatu peta).
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Provinsi Sumatera Selatan per tanggal 13 Mei 2019 memiliki nilai ISPU 8 dan 9 yang berarti
tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan.
14
10,83 ton/Ha. Penyebab dari fenomena ini ialah tentu saja karena lahan yang seharusnya
memiliki potensi unutk adsorbsi yang baik malah menjadi tidak berfungsi karena
penggundulan lahan atau tidak adanya tumbuhan dalam jumlah cukup banyak untuk mengikat
gas tersebut. Belum lagi ditambah penggunaan refrigerant R22 (CFCs) dalam mekanisme
penambangan yang sifatnya juga menurunkan daya serap CO2 serta menambah jumlahnya.
d. Pencemaran air tambang, limbah B3, serta limbah padat non B3
Batubara yang mengandung isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika
dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa tersebut (seperti U,
Th, Hg) terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika
dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi
karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri,
yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika
mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri. Pencemaran air diakibatkan air
tambang hasil sisa eksploitasi maupun limbah cair ikut terkontaminasi pada aliran sungai
sekitar.
e. Pencemaran tanah akibat emisi karbon
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah
genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya,
degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen. Aktivitas pertambangan
batubara juga berdampak pada peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan
dan muara sungai. Pengupasan topsoil dan seal soil turut merubah sifat-sifat tanah termasuk
sifat fisik tanah di mana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah menjadi terganggu
sehingga pelapukan kimia alami menjadi terganggu. Disamping itu, penambangan batubara
juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi
gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5%
pada emisi gas rumah kaca.
15
Dampak yang buruk untuk lingkungan tidak dapat dibiarkan begitu saja. Serangkaian upaya
dalam mengurangi dampak lingkungan tersebut telah berhasil meningkatkan efesiensi aspek
yang bersangkutan. Melalui prinsip pembangunan berkelanjutan, PTBA menerapkan upaya-
upaya pada masing-masing aspek terdampak dan hasilnya mampu mengurangi dampak
tersebut, ditunjukkan oleh peningkatan rasio efisensi.
Rangkaian upaya pada aspek-aspek terdampak tersebut diantaranya yang dinilai
paling berhasil dalam memulihkan kondisi lingkungan, ialah :
Upaya penurunan konsumsi energi listrik PTBA dan sekitarnya dicapai dengan
penggunaan Bank Capasitor yang dilengkapi PFR (Power Factor Regulator). Hasilnya
konsumsi tersebut efisien berkurang sebesar 2,12 kWH/ton batubara pada pertengahan
2014, yang mana lebih kecil dari lima tahun sebelumnya, yaitu 4,11 kWh/ton. Penurunan
konsumsi energi secara total rata-rata sebesar 221.000 GJoule per tahun, dengan kontribusi
19.150.000 KVARH.
Upaya penurunan laju emisi karbon melalui penggantian refrigerant Freon R-22 yang
bersifat merusak ozon dengan cepat, diganti dengan refrigerant hidrkarbon (C3H8)
MC22. Penggantian dilakukan secara bertahap sampai periode 2014 dan telah mencapai
tingkat efisiensi sebesar 5807 ton CO2e atau setara dengan persentase 93% efisien.
Upaya pengurangan dampak pencemaran limbah, baik dari air tambang/limbah cari,
limbah B3, maupun limbah padat non B3, melalui program 3R (Reuse, reduce, recycle)
terhadap limbah. Hasilnya pada 2014 telah berhasil mengurangi penggunaan air
permukaan sebesar 34%, penurunan total air limbah rata-rata sebesar 15% (15.800.000
m3), serta penurunan limbah padat (besi dan rubber) sebesar 16,8% dari 190 ton menjadi
158 ton pada tahun 2013.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Kegiatan penambangan pada wilayah kerja PT. Bukit Asam memiliki beberapa dampak
negatif antara lain yaitu konsumsi energi menjadi tinggi di Tanjung Enim dan sekitarnya serta
ketergantungan yang tinggi pada kegiatan penambangan ini, tingkat emisi karbon dan perubahan
iklim lokal, penggundulan lahan yang berakibat pada turunnya daya serap CO2, pencemaran air
tambang, limbah B3 serta limbah padat non B3, dan terakhir yaitu pencemaran tanah akibat emisi
karbon yang tinggi.
Adapun penulis memiliki solusi dan alternatif berupa penuruan konsumsi energi listrik
PTBA dan sekitarnya dan upaya penuruan laju emisi karbon dengan cara penggantian refriferant
hidrokarbon (C3H8) MC22, serta pengruangan dampak pencemaran lingkungan oleh limbah
dengan menerapkan program 3R (reuse, reduce, recycle) terhadap limbah.
17
REFERENSI
Bukit Asam. 2014. Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan. PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk.
Ramadanto, M. 2017. KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN PADA PHASE 5 DI PT.
BUKIT ASAM (PERSERO), TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN, BANDAR
LAMPUNG. JP Vol.1 No.5 November 2017
Richard T. Corlett, Richard B. Primack. 2011. Tropical Rain Forests: An Ecological and
Biogeographical Comparison. Willey-Blackwell, West Sussex.
Solomon, S.; Qin, D.; Manning, M.; Chen, Z.; Marquis, M.; Averyt, K.B.; Tignor, M.; Miller,
H.L., ed. (2007). "Understanding and Attributing Climate Change". Contribution of
Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on
Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Tresnadi, H. KARAKTERISTIK AIR ASAM TAMBANG DI LINGKUNGAN TAMBANG PIT
1 BANGKO BARAT, TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN. Sebuah Studi Kasus
Air Asam Tambang. J. Tek. Ling Vol. 9 No. 3 Hal. 314-319 Jakarta, September 2008 ISSN
1441-318X
18