Anda di halaman 1dari 17

Motor Listrik 3 Fasa (Mengoperasikan Motor 3 Fasa dengan

Sistem Kendali )
Motor Listrik 3 Fasa (Mengoperasikan Motor 3 Fasa dengan Sistem Kendali )

Mengoperasikan Motor 3 Fasa dengan Sistem Kendali …

Mengoperasikan Motor 1 Fasa


Dalam mengoperasikan motor 1 fasa dengan kendali elektromagnetik, dibutuhkan kontaktor
magnet, MCB, dan tombol ON/ OFF (saklar tekan) untuk alat kontrolnya. Dengan kontaktor
magnet, motor 1 fasa jenis split phasa dapat dijalankan dari jarak jauh, kontaktor dapat diletakkan
pada tempat yang jauh dari operator. Sedangkan operator hanya mengendalikan tombol start
untuk menjalankan dan tombol stop untuk mengendalikan. Dengan demikian operator dapat
bekerja ditempat yang aman.
Dari gambar rangkaian kontrol dan daya, terlihat kontak-kontak kontaktor magnet dipakai sesuai
keperluannya. Pada rangkaian kontrol, fasa dihubungkan ke MCB 1 fase, kemudian melalui
tombol OFF, menuju ke tombol ON, yang kemudian menuju coil pada kontaktor dan berakhir di
netral, karena sakelar ON yang digunakan merupakan sakkelar tombol, maka dipakai sakelar
pengunci/ bantu yang terhubung pararel ke kontak bantu kontaktor NO (Normally Open).
Sedangkan pada rangkaian daya, perjalanannya yaitu dari Fasa melalui MCB dan menuju ke
kontaktor (pada kontak utama), dan dari kontak utama menuju motor 1 fasa. Salah satu masukan
kontak utama pada kontaktor dihubungkan melalui sumber netral dan keluarannya dihubungkan
ke motor listrik.

a. Rangkain Kontrol

b. Rangkaian Utama
c. Rangkaian Pengawatan
Rangkaian pengendali motor ini, dapat memutar motor kearah kanan dan kiri,
menggunakan 2 buah magnetic kontaktor, yang akan di tukar salah satu fasanya, dan
menukar NC (normaly close) pada rangkaian kontrol (lihat gambar). pada saat NO
(normaly open) S2 ditekan maka K1 bekerja dan motor akan berputar, dan saat NO S3
ditekan maka NC S3 akan memutuskan K1, dan K2 akan bekerja serta motor akan
berputarke arah sebaliknya, tekan tombol S1 untuk berhenti/ memutuskan rangkain.
Keterangan gambar : F1,2,3 =MCB 3 fasa
F4 =MCB 1 fasa
F0 =TOR(thermal overload relay)
K1,2 =Magnetic Kontaktor
S1,2,3 =Tombol/ Push Button
M =Motor 3 fasa

Jenis Dan Kegunaan Kontaktor Magnet

Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis yang menggunakan alat kontrol kontaktor
magnet memerlukan alat bantu lain agar fungsi pengontrolan berjalan dengan baik seperti:
tombol tekan, thermal overload relay dan alat bantu lainnya. Kontaktor magnet banyak digunakan
untuk mengontrol motor-motor listrik 1 fasa dan 3 fasa, anatara lain untuk mengontrol motor dua
arah putaran, strating bintang-segitiga, beberapa unit motor bekerja dan berhenti berurutan dan
lain-lain.

A. Kontaktor Magnet

Kontaktor magnet atau sakelar magnet adalah sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan.
Artinya sakelar ini bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan
pelepas kontak-kontak. Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan arus dan memutuskan arus
dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal ialah arus yang mengalir selama pemutusan tidak
terjadi. Sebuah kontaktor kumparan magnetnya (coil) dapat dirancang untuk arus searah (arus
DC) atau arus bolak-balik (arus AC). Kontaktor arus AC ini pada inti magnetnya dipasang cincin
hubung singkat, gunanya adalah untuk menjaga arus kemagnetan agar kontinu sehingga
kontaktor tersebut dapat bekerja normal. Sedangkan pada kumparan magnet yang dirancang
untuk arus DC tidak dipasang cincin hubung singkat.
1. Kontaktor Magnet Arus Searah (DC)

Kontaktor magnet arus searah (DC) terdiri dari sebuah kumparan yang intinya terbuat dari besi.
Jadi bila arus listrik mengalir melalui kumparan, maka inti besi akan menjadi magnet. Gaya
magnet inilah yang digunakan untuk menarik angker yang sekaligus menutup/ membuka kontak.
Bila arus listrik terputus ke kumparan, maka gaya magnet akan hilang dan pegas akan
menarik/menolak angker sehingga kontak kembali membuka atau menutup.

Untuk merancang kontaktor arus searah yang besar dibutuhkan tegangan kerja yang besar pula,
namun hal ini akan mengakibatkan arus yang melalui kumparan akan besar dan kontaktor akan
cepat panas. Jadi kontaktor magnet arus searah akan efisien pada tegangan kerja kecil seperti 6 V,
12 V dan 24 V.

Gambar 1. Simbol dan gambar fisik kontaktor magnet DC

Bentuk fisik relay dikemas dengan wadah plastik transparan, memiliki dua kontak SPDT (Single
Pole Double Throgh) Gambar 2.1, satu kontak utama dan dua kontak cabang). Relay jenis ini
menggunakan tegangan DC 6V, 12 V, 24 V, dan 48 V. Juga tersedia dengan tegangan AC 220 V.
Kemampuan kontak mengalirkan arus listrik sangat terbatas kurang dari 5 ampere. Untuk dapat
mengalirkan arus daya yang besar untuk mengendalikan motor induksi, relay dihubungkan
dengan

Bila kontaktor untuk arus searah digunakan pada arus AC maka kemagnetannya akan timbul dan
hilang setiap saat mengikuti gelombang arus AC.

1. Kontaktor Magnet Arus Bolak balik (AC)

Kontruksi kontaktor magnet arus bolak-balik pada dasarnya sama dengan kontaktor magnet arus
searah. Namun karena sifat arus bolak-balik bentuk gelombang sinusoida, maka pada satu
periode terdapat dua kali besar tegangan sama dengan nol. Jika frekuensi arus AC 50 Herz berarti
dalam 1 detik akan terdapat 50 gelombang. Dan 1 periode akan memakan waktu 1/50 = 0,02
detik yang menempuh dua kali titik nol. Dengan demikian dalam 1 detik terjadi 100 kali titik nol
atau dalam 1 detik kumparan magnet kehilangan magnetnya 100 kali.
Gambar 2. Simbol dan kode angka serta bentuk fisik dari kontaktor

Karena itu untuk mengisi kehilangan magnet pada kumparan magnet akibat kehilangan arus
maka dibuat belitan hubung singkat yang berfungsi sebagai pembangkit induksi magnet ketika
arus magnet pada kumparan magnet hilang. Dengan demikian maka arus magnet pada kontaktor
akan dapat dipertahankan secara terus menerus (kontinu).

Bila kontaktor yang dirancang untuk arus AC digunakan pada arus DC maka pada kumparan itu
tidak timbul induksi listrik sehingga kumparan menjadi panas. Sebaliknnya, bila kontaktor
magnet untuk arus DC yang tidak mempunyai belitan hubung singkat diberikan arus AC maka
pada kontaktor itu akan bergetar yang disebabkan oleh kemagnetan pada kumparan magnetnya
timbul dan hilang setiap 100 kali.

Kontaktor akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85 % dari tegangan kerja, bila
tegangan turun kontaktor akan bergetar.

Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Biasanya pada kontaktor
terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka (Normally Open = NO) dan kontak
normal menutup (Normally Close = NC). Kontak No berarti saat kontaktor magnet belum bekerja
kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/ menghubung.
Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan kontaknya menutup dan
bila kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan.
Kontak NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

Gambar 3. Simbol-simbol kontaktor magnet. a) Kumparan (coil), b) Kontak Utama, c) Kontak


bantu

Fungsi dari kontak-kontak dibuat untuk kontak utama dan kontak bantu. Kontak utama terdiri
dari kontak NO dan kontak bantu terdiri dari kontak NO dan NC. Kontak utama digunakan untuk
mengalirkan arus utama, yaitu arus yang diperlukan untuk pesawat pemakai listrik misalnya
motor listrik, pesawat pemanas dan sebagainya. Sedangkan kontak bantu digunakan untuk
mengalirkan arus bantu yaitu arus yang diperlukan untuk kumparan magnet, alt bantu rangkaian,
lampu-lampu indikator, dan lain-lain.

Dari informasi diatas dapat dilihat bahwa keuntungan penggunaan kontaktor magnet daripada
saklar togel dan saklar Cam adalah,

* Arus listrik yang mengalir pada saklar pengontrol sangat kecil dibandingkan arus beban.

* Dapat mengontrol beban listrik dari tempat jauh dengan kerugian tegangan yang relatif kecil.

Timer dan Gambar Timer

Gb. Menjalankan Kontaktor Magnet Menggunakan Timer


Gb. Kontaktor Magnet

Gb. Kontaktor Magnet

Gb. Timer

In Put Timer Harus Selalu Di Aliri Arus Listrik Karena Di Gunakan Untuk Menjalankan
Pewaktunya / Timernya. Untuk Men-SETTING Timer Pada Waktu ON – OFF , Kontak – Kontak
Kecil Yang Ada Di Samping Pengatur Waktu ( Lihat Gb. Timer ) Harus Di Turunkan & Di
Naikan Sesuai Kebutuhan Waktu ON – OFF ( Tergantung Dari Pada Kebutuhan ). Apabila In Put
Timer Terputus / Tidak Ada Arus Yang Masuk ( Pemadaman Listrik ) Maka Pewaktu / Jam Pada
Timer Harus Di Setting Sesuai Dengan Waktu Pada Saat Men-Setting Ulang ( Jam Harus Di
Sesuaikan Pada Saat Itu Juga ). Untuk Mengatur Waktu / Jam ,Harus Di Putar Sesuai Tanda
Panah ( Searah Jarum Jam )

# ) PRINSIP KERJA TIMER ( Gb. Rangkaian Di Atas ) :


Arus Masuk Pada In Put Kontaktor Magnet & Juga Pada In Put Timer Yang Akan Menjalankan
Timer / Pewaktu, Setelah Waktu Berputar Dan Sudah Sampai Pada Waktunya Terhubung (
Waktunya ON ) Maka Kontak Di Dalam Timer Akan Terhubung Dengan Out Put Timer Dan
Aruspun Akan Mengalir Menuju Kontaktor Magnet ( Kontak a & b ) Yang Akan Menarik
Kontak – Kontak Pada Kontaktor Magnet Sehingga Kontak In Put Pada Kontaktor Magnet
Terhubung Dengan Kontak Out Put Pada Kontaktor Magnet, Sehingga Arus In Put Dapat
Melewati Out Put Kontaktor Magnet Yang Akan Menjalankan Beban Pada Out Put Tersebut.
Setelah Waktu / Jam Berputar Terus Maka Tiba Saatnya Timer Memutuskan Hubungan (
Waktunya OFF ) Maka Aruspun Terputus Yang Melewati Kontaktor Magnet Sehingga Beban
Pada Out Put Kontaktor Magnet Juga Tidak Berjalan, Proses Tersebut Terjadi Terus Menerus
Apabila Tidak Terjadi Pemadaman Listrik Pada Jaringan PLN. Apabila Settingan Waktu ON –
OFF Misalkan Jam 18 – 6 Maka Pada Waktu Masuk Jam 18 Timer Terhubung Dengan Out Put
Timer Sampai Jam 6, Karena Jam 6 Disini Di Gunakan Untuk Memutuskan Timer Sehingga Out
Put Timer Tidak Terhubung.

Overload Motor Protection


Overload Motor Protection, yang dimaksud motor ini adalah electric motor yang oleh orang
awam disebut dinamo. Dan disini dikhususkan yang terjadi pada motor AC 3 phase. Fungsi dari
motor ini adalah sebagai penggerak atau untuk mengkonversi energi listrik menjadi mekanik/
gerak seperti lift, conveyor, blower, crusher dll. Dalam dunia industri saat ini peran yang
dilakukan motor ini sangat vital. Untuk itu proteksi sangat diperlukan untuk menjaga kelancaran
suatu proses.Sistem proteksi motor ini sudah lama dikenal dan berkembang seiring kemajuan
teknologi. Mulai dari penggunaan eutic relay, thermal, sampai elektronik. Secara umum sistem
kerja alat tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu dengan thermal dan elektronik.
THERMAL OVERLOAD
Sesuai dengan namanya proteksi motor ini menggunakan panas sebagai pembatas arus pada
motor. Alat ini sangat banyak dipergunakan saat ini. Biasanya disebut TOR, Thermis atau
overload relay. Cara kerja alat ini adalah dengan menkonversi arus yang mengalir menjadi panas
untuk mempengaruhi bimetal. Nah , bimetal inilah yang menggerakkan tuas untuk menghentikan
aliran listrik pada motor melalui suatu control motor starter (baca motor starter). Pembatasan
dilakukan dengan mengatur besaran arus pada dial di alat tersebut. Jadi alat tersebut memiliki
range adjustment misal TOR dengan range 1 ~ 3,2 Amp
disetting 2,5 Amp. Artinya, kita membatasi arus dengan
TOR pada level 2,5 Amp saja.
Bagaimana bila terjadi kelebihan arus/ overload pada motor
starter? Seperti contoh di atas, TOR di setting 2,5 Amp dan
semisal arus telah mencapai 3 ampere, apa yang kita
harapkan ? Starter shut down/ Trip ! Benar, hanya kapan
akan trip?? Secepatnya ?? Ini sangat tidak mungkin bila kita
menggunakan Thermal Overload/ TOR. Nah…,terus
seberapa cepat TOR itu akan trip ?? Dengan menggunakan
bimetal sebagai pembatas tentu tidak dapat bereaksi secara
cepat terhadap kenaikan arus. Perlu diketahui, TOR di
pasaran memiliki beberapa type yang disebut Class. Jadi
dengan memilih class yang berbeda maka kecepatan trip
TOR akan berbeda pula. Saat ini terdapat TOR dengan Class
10, Class 15, Class 20 dll. Class ini menunjukkan kecepatan
trip saat TOR dialiri arus sebesar 6X setting. Semisal,
digunakan TOR class 20 dengan setting 10 Amp, saat arus
mencapai 60 Amp alat ini akan trip setelah mencapai waktu 20 DETIK !! 6X setting dalam 20
DETIK !! Bagaimana jika kelebihan arus hanya pada 13 Amp saja? Kita bisa menunggu ber jam
jam agar trip. Untuk lebih jelasnya mintalah kurva trip seperti pada gambar saat membeli TOR
dan hitung kecepatan tripnya. Perlu diketahui kurva TOR adalah logaritmik bukan linier. So, kita
tidak perlu lagi menyalahkan keakuratan TOR yang selama ini dipakai.
ELECTRONIC OVERLOAD
Overload electronic ini mempunya 2 karakteristik trip, INVERSE dan DEFINITE. Inverse, ia
akan bekerja seperti thermal overload. Perbedaannya adalah kemampuannya untuk menggeser
kurva trip. Jadi overload ini selain mempunyai setting arus juga kecepatan trip atau class
adjustment. Selain itu dengan menggunakan rangkaian elektronik ia akan tidak mudah
dipengaruhi suhu sekitar serta akurasi lebih terjaga. Definite, bekerja dengan pembatasan yang
ketat. Dengan karakteristik ini, berapapun besar kelebihan beban ia akan trip setelah mencapai
waktu yang ditentukan. Misal seting overload pada 10 amp dengan waktu trip 4 detik. Jika terjadi
kelebihan beban lebih dari 10 amp selama lebih dari 4 detik dia akan trip. Kecepatan trip ini tidak
tergantung besar arus overload (baik kecil atau besar sama saja).
Dengan menggunakan rangkaian elektronik biasanya alat ini dilengkapi dengan fasilitas proteksi
lain seperti phaseloss protection, Lock Rotor Protection, Short Circuit Protection dll. Sebagai
referensi bisa ditemukan di www.eocr.com .
Dengan gambaran tersebut di atas, maka kita bisa menentukan kebutuhan overload protection
yang diperlukan. Dan perlu di ingat bahwa, terbakarnya motor tidak hanya karena terjadinya
overload. Overload hanyalah salah satu dari beberapa fakor penyebab terbakarnya motor.
Seberapa tinggi tingkat proteksi motor yang kita perlukan tergantung dengan prioritas kita.
Tetapi, overload protection tetaplah mutlak diperlukan dalam sebuah suatu sistem motor
starterFungsi dari Over load relay adalah untuk proteksi motor listrik dari beban lebih. Seperti
halnya sekring (fuse) pengaman beban lebih ada yang bekerja cepat dan ada yang lambat. Sebab
waktu motor start arus dapat mencapai 6 kali nominal, sehingga apabila digunakan pengaman
yang bekerja cepat, maka pengamannya akan putus setiap motor dijalankan. Over load relay yang
berdasarkan pemutus bimetal akan bekerja sesuai dengan arus yang mengalir, semakin tinggi
kenaikan temperatur yang menyebabkan terjadinya pembengkokan , maka akan terjadi
pemutusan arus, sehingga motor akan berhenti. Jenis pemutus bimetl ada jenis satu phasa dan ada
jenis tiga phasa, tiap phasa terdiri atas bimetal yang terpisah tetapi saling terhubung, berguna
untuk memutuskan semua phasa apabila terjadi kelebihan beban. Pemutus bimetal satu phasa
biasa digunakan untuk pengaman beban lebih pada motor berdaya kecil. Kontruksi Over load
relay apabila resistance wire dilewati arus lebih besar dari nominalnya, maka bimetal
trip, bagian bawah akan melengkung k ekiri dan membawa slide ke kiri, gesekan ini
akan membawa lengan kontak pada bagian bawah tertarik ke kiri dan kontak akan lepas.
Selama bimetal trip itu masih panas, maka dibagian bawah akan tetap terbawa kekiri,
sehingga kontak – kontaknya belum dapat dikembalikan kekondisi semula walaupun
reset buttonnya ditekan, apabila bimetal sudah dingin barulah kontaknya dapat kembali
lurus dan kontaknya baru dapat di hubungkan kembali dengan menekan reset button.

Tiga hal penting untuk memilih Termorelai

a) Kemampuan hantar arus (KHA)

b) Tegangan kerja nominal,

c) Nilai nominal arus beban lebih (seting arus beban lebih).

Jenis kontak bantu pada diagram kontak termorelai

a) 96 disebut kontak pembuka (NC)Kontak nomor 95


b) 98 disebut kontak penutup (NO)Kontak nomor 97

c) Kontak nomor 95 – 96 – 98 disebut kontak-tukar (NO/NC)

PRINSIP DASAR INSTALASI LISTRIK


1. Safety ( Keamanan)
2. Reliability ( Keandalan)
3. Accessibility (Kemudahan)
4. Availibility (Ketersediaan)
5. Impact of Environment (pengaruh lingkungan)
6. Economic (Ekonomi)
7. Esthetic (Keindahan)

SAFETY - KEAMANAN
Instalasi listrik harus dipasang dengan benar berdasarkan standar dan peraturan yang ditetapkan
oleh SPLN, PUIL2000 serta IEC (International Electrotechnical Commission) dengan tujuan
untuk keamanan dan keselamatan bagi mahluk hidup, harta benda dan instalasi listrik itu sendiri.
Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bagi mahluk hidup, harta benda maupun pada sistem
instalasi listrik itu sendiri, bila dilengkapi dengan sistem proteksi yang sesuai dan mempunyai
keandalan yang tinggi dalam merespon gangguan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Contoh : Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem pentanahan/ pembumian
agar manusia terhindar dari sentuhan tidak langsung akibat kejutan listrik yang tidak terduga,
karena adanya kebocoran arus listrik pada body peralatan listrik.

Reliability ( Keandalan)

Kondisi yang diperlukan adalah keandalan


terhadap :
Unjuk kerja sistem
Pengoperasian sistem
Peralatan yang digunakan Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan andal bila
operasi sistem kelistrikan dapat bekerja selama mungkin dan dapat diatasi dengan cepat bila
terjadi ganngguan.

Accessibility (Kemudahan)

Kondisi yang harus dicapai adalah kemudahan terhadap :


Pengoperasian, Perawatan & Perbaikan sistem
Pemasangan dan penggantian peralatan sistem
Pengembangan dan perluasan sistem
Kemudahan pada sistem instalasi listrik dinyatakan tercapai apabila pengoperasian suatu sistem
tidak memerlukan skill tinggi, cepat dan tepat dalam pemasangan peralatan sistem serta mudah
dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan sistem.
Contoh : Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu sistem kontrol , maka sistem
instalasi panel kontrol harus dilengkapi label pada peralatan listrik yang terpasang, adanya
penomoran pada terminal, kabel dan pengawatan peralatan yang disesuaikan dengan
gambar/diagram kontrol dan instalasi .

Availibility (Ketersediaan)

Merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik, karena berkaitan dengan
kemungkinan pengembangan ataupun perluasan proses kontrol/mesin yang meliputi ketersediaan
terhadap :
Alat
Tempat/Ruang
Daya
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan apabila :
Adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi kerusakan pada peralatan
yang dalam kondisi operasi, baik yang telah tersedia dilapangan umum maupun yang dengan
mudah didapat dipasaran. Adanya cadangan tempat atau ruang yang diperlukan untuk
menempatkan peralatan tambahan, karena adanya pengembangan ataupun perluasan sistem.
Adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang dapat langsung digunakan tanpa harus
mengganti ataupun menambah kabel pada sistem instalasi .

Impact of Environment (Pengaruh lingkungan)

Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan dampak yang terjadi pada
lingkungan sekitar dimana sistem instalasi dipasang, yang meliputi :
Pengaruh Lingkungan terhadap peralatan
Pengaruh Peralatan terhadap lingkungan
Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu, harus dipertimbangkan
apakah peralatan itu mempunyai pengaruh negatip terhadap lingkungan sekitarnya,
Bila ada kemungkinan mengganggu atau merusak lingkungan maka harus dirancang
agar pengaruh negatip yang ditimbulkan oleh peralatan listrik dapat dihilangkan atau
diperkecil.
Contoh : Gardu listrik dipasang pada suatu taman yang indah, maka harus dipertimbangkan
konstruksi bangunan gardu listrik agar tidak merusak keindahan taman.
Lingkungan dimana peralatan listrik atau sistem instalasi listrik dipasang harus dipertimbangkan
apakah lingkungan dapat merusak peralatan/instalasi listrik yang ada disekitarnya. Bila ada
kemungkinan dapat merusak peralatan/instalasi, maka harus dipilih peralatan /bahan instalasi
yang tidak dapat terpengaruh terhadap kondisi lingkungan tersebut.
Contoh : 1- Kabel instalasi dipasang pada lingkungan yang dipengaruhi oleh
bahan kimia tertentu, maka harus dipilih bahan isolasi kabel yang tahan
terhadap pengaruh bahan kimia tersebut
2 -Peralatan listrik dipasang pada lingkungan yang lembab, maka harus
digunakan peralatan listrik yang mempunyai IP (Index Protection) tertentu.

Economic (Ekonomi)

Perencanaan sistem instalasi listrik perlu mempertimbangkan kondisi operasional jangka panjang
agar dapat dihemat biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap :
Pemeliharaan dan perluasan sistem
Pemakaian/penggantian peralatan
Pengoperasian sistem
Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil bila efesien dan efektip terhadap
penggunaan daya listrik, peralatan yang digunakan cukup andal dan kecilnya delay time pada
pengoperasian proses produksi.
Contoh : Bila proses produksi banyak menggunakan beban induktif, agar penggunaan daya listrik
efektip maka sistem instalasi listriknya harus dilengkapi dengan kompensasi daya listrik, yaitu
dengan memasang Capasitor Bank.

Esthetic (Keindahan)

Suatu hal yang penting pada sistem instalasi listrik adalah keindahan dan kerapian, yang meliputi
:
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan
Keserasian dalam penggunaan/pemilihan peralatan
Keserasian dan keindahan tata letak dan kenyamanan ruang operasi
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan akan menimbulkan kemudahan dan kejernihan
pikiran dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan pada sistem instalasi .
Keserasian dalam pemilihan dan penggunaan/pemilihan peralatan yang disesuaikan dengan
ukuran, bentuk dan warna yang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan pemandangan yang
indah dan nyaman.
Keserasian dan keindahan tata letak akan menimbulkan mosaik yang memberikan kenyamanan
serta menghindari kebosanan bagi pelaksana operasi pada ruang dimana suatu kendali sistem
kontrol dipasang.
Kondisi tersebut diatas akan menimbulkan gairah dan ketenangan kerja serta disiplin kerja akan
selalu terjaga.

PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER)


Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah digunakan
(user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang
beraneka ragam [2]. Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982)
adalah :sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di
lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk
penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi
spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol
mesin atau proses melalui modul-modul I/O dijital maupun analog [3].
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut :
1. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program
yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU),
yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi,
negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga
menghasilkan output yang diinginkan.

PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem
kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang
yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini
memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang
telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah
dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada
suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1
menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang
diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki
output banyak.
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat dibagi secara umum dan
secara khusus [4]. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut:
1. Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan
untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar
semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant. PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya
temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan
dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan
tersebut pada operator.

Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC (Computerized
Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan
pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih
tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk
benda kerja, moulding dan sebagainya.
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu
melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program
yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator
atau peralatan lainnya.

Dalam industri-industri yang ada sekarang ini, kehadiran PLC sangat dibutuhkan terutama
untuk menggantikan sistem wiring atau pengkabelan yang sebelumnya masih digunakan dalam
mengendalikan suatu sistem. Dengan menggunakan PLC akan diperoleh banyak keuntungan
diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø Fleksibel

Pada masa lalu, tiap perangkat elektronik yang berbeda dikendalikan dengan pengendalinya
masing-masing. Misal sepuluh mesin membutuhkan sepuluh pengendali, tetapi kini hanya dengan
satu PLC kesepuluh mesin tersebut dapat dijalankan dengan programnya masing-masing.

Ø Perubahan dan pengkoreksian kesalahan sistem lebih mudah

Bila salah satu sistem akan diubah atau dikoreksi maka pengubahannya hanya dilakukan pada
program yang terdapat di komputer, dalam waktu yang relatif singkat, setelah itu didownload ke
PLC-nya. Apabila tidak menggunakan PLC, misalnya relay maka perubahannya dilakukan
dengan cara mengubah pengkabelannya. Cara ini tentunya memakan waktu yang lama.

Ø Jumlah kontak yang banyak

Jumlah kontak yang dimiliki oleh PLC pada masing-masing coil lebih banyak daripada kontak
yang dimiliki oleh sebuah relay.

Ø Harganya lebih murah

PLC mampu menyederhanakan banyak pengkabelan dibandingkan dengan sebuah relay. Maka
harga dari sebuah PLC lebih murah dibandingkan dengan harga beberapa buah relay yang
mampu melakukan pengkabelan dengan jumlah yang sama dengan sebuah PLC. PLC mencakup
relay, timers, counters, sequencers, dan berbagai fungsi lainnya.

Ø Pilot running

PLC yang terprogram dapat dijalankan dan dievaluasi terlebih dahulu di kantor atau
laboratorium. Programnya dapat ditulis, diuji, diobserbvasi dan dimodifikasi bila memang
dibutuhkan dan hal ini menghemat waktu bila dibandingkan dengan sistem relay konvensional
yang diuji dengan hasil terbaik di pabrik.

Ø Observasi visual

Selama program dijalankan, operasi pada PLC dapat dilihat pada layar CRT. Kesalahan dari
operasinya pun dapat diamati bila terjadi.

Ø Kecepatan operasi

Kecepatan operasi PLC lebih cepat dibandingkan dengan relay. Kecepatan PLC ditentukan
dengan waktu scannya dalam satuan millisecond.

Ø Metode Pemrograman Ladder atau Boolean

Pemrograman PLC dapat dinyatakan dengan pemrograman ladder bagi teknisi, atau aljabar
Boolean bagi programmer yang bekerja di sistem kontrol digital atau Boolean.

Ø Sifatnya tahan uji

Solid state device lebih tahan uji dibandingkan dengan relay dan timers mekanik atau elektrik.
PLC merupakan solid state device sehingga bersifat lebih tahan uji.

Ø Menyederhanakan komponen-komponen sistem kontrol

Dalam PLC juga terdapat counter, relay dan komponen-komponen lainnya, sehingga tidak
membutuhkan komponen-komponen tersebut sebagai tambahan. Penggunaan relay membutuhkan
counter, timer ataupun komponen-komponen lainnya sebagai peralatan tambahan.

Ø Dokumentasi
Printout dari PLC dapat langsung diperoleh dan tidak perlu melihat blueprint circuit-nya. Tidak
seperti relay yang printout sirkuitnya tidak dapat diperoleh.

Ø Keamanan

Pengubahan pada PLC tidak dapat dilakukan kecuali PLC tidak dikunci dan diprogram. Jadi tidak
ada orang yang tidak berkepentingan dapat mengubah program PLC selama PLC tersebut
dikunci.

Ø Dapat melakukan pengubahan dengan pemrograman ulang

Karena PLC dapat diprogram ulang secara cepat, proses produksi yang bercampur dapat
diselesaikan. Misal bagian B akan dijalankan tetapi bagian A masih dalam proses, maka proses
pada bagian B dapat diprogram ulang dalam satuan detik.

Ø Penambahan rangkaian lebih cepat

Pengguna dapat menambah rangkaian pengendali sewaktu-waktu dengan cepat, tanpa


memerlukan tenaga dan biaya yang besar seperti pada pengendali konvensional.
Selain keuntungan yang telah disebutkan di atas maka ada kerugian yang dimiliki oleh PLC,
yaitu:

Ø Teknologi yang masih baru

Pengubahan sistem kontrol lama yang menggunakan ladder atau relay ke konsep komputer PLC
merupakan hal yang sulit bagi sebagian orang

Ø Buruk untuk aplikasi program yang tetap

Beberapa aplikasi merupakan aplikasi dengan satu fungsi. Sedangkan PLC dapat mencakup
beberapa fungsi sekaligus. Pada aplikasi dengan satu fungsi jarang sekali dilakukan perubahan
bahkan tidak sama sekali, sehingga penggunaan PLC pada aplikasi dengan satu fungsi akan
memboroskan (biaya).

Ø Pertimbangan lingkungan

Dalam suatu pemrosesan, lingkungan mungkin mengalami pemanasan yang tinggi, vibrasi yang
kontak langsung dengan alat-alat elektronik di dalam PLC dan hal ini bila terjadi terus menerus,
mengganggu kinerja PLC sehingga tidak berfungsi optimal.

Ø Operasi dengan rangkaian yang tetap

Jika rangkaian pada sebuah operasi tidak diubah maka penggunaan PLC lebih mahal dibanding
dengan peralatan kontrol lainnya. PLC akan menjadi lebih efektif bila program pada proses
tersebut di-upgrade secara periodik.

Sistem PLC terdiri dari lima bagian pokok, yaitu:


Ø Central processing unit (CPU). Bagian ini merupakan otak atau jantung PLC, karena bagian
ini merupakan bagian yang melakukan operasi / pemrosesan program yang tersimpan dalam PLC.
Disamping itu CPU juga melakukan pengawasan atas semua operasional kerja PLC, transfer
informasi melalui internal bus antara PLC, memory dan unit I/O.
Bagian CPU ini antara lain adalah :
q Power Supply, power supply mengubah suplai masukan listrik menjadi suplai listrik yang
sesuai dengan CPU dan seluruh komputer.
q Alterable Memory, terdiri dari banyak bagian, intinya bagian ini berupa chip yang isinya di
letakkan pada chip RAM (Random Access Memory), tetapi isinya dapat diubah dan dihapus oleh
pengguna / pemrogram. Bila tidak ada supplai listrik ke CPU maka isinya akan hilang, oleh sebab
itu bagian ini disebut bersifat volatile, tetapi ada juga bagian yang tidak bersifat volatile.
q Fixed Memory, berisi program yang sudah diset oleh pembuat PLC, dibuat dalam bentuk chip
khusus yang dinamakan ROM (Read Only Memory), dan tidak dapat diubah atau dihapus selama
operasi CPU, karena itu bagian ini sering dinamakan memori non-volatile yang tidak akan
terhapus isinya walaupun tidak ada listrik yang masuk ke dalam CPU. Selain itu dapat juga
ditambahkan modul EEPROM atau Electrically Erasable Programmable Read Only Memory
yang ditujukan untuk back up program utama RAM prosesor sehingga prosesor dapat diprogram
untuk meload program EEPROM ke RAM jika program di RAM hilang atau rusak [6].
q Processor, adalah bagian yang mengontrol supaya informasi tetap jalan dari bagian yang satu
ke bagian yang lain, bagian ini berisi rangkaian clock, sehingga masing-masing transfer informasi
ke tempat lain tepat sampai pada waktunya
q Battery Backup, umumnya CPU memiliki bagian ini. Bagian ini berfungsi menjaga agar tidak
ada kehilangan program yang telah dimasukkan ke dalam RAM PLC jika catu daya ke PLC tiba-
tiba terputus.
Ø Programmer / monitor (PM). Pemrograman dilakukan melalui keyboard sehingga alat ini
dinamakan Programmer. Dengan adanya Monitor maka dapat dilihat apa yang diketik atau
proses yang sedang dijalankan oleh PLC. Bentuk PM ini ada yang besar seperti PC, ada juga
yang berukuran kecil yaitu hand-eld programmer dengan jendela tampilan yang kecil, dan ada
juga yang berbentuk laptop. PM dihubungkan dengan CPU melalui kabel. Setelah CPU selesai
diprogram maka PM tidak dipergunakan lagi untuk operasi proses PLC, sehingga bagian ini
hanya dibutuhkan satu buah untuk banyak CPU.

Ø Modul input / output (I/O).Input merupakan bagian yang menerima sinyal elektrik dari sensor
atau komponen lain dan sinyal itu dialirkan ke PLC untuk diproses. Ada banyak jenis modul
input yang dapat dipilih dan jenisnya tergantung dari input yang akan digunakan. Jika input
adalah limit switches dan pushbutton dapat dipilih kartu input DC. Modul input analog adalah
kartu input khusus yang menggunakan ADC (Analog to Digital Conversion) dimana kartu ini
digunakan untuk input yang berupa variable seperti temperatur, kecepatan, tekanan dan posisi.
Pada umumnya ada 8-32 input point setiap modul inputnya. Setiap point akan ditandai sebagai
alamat yang unik oleh prosesor.Output adalah bagian PLC yang menyalurkan sinyal elektrik hasil
pemrosesan PLC ke peralatan output. Besaran informasi / sinyal elektrik itu dinyatakan dengan
tegangan listrik antara 5 – 15 volt DC dengan informasi diluar sistem tegangan yang bervariasi
antara 24 – 240 volt DC mapun AC. Kartu output biasanya mempunyai 6-32 output point dalam
sebuah single module. Kartu output analog adalah tipe khusus dari modul output yang
menggunakan DAC (Digital to Analog Conversion). Modul output analog dapat mengambil nilai
dalam 12 bit dan mengubahnya ke dalam signal analog. Biasanya signal ini 0-10 volts DC atau 4-
20 mA. Signal Analog biasanya digunakan pada peralatan seperti motor yang mengoperasikan
katup dan pneumatic position control devices.Bila dibutuhkan, suatu sistem elektronik dapat
ditambahkan untuk menghubungkan modul ini ke tempat yang jauh. Proses operasi sebenarnya di
bawah kendali PLC mungkin saja jaraknya jauh, dapat saja ribuan meter.

Ø Printer. Alat ini memungkinkan program pada CPU dapat di printout atau dicetak. Informasi
yang mungkin dicetak adalah diagram ladder, status register, status dan daftar dari kondisi-
kondisi yang sedang dijalankan, timing diagram dari kontak, timing diagram dari register, dan
lain-lain.

Ø The Program Recorder / Player.


Alat ini digunakan untuk menyimpan program dalam CPU. Pada PLC yang lama digunakan tape,
sistem floopy disk. Sekarang ini PLC semakin berkembang dengan adanya hard disk yang
digunakan untuk pemrograman dan perekaman. Program yang telah direkam ini nantinya akan
direkam kembali ke dalam CPU apabila program aslinya hilang atau mengalami kesalahan.

Untuk operasi yang besar, kemungkinan lain adalah menghubungkan CPU dengan komputer
utama (master computer) yang biasanya digunakan pada pabrik besar atau proses yang
mengkoodinasi banyak Sistem PLC .

Dalam merancang suatu sistem kendali dibutuhkan pendekatan-pendekatan sistematis


dengan prosedure sebagai berikut :
1. Rancangan Sistem Kendali
Dalam tahapan ini si perancang harus menentukan terlebih dahulu sistem apa yang akan
dikendalikan dan proses bagaimana yang akan ditempuh. Sistem yang dikendalikan dapat berupa
peralatan mesin ataupun proses yang terintegrasi yang sering secara umum disebut dengan
controlled system.
2. Penentuan I/O
Pada tahap ini semua piranti masukan dan keluaran eksternal yang akan dihubungkan PLC harus
ditentukan. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor, valve dan lain-lain sedangkan piranti
keluaran dapat berupa solenoid katup elektromagnetik dan lain-lain.
3. Perancangan Program (Program Design)
Setelah ditentukan input dan output maka dilanjutkan dengan proses merancang program dalam
bentuk ladder diagram dengan mengikuti aturan dan urutan operasi sistem kendali.
4. Pemrograman (Programming)
5. Menjalankan Sistem (Run The System)
Pada tahapan ini perlu dideteksi adanya kesalahan-kesalahan satu persatu (debug), dan menguji
secara cermat sampai kita memastikan bahwa sistem aman untuk dijalankan.

selain fungsi yang telah diceritakan sebelumnya … PLC di pakai juga untuk Emergency
Shutdown System (ESD) karena responnya yang cepat dibandingkan DCS ….
berikut adalah jenis PLC Programming berdasarkan IEC-61131-3 .. ada lima bahasa
pemrograman yang diakui oleh standar ini..
- Ladder Diagram (LD)
- Function Block Diagram (FBD)
- Instruction List (IL)
- Structure Text (ST)
- Sequential Function Chart (SFC)
yang paling sering dipakai adalah LD … tapi saya lebih senang kalo pake FBD.
Memang tergantung background lah … kalo orang listrik lebih familiar dengan LD … karena
rancangan PLC dari awal adalah menggantikan sistem konvensional relay yang buanyak banget
wiring nya …. Sedangkan kalo anak kuliahan biasanya lebih senang FBD karena biasanya sudah
familiar dengan Sistem Digital (Diagram Block AND, OR, dll)
Manufacturer atau pembuat PLC diantaranya sebagai berikut:

 Allen Bradley (www.ab.com) -> Nama2 PLC nya: Control Logix, PLC-5, SLC, Flex
Logix, dll. sedangkan software yang dipakai adalah RSLogix dan RSLinx.
http://www.ab.com/programmablecontrol/
 Schneider Electric
(http://www.telemecanique.com/en/functions_discovery/function_5_11.htm) -> Modicon
Quantum, Compact, Momentum, Micro, Premium, dll. Software yang di pakai adalah
Concept buat Modicon Quantum, dan ada lagi yang lain .. lupa namanya euy … nanti kalo
ketemu saya update lagi ..
 Siemens -> S7-400, S7-300, S5 (sudah tidak diproduksi lagi .. cuman masih banyak yang
pakai .. dan masih ada stock). Software yang dipakai Step7 (S7-400 dan S7-300) dan
Step5 (buat S5, masih under DOS tampilannya)
 Mitsubishi
 GE Fanuc
 dll

Protokol Komunikasi yang dipakai untuk masing2 merek PLC pun berbeda2 … tetapi biasanya
ada semacam konverternya biar bisa berkomunikasi dengan yang lain .. semacam konverterlah …
tapi tidak semua ….
Berikut jenisnya untuk masing-masing merek PLC

 Modicon Quatum (Modbus, Modbus+, Modbus TCP/IP, etc)


 Allen Bradley (DH+, DH-485, DeviceNet, ControlNet, etc)
 SIEMENS (MPI, Profibus DP, ethernet, etc)
 dll

Anda mungkin juga menyukai