Anda di halaman 1dari 82

MODUL XI

Pemeriksaan
Obstetri Ginekologi

KEPANITERAAN KLINIK UMUM

JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
DESEMBER 2007

0
ASUHAN PERSALINAN
1.
NORMAL
I. DESKRIPSI MODUL
Tujuan Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
Pembelajaran derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal.
Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:

Upaya asuhan persalinan normal harus didukung


oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti
ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat
apabila diaplikasikan pada setiap proses
persalinan

Ketrampilan yang diajarkan dalam pelatihan


asuhan persalinan normal harus merupakan dasar
dalam melakukan asuhan kepada semua ibu
selama proses persalinan dan setelah bayi lahir,
yang harus mampu dilakukan oleh setiap penolong
persalinan di manapun peristiwa tersebut terjadi.
Persalinan dapat terjadi di rumah, Puskesmas ataupun
Rumah Sakit. Sedangkan penolong persalinan, mungkin
adalah bidan, dukun, dokter umum atau spesialis
obstetri-ginekologi. Asuhan dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik dari ibu dan bayi baru
lahr, maupun disesuaikan dengan lingkungan di mana
tempat asuhan diberikan.

Praktik-praktik a. Secara konsisten dan sistematik menggunakan


pencegahan praktik pencegahan infeksi, seperti misalnya mencuci
tangan secara rutin, penggunaan sarung tangan
sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan
yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran
bayi serta menerapkan standar proses peralatan.
b. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan
selama persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk
penggunaan partograf. Partograf digunakan sebagai
alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan,
membuat suatu keputusan klinik, berkaitan dengan
pengenalan dini komplikasi yang mungkin akan
terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai.

1
c. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin,
selama persalinan, pascapersalinan dan nifas,
termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya
mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para
suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam
proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau
melahirkan bayi.
e. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau
berbahaya seperi misalnya episiotomi
f. Penatalaksanaan aktif kala tiga menjadi andalan
untuk mencegah perdarahan pasca persalinan.
g. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk
mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi,
pemberian ASI secara dini, pengenalan dini
komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat
secara rutin.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan
bayi baru lahir, termasuk dalam masa nifas dini,
secara rutin. Asuhan ini, akan memastikan ibu dan
bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman,
pengenalan dini komplikasi pasca persalinan / bayi
baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai
dengan kebutuhan
i. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk
mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi
selama masa nifas dan pada bayi baru lahir.
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah
diberikan.
Pada akhir pelatihan ini, penolong persalinan akan
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
memberikan asuhan yang mengacu pada upaya-upaya
pencegahan yang dapat memberikan rasa nyaman dan
aman bagi ibu dan bayi baru lahir selama persalinan,
pasca persalinan dan masa nifas dini. Penolong
persalinan juga mampu untuk mengenali secara dini
setiap komplikasi yang mungkin terjadi dan mengambil
tindakan yang tepat seperti yang diperlukan. Melalui
praktik asuhan persalinan normal secara rutin dan
benar, diharapkan lebih banyak ibu dan bayi baru lahir
dapat diselamatkan dari risiko atau bahaya yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.
Peralatan Sesuai dengan peralatan di masing-masing prosedur
Tutor
Evaluasi Ceklist

2
KALA SATU PERSALINAN 2.

I. DESKRIPSI MODUL
Pendahuluan Persalinan adalah proses alamiah di mana terjadi dilatasi
serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Bab ini
akan memberikan gambaran mengenai kala satu persalinan
dan asuhan bagi ibu selama waktu tersebut, dan juga
mendefinisikan proses fisiologis persalinan normal. Juga dije-
laskan bagaimana cara memberikan asuhan sayang ibu sela-
ma persalinan, melakukan anamnesis dan melakukan peme-
riksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu, dikaji pula
tentang deteksi dini dan penatalaksanaan awal berbagai ma-
salah dan penyulit, kapan dan bagaimana cara merujuk ibu.

Di sini juga akan dijelaskan tentang penggunaan partograf .


Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,
memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan
kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap
persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi dini
masalah dan penyulit untuk sesegera mungkin
menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam
kondisi optimal. Partograf tidak digunakan selama fase laten
persalinan, instrumen ini merupakan salah satu komponen
dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan
secara lengkap. Pada prinsipnya, setiap penolong persalinan
diwajibkan untuk memantau dan mendokumentasikan secara
seksama kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin dari awal
hingga akhir persalinan.

Tujuan Pada akhir bab ini, penolong persalinan akan dapat:


1. Menjelaskan batasan persalinan.
2. Menjelaskan batasan kala satu persalinan.
3. Membedakan apakah ibu sudah in partu atau belum.
4. Memahami langkah-langkah esensial untuk melakukan
anamnesis rutin dan pemeriksaan fisik pada ibu yang
udah in partu.
5. Mengidentifikasikan ibu berada dalam fase aktif
persalinan.
6. Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu
persalinan.
7. Penggunaan partograf secara rutin dan tepat untuk
mendokumentasikan dan memantau kemajuan persalinan
serta kesehatan dan kenyamanan ibu dan bayi, penuntun
untuk membuat keputusan klinik dan deteksi dini masalah
dan penyulit.

3
8. Mengambil tindakan secara tepat sasaran dan waktu.
Jika terjadi penyulit dan perlu dirujuk, dapat dilakukan
dengan segera mungkin.
Batasan Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan dimulai (in partu) pada saat uterus berkontraksi


dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum in partu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan pada serviks.
Tanda dan gejala inpartu termasuk:
 Penipisan dan pembukaan serviks
 Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
 Keluarnya lendir bercampur darah (”show”) melalui
vagina.

Fase-fase dalam kala satu persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus


dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

Fase laten persalinan:


 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
 Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.

Fase aktif persalinan:


 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan
lengkap (10 cm).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Menyiapkan Tujuan :
kelahiran  Menyiapkn ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi.
 Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahan dan
obat-obat esensial.
 Menyiapkan rujukan.
 Memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan.
 Melakukan upaya Pencegahan Infeksi (PI) yang
direkomendasikan.

4
Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah
(rumah ibu, rumah kerabat), di tempat bidan, di puskesmas,
Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-
bahan dan sarana yang memadai dan upaya pencegahan
infeksi dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi,


diperlukan hal-hal pokok seperti berikut ini:
 Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi
udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
 Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan
dan mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
 Air desinfeksi tingkat tinggi (air yang didihkan dan
didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum
sebelum periksa dalam selama persalinan dan
membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
 Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen,
kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk
membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi
dan proses peralatan (Lihat Bab 1).
 Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu
dan penolong persalinan. Pastikan bahwa kamar kecil dan
kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin
0,5% dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum
persalinan dimulai (untuk melindungi ibu dari resiko
infeksi), dan setelah bayi lahir (melindungi keluarga
terhadap risiko infeksi dari darah dan sekret tubuh ibu).
 Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama
persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan bagi
ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu
mendapatkan privasi.
 Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.
 Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur
dengan plastik atau lembaran yang mudah dibersihkan
jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
 Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi
baru lahir.
 Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh
peralatan persalinan.

Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-


obatan yang dibutuhkan

Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang


dibutuhkan untuk asuhan dasar persalinan dan kelahiran bayi
diuraikan dalam lampiran 5. Pastikan kelengkapan jenis
dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam
keadaan siap pakai untuk setiap persalinan dan

5
kelahiran. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi jauh
dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan yang
dibutuhkan ke lokasi persalinan. Kegagalan untk menyedia-
kan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat
esensial pada saat asuhan diberikan, akan meningkatkan
risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir yang
dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi:


 Periksa semua peralatan sebelum dan setelah
memberikan asuhan. Ganti peralatan yang hilang atau
rusak dengan segera.
 Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum
dan setelah menolong ibu bersalin dan melahirkan.
Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau
hilang.
 Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah
bersih dan siap pakai. ”Partus set”, ”set jahit”, dan
peralatan resusitasi bayi baru lahir sudah dalam kondisi
disinfeksi tingkat tinggi atau steril (Bacalah pemrosesan
peralatan di Bab 1)

Menyiapkan rujukan
Kaji ulang rencana (Lihat Bab 1) bersama ibu dan
keluarganya. Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk
merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat
membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang
telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Jika ibu datang untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi
dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarganya tentang keperluan rencana
rujukan. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat
awal persalinan (Lihat Bab 1).

Memberikan asuhan sayang ibu


Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah
emosi ibu dan keluarganya, malahan dapat pula terjadi saat
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan
kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan
mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan
kelahiran.

Kaji prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu yang


dijelaskan di Bab 1 secara khusus:
 Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan
bertindak dengan tenang dan berikan dukungan penuh
selama persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau
anggota keluarganya.
 Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir

6
dan memberikan dukungannya.
 Waspadai tanda-tanda penyulit selama persalinan dan
lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan.
 Siap dengan rencana rujukan.

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:


 Memberikan dukungan emosional
 Membantu pengaturan posisi
 Memberikan cairan dan nutrisi
 Keleluasaan untuk kamar mandi secara teratur.
 Pencegahan infeksi.

Dukungan emosional
Dukungan dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran.
Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan
mengenali langah-langkah yang mungkin akan sangat
membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk
didampingi oleh teman atau saudara yang khusus (Enkin, et
al, 2000).

Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk:


 Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
pujian kepada ibu.
 Membantu ibu bernapas pada saat kontraksi.
 Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-
tindakan bermanfaat lainnya.
 Menyeka muka ibu dengan lembut , menggunakan kain
yang dibasahi air hangat atau dingin.
 Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

Mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan
pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu
boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring
atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau
jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali
mempersingkat waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering
berganti posisi selama persalinan. Jangan membuat ibu
dalam posisi telentang. Beritahukan agar tidak mengambil
posisi tersebut.

Alasan: Jika ibu berbaring telentang, berat uterus dan isinya


(janin, cairan ketuban, plasenaa, dll) akan ,menekan vena
cava inferior. Hal ini menyebabkan turunnya aliran darah dari
sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini, akan
menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin. Posis
itelentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan
(Enkin, et al, 2000).

7
Pemberian cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan
minum air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian
ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan, tapi
setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan
cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu
minum sesering mungkin dan makan ringan selama
persalinan.

Alasan: Makanan ringan dan cairan yang cukup selama


persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan
mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan
kurang efektif.

Kamar mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit
setiap 2 jam, atau lebih sering jika terasa ingin berkemih
atau jika kandungan kemih dirasakan penuh. Periksa
kandung kemih pada saat akan memeriksa denyut jantung
janin (lihat/palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk
mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan
antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak
dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah penampung
urin.

Alasan: Kandung kemih yang penuh akan:


 Memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan
mungkin menyebabkan partus macet.
 Menyebabkan ibu tidak nyaman.
 Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang
disebabkan atonia uteri
 Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
 Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca-
persalinan.

Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan


untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara
rutin
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung
kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.
Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa sakit, meningkatkan
risiko infeksi dan perlukaan saluran kemih ibu.
Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu
merasa ingin buang air besar saat persalinan aktif, lakukan
periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan
ibu bukan disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada rektum.
Jika ibu belum siap melahirkan, perbolehkan ibu untuk ke
kamar mandi.

8
Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan.
Klisma tidak akan memperpendek waktu persalinan,
menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka
pascapersalinan, malahan akan meningkatkan jumlah tinja
yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin, et al, 2000)

Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting
dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu
dan bayinya (Lihat Bab 1). Hal ini tergolong dalam unsur
esensial asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan
praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan
melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi.
Ikuti praktek-praktek pencegahan infeksi yang sudah
ditetapkan, ketika mempersiapkan persalinan dan kelahiran.
Anjurkan ibu untuk mandi pada awal persalinan daan
pastikan ibu memakai pakaian yang bersih. Mencuci tangan
sesering mungkin, menggunakan peralatan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat
diperlukan (Lihaat Bab 1). Anjurkan anggota keluarga untuk
mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.

Alasan: Pencegahan infeksi sangat penting dalam


menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Upaya dan ketrampilan dalam melaksanakan prosedur
pencegahan infeksi yang baik, akan melindungi penolong
persalinan terhadap risiko infeksi.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik rutin bagi ibu yang


sedang bersalin
Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan
memerlukan: anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
seksama. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan
anda lakukan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, perhatikan tanda-tanda penyulit atau
gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang
sesuai bila diperlukan (Lihat Tabel 2-1 hal.14) untuk
memastikan persalinan yang aman. Catat semua temuan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan
lengkap. Kemudian jelaskan hasil pemeriksaan dan
kesimpulannya pada ibu dan keluarganya.

Anamnesis
Tujuan dari anamnesis adalah mengumpulkan informasi
tentang riwayat kesehatanan kehamilan. Informasi ini
digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk
menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan
atau perawatan yang sesuai.

9
Tanyakan pada ibu:
 Nama, umur dan alamat
 Gravida dan para (kehamilan dan melahirkan)
 Hari pertama haid terakhir
 Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
 Alergi obat-obatan

 Riwayat kehamilan yang sekarang:


- Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan
antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan antenatalnya
(jika mungkin).
- Pernahkah ibu mendapat masalah selama
kehamilannya (misalnya perdarahan, hipertensi, dll)?
- Kapan mulai kontraksi?
- Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering
terjadi kontraksi?
- Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
- Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya,
apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau encer?
Kapan selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu
dan lihat air ketuban di pakaiannya.)
- Apakah keluar cairan bercampur darah dari
vagina ibu? Apakah berupa bercak atau darah segar
pervaginam? (Periksa perineium dan lihat air ketuban
di pakaiannya.)
- Apakah keluar cairan bercampur darah dari
vagina ibu? Apakah berupa bercak atau darah segar
pervaginam? (Periksa perineum ibu dan lihat darah di
pakaiannya.)
- Kapankah ibu terakhir kali makan atau minum?
- Apakah ibu mengalami kesulitan untuk
berkemih?
 Riwayat kehamilan sebelumnya:
- Apakah ada masalah selama persalinan atau
kelahiran sebelumnya (bedah sesar, persalinan dengan
ekstrasi vakum atau forseps, induksi oksitosin,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan,
preeklampsia/eklampsia, perdarahan pasca
persalinan)?
- Berapa berat badan bayi paling besar pernah ibu
lahirkan?
- Apakah ibu mempunyai masalah dengan bayi-
bayi sebelumnya?
 Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan,
hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll.)
 Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan
penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium). Jika ada,
periksa tekanan darahnya dan jika mungkin periksa
protein dalam urin ibu.
 Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau

10
berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikn semua temuan. Setelah anamnesis lengkap,
lakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan
kenyamanan fisik ibu dan bayinya. Informasi yang
dikumpulkan dari pemeriksaan fisik akan digunakan bersama
dengan informasi dari hasil anamnesis untuk proses
membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis serta
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang
paling sesuai.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan selama pemeriksaan dan jelaskan pula alasnnya.
Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan
pemeriksaan.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:


 Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
 Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tenteramkan hati
ibu dan bantu ibu agar merasa nyaman. Jika ibu tegang
atau gelisah, anjurkan untuk menarik napas perlahan dan
dalam.
 Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
(Jika perlu, periksa jumlah urin, protein dan aseton dalam
urin).
 Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana
hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri, warna
konjungtiva, kebersihan, status nutrisi dan kecukupan air
tubuh.
 Nilai tanda-tanda vital ibu ( tekanan darah,
temperatur, nadi dan pernapasan). Agar supaya bisa
menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan akurat,
lakukan pemeriksaan di antara dua kontraksi.
 Lakukan pemeriksaan abdomen (Lihat hal 2-9).
 Lakukan pemeriksaan dalam (Lihat hal 2-12).

Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk:
1. Menentukan tinggi fundus
2. Memantau kontraksi uterus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janian
Sebelum mulai pemeriksaan , pastikan bahwa ibu sudah
mengosongkan kandung kemihnya. Minta ibu berbaring,
tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian
minta ibu untuk menekuk lututnya, Jika ibu gugup, bantu
untuk santai dan tenang dengan cara meminta ibu menarik
napas dalam.

11
1. Menentukan tinggi fundus
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi
fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi
atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus uteri
mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen (Lihat
Gambar 2-1). Pitapengukur harus menempel pada kulit
abdomen. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak
fundus uteri adalah tinggi fundus.

2. Memantau kontraksi uterus


Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam
tangan untuk memantau kontraksi uterus. Letakkan tangan
(dengan hati-hati) di atas uterus dan rasakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.
Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung.
Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu
10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Di antara dua
kontraksi, dinding uterus melunak kembali dan mengalami
relaksasi.

3. Memantau denyut jantung janin


Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam
tangan dan sebuah fetoskop Pinnards atau Doppler untuk
memantau denyut jantung (DJJ); Dengan fetoskop
dengarkan denyut jantung janin yang dihantarkan melalui
dinding abdomen. Tentukan titik tertentu pada dinding
abdomen di mana DJJ terdengar paling kuat.

Tips:
Jika DJJ sulit ditemukan, palpasi abdomen dan
tentukan dataran punggung bayi. Biasanya denyut
jantung bayi lebih mudah didengar melalui dinding
abdomen yang sesuai dengan dataran punggung bayi

12
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus.
Mulailah penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi.
Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai
sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan
penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Jika DJJ
kurang dari 120 atau lebih dari 160, pertmbangkan adanya
gangguan sirkulasi utero-plasenter pada janin. Jika DJJ
kurang dari 100 atau lebih dari 180 per menit, baringkan ibu
ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian
ulang denyut jantung 5 menit kemudian untuk menentukan
apakah DJJ tetap abnormal. Jika DJJ tidak mengalami
perbaikan, siapkan untuk segera dirujuk (Lihat tabel 2-1).

4. Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala
atau bokong/sungsang):
 Berdiri di samping ibu, menghadap ke arah
kepalanya (pastikan lutut ibu ditekuk).
 Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan
(hati-hati tapi mantap) pegang bagian bawah abdomen
ibu, tepat di atas simfisis pubis. Bagian terbawah janin
atau presentasi dapat diraba di antara ibu jari dan jari
tengah.
 Jika bagian terbawah janin belum masuk ke
dalam rongga panggul, bagian tersebut masih bisa
digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk ke
dalam panggul maka bagian tersebut tidak dapat
digerakkan lagi.
 Untuk menentukan apakah presentasi adalah
kepala atau bokong, pertimbangkan bentuk, ukuran dan
kepadatan bagian tersebu. Jika bulat, keras dan mudah
digerakkan mungkin presentasi kepala, atau jika tidak
beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit digerakkan
mungkin bokong. Sungsang berarti terbalik dan ini
diidentikkan dengan bokong sebagai kebalikan dari
kepala. Jika presentasinya bukan kepala, lihat Tabel 2-1.

5. Menentukan penurunan janin


Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan
melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan
pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi
abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan
persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam
yang tidak perlu.

Nilai penurunan kepala janin dengan hitunang per lima


bagian janin yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis
(ditentukan oleh jumlah jari yang bisa ditempatkan di bagian
kepala di atas simfisis pubis, Lihat gambar 2-2

13
Kepala janin adalah:
 5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat
diraba di atas simfisis pubis.
 4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas
simfisis pubis.
 3/5 jika hanya tiga dari lima jari bagian kepala janin
teraba di atas simfisis pubis.
 2/5 jika hanya dua dari lima jari bagian kepala janin
berada di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh
kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya
kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat
digerakkan).
 1.5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di
atas simfisis pubis.
 0/5 jika kepala janin tidak teraba dari luar atau
seluruhnya sudah melalui simfisispubis.

Rujukan primigravida yang berada dalam fase aktif


persalinan dengan kepala janin , masih 5/5 (Tabel 2-1).

Alasan: Kepala harus sudah mulai masuk ke dalam rongga


panggul pada fase aktif kala satu persalinan. Bila kepala
tidak dapat turun, mungkin diameternya lebih besar
dibandingkan dengan rongga panggul ibu. Bila ada dugaan
disproporsi kepala panggul (cefalo pelvic disproportion atau

14
CPD), untuk mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya
ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang dapat
melaksanakan tindakan seksio sesar. Bila kepala janin tidak
dapat turun, risiko untuk terjadi tali pusat menumbung akan
lebih tinggi pada saat selaput ketuban pecah.

Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci
dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian
keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk
berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan
air bersih (jika ibu belum melakukannya). Jelaskan pada ibu
setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi
ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam


termasuk:
1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung
atau selimut.
2. Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan
paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu
menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).
3. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat
melakukan pemeriksaan.
4. Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang
dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik. Membasuh
labia secara hati-hati, seka dari depan ke belakang untuk
menghindarkan kontaminasi feses (tinja).
5. Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka
atau massa (termasuk kondilomata), varikositas vulva
atau rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat
bercak darah, perdarahan pervaginam atau mekonium:
a. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan
melakukan pemeriksaan dalam. Lihat tabel 2-1.
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau
air ketuban. Jika mekonium ditemukan, lihat apakah
kental atau encer dan periksa DJJ (Lihat Tabel 2-1):
i. Jika mekonium encer dan DJJ
normal,teruskan memantau DJJ secara seksama
menurut petunjuk partograf. Jika ada tanda-tanda
akan terjadinya gawat janin, lihat Tabel 2-1 dan
rujuk segera.
ii. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk
segera (lihat Tabel 2-1).
iii. Jika bau busuk, lihat Tabel 2-1. Ibu mungkin
mengalami infeksi.
7. Dengan hati-hati pisahkan lbia dengan jari manis dan
ibu jari tangan (gunakan sarung tangan pemeriksa).
Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari
tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina,

15
jangan mengeluarkan sebelum pemeriksaan selesai. Jika
ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(memecahkannya).
Alasan: Amniotomi meningkatkan risiko infeksi pada ibu
dan bayi, serta gawat janin
8. Nilai vagina. Luka parut lama divagina bisa
memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal
ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran
bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian
kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada saat
melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti
langkah-langkah kedaruratan di tabel 2-1 dan segera
rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala
sudah masuk kedalam panggul. Bandingkan penurunan
kepala dengan temuan-temuan dari pemeriksaan
abdomen untuk menentukan kemajuan persalinan.
12. Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura
sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala
dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin
sesuai dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari
pemeriksa dengan hati-hati, celupkan sarung tangan
kedalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi
selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan
handuk bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarganya.

Setelah melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik


Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap:
1. Catat semua hasil anamnesis dan temukan
pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan
apakah ibu sudah dalam persalinan (inpartu). Jika
pembukaan serviks kurang dari 4cm, berarti ibu masih
dalam fase laten persalinan. Lakukan penilaian ulang
setelah 4 jam sejak pemeriksaan pertama. Jika
pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk
dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat
kemajuan persalinan pada partograf (lihat bawah).
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang
harus ditatalaksana secara khusus.
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data
yang terkumpul, buat diagnosis berdasarkan informasi
tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi
ibu. Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hasil

16
temuan penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan penialaian awal,
diagnosisnya adalah kehamilan intrauterin, cukup
bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan dengan
DJJ dan tanda-tanda vital normal. Rencana selanjutnya
adalah terus memantau kondisi ibu serta janin
menurut parameter-parameter pada partograf dan
memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis
menunjukkan suatu abnormalitas atau komplikasi,
maka rencana selanjutnya mencakup persiapan untuk
rujukan segara, memperbaiki kondisi umum ibu,
merujuk sambil terus menerus memantau dan
melakukan pertolongan awal terhadap masalah
tersebut dan tetap memberikan asuhan sayang ibu
(kaji ulang bagian Membuat keputusan klinik di bab 1).
5. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana
penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga
mereka memahami asuhan yang akan diberikan.

Mengenali masalah dan penyulit secara dini


Pada saat memberikan asuhan kepada ibu sedang bersalin,
penolong harus selalu waspada terhadap masalah atau
penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan
meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan
bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik,
tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera
pada Tabel 2-1 dan lakukan tindakan segera. Lakukan
langkah dan tindakan yang sesuai untuk memastikan proses
persalinan yang aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi
yang dilahirkan.

17
Tabel 2-1. Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau
rujukan segera selama kala satu persalinan

Temuan-temuan
anamnesis dan/atau Rencana untuk asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Perdarahan pervaginam Jangan melakukan pemeriksaan dalam.
selain dari lendir 1. Baringkan ibu ke sisi kiri.
bercampur darah (’show’) 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat
atau cairan garam fisiologis (NS).
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan

Kurang dari 37 minggu 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki


(persalinan kurang bulan) kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan serta semangat.
Ketuban pecah disertai 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
dengan keluarnya 2. Dengarkan DJJ.
mekonium kental 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan
bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus
set, kateter penghisap lendir DeLee dan handuk/kain
untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu
melahirkan di jalan.

18
Temuan-temuan
anamnesis dan/atau Rencana untuk asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Ketuban pecah bercampur 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat
dengan sedikit mekonium janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat
disertai tanda-tanda gawat bawah).
janin
Ketuban telah pecah (lebih 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
dari 24 jam) atau Ketuban kemampuan melakukan asuhan kegawat-
pecah pada kehamilan daruratan obstetri.
kurang bulan (Usia kehamilan 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
kurang dari 37 minggu) dukungan serta semangat.
Tanda-tanda atau gejala- 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
gejala infeksi: 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
 Temperatur besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
tubuh > 38ºC Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan
 Menggigil tetesan 125 ml/jam.
 Nyeri abdomen 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
 Cairan ketuban kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
yang berbau obstetri.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan serta semangat
Tekanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
160/110 dan/atau terdapat 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
protein dalam urin (pre besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
eklampsia berat) Laktat atau cairan garam fisiologis (NS).
3. Jika mungkin berikan dosis awal 4g MgSO4 20%
IV selama 20 menit.
4. Suntikan 10g MgSO4 50% (5g IM pada bokong
kiri dan kanan).
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kapabilitas asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
Tinggi fundus 40cm atau 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lebih (makrosomia, kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
polihidramniosis, kehamilan 2. Dampingi ibu ke tempat rujuakn dan berikan
ganda) semangat dan dukungan.
Alasan: Jika diagnosisnya adalah polihidramnion,
mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya.
Dengan adanya makrosomia, risiko distosia bahu
dan perdarahan pasca persalinan akan lebih besar.

DJJ kurang dari 100 atau 1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan
lebih dari 180 kali/menit untuk bernapas secara teratur.
pada dua kali penilaian 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
dengan jarak 5 menit (gawat besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
janin) Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan
tetesan 125 ml/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.

19
Temuan-temuan Rencana untuk asuhan atau perawatan
anamnesis dan / atau
pemeriksaan
Primipara dalam persalinan 1. Baringkan ibu miring ke kiri
fase aktif dengan palpasi 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kepala janin masih 5/5 kemampuan pembedahan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan danberikan
dukungan dan semangat.

Presentasi bukan 1. Baringkan ibu miring ke kiri.


belakang kepala 2. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki
(sungsang, letak lintang, kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan
dll). obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukunagn dan semangat.

Presentasi ganda (maje- 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke


muk) dada atau miring ke kiri.
(adanya bagian janin, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
seperti misalnya lengan kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
atau tangan, bersamaan obstetri dan bayi baru lahir.
dengan presentasi 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
belakang kepala) dukungan dan semangat.
Tali pusat menumbung 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi,
(Jika tali pusat masih letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala
berdenyaut) janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain
pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan
menolong bagian terbawah bayi tidak menekan tali
pusatnya (keluarga mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud di
mana posisi bokong tinggi melebihi kepala ibu,hingga
tiba ke tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan

20
Temuan-temuan Rencana untuk asuhan atau perawatan
anamnesis dan / atau
pemeriksaan
Tanda dan gejala syok: 1. Baringkan ibu miring ke kiri
 Nadi cepat, 2. Jika mungkin naikkan keua kaki ibu untuk
lemah (lebih dari 110 meningkatkan aliran darah ke jantung.
kali/menit) 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
 Tekanan besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
darahnya rendah Laktat atau cairan garam fisiologis (NS). Infuskan 1
(sistolik kurang dari liter dalam waktu 15-20 menit; jika mungkin
90mmHg) infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama,
 Pucat kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam.
 Berkeringat 4. Segera rujukan ibu ke fasilitas yang memiliki
atau kulit lembab, dingin kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
 Napas cepat obstetri dan bayi baru lahir.
(lebih dari 30 kali/menit) 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
 Cemas, semangat serta dukungan.
bingung atau tidak sadar
 Produksi urin
sedikit (kurang dari 30
ml/jan
Tanda dan gejala persalinan 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
dengan fase laten yang kapabilitas kegawatdaruratan obstetri dan bayi
memanjang: baru lahir.
 Pembukaan 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
serviks kurang dari 4 cm dukungan serta semangat.
setelah 8 jam
 Kontraksi
teratur (lebih dari 2
dalam 10 menit)
Tanda dan gejala belum 1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
inpartu: 2. Aanjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
 Kurang dari 2 3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada
kontraksi dalam 10 perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada
menit, berlangsung tanda-tanda kegawatan pada ibu daan janin,
kurang dari 20 detik persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk:
 Tidak ada  Menjaga cukup makan dan minum.
perubahan serviks dalam  Datang untuk mendapatkan asuhan jika
waktu 1 sampai 2 jam terjadi peningkatan frekuensi dan lama
kontraksi.
Tanda dan gejala partus 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lama: kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
 Pembukaan serviks obstetri dan bayi baru lahir.
mengarah kesebelah 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
kanan garis waspada dukungan serta semangat.
(partograf)
 Pembukaan serviks
kurang dari 1 cm per
jam
 Kurang dari 2
kontraksi dalam waktu
10 menit, masing-
masing berlangsung
kurang dari 40 detik

21
Rujuk ibu:
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu
usia kehamilan)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/Hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aaktif persalinan dengan palpasi kepala janin
masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

Menggunakan Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase


Partograf aktif perslinan.

Tujuan utama  Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan


dengan menilai pembukaan serviks malalui pemeriksaan
dalam
 Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi
secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf


akan membantu penolong persalinan untuk:
- Mencatat kemajuan persalinan.
- Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
- Mencatat asuhan yang diberikan selama
persalinan dankelahiran.
- Menggunakan informasi yang tercatat untuk
secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
- Menggunakan informasi yang ada untuk
membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

Partograf  Untuk selama ibu dalam fase aktif kala satu


harus persalinan sebagai elemen penting asuhan
digunakan persalinan.Partograf harus digunakan, baik tanpa
ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu
penolong persalinan dalam membantu, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal

22
maupun yang disertai dengan penyulit.
 Selama persalinan dan kelahiran di semua
tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, Rumah
Sakit,dll).
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan
yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para


ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat
waktu. Selain itu, juga mencagah terjadinya penyulit yang
dapat mengencam keselamatan jiwa mereka.

Pencatatan selama fase laten persalinan


Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini kala satu
persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang
dibatasi oleh pembukaan serviks:
 Fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm
 Fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

Selama fase laten persalinan, semua asuhan,


pengamatan daan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini
dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan
persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil.
Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan
intervensi harus dicatat.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara
seksama, yaitu:
 Denyut jantung janin: setiap ½ jam
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap
½ jam
 Nadi: setiap ½ jam
 Pembukaan serviks: setiap 4 jam
 Penurunan: setiap 4 jam
 Tekanan darah dan temperatus tubuh: setiap 4
jam
 Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai
4 jam

Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan


bayi, harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang
sesuai apabila dalam diagnosis kerja ditetapkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi
berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang
kesehatan dan kondisi aktual ibu adan bayinya. Bila tidak
ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan
dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan di rumah,
penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah

23
dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik.
Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk memberitahu
penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi
kontraksi (perlu diskusi).

Pencatatan selama fase aktif persalinan: Partograf


Halaman depan partograf (Lihat gambar 2-3)
mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk
mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, termasuk:
A. Informasi tentang ibu:
- nama, umur;
- gravida, para, abortus (keguguran);
- nomor catatan medis/nomor puskesmas;
- tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di
rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai
merawat ibu);
- waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi janin:
- DJJ;
- warna dan adanya air ketuban;
- penyusupan (molase) kepala janin.
C. Kemajuan persalinan:
- pembukaan serviks;
- penurunan bagian terbawah janin atau
presentasi janin;
- garis waspada dan garis bertindak.
D. Jam dan waktu:
- waktu mulainya fase aktif persalinan;
- waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
E. Kontraksi uterus:
- frekuensi dan lamanya.
F. Obat-obatan daan cairan yang
diberikan:
- oksitosin;
- obat-obatan lainnya dan cairan IV yang
diberikan.
G. Kondisi ibu:
- nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
- urin (volume, aseton atau protein).
H. Asuhan, pengamatan dan
keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan
persalinan).

24
25
Mencatat A. Informasi tentang ibu
temuan pada Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti
Partograf pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (tertulis sebagai: "Jam" pada partograf)
dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase
laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

B. Kesehatan dan kenyamanan janin


Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah
untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)

1. Denyut jantung janin


Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan
pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat
denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada
bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus (Gambar 2-6).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara
garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus
sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus
dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat
tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia
di salah satu dari kedua sisi partograf.

2. Warna dan adanya air ketuban


Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ
(Gambar 2-6). Gunakan lambang-lambang berikut ini:
 U: ketuban utuh (belam pecah)
 J :ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M:ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
 D:ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
 K: ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu
menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-
tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-
tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180

26
kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang sesuai (lihat Tabel 2-1).
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke
tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir (lihat Tabel 2-1).

3. Molase (penyusupan kepala janin)


Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian
keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya
disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan
akornodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala
yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada
dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk
tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan.
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu
dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas
kesehatan yang memadai.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai


penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang
sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:

0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan


mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.

C. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk


pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera
di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks
(Gambar 2-6). Masing-masing angka mempunyai lajur
dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan
besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan
kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan
penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5
juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-
masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.

1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian
Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dan setiap

27
pemeriksaan. Tanda ”X” harus ditulis di garis waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pcmbukaan serviks. Beri
tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam
yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dan
setiap perneriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).

Contoh: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati

(Gambar 2-6):
 Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu
ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat di ”garis
waspada” dan waktu pemeriksaan dituliskan di
bawahnya.

2. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin


Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian
Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika
ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin.

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks


umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian
terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks sebesar 7 cm.

Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari


0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda "●" pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan
tanda "●" di nomor 4. Hubungkan tanda "●" dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

Contoh: Partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6):


 Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
 Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/S

3. Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan se-
lama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit
(misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.). Per -
timbangkan pula adanya tindakan intervensi yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas
kesehatan rujukan (Rumah Sakit atau puskesmas) yang
mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan

28
obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi
kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus
tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak ter-
lampaui.

D. Jam dan waktu

1. Waktu mulainya fase aktif persalinan


Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan
penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.

2. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan


Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,
tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh
menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di
bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu
yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam
menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul
15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai
dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri
dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya
(kotak ketiga dari kiri).

E. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak
dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik.

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10


menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai
(Gambar 2-4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3
kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak.

29
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur
kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan
cairan IV.

1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan
setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per
volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

2. Obat-obatan lain dan cairan IV


Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau
cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

30
G. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan
dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.

1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh


Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan
nadi dan tekanan darah ibu.
 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama
fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya
penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang
sesuai (●).
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam
selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap
akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai: ↨
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering
jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap
2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang
sesuai.

2. Volume urin, protein atau aseton


Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya
setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
H. Asulzait, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan


keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat
catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik


mencakup:
 Jumlah cairan per oral yang diberikan
 Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan)
kabur
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
(Obgin, bidan, dokter umum)
 Persiapan sebelurn melakukan rujukan
 Upaya rujukan

INGAT:
1. Fase laten persalinan diidefinisikan sebagai
pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase
laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan selama fase laten persalinan pada
catatn kemajuan persalinan yang dibuat secara

31
terpisah atau pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai
pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. Biasanya,
selama fase aktif, terjadi pembukaan serviks
sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif,
dimulailah pencatatan pada garis waspada di
partograf.
5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan,
pencatatan kemajuan pembukaan serviks
dilakukan pada garis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan
pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati
garis waspada.

Pencatatan pada lembar belakang Partograf


Halaman belakang partograf (Gambar 2-5) merupakan
bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV
(termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini
disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catat
asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala empat untuk
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat
keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan).
Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan
pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
A. Data dasar
B. Kala I
C. Kala II
D. Kala III
E. Bayi baru lahir
F. Kala IV

Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada
akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini
diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun
cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang
partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-
unsurnya sebagai berikut.

A. Data dasar

32
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan
merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat
rnerujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah
disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan
nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk
pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.

Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai bcrikut:

1. Tanggal: ……………………………………………….
2. Nama bidan: …………………………………………..
3. Tempat persalinan:
Rumah ibu Puskesmas
Polindes Rumah sakit
Klinik swasta Lainnya:.....................
4. Alamat tempat persalinan:………….................…….
5. Catatan: rujuk, kala: I / II / III / IV
6. Alasan merujuk:.......................................................
7. Tempat rujukan:.......................................................
8. Pendamping pada saat merujuk:
Bidan Teman
Suami Dukun
Keluarga Tidak ada

13. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf
saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang
dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan
tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang
sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat
masalah lainnya dalam persalinan.

33
34
Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut
9. Patograf melewati garis waspada: Y / T
10. Masalah lain, sebutkan:...................................
.........................................................................
11. Penatalaksanaan masalah tsb:..........................
.........................................................................
12. Hasilnya:..........................................................

C. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan,
gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda "√" pada kotak
di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan
nomor 13, jika jawabannya "Ya", tulis indikasinya se-
dangkan untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya "Ya",
isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan
nomor 14, jawaban bisa lebih dari 1. Sedangkan untuk
'masalah lain' hanya diisi apabila terdapat masalah lain
pada Kala II.

Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai


berikut:

13. Episiotomi:
Ya, indikasi................................................................
Tidak
14. Pendamping pada saat persalinan:
Suami Dukun
Keluarga Tidak ada
Teman
15. Gawat janin:
Ya, tindakan yang dilakukan:
a. .............................................................................
b. .............................................................................
c. .............................................................................
Tidak
16. Distosia bahu
Ya, tindakan yang dilakukan:
a. ..............................................................................
b. ..............................................................................
c. ..............................................................................
Tidak
17. Masalah lain, sebutkan: ................................................
18. Penatalaksanaan masalah tersebut:..............................
......................................................................................
19. Hasilnya.........................................................................

35
D. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,
plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit,
laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada
tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di
samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28
lingkari jawaban yang benar.

Pertanyaan pada kala III sebagai berikut: E. Bayi


baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan


panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru
lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban
yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari
jawaban yang sesuai sedangkan untuk nomor 38, jawaban
bisa lebih dari satu.

Pertanyaan mengenai Bayi Baru Lahir adalah sebagai berikut:

20. Lama kala III: ……………………….......…...........…menit


21. Pemberian Oksitosin 10 U IM?
Ya, waktu: ......................menit sesudah persalinan
Tidak, alasan ..............................................................
22. Pemberian ulang oksitosin (2x)?
Ya,
Tidak alasan: ..............................................................
23. Penegangan tali pusat terkendali?
Ya,
Tidak alasan: ..............................................................
24. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri?
Ya
Tidak, alasan: .............................................................
25. Plasenta lahir lengkap (intact) : Ya / Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:
a. ................................................................................
b. ................................................................................
26. Plasenta tidak lahir > 30 menit: Ya / Tidak
Ya, tindakan:
a. ................................................................................
b. ................................................................................
c. ................................................................................
27. Laserasi:
Ya, dimana .................................................................
Tidak
28. Jika laserasi perineum, derajat: 1 / 2 / 3 / 4
Tindakan:

36
Penjahitan, dengan / tanpa anestesi
Tidak dijahit, alasan: ...................................................
29. Antonia uteri:
Ya, tindakan:
a. .................................................................................
b. .................................................................................
c. .................................................................................
Tidak
30. Jumlah perdarahan: .........................................................
31. Masalah lain, sebutkan ....................................................
32. Penatalaksanaan masalah tersebut:.................................
.........................................................................................
33. Hasilnya: ..........................................................................

E. Bayi baru lahir


Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan
panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru
lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban
yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari
jawaban yang sesuai sedangkan untuk nomor 38, jawaban
bisa lebih dari satu.

Pertanyaan mengenai Bayi Baru Lahir adalah sebagai berikut:

34. Berat badan: ………………………………………… gram


35. Panjang ………………………………………………… cm
36. Jenis kelamin : L / P
37. Penilaian bayi baru lahir: baik / ada penyulit
38. Bayi lahir:
Normal, tindakan:
Mengeringkan
Menghangatkan
Rangsangan taktil
Bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
Tindakan pencegahan infeksi mata
Asfiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan:
Mengeringkan menghangatkan
Rangsangan taktil lain-lain, sebutkan:
Bebaskan jalan napas ....................................
Bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
Cacat bawaan, sebutkan:..............................................
Hipotermia, tindakan:
a. ...............................................................................
b. ...............................................................................
c. ...............................................................................
39. Pemberian ASI
Ya, waktu: ...............................jam setelah bayi lahir
40. Masalah lain, sebutkan:..................................................
Hasilnya: .......................................................................

37
F. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting
terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi
perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama
setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah
kala IV pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang
digelapkan tidak usah diisi.

Catatkan semua temuan selama kala empat persalinan di


bagian ini:

Jam Tekanan Tempe- Tinggi Kontraksi Kandung Perdarah-


Waktu Nadi
Ke Darah ratur Fundus Uterus Kemih an
Uteri
1

Masalah kala IV: .........................................................................


Penatalaksanaan masalah tersebut: .............................................

Hasilnya: ...................................................................................

Contoh Partograf
Gambar 2-6 adalah contoh partograf yang sudah dilengkapi
untuk kasus berikut:
Ibu Rohati adalah G1: P0: A0, berusia 23 tahun. Ia datang
ke klinik bersalin bersama keluarganya untuk mendapatkan
asuhan dari Bidan Ita di Rt 001/Rw 04, Kelurahan Tebet
Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada tanggal 20
Maret 2002 pukul 13.00. Ia mengatakan kepada bidan
penolong bahwa ia sudah merasakan adanya kontraksi sejak
pukul 05.00.

Bidan Ita melakukan anamnesis secara seksama dan


melakukan pemeriksaan fisik (lihat Bab 1). la menemukan:
 Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala
(verteks), dengan penurunan kepala janin 4/5, kontraksi
uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung 18 detik, dan DJJ 124 kali/menit.
 Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan
selaput ketuban utuh.

38
 Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperatur
tubuh 36,8°C.
 Ibu berkemih 200 ml sebelum pemeriksaan dalam, tidak
ditemui protein dan aseton dalam urin.

1. Berdasarkan data yang dikumpulkan pada pukul


13.00, bidan Ita membuat diagnosis bahwa ibu Rohati
adalah primigravida, dalam fase laten persalinan dengan
DJJ normal, pembukaan serviks 3 cm, tiga kontraksi
dalam 10 menit, setiap kontraksinya berlangsung kurang
dari 20 detik. Bidan Ita menentramkan hati ibu Rohati
dan menganjurkannya untuk bcrjalan-jalan ditemani oleh
suaminya dan banyak minum. Bidan Ita menuliskan
tanggal dan waktu serta mencatat semua temuan dan
asuhannya pada catatan kemajuan persalinan.

Bidan Ita meneruskan untuk memantau DJJ, kontraksi


serta nadi dan kontraksi uterus ibu Rohati setiap jam.
DJJ, nadi dan kontraksinya tetap normal. Bidan Ita
mengukur produksi urin ibu Rohati setiap kali ia
berkernih. Bidan Ita meneruskan pencatatan temuan-
temuannya di catatan kemajuan persalinan. Bidan Ita
terus memberikan dukungan persalinan dan
menentramkan hati ibu Rohati.

2. Pemeriksaan kedua dilakukan pukul 17.00. Ibu


Rohati melaporkan bahwa kontraksinya terasa lebih
kuat dan lebih nyeri. Bidan Ita melakukan
pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam yang
kedua: Ibu Rohati mengalami 4 kontraksi dalam 10
menit, masing-masing lamanya antara 20 sampai 40
detik, DJJ 134 kali/menit, penurunan bagian terbawah
janin 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada
penyusupan kepala janin dan selaput ketubannya masih
utuh. Tekanan darah ibu Rohati 120/70 mm Hg, nadinya
88, dan temperatur tubuhnya 37°C. Ia berkemih 100
ml sebelum pemeriksaan dilakukan.

Lihat gambar partograf (Gambar 2-6)

Pada pukul 17.00, ibu Rohati berada dalam fase aktif


persalinan dan bidan Ita mulai mencatat pada
partograf. Ia mencatatkan pembukaan serviks pada
garis waspada dan semua temuan lainnya di garis waktu
yang sesuai. Bidan Ita mulai menilai DJJ, kontraksi
uterus dan nadi ibu Rohati setiap 30 menit dan
menilai temperatur tubuhnya setiap 2 jam. Semua
temuan dicatat di partograf dengan tepat (Gambar 2-
6):
 Pukul 17.30 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 80/menit

39
 Pukul 18.00 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
 Pukul 18.30 DJJ 140/menit Kontraksi 4 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit
 Pukul 19.00 DJJ 134/menit Kontraksi 4 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 97/menit Suhu
36,8°C Urin 150 ml
 Pukul 19.30 DJJ 128/menit Kontraksi 4 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
 Pukul 20.00 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 88/menit
 Pukul 20.30 DJJ 128/menit Kpntraksi 5 kali dalam
10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit Urin 80 ml

3. Pada pukul 21.00, bidan Ita melakukan periksa ulang


abdomen dan panggul. Hasilnya: DJJ 130 kali/menit, 5
kontraksi dalam 10 menit, masing-masing berlangsung
lebih dari 45 detik penurunan kepala janin 1/5.
Pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala
janin, selaput ketuban pecah sesaat sebelum
pemeriksaan jam 20.45, dan cairan ketuban jernih.
Tekanan darah ibu 120/70 mm Hg, temperatur tubuh
37°C, dan nadinya 80 kali/menit.

4. Pada pukul 21.30, lahir seorang bayi perempuan,


berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm. Bayi
menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala
tiga dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak
dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan
kehilangan darah kurang lebih 150 ml.

5. Tidak ada penyulit terjadi pada 15 menit pertama kala


empat (sampai pukul 121.45). Bidan Ita menilai
keadaan umum dan kondisi kesehatan ibu Rohati
setiap 15 menit selama jam pertama setelah lahirnya
plasenta. Temuan-temuannya adalah sebagai berikut
(Gambar 2-7):
 21.50: TD 120/70, nadi 80, temperatur tubuh
37,2°C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik (keras), kandung kemih kosong,
perdarahan pervaginam dalam batas normal.
 22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di
bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas
normal.
 22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di
bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
 22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di
bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.

40
6. Selama jam kedua kala empat persalinan, bidan Ita
menilai ibu Rohati setiap 30 menit. Temuannya adalah
sebagai berikut (Gambar 2-7):
 23.05: TD 110/70, nadi 80, temperatur tubuh 37° C,
tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus
baik, ibu Rohati berkemih dan produksi urin
berjumlah 250 ml, perdarahan pervaginam dalam
batas normal.
 23.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di
bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih
kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.

41
42
43
KALA DUA PERSALINAN 3.

I. DESKRIPSI MODUL
Pendahuluan Bab ini menjelaskan kala dua persalinan dan asuhan bagi
ibu selama waktu tersebut. Di sini dijelaskan pula tanda
dan gejala serta penatalaksanaan fisiologik kala dua
persalinan yang normal. Diberikan juga panduan untuk
menunjukkan bagaimana cara deteksi dini kelainan dan
penyulit dan bagaimana cara menangani penyulit-penyulit
tersebut dan atau cara merujuk ibu dengan tepat.

Tujuan Pada akhir bab ini, penolong persalinan akan dapat:


1. Menjelaskan batasan dan mendiagnosis kala dua
persalinan.
2. Membuat persiapan untuk pertolongan kala dua
persalinan (termasuk mempersiapkan tempat persalinan,
perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan dan
mempersiapkan ibu serta keluarganya).
3. Menerangkan indikasi-indikasi dan
bagaimana cara melakukan amniotomi.
4. Memperagakan posisi meneran dan cara
membimbing ibu untuk meneran.
5. Menilai kemajuan kala dua persalinan.
6. Menilai kondisi janin selama kala dua persalinan.
7. Menilai kondisi ibu selama kala dua persalinan.
8. Menerangkan indikasi dan memahami risiko atau
manfaat episiotomi.
9. Memperagakan manuver tangan saat membantu
melahirkan kepala, bahu dan tubuh bayi.
10. Menyebutkan kemungkinan penyulit dan komplikasi
selama kala dua persalinan.
11. Menerangkan penatalaksanaan awal terhadap
penyulit dan komplikasi selama kala dua persalinan.
12. Memahami pentingnya menyiapkan rencana rujukan
sebelum persalinan dan kelahiran, serta menjelaskan
persiapan sebelum merujuk.
Batasan Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran.
Tanda d a n Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan:
gejala k a l a  Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
dua terjadinya kontraksi.
persalinan  Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada
rektum dan/atau vaginanya.

44
 Perineum terlihat menonjol.
 Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
 Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar


hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan:
 Pembukaan serviks telah lengkap, atau
 Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.
Persiapan Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti
penolong yang dianjurkan, termasuk di antaranya cuci tangan,
persalinan memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung
pribadi (Lihat Bab 1).

Sarung Tangan
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus
dipakai dalam melakukan setiap pemeriksaan dalam,
membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, menjahit
laserasi dan memberikan asuhan bagi bayi baru lahir.
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus
menjadi bagian dari perlengkapan pertolongan persalinan
(partus set) dan prosedur penjahitan (suturing set).
Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi atau
berlubang.

Perlengkapan pelindung pribadi


Mengenakan celemek yang bersih dan penutup kepala atau
ikat rambut pada saat menolong persalinan. Jika
memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang bersih.
Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi setama
membantu kelahiran bayi atau plasenta dan.pada saat
melaksanakan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.

Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan


Penolong persalinan harus menilai ruangan di mana proses
persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus
memiliki sistem pencahayaan/penerangan yang cukup, baik
melalui jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun
sumber cahaya lainnya. Ibu dapat menjalani persalinan di
tempat tidur dengan kain tebal yang bersih atau kasur di
lantai dengan kain pelapis yang bersih. Ruangan harus
hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.
Harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah
dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
selama persalinan.

Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan


tersedia dan berfungsi dengan baik; termasuk partus set,
perlengkapan menjahit dan resusitasi bayi baru lahir. Semua
perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus
dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik
lengkap untuk bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan

45
esensial yang dibutuhkan untuk persalinan, membantu
kelahiran dan asuhan bayi baru lahir dapat dilihat pada
Lampiran 5.

Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi


Persiapan untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir harus dimulai sebelum bayi lahir. Siapkan lingkungan
yang sesuai untuk kelahiran bayi dengan memastikan bahwa
ruangan tersebut bersih dan bebas dari tiupan angin.
Sebaiknya matikan kipas angin atau penyejuk ruangan.
Sediakan pula paling tidak 2 selimut, kain atau handuk kering
dan bersih untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi.

Persiapan ibu dan keluarga


Asuhan sayang ibu
 Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan kelahiran. Penting untuk mengikut-sertakan
suami, ibunya atau siapapun yang diminta ibu untuk men-
dampinginya, saat ia membutuhkan perhatian dan
dukungan.
Alasan: Dukungan dari pendamping selama persalinan
berkaitan dengan hasil persalinan yang lebih baik (Enkin,
et al, 2000).
 Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan ibu. Mereka
dapat membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan
pijatan, memberikan minuman dan makanan, berbicara
dengan ibu serta memberikan semangat selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
 Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota
keluarganya. Jelaskan proses kelahiran dan kemajuan
persalinan kepada ibu dan keluarganya.
 Tentramkan hati ibu selama kala dua persalinan.
Berikan bimbingan dan bantuan jika memang
diperlukan.
 Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat
meneran (lihat Gambar 3-1 sampai 3-3 untuk contoh-
contoh posisi meneran).
 Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk
hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk
meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran
berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu
untuk beristirahat di antara kontraksi.
Alasan: Meneran secara berlebihan sehingga menahan
upaya untuk mengambil napas akan mengakibatkan
kelelahan yang tidak perlu bagi ibu dan meningkatkan
risiko asfiksia pada bayi karena menurunnya pasokan
oksigen ke plasenta (Enkin, et al, 2000).
 Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Alasan: Ibu akan mudah mengalami dehidrasi selama
persalinan dan kelahiran. Untuk mempertahan kondisi
optimal pada ibu dan bayinya, pastikan agar ibu

46
mendapat cukup asupan cairan (Enkin, et al, 2000).
 Kadang-kadang, kala dua persalinan menimbulkan rasa
khawatir pada ibu. Berikan rasa aman, semangat dan
tentramkan hati ibu selama proses persalinan
berlangsung. Dukungan tersebut dapat mengurangi
ketegangan, membantu kelancaran proses persalinan
dan kenyamanan proses kelahiran bayi. Jelaskan setiap
tindakan kepada ibu sebelum melakukannya, jawab
setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang
terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan-alasan tentang
tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut
jantung janin, pemeriksaan dalam).

Membersihkan perineum ibu


Berikut adalah prinsip-prinsip umum pencegahan infeksi
pada kala dua persalinan. Bersihkan vulva dan perineum
ibu secara lembut dengan menggunakan air matang
(disinfeksi tingkat tinggi), dan gulungan kapas atau kasa
yang bersih. Bila tersedia, boleh gunakan larutan
antiseptik. Usapkan dari atas ke bawah mulai dari bagian
anterior vulva ke arah rektum untuk mencegah
kontaminasi tinja. Saat ibu mulai meneran, letakkan kain
bersih di bawah bokong ibu dan sediakan kain bersih lain
di dekatnya. Jika ibu mengeluarkan tinja pada saat
meneran, tenteramkan ibu bahwa hal tersebut adalah
biasa dan bersihkan tinja tersebut dengan kain bersih atau
tangan yang memakai sarung tangan (sesudahnya ganti
dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi yang lain).
Kemudian bersihkan kembali vulva, jika bagian tersebut
terkontaminasi oleh tinja. Jika kain di bawah bokong ter -
cemar oleh tinja, ganti dengan kain lain yang bersih. Jika
tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja sebelum
kelahiran bayi, tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.

Pengosongan kandung kemih


Anjurkan ibu untuk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau
lebih sering atau bila kandung kemih terasa ibu penuh. Bantu
ibu ke kamar mandi jika perlu. Berikan pula bantuan agar ibu
dapat duduk di atas penampung urin jika ibu tidak bisa berjalan
ke kamar mandi.
Alasan: Kandung kemih yang penuh dapat tmenghalangi
kontraksi dan penurunan kepala bayi. Hal ini akan
menambah rasa sakit, kesulitan untuk melahirkan plasenta,
perdarahan pascapersalinan dan menghambat penatalak-
sanaan distosia bahu.

Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih


secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayl
dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya
dilakukan apabila kandung kemih penuh dan ibu tidak
dapat berkemih sendiri.

47
Alasan: Kateterisasi dapat nienimbulkan rasa sakit,
meningkatkan risiko infeksi dan kemungkinan luka
pada saluran kemih.

Amniotomi
Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan telah
lengkap, lakukan amniotomi. Penolong persalinan harus
memperhatikan warna air ketuban saat dilakukan
amniotomi. Jika ada pewarnaan mekonium pada air
ketuban, perlu dilakukan persiapan dan upaya antisipatif
untuk untuk melahirkan bayi dengan cairan ketuban yang
mengandung mekonium.
Langkah-langkah melakukan tindakan amniotomi lihat
Lampiran 1
Penatalaksa Penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan didasarkan
naan pada prinsip bahwa kala dua merupakan peristiwa normal
fisiologis yang akan diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya
kala dua intervensi. Penolong persalinan berpatokan pada tanda-
persalinan tanda bahwa ibu sudah dalam kala dua persalinan. Untuk
itu, penolong persalinan akan membimbing, memberikan
dukungan terus menerus, membesarkan hati ibu, dan
saran-saran. Dalam hal ini, penolong persalinan tidak
memberikan instruksi khusus tentang bagaimana cara
meneran. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan
ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya, dan beristirahat di antara kontraksi.
Jika diinginkan, ibu dapat mengubah posisinya. Posisi
berdiri atau jongkok, dapat mempersingkat kala dua
persalinan. Biarkan ibu untuk mengeluarkan suara selama
persalinan dan proses kelahiran berlangsung.

Sebagian besar penolong akan memimpin persalinan


dengan menginstruksikan untuk menarik napas panjang
dan meneran, segera setelah pembukaan lengkap.
Biasanya, ibu dibimbing untuk meneran tanpa berhenti
selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kali per
kontraksi (Sagady, 1995). Meneran dengan cara ini dikenal
sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau
manuver Valsava. Hal ini ternyata dapat mengurangi
pasokan oksigen ke janin. Pada banyak penelitian,
meneran dengan cara tersebut di atas, berhu bungan
dengan kejadian menurunnya denyut jantung janin (DJJ)
dan rendahnya nilai Apgar (Enkin, et al, 2000). Karena
cara ini berkaitan dengan buruknya keluaran janin, maka
cara ini sebaiknya tidak digunakan. Dianjurkan untuk
mcnatalaksana kala dua persalinan secara fisiologis.

Dalam penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan,


ibulah yang mengendalikan dan mengatur saat meneran
dan bukan penolong persalinan. Berikan asuhan sayang ibu
dengan memberikan semangat pada saat ia meneran dan
berikan bimbingan jika ibu tidak meneran secara efektif. Ingat

48
bahwa kontraksi uterus yang mendorong bayi ke luar dari
jalan lahir dan meneran hanya merupakan upaya bantuan
terhadap kontraksi uterus untuk melahirkan bayi.

Memulai meneran
Bila sudah didapatkan tanda pasti kala dua persalinan,
tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan
untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan
bayi.

Mendiagnosis kala dua persalinan dan memulai


meneran:
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
 Pakai satu sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril pada tangan yang akan melakukan pemeriksaan
dalam.
 Jelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan
dalam.
 Lakukan pemeriksaan dalam secara hati-hati untuk
memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap (10
cm). Buka sarung tangan sesuai dengan upaya
pencegahan infeksi (Lihat Bab 2 untuk pedoman dalam
melakukan pemeriksaan dalam).
 Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan
bantu ibu mendapatkan posisi yang lebih nyaman atau
memperbolehkan ibu untuk berjalan-jalan. Anjurkan ibu
untuk tetap bernapas selama kontraksi berlangsung.
Teruskan pemantauan ibu dan bayinya sesuai dengan
pedoman fase aktif persalinan dan catatkan semua
temuan pada partograf.
 Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan
serviks belum lengkap, berikan semangat dan anjurkan
ibu untuk bernapas cepat, atau bernapas biasa dalam
setiap kontraksi. Anjurkan ibu untuk mengambil posisi
yang paling nyaman baginya dan anjurkan untuk
menahan keinginan meneran sampai pembukaan sudah
lengkap.
 Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa
Ingin meneran, bantu ibu untuk mengambil posisi yang
nyaman untuk meneran. Beri semangat dan anjurkan
untuk mulai meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya. Persilakan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catat pemeriksaan dalam
pada partograf. Memberi minum pada ibu dan teruskan
memantau DJJ setiap 5 menit. Pastikan bahwa ibu ber-
istirahat di antara kontraksi.
 Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada
dorongan untuk meneran, bantu ibu mengambil posisi
yang nyaman atau biarkan ibu berjalan jalan. Posisi
berdiri seringkali memperinudah penurunan bayi, yang
nantinya akan membantu menimbulkan rasa ingin

49
meneran. Anjurkan ibu untuk terus bernapas selama
kontraksi berlangsung. Catat pemeriksaan dalam pada
partograf. Teruskan memantau kondisi ibu dan bayi se-
suai dengan pedoman fase aktif persalinan dan catat
semua temuan pada partograf. Beri ibu minum dan
anjurkan/perbolehkan untuk berkemih sesuai dengan
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi puting
susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan
kualitas kontraksi. Bimbing ibu untuk bernapas selama
kontraksi berlangsung. Jika ibu merasa ingin meneran,
anjurkan ibu untuk melakukannya (lihat di atas).
 Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah
pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu
untuk mulai meneran pada saat puncak setiap kontraksi.
Anjurkan ibu untuk merubah posisi secara teratur,
tawarkan minuman sesering mungkin dan pantau DJJ
setiap 5 menit. Dapat dilakukan stimulasi puting susu
untuk memperkuat kontraksi.
 Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit berikutnya
atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi,
segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Jika kepala
tidak turun meskipun ibu sudah meneran selama 60
menit, kemungkinannya adalah disproporsi kepala
panggul (CPD=Cephalopelvic Disproportion) dan segera
lakukan rujukan.

Memantau Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan


selama persalinan selama kala dua persalinan secara berkala.
penatalaksa
naan kala Periksa dan catat:
dua  Nadi ibu setiap 30 menit
persalinan  Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
 UJJ setiap selesai meneran
 Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen
(pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan
dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
 Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih
atau bercampur mekonium atau darah)
 Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan) atau
tali pusat berada di samping atau di atas kepala
 Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
 Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui
sebelumnya (setelah bayi pertama lahir)
 Semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan
dicatat pada catatan persalinan

50
Alur untuk Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua Persalinan

Tanda pasti kala dua persalinan:


Pembukaan serviks lengkap; atau
Kepala janin terlihat dari introitus vagina

Lanjutkan dengan
penatalaksanaan
fisiologis:
Pecahkan selaput Bayi lahir
ketuban bila belum dalam 60
pecah menit pada Lakukan:
Dorongan Manajemen aktif
Anjurkan untuk mulai multipara atau
spontan Ya Ya kala tiga
meneran 120 menit
untuk Asuhan bayi baru
Nilai DJJ, kontraksi, pada
meneran? lahir
tanda-tanda vital, primipara?
kandung kemih
secara rutin
Anjurkan untuk
minum
Anjurkan perubahan
posisi
Tidak
Tidak
Rujuk

Anjurkan perubahan posisi


Lakukan stimulasi
Minta Ibu mengosongkan kandung kemihnya
Anjurkan untuk minum
Nilai DJJ, kontraksi dan tanda-tanda vital
Evaluasi dalam 60 menit

Lanjutkan dengan
Dorongan penatalaksanaan
untuk Ya
fisiologis kala dua
meneran?
persalinan

Tidak

Bayi lahir dalam Lakukan:


waktu 60 menit Manajemen aktif
Bimbing Ibu untuk meneran saat kontraksi kala tiga
Anjurkan untuk minum (atau kelahiran Ya
bayi akan segera Asuhan bayi baru
Anjurkan perubahan posisi lahir
Lakukan stimulasi puting susu terjadi
Nilai DJJ setiap 5 menit

Tidak

Rujuk

51
Gambar 3-1: Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk (gambar 3-1) seringkali nyaman bagi ibu dan ia bisa
beristirahat dengan mudah di antara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini
adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.

Ibu mungkin menemukan bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gambar 3-3) bisa
lebih nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika
ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior. Merangkak seringkali
merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan.
Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu
bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah
laserasi.

52
Posisi ibu saat meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang lebih nyaman
baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama
kala dua persalinan karena hal ini seringkali mempercepat
kemajuan persalinan. Ibu mungkin merasa dapat meneran
secara lebih efektif pada posisi tertentu.

Cara meneran
 Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya selama kontraksi.
 Jangan anjurkan untuk menahan napas pada saat
meneran.
 Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat di
antara kontraksi.
 Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu
mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia
menarik lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke
dada.
 Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat
meneran.
 Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk
membantu kelahiran bayi. Dorongan -pada fundus
meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri.
Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba
melakukan dorongan pada fundus.

Catatan: Jika ibu adalah primipara dan ia belum melahir-


kan (atau persalinan tidak terjadi segera) setelah
dua jam meneran, segera rujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan. Jika ibu adalah multipara dan
ia belum melahirkan (atau persalinan tidak terjadi
segera) setelah satu jam meneran, segera rujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan (lihat Alur untuk
penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan).

Kelahiran bayi
Posisi ibu saat melahirkan
Perbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun yang nyaman
baginya, tapi ibu tidak boleh melahirkan bayi pada posisi
berbaring telentang (Supine position).
Alasan: Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus
dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll)
akan menekan vena cava inferior. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurangnya aliran darah dari
ibu ke plasenta, sehingga menyebabkan
hipoksia/defisiensi oksigen pada janin. Berbaring
telentang juga akan memperlambat kemajuan
persalinan dan posisi ini akan menyulitkan ibu untuk
meneran (Enkin, et at, 2000).

53
Tanpa melihat posisi mana yang dipilih oleh ibu, pastikan
ada kain alas atau sarung bersih di bawah ibu. Pastikan
untuk secara mudah menjangkau semua perlengkapan dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran
bayi. Tempatkan juga kain atau handuk bersih di atas
abdomen ibu sebagai alas untuk meletakkan bayi segera
setelah lahir.

Pencegahan laserasi

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi


saat bayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan
bahu. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan
terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu
selama persalinan dan gunakan manuver tangan yang tepat
(dibahas di bagian selanjutnya) untuk mengendalikan
kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya laserasi.
Kerjasama ini dibutuhkan terutama saat kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning).
Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan
waktu pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan
penyesuaian dan akan mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan. Saat kepala mendorong vulva dengan
diameter 5-6 cm, bimbing ibu untuk meneran dan berhenti
untuk beristirahat atau bernapas dengan cepat. Gambar 3-
4 di halaman berikut ini menggambarkan bagaimana cara
membimbing ibu dengan perlahan dan lembut saat mela-
hirkan kepala bayi.

Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu


(karena para penolong persalinan percaya bahwa dengan
melakukan episiotomi akan mencegah penyulit dan infeksi,
serta lukanya akan sembuh dengan lebih baik daripada
robekan spontan) tetapi tidak ada bukti ilmiah yang
mendukung pendapat ini (Enkin, et al, 2000; Wooley,
1995).

Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat


menyebabkan:
 meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko
hematoma
 lebih sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau
empat dibandingkan dengan laserasi derajat tiga atau
empat yang terjadi tanpa episiotomi
 meningkatnya nyeri pascapersalinan
 meningkatnya risiko infeksi

Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat


kelahiran bayi bila didapatkan:
 Gawat janin
 Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia
bahu, ekstraksi forseps, ekstraksi vakum)

54
 Jaringan parut pada perineum atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan

Lihat Lampiran 2.

Melahirkan kepala
Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva sekitar 5-6
cm, letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir. Letakkan kain
bersih dan kering yang dilipat 1/3-nya di bawah bokong ibu.
Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih
dan kering) dan letakkan ibu jari dan 4 jari tangan tersebut
di lipat paha pada kedua sisi perineum. Letakkan tangan
yang lain pada kepala bayi. Berikan tekanan yang lembut dan
tidak keras pada kepala bayi dengan menggunakan tangan
lainnya dan biarkan kepala bayi keluar secara bertahap di
bawah tangan tersebut.
Alasan: Melindungi perineum dan mengendatikan
keluarnya kepala bayi dengan hati-hati dapat
mengurangi robekan pada vagina dan perineurn.

Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan.

55
Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau disinfeksi
tingkat tinggi untuk membersihkan mulut dan hidung bayi
dari lendir dan darah.

Jangan melakukan penghisapan secara rutin pada


mulut dan hidung bayi; sebagian besar bayi yang sehat
tidak memerlukan penghisapan, karena bayi normal dapat
membersihkan jalan napasnya sendiri. Penghisapan lendir
yang terlalu dalam akan menyebabkan denyut jantungnya
menjadi tidak teratur (bradikardia) dan/atau bayi berhenti
bernapas (apnea), karena alasan tersebut penghisapan
lendir secara rutin pada bayi sangat tidak dianjurkan
(Enkin, et al, 2000). Tapi jika cairan ketuban
mengandung mekonium, lakukan penghisapan secara
hati-hati pada mulut dan hidung bayi dengan
menggunakan kateter penghisap lendir De Lee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap (yang
baru dan bersih) segera setelah kepala lahir dan sebelum
bahu lahir.
Alasan: Bayi akan menarik napas pertama setelah bahu
dan dadanya dilahirkan, penghisapan air ketuban
dan mekonium dari mulut dan hidung bayi
sebelum bahu lahir akan membantu upaya
pencegahan aspirasi mekoniuna pada bayi
tersebut.

Selalu hisap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap


hidungnya. Menghisap hidung lebih dulu dapat
menyebabkan bayi menarik napas dan menghirup
mekonium atau cairan yang ada di dalam mulut. Jangan
masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam
pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir pada bayi
dengan lembut, hindari penghisapan yang dalam dan
agresif.

56
Alasan: Penghisapan yang terlalu dalam dapat
menyebabkan denyut jantung melambat dan tidak
teratur atau bayi berhenti bernapas (Enkin, et al,
2000).

Periksa tali pusat pada leher


Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran
dan bernapas cepat. Raba leher bayi apakah ada lilitan tali
pusat. Jika lilitan tali pusat longgar di leher bayi, lepaskan
melewati kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi
dengan erat, klem di dua tempat dan potong tali pusat di
antara 2 klem tersebut.

Melahirkan bahu
Setelah menyeka mulut clan hidung bayi hingga bersih dan
memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi
berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi.
 Setelah rotasi eksternal, letakkan satu tangan pada
masing-masing sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu
untuk meneran pada kontraksi berikutnya.
 Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar
secara lembut (ke arah tulang punggung ibu) hingga
bahu anterior tampak di bawah arkus pubis.
 Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah ke
langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.

57
Catatan: Sangat sulit untuk memperkirakan kapan
distosia bahu akan terjadi; antisipasi adanya
kemungkinan distosia bahu pada setiap kelahiran
bayi. Jika terjadi distosia bahu, lihat Lampiran A-3
untuk penatalaksanaannya.

Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu adalah


sebagai berikut:
 Kepala bayi lahir tapi tetap berada di vagina.
 Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar.
 Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk
kembali ke dalam vagina (kepala ' kura-kura' ).

Melahirkan sisa tubuh bayi


 Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian
bawah (posterior) kepala bayi ke arah perineum dan biarkan
bahu dan bagian tangan bayi lahir ke tangan yang ini.
 Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan
kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior bayi pada
saat melewati perineum.
 Gunakan tangan yang berada di belakang (posterior)
untuk menahan tubuh bayi saat lahir (Gambar 3-8).
 Gunakan tangan bagian depan (anterior) untuk
melahirkan bahu anterior dan untuk mengendalikan
kelahiran siku dan tangan anterior bayi.
 Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan
bagian depan (anterior) di punggung bayi ke arah
bokong dan kaki bayi untuk menahan laju kelahiran
bayi saat kaki lahir (Gambar 3-8).
 Sisipkan jari telunjuk dari tangan yang sama di antara
kaki bayi, pegang dengan mantap bagian mata kaki bayi
dan baru lahirkan kakinya secara hati-hati (Gambar 3-8).

58
Mengeringkan dan merangsang bayi
Segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau
selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup dengan baik.

Memotong tali pusat


Dengan menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau
steril, klem tali pusat 3 cm dari pusat bayi. Lakukan
pengurutan pada tali pusat dari klem ini ke arah ibu (hal
ini akan mencegah darah menyemprot pada saat tali pusat
dipotong) dan kemudian pasang klem kedua pada sisi ibu
2 cm dari klem pertama. Pegang tali pusat di antara kedua
klem tersebut (dengan satu tangan) untuk melindungi bayi.
Gunakan tangan lain untuk memotong tali pusat di antara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
disinfeksi tingkat tinggi atau steril (Gambar 3-9). Setelah
memotong tali pusat, ganti handuk yang telah basah dan
selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan kering.
Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik.

59
60
Tabel 3-1. Indikasi untuk tindakan dan rujukan segera selama kala dua
persalinan

Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan


pemeriksaan
 Nadi Tanda atau gejala syok: 1. Baringkan ibu miring ke kiri
 Tekanan  Nadi cepat, lemah 2. Jika mungkin naikkan kedua
Darah (110 kali / menit atau kaki ibu untuk meningkatkan aliran
 Pernapa lebih) darah ke jantung.
san  Tekanan darah rendah 3. Pasang infus menggunakan
 Kondisi (sistolik kurang dari 90 jarum berdiameter besar (ukuran
keseluruhan mmHg) 16 atau 18) dan berikan Ringer
 Urin  Pucat pasi laktat atau cairan garam fisiologis
 Berkeringat atau (NS). Infuskan 1 liter dalam 15
dingin, kulit lembab sampai 20 menit; jika mungkin
 Napas cepat (lebih dari infuskan 2 liter dalam waktu satu
30 kali/menit) jam pertama, kemudian turunkan
 Cemas, bingung atau ke 125 ml/jam.
tidak sadar 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas
 N Tanda atau gejala 1. yang memiliki kemampuan
Anjurkan asuhanibu
adi dehidrasi: untuk minum
 U  Perubahan nadi 2. Nilai ulang ibu
rin (100 kalU menit atau setiap 30 menit (menurut pedoman
lebih) pada partograf). Jika kondisinya
 Urin pekat tidak membaik dalam waktu satu
 Produksi urin jam, pasang infus menggunakan
sedikit (kurang dari 30 jarum berdiameter besar (ukuran
ml/jam) 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau cairan garam fisiologis
 Tanda atau gejala lnfeksi 1. (NS) 125Baringkan
ml/jam. ibu miring ke
Nadi  Nadi cepat (110 kiri
 x/menit ataulebih) 2. Pasang infus
Temperatur  Temperatur tubuh menggunakan jarum berdiameter
 lebih dari 38° C besar (ukuran 16 atau 18) clan
Cairan vagina  Menggigil berikan Ringer Laktat atau cairan
  Air ketuban atau garam fisiologis (NS) 125ml/jam.
Kondisi cairan vagina yang 3. Berikan ampisilin 2 gr atau
secara berbau amoksisilin 2 gr peroral.
umum 4. Segera rujuk ibu ke
fasilitas yang memiliki kemampuan
asuhan kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat

61
Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
 Tekana Tanda atau gejala pree- 1. Nilai ulang tekanan darah
n darah klampsia ringan: setiap 15 menit (pada saat
 Urin  Tekanan darah beristirahat di antara kontraksi
 Keluha diastolik 90 - 110 mm dan meneran).
n subjektif Hg 2. Jika tekanan darah 110
 Kesada  Proteinuria hingga 2+ mm Hg atau lebih, pasang infus
ran dengan menggunakan jarum
 Kejang berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiotogis (NS) 125
ml/jam.
3. Baringkan ibu miring ke
kiri
Tanda atau gejala pree- 4.
1. Lihat di ibu
Baringkan bawah untuk
miring ke
klampsia berat atau kiri
eklampsla: 2. Pasang Infus dengan
 Tekanan darah menggunakan jarum berdiameter
diastolik besar (ukuran 16 atau 18) dan
110 mm Hg atau lebih berikan Ringer Laktat atau cairan
 Tekanan darah garam fisiologis (NS) 125 ml/jam.
diastolik 3. Jika mungkin berikan dosis
90 mmHg atau Iebih awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20
dengan kejang menit.
 Nyeri kepala 4. Berikan MgSO4 50%, 10
 Gangguan penglihatan gr (5 gr IM pada masing-masing
 Kejang setiap saat bokong)
5. Segera rujuk Ibu ke
fasilitas yang memiliki ke-
mampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan
 Tanda-tanda inersia uteri: 1. Anjurkan ibu untuk
Kontraksi  Kurang dari 3 mengubah posisi dan berjalan-Jalan.
kontraksi dalam waktu 2. Anjurkan untuk minum
10 menit, masing-masing 3. Jika selaput ketuban masih
kontraksi berlangsung utuh, pecahkan dengan
kurang dari 40 detik menggunakan alat pemecah selaput
ketuban atau kiem Kocher
disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4. Stimulasi puting susu
5. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya
6. Jika bayi tidak lahir seteiah
2 jam meneran untuk primipara
atau 1 jam untuk multipara, rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
7. Dampingi ibu ke tempat

62
Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Denyut Tanda gawat janin: 1. Baringkan ibu miring ke kiri,
Jantung  DJJ kurang dari 120 anjurkan ibu untuk menarik
Janin atau lebih dari 160 napas panjang perlahan-lahan dan
kali/menit, mulai berhenti meneran
waspada tanda awal 2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:
gawat janin a. Jika DJJ normal, minta ibu
 DJJ kurang clarl 100 kembali meneran dan pantau
atau lebih dari 180 DJJ setelah setiap kontraksi.
x/menit Pastikan ibu tidak berbaring
telentang dan tidak menahan
napasnya saat meneran.
b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke
fasilitas yang memiliki ke-
mampuan asuhan kegawat
daruratan obstetri dan bayi
baru lahir dan dampingi ibu
ke tempat rujukan

Penurunan Kepala bayl tidak turun 1. Anjurkan ibu untuk meneran


Kepala Bayi sambil jongkok atau berdiri.
2. Jika bayi tidak lahir setelah 2
jam meneran (primipara) atau 1
jam meneran (multigravida), ba-
ringkan ibu miring ke kiri.
3. Rujuk ibu ke fasilitas yang me-
miliki kemampuan asuhan kega-
watdaruratan obstetri clan bayi
baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Lahirnya Tanda-tanda distosia 1. Lihat Lampiran 3.
Bahu bahu:
 Kepala bayi tidak
melakukan putaran
paksi luar
 Kepala bayi
tersangkut di perineum
(kepala 'kura-kura')
 Bahu bayi tidak lahir

63
Cairan Tanda-tanda calran 1. Nilai DJJ:
Ketuban ketuban a. Jika DJJ normal, minta ibu
bercampur mekonlurn: kembali meneran dan pantau
 Cairan ketuban DJJ setelah setiap kontraksi.
berwarna hijau Pastikan ibu tidak berbaring
(mengandung telentang dan tidak menahan
mekonium) napasnya saat meneran.
b. Jika DJJ tidak normal, tangani
sebagai gawat janin (lihat di
atas).
2. Segera setelah kepala
bayi lahir, hisap mulut bayi lalu
kemudian hidungnya dengan
penghisap lendir De Lee
disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih sebelum
Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Tali Pusat Tanda-tanda tali pusat 1. Nilai DJJ, jika ada:
menum  Segera rujuk ibu ke
bung: fasilitas yang memiliki ke-
mampuan asuhan
 Tali pusat teraba atau kegawatdaruratan obstetri dan
terlihat saat pemeriksaan bayi baru lahir.
dalam  Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
 Baringkan ibu miring ke
kiri dengan pinggul agak naik.
Dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau
. steril, satu tangan tetap di
dalam vagina untuk mengang-
kat kepala bayi agar tidak me-
nekan tali pusat dan letakkan
tangan yang lain pada abdomen
untuk menahan bayi pada posi-
sinya (keluarga dapat membantu
melakukannya).
ATAU
 Minta ibu berlutut dengan
bokong lebih tinggi dari kepala-
nya. Dengan mengenakan sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril, satu tangan tetap di
dalam vagina untuk mengangkat
kepala bayi dari tali pusat.
2. Jika DJJ tidak ada
 Beritahukan ibu dan
keluarganya.
 Lahirkan bayi dengan cara
yang paling aman.

64
Tanda-tanda lilitan tali 1. Jika tali pusat melilit longgar di
pusat: leher bayi, lepaskan melewati
kepala bayi.
 Tali pusat melilit
leher bayi 2. Jika tali pusat melilit erat di leher
bayi, kiem di dua tempat dan
potong, kemudian teruskan untuk
segera membantu kelahiran bayi.
Untuk Kehamilan kembar 1. Nilai DJJ.
kehamilan takterdeteksi 2. Jika bayi kedua presentasi kepala
kembar tak dan kepala segera turun, biarkan
terdeteksi kelahiran berlangsung seperti bayi
pertama
3. Jika kondisi-kondisi tersebut
tidak terpenuhi, baringkan ibu
miring ke kiri.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
kegawat daruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

65
KETRAMPILAN KLINIK
PEMASANGAN IUD CuT 4.
380A
I. DESKRIPSI MODUL
Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara
berurutan yang akan dilakukan oleh peserta ketika
memasang IUD Copper T 380A dan memasang serta
mencabut Implant. Digunakan terutama selama praktek
dengan menggunakn model anatomik. Langkah-langkah
klinik ini sesuai dengan informasi yang disajikan pada
buku Pedoman Pelatihan Penyegaran dan Slide Dengan
menggunakan penuntun belajar akan sangat membantu
peserta dalam mengkaji ulang informasi yang telah
didapat pada pembahasan sebelumnya.
Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua
langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan.
Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:
 Membantu peserta dalam mempelajari langkah-
langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak
harus dilakukannya (skill acquisition) dan
 Mengukur kemajuan belajar secara bertahap
sampai peserta memperoleh kepercayaan diri dan
ketrampilan (skill competency).
Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pelatih akan
membahas di kelas seluruh langkah klinik pemasangan,
dengan menggunakan video dan slide. Selain itu,
peserta akan mendapat kesempatan untuk menyaksikan
pemasangna IUD / Implant dengan menggunakan
model anatomik

Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus


memungkinkan setiap peserta untuk memantau
kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui
apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini
dirancang untuk memepermudah dan membantu dalam
berkomunikasi antara peserta dan pelatih ( memberikan
umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar
ini, adalah penting bagi peserta dan pelatih untuk
bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai
contoh, sebelum peserta melakukan langkah klinik
(misalnya memasang IUD) pertama-tama pelatih atau
salah satu peserta harus mengulangi kembali secara
ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan
membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan
segera setelah langkah klinik selesai, pelatih harus

66
membahasnya kembali dengan peserta. Tujuan
pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan
balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah
dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) pada pelatihan
selanjutnya.

Kedua penuntun belajar ini digunakandalam usaha


untuk meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu
penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan
seobyektif mungkin. Kinerja peserta pada setiap
langkah klinik, akan dinilai oleh pelatih berdasarkan
empat kriteria sebagai berikut:

0 Tidak dilakukan : Langkah klinik tidak dilakukan


oleh peserta
1 Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan
dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya atau
ada langkah yang dihilangkan
2 Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar
dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat
dan atau pelatih perlu mengingatkan peserta tentang
hal-hal kecil yang tidak terlalu penting
3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar,
sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu
atau tanpa perlu bantuan

0 Tidak dilakukan : Langkah klinik tidak dilakukan oleh


peserta
1 Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah
yang dihilangkan
2 Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau pelatih perlu
mengingatkan peserta tentang hal-hal kecil yang tidak terlalu
penting
3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai
dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa
perlu bantuan

67
Contoh bagaimana menggunakan penuntun belajar ini
pada berbagai tahapan dari pelatihan

 Tahap awal, peserta menggunakan penuntun


belajar untuk mengikuti langkah-langkah yang
diperagakan oleh pelatih dalam pemasangan IUD
pada model panggul atau pemasangan / pencabutan
Implant pada model lengan.
 Tahap selanjutnya, selama pembahasan di kelas
dimana peserta dibagi berpasangan, seorang peserta
malakukan pemasangan IUD, sedang peserta lain
menggunakan buku penuntun belajar untuk
mengamati setiap langkah yang dilakukan
pasangannya. Pelatih kemudian berkeliling untuk
melihat kemajuan belajar dan menilai apakah
peserta mengikuti tiaplangkah berdasarkan buku
penuntun belajar.
 Bila peserta telah yakin dapat melakukan
tindakan dengan menggunakan model, mereka dapat
menggunakan buku penuntun untuk menilai peserta
lainnya. Latihan ini dapat dijadikan bahan diskusi
selama pertemuan klinik, sebelum para peserta
pelatihan melayani klien.
 Sebelum pembahasan klinik, peserta kembali
berpasangan. Disini seorang berperan sebagai
petugas pelayanan, sedangkan yang lain mengamati
berdasarkan buku penuntun untuk mengingatkan
apakah ada langkah-langkah yang tidak dilakukan.
Pelatihan akan berkeliling lagi, sambil melakukan
penilaian kepada peserta ketika sedang melakukan
pemasangan IUD

68
CEK LIST

ASUHAN
PERSALINAN 1.
NORMAL
Nama :
Nim :
Kelompok :
Tanggal :
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sbb.:
1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika
harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi
kurang tepat dan/atau pelatih/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang
tidak terlalu berarti
3 Mahir : Langkahdikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan

KEGIATAN Penilaian
1 2 3
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina
 Perineum menonjol
 Vulva dan sfinger ani membuka
II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi
ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia  tempat datar dan keras, 2
kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai
di dalam partus set
3. Memakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
Bila ketuban belum pecah: pinggirkan ½ kocher pada partus set
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK.

69
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT
 Jika introilus vagina, perineum dan anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari depan ke belakang
 Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% 
langkah #9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-
160x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

70
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Keluarnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan dengan dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem
tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.

71
Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya.
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
a. Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-


megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat diantara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berasa di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari
vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi tangan lain menegangkan

72
tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan
plasentanya
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

73
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg
intramuskular di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian Vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
per vaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaankandung keming setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
50. Periksa kembali bayi utnuk pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yagn terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai

74
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
57. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.

Tutor,

(.............................................)

75
KETRAMPILAN
2.
PEMASANGAN AKDR
CEK LIST

Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

1 Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai
urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2 Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi
tidak dilakukan secara efisien
3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai dengan urutannya dan tepat
TS Tidak sesuai : Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai dengan keadaan

PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN PEMASANGAN AKDR PENILAIAN


LANGKAH / KEGIATAN 1 2 3
Konseling awal
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan tanyakan
tujuan kedatangannya.
2. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan

76
keuntungan-keterbatasan dari masing-masing jenis kontrasepsi
(termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversible):
 Tunjukkan di mana dan bagaimana alkon tsb digunakan
 Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tsb
 Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah
kesehatan lain yang mungkin akan dialami
 Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh
klien
4. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
Konseling Metode Khusus
5. Berikan jaminan dan kerahasiaan yang diperlukan klien
6. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dan sebagainya)
7. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
8. Tanyakan agama/ kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin
menentang penggunaan salah satu metode KB
9. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan
sikap yang simpatik.
10. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
11. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR Cu T 380 A,
sampai benar-benar dimengerti oleh klien
Konseling Pra-Pemasangan & Seleksi Klien
12. Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan
tidak ada masalah kesehatan untuk menggunakan AKDR

PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN PEMASANGAN AKDR PENILAIAN


LANGKAH / KEGIATAN 1 2 3
Riwayat kesehatan reproduksi
 Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan haid
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
 Riwayat kehamilan ektopik
 Nyeri yang hebat setiap haid
 Anemia yang berat (Hb< 9 gr% atau Hemotokrit <30)
 Riwayat Infeksi Sistem Genitalia (ISG), Penyakit Menular seksual
(PMS) atau infeksi panggul
 Kanker serviks
13. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan
jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan.
Pemeriksaan (PERUT – INSPEKULO & BIMANUAL)
14. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci
area genitalia dengan menggunkan sabun dan air.
15. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan
kain bersih
16. Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan
17. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau
kelainan lainnya di daerah supra pubik
18. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul
19. Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks

77
20. Pakai sarung tangan DTT
21. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam wadah steril atau DTT
22. Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna
23. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini amati adanya nyeri atau dyh
(discharge) vagina
24. Masukkan spekulum vagina
25. Lakukan pemeriksaan inspekulo:
 Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
 Inspeksi serviks
26. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada
tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum
digunakan
27. Lakukan pemeriksaan bimanual:
 Pastikan gerakan serviks bebas
 Tentukan besar dan posisi uterus
 Pastikan tidak ada kehamilan
 Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
28. Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi):
 Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
 sAdanya tumor pada Kavum Douglasi

78
PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN PEMASANGAN AKDR PENILAIAN
LANGKAH / KEGIATAN 1 2 3
29. Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 1,5%
kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam klorin
Tindakan Pra Pemasangan
30. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan
persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
31. Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan sterilnya:
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
 Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh
benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan kerton pengukur di bawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR daan dorong tabung inserter
sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik
tabung inserter dari bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk
memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam
tabung inserter
Prosedur pemasangan AKDR
32. Pakai sarung tangan DTT yang baru
33. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
34. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
35. Jepit serviks denmgan tentakulum secara hati-hati (takik pertama)
36. Masukkan sonde uterus dengan teknik ”tidak menyentuh : (no touch
technique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum
uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun
bibir spekulum
37. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
38. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada
di dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung
inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
39. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan
yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendiorongnya terdorong.
40. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar
lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada
tenakulum, masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher
biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan

79
PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN PEMASANGAN AKDR PENILAIAN
LANGKAH / KEGIATAN 1 2 3
41. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
42. Lepasakan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengantetap
menahan pendorong
43. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke
serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya
tahanan
44. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR
kurang lebih 3-4 cm
45. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah
terkontaminasi
46. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5
%
47. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-6- detik
48. Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larurtan klorin
0,5 %
Tindakan pascapemasangan
49. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5
% selama 10 menit untuk dekontaminasi
50. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung
tangan sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan
51. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan, kedalam
larutan klorin 0,5 %, bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka
secara terbalik dan rendam dalam klorin 0,5 %
52. Cuci tangan dengan air dan sabun
53. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit
sebelum memperbolehkan klien pulang
Konseling pascapemasangan
54. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan
kapan harus dilakukan
55. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping
56. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
57. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
58. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan
AKDR tersebut dicabut
59. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan

80
60. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

Tutor,

(.................................)

81

Anda mungkin juga menyukai