http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
ABSTRAKSI
Penelitian ini ditujukan untuk hubungan kausal berjenjang antara motivasi intrinsik,
kejelasan peran, kepuasan kerja, komitmen organisasi dan keinginan untuk pindah dalam konteks
PT. Bank Papua. Pada model yang dikembangkan, nampak bahwa komitmen organisasi
ditempatkan sebagai variabel intervening yang menghubungkan antara kepuasan kerja dengan
keinginan karyawan untuk pindah. PT. Bank Papua dipilih sebagai obyek penelitian karena kondisi
terkininya, yaitu keluarnya beberapa karyawan potensial dan adanya deviasi antara target dan
realisasi kinerja keuangan, telah memberikan ruang yang ideal bagi pengujian hubungan kausal
antar variabel dalam penelitian ini.
Sampel penelitian ini berjumlah 129 yang diperoleh dengan pendekatan purposive sampling.
Akan tetapi, kuesioner yang kembali dan layak untuk diolah hanya sebanyak 112 kuesioner. Teknik
analisis yang dipergunakan untuk mengolah data yaitu Structural Equation Modeling (SEM) yang
dijalankan dengan perangkat lunak Amos 4.01. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi
intrinsik dan kejelasan peran mempengaruhi kepuasan kerja secara positif, kepuasan kerja
mempengaruhi komitmen organisasi secara positif dan komitmmen organisasi mempengaruhi
keinginan untuk pindah secara negatif (artinya makin tinggi komitmen organisasi karyawan, maka
akan semakin rendah kemungkinan untuk pindah).
Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa para pimpinan PT. Bank Papua
seyogyanya berusaha meningkatkan komitmen organisasi dalam rangka mengurangi keinginan
karyawan potensial untuk pindah, dengan sebelumnya melakukan evaluasi tingkat kepuasan kerja
yang dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan kejelasan peran. Implikasi teoritis dan saran-saran
bagi penelitian mendatang juga diuraikan dalam penelitian ini.
Kata kunci: hubungan kausal berjenjang, keinginan berpindah, studi kasus, SEM
1
Alumni Program Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang
2
Dosen Program Magister Manajemen dan FE Universitas Diponegoro, Semarang
3
Dosen Program Magister Manajemen dan FE Universitas Diponegoro, Semarang
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 17
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
merasa memiliki organisasi dan bersama- juga merasakan adanya beban yang begitu
sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan berat dalam melaksanakan tugas sehingga
(peningkatkan produktivitas). Di samping seringkali karyawan mengalami stress yang
itu, komitmen yang tinggi terhadap mengakibatkan menurunnya kinerja terhadap
organisasi akan berdampak pada loyalitas perusahaan.
serta afeksi positif terhadap organisasi. Rendahnya tingkat pendidikan
Johnson et al. (dalam Grant et al., 2001) masyarakat merupakan salah satu masalah
mengatakan bahwa komitmen organisasi sumber daya manusia yang dialami oleh
berhubungan negatif terhadap keinginan Indonesia bagian Timur, misalnnya Propinsi
untuk pindah. Semakin tinggi komitmen Papua. Hal terebut dapat dilihat dari
karyawan terhadap organisasi maka komposisi tingkat pendidikan seluruh
keinginan untuk pindah semakin kecil, begitu pegawai (organik dan non-organik) PT. Bank
juga sebaliknya. Papua, yang didominasi karyawan
Keinginan untuk pindah merupakan berpendidikan akhir SLTA atau sederajat,
sinyal awal terjadinya turnover karyawan sebesar 375 orang (60.68 %). Sedangkan
didalam organisasi. Hal tersebut perlu karyawan yang berpendidikkan sarjana (S1)
dijadikan perhatian bagi perusahaan karena dan pascasarjana (S2) masing-masing
tingginya turnover di dalam suatu perusahaan berjumlah 163 orang (26.38 %) dan 13 orang
dapat mengganggu aktifitas dan produktivitas (2.10 %). Menurut data yang diperoleh dari
perusahaan. Penelitian ini akan dilakukan di wawancara dengan Direksi dan Kepala
PT. Bank Papua. Pemilihan PT. Bank Papua Personalia PT. Bank Papua sampai akhir
sebagai objek penelitian dikarenakan pertengahan Januari 2004 sebanyak 37
perubahan status bank dari perusahaan karyawan yang memiliki tingkat pendidikan
daerah, BPD Irian Jaya, menjadi perusahaan sarjana (S1) telah mengundurkan diri dengan
Perseroan Terbatas (PT), PT. Bank Papua, berbagai alasan, misalnya ketidakcocokan
sejak tahun 2002. Dengan adannya dengan lingkungan serta rekan kerja (co-
perubahan status serta telah diberlakukannya worker) dan tidak mempunyai job
otonomi daerah, PT. Bank Papua dituntut description yang jelas. Keluarnya karyawan-
untuk menjalankan fungsi-fungsi sebagai karyawan yang berpotensi tersebut perlu
perusahaan perseroaan, misalnya mampu mendapat perhatian dari manajemen PT.
memberikan keuntungan sebagai sumber Bank Papua.
dana dalam rangka menjalankan roda Disamping masalah keluarnya
pemerintah di Papua. beberapa karyawan potensial, kinerja PT.
Perubahan-perubahan tersebut juga Bank Papua juga menjadi sorotan. Kinerja
akan berdampak pada perubahan sikap dan PT. Bank Papua dalam triwulan II tahun
perilaku karyawan dalam bekerja, misalnya 2003 masih kurang baik dikarenakan realisasi
selama ini statis dan sekarang diharapkan laba triwulan II tahun 2003 tidak mencapai
lebih produktif dan dinamis. Tetapi situasi target sebagimana yang direncanakan dalam
dimana karyawan selalu dituntut untuk rencana bisnis (tabel 1). Hal tersebut tidak
memenuhi target tertentu dalam waktu yang seharusnnya terjadi karena pengelolaan kas
telah ditetapkan biasanya menimbulkan daerah diurus dan ditangani oleh PT. Bank
berbagai konflik yang dapat berpengaruh Papua sebagai satu-satunya bank milik
terhadap perilakunya dalam bekerja (Boles et pemda.
al., 1997). Disamping itu biasanya mereka
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 19
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Tabel 1
Pemantauan Pencapaian Kinerja PT. Bank Papua
triwulan II tahun 2003
Triwulan II
No Rasio Keuangan Deviasi
Target Realisasi
1. ROE (return on equity) 28.34 28.08 (0.26)
2. ROA (return on asset) 6.22 3.49 (2.73)
3. CER (capital earning ratio) 52.31 57.91 5.60
4. NIM (net interest margin) 9.29 5.79 (3.50)
Sumber: Realisasi Bisnis Plan PT. Bank Papua 2003
yaitu: pertama, motivasi yang didasarkan yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang
atas ketakutan (fear motivation). Dia paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk
melakukan sesuatu karena takut jika tidak mengaktualisasikan diri.
maka sesuatu yang buruk akan terjadi, Dengan dipenuhinya hirarki kebutuhan
misalnya: orang patuh pada atasan karena Maslow tersebut diharapkan karyawan akan
takut dipecat, orang membeli polis asuransi bekerja dengan tenang dan mempunyai
karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, motivasi kerja yang tinggi. Menurut Low et
anak istrinya akan menderita. Motivasi al. (2001) motivasi yang dimiliki karyawan
kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu terutama motivasi intrinsik akan
(achievement motivation). Motivasi ini jauh menghubungkan pada tingkat kepuasan kerja
lebih baik dari motivasi yang pertama, karena seseorang. Motivasi intrinsik yang dipunyai
sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang ini akan membawa karyawan dapat
mau melakukan sesuatu karena dia ingin mengatasi persoalan yang timbul dan
mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. menjadikan tantangan sebagai stimulus untuk
Sedangkan motivasi yang ketiga adalah berkembang.
motivasi yang didorong oleh kekuatan dari Berdasarkan uraian di atas, maka
dalam (inner motivation), yaitu karena hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. adalah:
Seseorang yang telah menemukan misi H1: Motivasi intrinsik karyawan mempunyai
hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) pengaruh yang positif terhadap tingkat
yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa kepuasan kerja karyawan.
rasa kasih pada sesama atau ingin memiliki
makna dalam menjalani hidupnya. Orang
yang memiliki motivasi seperti ini biasanya Kejelasan Peran
memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya Kejelasan peran didefinisikan oleh
bekerja bukan sekedar untuk memperoleh Teas, Wacker, dan Hughes (1989) sebagai
sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, suatu tingkat dimana seseorang karyawan
prestasi) tetapi adalah proses belajar dan dapat memastikan dan mengetahui dengan
proses yang harus dilaluinya untuk mencapai pasti bagaimana dia diharapkan oleh
misi hidupnya (Prijosaksono dan Sembel, perusahaan dalam melakukan suatu
2002). pekerjaan. Dalam beberapa literatur kejelasan
Motivasi yang benar akan tumbuh peran ini sering disebut juga dengan peran
dengan sendirinya ketika seseorang telah ambiguitas (Low et al., 2001; Grant et al.,
dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari 2001; Boles, Johnston dan Hair, 1997).
sekadar pencapain target, sehingga setiap Kejelasan peran merupakan salah satu
orang dalam organisasi kita dapat bekerja atribut yang dimiliki oleh individu yang akan
dengan lebih efektif karena didorong oleh berpengaruh terhadap kepuasan kerja
motivasi dalam dirinya. Salah satu teori maupun prestasi kerja. Menurut Breaugh dan
motivasi yang banyak mendapat sambutan Colihan (1994) kebutuhan untuk mengurangi
yang amat positif di bidang manajemen ketidakjelasan atas suatu pekerjaan
organisasi adalah teori hirarki kebutuhan merupakan pembentuk utama perilaku
yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. manusia. Kejelasan peran merupakan salah
Menurut Maslow (dalam Papu, 2002) setiap satu alat untuk mencapai sasaran yang ingin
individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dicapai seseorang. Kejelasan peran akan
tersusun secara hirarki dari tingkat yang berpengaruh positif terhadap pencapaian
paling mendasar sampai pada tingkatan yang suatu sasaran.
paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada Challagalla dan Shervani (1996)
tingkatan paling rendah telah terpenuhi maka menyatakan bahwa karyawan yang tidak
akan muncul kebutuhan lain yang lebih memperoleh kejelasan peran tentang
tinggi. Pada tingkat yang paling bawah, dukungan dan apa yang menjadi permintaan
dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang perusahaan maka akan merasakan
bersifat biologis, kemudian pada tingkatan kegelisahan dan ketegangan kerja yang besar
lebih tinggi dicantumkan berbagai kebutuhan yang berakibat pada kepuasan kerja. Dalam
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 22
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
bagian dari organisasi; (b) keterlibatan sesuai karyawan memiliki kemungkinan untuk
peran dan tanggung jawab pekerjaan di meninggalkan organisasi (Bluedorn, 1982
organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki dalam Grant et al., 2001). Lebih lanjut
komitmen tinggi akan menerima hampir menurut Mobley, Horner, dan Hollingsworth,
semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan 1978 dalam Grant et al., 2001) keinginan
yang diberikan padanya; (c) kehangatan, untuk pindah dapat dijadikan gejala awal
afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi terjadinya turnover dalam sebuah
merupakan evaluasi terhadap komitmen serta perusahaan.
adanya ikatan emosional dan keterikatan Menurut Bedian dan Achilles (1981);
antara organisasi dengan pegawai. Pegawai Netemeyer et al., (1990); Sager (1994, dalam
dengan komitmen tinggi merasakan adanya Grant et al., 2001), semakin tinggi kepuasan
loyalitas dan rasa memiliki terhadap kerja dan komitmen organisasi diharapkan
organisasi. Sedangkan yang termasuk akan menurunkan maksud atau tujuan
kehendak untuk bertingkah laku adalah: (a) karyawan untuk meninggalkan organisasi.
kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini Lebih lanjut, karyawan yang tidak puas
tampak melalui kesediaan bekerja melebihi dengan aspek-aspek pekerjaannya dan tidak
apa yang diharapkan agar organisasi dapat memiliki komitmen terhadap organisasinya
maju. Pegawai dengan komitmen tinggi, ikut akan lebih mungkin mencari pekerjaan pada
memperhatikan nasib organisasi; (b) organisasi yang lain. Johnson et al. (1989
keinginan tetap berada dalam organisasi. Para dalam Grant et al., 2001) dalam
pegawai yang memiliki komitmen tinggi, penelitiannya menemukan hubungan yang
hanya sedikit alasan untuk keluar dari negatif antara komitmen organisasi dan
organisasi dan berkenginan untuk bergabung keinginan untuk pindah. Hasil ini juga
dengan organisasi yang telah dipilihnya didukung oleh penelitian yang dilakukan
dalam waktu lama. antara lain oleh Babakus et al. (1999);
Jadi seseorang yang memiliki Netemeyer et al. (1990); dan Sager (1994,
komitmen tinggi akan memiliki identifikasi dalam Grant et al., 2001).
terhadap organisasi, terlibat sungguh- Berdasarkan uraian di atas, maka
sungguh dalam kepegawaian dan ada hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
loyalitas serta afeksi positif terhadap adalah:
organisasi. Selain itu tampil tingkah laku H4: komitmen karyawan terhadap
berusaha ke arah tujuan organisasi dan organisasi mempunyai pengaruh yang
keinginan untuk tetap bergabung dengan negatif terhadap keinginan karyawan
organisasi dalam jangka waktu lama. Hal ini untuk pindah
telah dibuktikan oleh Elangovan (2001)
dalam penelitiannya yang menemukan METODE PENELITIAN
hubungan yang kuat antara kepuasan kerja Populasi dan Sampel
dengan komitmen organisasi. Sebelumnya, Populasi dalam penelitian ini adalah
Bartol (1979); Reicher (1985); Johnston et al. seluruh karyawan PT Bank Papua di
(1990) dalam Brown dan Peterson (1993, Jayapura. Total karyawan per 30 September
p.73) juga memberikan simpulan yang sama 2003 adalah 618 mulai dari pemimpin
bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang divisi/setingkat sampai karyawan honorer
dirasakan oleh karyawan maka semakin sehingga populasi penelitian ini adalah 618.
tinggi pula komitmenya terhadap perusahaan. Sedangkan sampel ditentukan secara
Berdasar uraian di atas, maka hipotesis purposive (purposive sampling), yaitu
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: pengambilan sampel berdasarkan kriteria-
H3: Kepuasan kerja karyawan mempunyai kriteria tertentu yang telah ditetapkan
pengaruh positif terhadap komitmen sebelumnya oleh peneliti (Sekaran, 1992).
karyawan pada organisasi mereka Adapun kriteria yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (1) karyawan PT. Bank
Keinginan untuk Pindah Papua telah bekerja minimal 3 tahun; dan (2)
Keinginan untuk pindah adalah pangkat atau golongan C/1 (Staf Muda).
kecenderungan atau tingkat dimana seorang Dengan kedua kriteria tersebut diasumsikan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 24
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
bahwa responden memahami budaya dan al., 2001), yaitu: (1) kesediaan membantu
keadaaan PT. Bank Papua. Berdasarkan kesuksesan organisasi, (2) menerima semua
pertimbangan tersebut sampel didalam tipe penugasan, kinerja pekerjaan yang
penelitian ini sebesar 112 orang. Adapun terbaik, (3) peduli terhadap masa depan
pengumpulan data menggunakan metode organisasi, (4) rekomendasi terhadap rekan
angket yaitu dengan jalan menyebarkan lain, dan (5) kesamaan nilai pribadi dan
kuesioner kepada responden. organisasi.
Definisi Operasional Variabel keinginan untuk pindah
Dalam penelitian ini variabel motivasi diukur melalui indikator-indikator dari
diukur dari indikator-indikator yang penelitian Bluedorn (1982) dan Johnston et
digunakan dalam penelitian Anderson dan al. (dalam Low et al., 2001), yaitu: (1) tiga
Oliver (1987), Cravens et al. (1993), dan bulan yang akan datang, (2) enam bulan yang
Low et al., 2001), serta Grant et al. (2001), akan datang, (3) suatu waktu di tahun yang
yaitu: (1) perasaan berprestasi, (2) kepuasan akan datang, dan (4) suatu waktu pada dua
personal, (3) kontribusi terhadap tahun yang akan datang.
perkembangan dan pertumbuhan personal,
dan (4) penghargaan terhadap diri sendiri Teknik Analisis
Variabel kejelasan peran diukur Teknik analisis data yang digunakan
melalui indikator-indikator yang diadopsi dalam penelitian ini adalah Structural
dari penelitian Johnson et al. (1989), Low et equation Modeling (SEM) yang dioperasikan
al., 2001), Grant et al. (2001), Boles, dengan software AMOS 4. Prosedur analisis
Johnston, dan Hair (1997), serta Kohli dengan SEM pada dasarnya mengacu pada 7
(1985). Indikator-indikator tersebut adalah: langkah dari Hair et al. (1995) yaitu: (1)
(1) pekerjaan jelas dan direncanakan, (2) pengembangan model berbasiskan teori, (2)
membagi waktu dengan tepat, (3) mengetahui pengembangan diagram alur, (3) konversi
tanggung jawabnya, (4) tahu yang diagram alur kedalam persamaan struktural
diharapkan, (5) tingkat kewenangan, dan (6) dan spesifikasi model pengukuran, (4)
kejelasan terhadap apa yang harus dilakukan. pemilihan matriks input dan teknik estimasi,
Variabel kepuasan kerja diukur melalui (5) identifikasi model, (6) evaluasi goodness
indikator-indikator yang digunakan dalam of fit model, dan (7) intpretasi dan modifikasi
penelitian Low et al. (2001) dan Grant et al. model.
(2001), mencakup: (1) kepuasan terhadap
manajer penjualan, (2) kepuasan terhadap HASIL PENELITIAN DAN
pekerjaan secara umum, (3) kepuasan PEMBAHASAN
terhadap peluang promosi, (4) kepuasan Dari 112 responden yang berpartisipasi
terhadap gaji, (5) kepuasan terhadap co- dalam penelitian ini, mayoritas (30,4%)
workers, dan (6) kepuasan terhadap nasabah. berusia 30–34 tahun, 54,7% memiliki masa
Variabel komitmen organisasi dibentuk kerja di atas 8 tahun, dan 79,4% adalah pria.
dari indikator-indikator yang diadopsi dari
penelitian Porter et al. (1985 dalam Low et
Tabel 2
Hasil Analisis Faktor Konfirmatori (CFA)
Chi Square p
Konstruk RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
(df) value
Motivasi Intrinsik 2,120 (2) 0,346 0,023 0,991 0,954 1,060 0,999 1,000
Kejelasan Peran 14,796 (14) 0,097 0,076 0,960 0,906 1,644 0,986 0,991
Kepuasan Kerja 11,164 (9) 0,265 0,047 0,967 0,924 1,240 0,995 0,997
Komitmen Organisasi 10,197 (9) 0,338 0,034 0,972 0,934 1,129 0,997 0,998
Keinginan Berpindah 2,831 (2) 0,243 0,061 0,987 0,935 1,415 0,994 0,998
Diharapkan
Cut-off Values
kecil ³ 0,05 £ 0,08 ³ 0,90 ³ 0,90 £ 2,00 ³ 0,95 ³ 0,95
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 25
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Hasil analisis faktor konfirmatori (CFA) konstruknya dan batas minimalnya adalah
yang dilakukan per konstruk menunjukkan 0,50. Hasil pengujian reliabilitas untuk
bahwa masing-masing konstruk yang seluruh konstruk menunjukkan kelayakan
dikembangkan dalam penelitian ini telah fit indikator dalam merepresentasikan
(overall measurment model fit) dengan data konstruknya (tabel 3).
sebagaimana nampak pada tabel 2. Setelah model pengukuran untuk
Tahap berikut dalam CFA adalah masing-masing konstruk dinyatakan fit
menganalisis factor loadings dan hasil dengan data, maka tahap selanjutnya adalah
estimasi dengan AMOS 4 menunjukkan menguji model struktural yang
bahwa korelasi antara indikator dengan menggambarkan hubungan kausal antar
konstruk yang dituju (underlying construct) konstruk. Hasil estimasi model struktural
lebih besar dari 0,707 (Gefen et al., 1997) (full latent variable model) secara lengkap
dan signifkan pada µ = 0,05 (CR > ±1,96) ditampilkan pada gambar 1. Gambar 1
(Hair et al., 1995). Korelasi yang kuat dan menunjukkan bahwa model struktural yang
signifikan antara indikator dengan konstruk dikembangkan dalam penelitian ini secara
sekaligus menunjukkan validitas indikator keseluruhan dinyatakan fit dengan data.
(Gefen et al., 1997). Setelah model dinyatakan fit dengan data
Langkah berikut adalah menguji maka tahap selanjutnya adalah menguji
reliabilitas yang diukur melalui composite parameter estimasi antar konstruk. Parameter
reliability dan variance extracted. Composite estimasi antara motivasi intrinsik dengan
reliability menunjukkan kemampuan kepuasan kerja adalah positif (0,565) dan
indikator-indikator dalam merepresentasikan signifikan (CR = 5,827; p value = 0,000)
konstruknya dan batas minimalnya adalah sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
0,70, sedangkan variance extracted tinggi motivasi intrinsik karyawan maka
menunjukkan proporsi varians indikator- semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. Hasil
indikator yang dapat dijelaskan oleh ini sekaligus mendukung hipotesis 1 (H1).
Tabel 4
Hasil Perhitungan Composite Reliability dan Variance Extracted
Konstruk Composite Reliability Variance Extracted
Motivasi Instrinsik 0,95 0,82
Kejelasan Peran 0,96 0,78
Kepuasan Kerja 0,96 0,78
Komitmen Organisasi 0,96 0,80
Keinginan untuk Pindah 0,95 0,82
Cut-off Values 0,70 0,50
Gambar 1
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 26
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
menemukan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja. Dari beberapa penelitian tersebut dapat
kerja yang dirasakkan oleh karyawan maka dipahami bahwa kejelasan peran yang
semakin tinggi pula komitmennya pada diberikan ooleh atasan atau manajer
perusahaan.. seharusnya akan meningkatkan kepuasan
Penelitian ini berhasil membuktikan kerja karyawan itu sendiri.
bahwa komitmen organisasi akan Hasil penelitian ini menunjukkan
berpengaruh terhadap penurunan keinginan adanya hubungan positif dan signifikan
karyawan untuk pindah. Dengan demikian antara kepuasan kerja dengan komitmen
hasil ini mendukung penelitian-penelitian organisasi. Dengan demikian hasil penelitian
yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang ini mendukung secara empiris penelitian
dilakukan oleh Bedin dan Achilles (1981); sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Netemeyer et al. (1990); Sager (1994) dalam Elangovan (2001) dalam penelitiannya
Grant et al. (2001) menemukan bahwa menemukan hubungan yang kuat antara
semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.
organisasi diharapkan akan menurunkan Selain itu juga mendukung penelitian Bartl
maksud atau keinginan karyawan untuk (1979), Reicher (1985), serta Johnston et al
meninggalkan organisasi tersebut. Johnson et (dalam Brown dan Peterson, 1993) yang
al. (1990, dalam Grant et al. (2001) dalam memberikan simpulan bahwa semakin tinggi
penelitiannya juga berhasil menemukan kepuasan kerja yang dirasakan oleh
hubungan negatif antara komitmen organisasi karyawan maka semakin tinggi pula
dengan keinginan untuk pindah. komitmennya pada perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan
Implikasi Teoritis adanya hubungan negatif dan signifikan
Hasil penelitian ini berhasil antara komitmen organisasi dengan
menunjukkan adanya hubungan positif dan keinginan untuk pindah. Dengan demikian
signifikan antara motivasi intrinsik dengan hasil penelitian ini mendukung secara
kepuasan kerja. Dengan demikian hasil empiris penelitian sebelumnya yang telah
penelitian ini mendukung secara empiris dilakukan oleh Bedin dan Achilles (1981),
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Netemeyer et al. (1990), serta Sager (dalam
oleh Low et al. (2001) dalam penelitiannya Grant et al., 2001) yang menemukan bahwa
yang menyatakan bahwa motivasi yang semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen
dimiliki oleh karyawan terutama motivasi organisasi diharapkan akan menurunkan
intrinsik akan berpengaruh terhadap tingkat maksud atau keinginan karyawan untuk
kepuasan kerjanya. Motivasi melandasi meninggalkan organisasi.
munculnya kepuasan karyawan terhadap
perusahaan. Implikasi Managerial
Hasil penelitian ini menunjukkan Sesuai dengan temuan penelitian ini
adanya hubungan positif dan signifikan dari kedua variabel yaitu motivasi intrinsik
antara kejelasan peran dengan kepuasan dan kejelasan peran, motivasi intrinsik
kerja. Dengan demikian hasil penelitian ini merupakan faktor yang paling berpengaruh
mendukung secara empiris penelitian terhadap kepuasan kerja. Oleh karenanya
sebelumnya yang telah dilakukan oleh manajemenn PT. Bank Papua hendaknya
Breaugh dan Colihan (1994) yang perlu membuat sebuah kebijakan yang
menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran menitikberatkan pada timbulnya motivasi
yang diterima oleh karyawan akan intrinsik para karyawan, baru kemudian
berpengaruh negatif terhadap tingkat menitikberatkan pada kejelasan peran.
kepuasan kerja maupun kinerja karyawan Adapun beberapa hal yang dapatdilakukan
tersebut. oleh manajemen PT. Bank Papua tersebut
Selain itu hasil penelitian ini juga adalah menumbuhkan perasaan berprestasi
mendukung penelitian yang telah dilakukan dalam diri karyawan. Perasaan berprestasi
oleh Low et al (2001) dan Sohi (1996) yang para karyawan dapat ditumbuhkan dengan
menemukan bahwa ada hubungan negatif cara mau mendengarkan masukan yang
antara ketidakjelasan peran dengan kepuasan datang dari karyawan. Dengan mau
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASIVolume 1, Nomor 2, Mei, Tahun 2004, Halaman 28
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo