Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SHARING

A SIMPLE METHOD OF PERFORMING MAXIMALLY


EFFECTIVE CPR CHEST COMPRESSIONS

DISUSUN OLEH :
1. Sukirno, S.Kep.
2. Fifin R, S.Kep.
3. Yohan Tedy, S.Kep.
4. Ari Johan, S.Kep.
5. Bangun Griyanti, S.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
JURNAL SHARING

A SIMPLE METHOD OF PERFORMING MAXIMALLY


EFFECTIVE CPR CHEST COMPRESSIONS

1. Jurnal Sharing Population :


179 kru ambulan yang melakukan CPR terhadap manikin menggunakan
metode European Resuscitation Council (ERC)
Intervension :
Menganalisis titik tekanan kompresi aktual pada tulang dada menggunakan
sensor yang diposisikan dibagian bawah manikin yang dilakukan oleh kru
ambulan.
Comparasion :
CPR titik kompresi sisi tengkorak tulang dada atau kranial sternum dengan
CPR titik kompresi pada tengah sternum atau diatas setengah titik bawah
sternum.
Outcome :
Kompresi dada CPR yang efektif secara maksimal

2. Referensi http://dx.doi.org/10.1016/j.resuscitation.2019.03.024
Terakreditasi 2019 Published by Elsevier B.V
3. Relevansi dengan Tidak semua petugas melakukan CPR terlebih dahulu melakukan
fenomena pengukuran titik kompresi dada baik itu metode AHA 2015 atau ERC 2015.
masalah Menentukan titik kompresi dada, posisi tubuh saat melakukan kompresi,
jarak penolong dengan pasien adalah kunci efektifnya CPR secara
maksimal. Empat kesalahan umum posisi tangan dan lengan yang salah
yang menyebabkan CPR tidak bisa efektif secara maksimal yaitu jari santai,
tangan terlalu rendah pada tulang dada, pasien terlalu dekat, atau pasien
terlalu jauh. Faktor lain yang sering terjadi adalah tingkat kedalaman
kompresi dada kadang terlalu dangkal kadang juga terlalu dalam tidak
terukur sesuai teori baik AHA 2015 maupun ERC 2015 menyebutkan
kedalam kompresi 5-6 cm.

4. Kemutahiran Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Maret 2019


Penelitian manikin terbaru terhadap CPR yang dilakukan oleh 179 kru
ambulans, yang menganalisis titik tekanan aktual pada tulang dada
menggunakan sensor yang diposisikan di bagian bawah, menemukan
bahwa 90 (50,3%) menekan sisi tengkorak tulang dada sementara hanya 58
(32,4%) dikompresi dalam area tengah sensor (atau di atas titik tengah
bagian bawah). kompresi sangat tidak efektif pada 50,3% kasus di mana
sebagian besar kekuatan diterapkan pada sisi kranial sternum dan efektif
secara maksimal hanya dalam 32,4% kasus di mana sebagian besar
kekuatan diterapkan pada titik tengah dari bagian bawah
5. Kelengkapan CPR metode European Resuscitation Council (ERC 2015) untuk mencapai
Aspek penempatan tangan yang benar/titik kompresi dada yang benar dari sisi kiri
pasien, pelaksana CPR perlu menempatkan jari kelingking kanan mereka
dibagian atas sternum tepat dibawah lekukan sternum dan letakkan tumit
kiri satu tumit lebar (atau sekitar 4 jari lebar) dari tangan kanan dari
takikan. Dari sisi kanan pasien, pelaksana CPR perlu menempatkan jari
kelingking tepat dibawah takikan dan menempatkan tumit kanan selebar 4
jari tangan kiri dari takikan. Lakukan kompresi dengan cepat dengan
frekuensi 100 s/d 120 x/menit, kedalaman kompresi 5-6 cmm.
Gambar 1 : Titik kompresi CPR metode ERC 2015

Gambar 2: Prosedur CPR metode ERC 2015


6. Besarnya manfaat Dari beberapa fenomena yang terjadi dapat direkomendasikan:
untuk mengatasi 1. Dalam melakukan CPR perhatiksn lebar tangan dan panjang sternum
masalah diukur untuk mengidentifikasi lokasi penempatan tangan yang tepat
keperawatan untuk kompresi dada yang efektif yaitu tepat diatas bagian tengah
sternum bagiang bawah atau dengan cara meletakkan jari kelingking
tepat pada takik sternum selebar 4 jari lalu taruh tumit tangan selebar 4
jari tersebut (ERC 2015).
2. Metode penempatan tangan yang sederhana dikembangkan yaitu dengan
cara meningkatkan posisi tangan yang benar yang telah dikemukakan
oleh Ward et all yaitu melakukan kompresi dada secara maksimal
dengan memastikan sisi ulna dari tumit tangan bersentuhan dengan
sternum, tepat diatas bagian tengah bagian bawah sternum telah
meningkatkan kelangsungan hidup dengan hasil neurologis yang
menguntungkan karena terjadi peningkatan kedalaman kompresi dada
yang mengakibatkan aliran darah ke otak menjaadi maksimal.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara staf IGD yang dilakukan di IGD


selama periode jam praktik 3 hari:
1. Bahwa CPR yang dipakai selama ini menggunakan metode AHA 2015
dimana titik tekan dada diukur 2 jari diatas prosesus xypoid.
2. Metode ERC 2015 belum pernah digunakan karena tidak tahu dan tidak
pernah diajarkan. Titik kompresi dada diukur dengan cara meletakkan
jari kelingking diatas takik sternum selebar empat jari dan posisikan
tumit tangan pada titik setelah selebar empat jari.

Berikut rekomendasi yang dapat digunakan untuk memaksimalkan


efektifitas CPR agar kelangsungan hidup pasien yang mengalami
kegawatan gagal nafas dan henti jantung di IGD dapat berlangsung dengan
baik :
a. Melakukan pelatihan CPR baik metode AHA 2015 ataupun metode ERC
2015 karena pada prinsipnya sama hanya beda pada titik tekan/kompresi
dada saja.
b. Pakailah metode ERC 2015 karena mudah dalam menentukan titik
kompresinya sedangkan kedalaman serta frekuensi kompresi sama
dengan AHA 2015.
c. Pastikan sebelum melakukan CPR ukur dulu dimana pastinya letak titik
kompresi dada yang akan dilakukan.
7. Keamanan untuk Metode CPR ERC 2015 ini sangat aman dan justru sangat efektif, semua
diterapkan kepada prinsip pelaksanaanya hampir sama dengan AHA 2015 hanya titik kompresi
pasien saja yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai