Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Pengertian Dasar Mengenai Tanah

Tanah dalam keadaan alam terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Bagian padat ( solids )  merupakan partikel tanah yang padat.

b. Bagian pori ( voids )  berisi air dan udara.

Keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang dijumpai

dalam pemindahan tanah yaitu :

Keadaan asli, yaitu : keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan,

dinyatakan dalam ukuran alam Bank Measure ( BM ).

Keadaan lepas, yaitu : keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan,

misalnya : tanah diatas blade, diatas truk didalam bucket dsb.,

dinyatakan dalam Loose Measure (LM) yang besarnya sebagai berikut :

LM = ( BM x % swell ) + BM.

Keadaan padat, yaitu : keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan

dipadatkan. Volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih besar mungkin

juga lebih kecil dari volume keadaan bank measure, tergantung usaha

pemadatan yang dilakukan.

Faktor tanah yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas alat berat adalah :

1. Berat material, per M3

PTM dan Alat Berat I - 1


 Berpengaruh terhadap volume yang diangkut / didorong, hubungannya dengan

tenaga tarik.

2. Kekerasan,

 Makin keras akan semakin sukar untuk dikerjakan oleh alat, sehingga

berpengaruh terhadap produktifitas alat.

3. Kohesivitas / daya ikat,

 Merupakan kemampuan untuk saling mengikat diantara butir tanah itu sendiri,

tiap-tiap jenis tanah mempunyai kohesivitas yang berbeda-beda sehingga

pengerjaan terhadap jenis-jenis tanah tertentu tidak sama dengan tanah yang

lain dalam hal produktifitas dari peralatan.

4. Bentuk butir / material,

 Butiran yang kecil akan terdapat rongga yang kecil, sedangkan tanah dengan

butiran yang besar akan terdapat rongga yang besar, sehingga akan

berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan tanah yang pada

akhirnya akan mempengaruhi produktifitas alat.

Cara menghitung perubahan volume berbagai keadaan tanah.

a. swell ditentukan dengan :

Sw =  ( B-L ) / L  x 100 %

b. Shrinkage ( penyusutan ) ditentukan dengan :

Sh =  (C - B)/C  x 100 %

PTM dan Alat Berat I - 2


dimana :

Sw = swell = persentase pengembangan tanah/material.

Sh = shrinkage = persentase penyusutan tanah/material.

B = berat jenis tanah keadaan asli.

L = berat jenis tanah dalam keadaan lepas.

C = berat jenis tanah dalam keadaan telah dipadatkan/padat.

I.2. Pengertian – Pengertian Mengenai Alat Berat.

I.2.1. Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance ),

Tahanan gelinding adalah tahanan yang dialami kendaraan ketika melalui

suatu jalan atau permukaan.

Logika terjadinya tahanan gelinding tersebut adalah sebagai berikut :

r d

B B’

D E F

Roda dengan jari-jari ( r ) yang bertitik tangkap di O akan menimbulkan

lekukan diatas permukaan jalan. Bila roda tidak bergerak maka beban terbagi

PTM dan Alat Berat I - 3


keseluruh permukaan DEF yang reaksinya berimpit atau satu garis dengan titik

tangkap B yaitu O. Bila roda bergerak, permukaan DE mulai terlepas, sehingga

titik tangkap reaksi bergeser kearah B’ sejarak d dari titik E. Oleh karena

demikian maka akan timbul momen perlawanan sebesar :

M = B.d.

Perlu diketahui bahwa makin lunak tanah makin besar jarak d tadi.

Untuk praktisnya, tahanan gelinding ( RR ) dpt. dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

RR = CRR x berat kendaraan beroda. ………. ( kg/ton )

Dimana :

CRR = koefisien tahanan gelinding, yang besarnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel Koefisien tahanan gelinding.

CRR
JENIS TANAH
RODA BESI RODA KARET
Tanah keras 0,10 0,04

Tanah gembur 0,12 0,05

Tanah lunak 0,16 0,09

Kerikil lepas 0,15 0,12

Pasir lepas 0,15 0,12

Tanah basah / lumpur - 0,16


I.2.2. Pengaruh Kelandaian ( Grade Resistance ).

PTM dan Alat Berat I - 4


Jika kendaraan bergerak pada jalan menanjak maka akan mendapat hambatan

akibat grafitasi, sebaliknya bila menurun akan mendapat tambahan tenaga akibat

grafitasi tersebut.

Wg adalah komponen berat yang

menghambat atau membantu pergerakan

kendaraan.

Wg

Makin besar % kemiringan makin besar pula nilai Wg.

Setiap 1 % kemiringan medan Wg bertambah sebesar 10 kg untuk setiap 1 ton berat

kendaraan.

PTM dan Alat Berat I - 5


Misalnya : Kendaraan dengan berat 5 ton, bergerak menanjak sebesar 4 % maka besar

hambatan akibat kelandaian tersebut adalah sebesar :

 10 x 4 x 5 = 200 kg 

Artinya : diperlukan tenaga tambahan sebesar 200 kg oleh kendaraan tersebut

dibandingkan dengan bila kendaraan tersebut bergerak dijalan yang

datar.

I.2.3. Koefisien Traksi.

Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total

kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar

roda tidak selip.

Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip disebut traksi

kritis, besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut :

Traksi kritis = koefisien traksi x berat total kendaraan.

Besarnya koefisien traksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

JENIS RODA
TYPE DAN JENIS TANAH
BAN KELABANG
Lempung 0,55 0,90
Liat kering 0,55 0,90

PTM dan Alat Berat I - 6


Tanah kering 0,55 0,90
Jalan datar tanpa perkerasan 0,55 0,90

Lempung liat basah 0,45 0,70


Lempung liat becek 0,45 0,70
Tanah pertanian basah 0,45 0,70

Tempat pengambilan batu 0,65 0,55


Pasir basah 0,40 0,50
Jalan kerikil gembur 0,36 0,50
Pasir kering gembur 0,20 0,30
Tanah basah berlumpur 0,20 0,25

I.2.4. Pengaruh Ketinggian ( Altitude ).

Makin tinggi suatu tempat, lapisan oksigen semakin tipis sehingga

pembakaran antara bahan bakar dan oksigen dalam mesin menjadi berkurang.

Oleh karena itu tenaga mesin juga akan berkurang.

Menurut hasil penelitian untuk mesin 4 langkah pengurangan tenaga mesin

sebesar 3 % setiap kenaikan tempat 100 m diatas ketinggian 750 m diatas muka

air laut.

Itu artinya sampai ketinggian 750 m diatas muka air laut tenaga mesin belum

berkurang.

Sedangkan untuk mesin 2 langkah, pengurangan tenaga mesin hanya 1 %.

Contoh, Mesin dengan kekuatan 200 HP, 4 langkah bekerja pada ketinggian

3000 meter diatas muka air laut, maka akan terjadi kehilangan tenaga mesin

sebesar :

PTM dan Alat Berat I - 7


= [ 3 % x 200 HP x ( ( 3000 – 750 )/100 ) ]

= 135 HP.

Dengan demikian tenaga mesin efektif sebesar = 200 HP – 135 HP

= 65 HP.

I.2.5. Drawbar Pull ( DBP ).

DBP adalah tenaga yang tersedia pada kait di belakang traktor dinyatakan

dalam satuan Lb, kg atau HP.

DBP merupakan tenaga bersih yang bisa digunakan oleh traktor atau kendaraan

untuk menarik beban.

Tenaga bersih tersebut merupakan tenaga yang disediakan oleh mesin setelah

dikurangi oleh tenaga yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance, grade

resistance dan pengaruh ketinggian.

I.2.6. Rimpull.

Rimpull adalah tenaga yang disediakan oleh mesin kepada roda, dinyatakan

dalam satuan kg.

PTM dan Alat Berat I - 8


Tenaga ini akan bisa dimanfaatkan secara optimal untuk memindahkan alat

bila roda tidak selip. Agar roda tidak selip harus ada gesekan yang cukup antara

roda dan landasan kerja.

Bila rimpull suatu alat tidak diketahui, biasanya bisa dihitung dengan rumus :

Rimpull = ( 375 x HP x efisiensi ) / Kec. ( mph )………..lb.

Besarnya efisiensi berkisar antara 80 % s/d 85 %

Dalam menghitung tenaga tari alat, rimpull harus dikurangi dengan tenaga

yang dihabiskan untuk mengatasi RR, GR, dan tenaga karena pengaruh

ketinggian (altitude).

I.2.7. Gradeability.

Gradeability adalah kemampuan alat untuk mendaki tanjakan yang dinyatakan

dalam persen ( % ).

Gradeability tergantung dari :

- kendaraan sendiri  dalam kondisi kosong atau dimuati

- kecepatan pada gear yang dipilih

- daya tarik yang tersedia

PTM dan Alat Berat I - 9


- berat total kendaraan

- rolling resistance

Contoh Perhitungan

 Sebuah traktor roda ban dengan kekuatan mesin 140 HP bekerja pada gear 1

dengan kecepatan 3,25 mph. Ketinggian medan 1000 m diatan muka air laut.

Berat alat 10 ton ( total dengan muatan ). Koefisien traksi 0,55 (mesin 4 langkah).

Koefisien rolling resistance 0,10.

 Dari data diatas maka hitunglah persentase ( % ) tanjakan yang mampu di daki

oleh traktor tersebut jika efisiensinya sebesar 80 %.

Jawab.

 Kehilangan tenaga karena ketinggian :

= 3 % x 140 x (1000 –750)/100

= 10,5 HP.

 Tenaga ( traksi ) efektif :

= 140 – 10,5 = 129,50 HP.

 Rimpull yang tersedia pada mesin :

= 375 x 129,5 x 80 % / 3,25

= 11.953,80 lb ………………………….. 1 lb = 0,4535 kg

= 5421,04 kg.

PTM dan Alat Berat I - 10


 Rimpull maksimum yang bisa dikerahkan agar roda tidak selip :

= koef. Traksi x berat total kendaraan

= 0,55 x 10.000 = 5500 kg.

 Jadi rimpull yang tersedia pada mesin dapat dikerahkan seluruhnya.

 Rimpul yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance ( RR ) :

= CRR x berat total kendaraan.

= 0,10 x 10.000 = 1000 kg.

 Rimpul yang tersedia / tersisa untuk mengatasi tanjakan :

= rimpull yang tersedia – rimpull untuk mengatasi RR

= 5421,04 kg – 1000 kg.

= 4421,04 kg.

 Kemampuan mendaki tanjakan ( gradeability ) :

Ingat : tenaga yang diperlukan untuk mendaki tanjakan adalah 10 kg per ton

per persen.

Jadi setiap 1 % tanjakan alat ini diperlukan tenaga sebesar :

= 10 x berat total ( dalam ton )

= 10 x 10 = 100 kg / %

Sehingga didapat kemampuan traktor tersebut untuk mendaki tanjakan sebesar :

PTM dan Alat Berat I - 11


= tenaga yang tersedia / tenaga yang diperlukan untuk setiap % tanjakan.

= 4421,04 kg / 100 kg/%

= 44,2104 %.

 Jadi traktor diatas bila bekerja pada ketinggian 1000 m diatas muka air laut akan

mempunyai kemampuan untuk mendaki tanjakan sebesar 44,2104 % .

PTM dan Alat Berat I - 12

Anda mungkin juga menyukai