▪ Zuly Qodir
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Youth, Intolerance, and Radicalism are serious problems facing Indonesia and other countries
including in the Middle East. This phenomenon has sprung up over the last five years with
various events that have surfaced. There are many reasons for the emergence of radicalism
among young people and intolerance. However, there are several alternatives also to reduce
the movement of intolerance and radicalism of youth. Religious movements that come from mass
organizations such as Muhammadiyah and NU can be expected to reduce it. The most
phenomenal phenomenon is the emergence of ISIS Islamic state of Iraq and Syria with various
violent activities in Iraq and Syria affecting religious life in Indonesia. The movement of
intolerance and radicalism arises because of the lazy tolerance. The essay below wants to reflect
on the continuous occurrence of terrorist acts of terrorism radicalism in our country. The
following essays are based largely on literature reviews written on the basis of reports or by
others, as well as observations from the authors.
I. Pendahuluan
Kita tentu tidak ingin negara ini ini jelas adanya. Beberapa pertanyaan
bergelimang darah karena pertumpahan penting yang saya ajukan di sini adalah:
warga sesama anak bangsa bahkan saudara Mengapa orang bersedia melakukan
setanah air. Kita tidak ingin yang terjadi di aksi-aksi teror-kekerasan atas nama agama
Timur Tengah, Afrika maupun di beberapa atau sebagai teroris? Apakah alasan-alasan
negara di Eropa seperti Perancis, Turki, dan yang menjustifikasi aksi terorisme di
Irlandia melanda Indonesia. Cukuplah Indonesia? Siapakah mereka para pelaku
kekerasan yang mengatasnamakan kesucian teror di muka bumi itu? Berdasarkan 424
Tuhan buat mereka. Kita telah dibuat ngeri pertanyaan sederhana ini, jawaban
melihatnya. Kita tak sanggup melihat sederhana yang dapat diajukan disini adalah
kekejaman yang dipraktekkan atas nama mereka itu dapat perorangan, kelompok
Tuhan. maupun organisasi bahkan lembaga
Timur Tengah dan beberapa negara (individual atau negara). Dimanakah mereka
Eropa bergolak. Indonesia tidak boleh melakukan aksi teror, sebagai target sasaran
terjadi seperti itu. Salah satu kuncinya teroris. Serta pertanyaan sampai kapankah
adalah sesama umat beragama aksi-aksi terorisme akan berlangsung
menghindarkan sikap arogan, menindas, dilakukan di sebuah wilayah, menjadi
menelikung serta ingin menang sendiri pertanyaan penting yang hendak diuraikan
sehingga orang lain dianggap kafir, sesat dalam karangan ini.
serta harus pula dimusnahkan. Bukankah Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
Tuhan telah memberikan pilihan pada kita, diatas, ada beberapa asumsi yang dapat
akan kafir atau beriman. Beriman atau kafir menjelaskan mengapa semua itu terjadi.
akan mendapatkan tempatnya sendiri. Kita Dalam konteks artikel ini, para ahli
juga bukan panitia masuk surga atau neraka. memberikan penjelasan terdapat beberapa
Itu hak Tuhan belaka. Kenapa kita sering asumsi yang memungkinkan terjadinya
melihat adanya orang meributkan dengan kekerasan atas nama agama yang dilakukan
keras ketika seseorang atau kelompok tidak utamanya oleh kaum muda. Beberapa
berbuat seperti dikehendaki oleh pihak lain asumsi tersebut antara lain adalah
yang berbeda, sehingga otoritas Tuhan sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
seakan-akan berpindah tangan pada Dengan perspektif sosial politik,
kelompok tersebut. ekonomi, dan psikologi dalam melihat
Terjadinya kekerasan antara agama di adanya kekerasan atas nama agama atau
Indonesia, dan di tempat lain tidak pernah bahkan terorisme di Indonesia ternyata hal
berhenti pada analisis dan tindakan untuk tersebut dari segi aktor atau kelompok
mencegahnya lebih luas. Tetapi sebelum pelaku adalah ada beberapa kelompok
jauh membahas soal kekerasan atas nama agama (Islam, Kristen, Hindu, dan Yahudi)
agama, saya akan mengajukan beberapa yang bersedia melakukan aksi-aksi
pertanyaan yang akan memandu dalam kekerasan terhadap pihak lain dan sekaligus
tulisan ini nantinya sehingga posisi tulisan sebagian membenarkan perilaku kekerasan
tersebut. Para aktor pelaku kekerasan datang
dari pelbagai kelompok yang memiliki terpinggir” utamanya dari kelompok agama
alasan masing-masing. Terdapat alasan mayoritas disebuah negara. Kadang-kadang
teologis sampai alasan sosial dan juga alasan bukan dari agama mayoritas tetapi minoritas
pragmatis karena tidak memiliki dasar karena merasa diperlakukan secara
argumen yang memadai tentang perbuatan diskriminatif.
yang dikerjakan tentang kekerasan. Selain alasan yang sifatnya “profane”
Oleh sebab itu, dapat dikatakan diatas. Ada alasan dasar keyakinan akan
radikalisme-terorisme terdapat banyak adanya dalil/teks (pemahaman) atas agama
penyebab. Faktor-faktor tersebut adalah yang membenarkan perilaku radikalisme-
faktor politik, ekonomi, psikomagic dan teroris dilakukan merupakan hal yang
budaya (agama). Hal itu menjadi dasar sampai saat ini masih berlangsung dalam
legitimasi yang sering muncul dipermukaan proses kekerasan agama yang terjadi di
ketika seserorang mengamati tindakan muka bumi. Pendasaran atas teks suci
kekerasan atas nama agama di Indonesia keagamaan merupakan pendasaran yang
bahkan di luar negeri. Dasar pijakannya cukup meyakinkan yang dilakukan oleh para
beragam namun ujungnya satu saja yakni pelaku radikalisme-terorisme keagamaan.
kekerasan atas nama agama. Benar bahwa terdapat multi tafsir atas teks
Sekarang kita periksa siapakah pelaku keagamaan namun yang dipergunakan oleh
radikalisme-terorisme. Setelah diselidiki para pelaku terosisme dan kekerasan agama
ternyata para perilaku radikalisme-terorisme adalah pemahaman yang mendukung
itu karena ada sesuatu yang “dibela” kekerasan diperbolehkan untuk dilakukan
dibelakangnya, apakah agama, perlakuan atas orang lain sebagai bentuk membela
tidak adil, diskriminatif, peminggiran agama bahkan membela Tuhan atas nama
politik, peminggiran budaya. Mereka merasa teks suci.
memiliki dasar ideologi yang dibela sebab Mark Juergenmeyer, ahli soal gerakan
dalam kenyataan yang mereka lihat adalah revivalisme keagamaan menuliskan bahwa
adanya perbagai macam ketidakadilan, ada kerancuan yang mendasar terkait doktrin
kesengsaraan, kesesatan dan pelanggaran keagamaan yang dipahami sebagai basis
yang dilakukan oleh kelompok tertentu atas legitimasi untuk berbuat kekerasan atas
kelompok lainnya sehingga mereka Negara yang dianggap sekular. (Meyer,
melawan atas nama orang lain. Mereka para 2003). Hal yang sama juga dikemukakan
pelaku tindakan radikal-teroris oleh R. Scott Appleby ketika menyatakan
menggunakan istilah “political bahwa ada ambivalensi dalam doktrin suci
representative” sehingga membenarkan apa keagamaan dengan kekerasan yang
yang dilakukan bahwa pihak lain tidak dilakukan. (Appleby, 2003).
merasa diwakili merupakan persoalan lain Mendasarkan pada beberapa asumsi
yang jauh dipikirkan oleh para pelaku diatas, maka menjadi jelas bahwa dalam
kekerasan atas nama agama dan atas nama perbuatan kekerasan atas nama agama
masyarakat. Mereka adalah yang merasa terdapat beberapa penyebab yang
mendapatkan mandat untuk “membela yang mendasarinya. Sangat banyak kelompok
masalahnya jika kaum muda ternyata lebih tidak bisa dibiarkan karena menganggu
memilih masalah-masalah toleransi dan jumlah banyak kaum muda yang sering
solidaritas sosial, maka merekalah yang dijadikan sasaran untuk terlibat dalam
kita jadikan sebagai agen perdamaian dan gerakan radikalisme-terorisme di
solidarits sosial. Kecenderungan ini oleh Indonesia.
sebagian pengamat media dan populisme Fenomena ISIS merupakan isu yang
Islam disebabkan sedang terjadi saat ini ramai diperbincangkan di
kebangkitan politik identitas keagamaan Indonesia saat ini semenjak
atau populisme Islam. (Hadiz, 2014) kemunculannya diketahui oleh masyarakat
Dalam kaitan dakwah agama, maka Indonesia dari dukungan warga Indonesia
elit agama, pendakwah-misionaris tidak yang melakukan aksi baiat di beberapa
bertugas menyiram bibit radikal serta daerah serta video yang diunggah di
intoleransi kepada kaum muda dengan youtube baik berupa dukungan maupun
doktrin-doktrin keagamaan yang ancaman. Beberapa peristiwa yang terjadi
disampaikan secara serampangan dan tidak terdapat kaum muda di sana terlibat seperti
lengkap sesuai konteks sosial historisnya. di Malang, Temanggung, Wonosobo, Jawa
Kaum elit agama harus memberikan Barat, dan Banten. (Kompas, 26/6, 2016,
contoh yang nyata dalam berkata-kata Koran Tempo 26/6/2016). ISIS (Islamic
(berdakwah) dengan santun, bijaksana, dan State of Irak and Syiria) adalah gerakan
bertindak dengan damai dan keagamaan yang berupaya untuk
menentramkan. Tidak sembarangan menegakkan pemerintahan atau negara
berkata dan bertindak. yang berlandaskan sistem islam (Khilafah
Islamiyah) yaitu kelompok ekstremis yang
C. Radikalisme Kaum Muda mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah
dan berpedoman kepada prinsip-prinsip
Berdasarkan gambaran tentang jihad global (Ramdhany: 2014).
kekerasan-radikalisme agama telah Kelompok ISIS memiliki ciri Bendera
dikemukakan di atas, mendorong penulis bewarna hitam, hati yang keras (arogan dan
untuk mendeksripsikan Fenomena sadis). ISIS yang merupakan kelompok
Radikalisme Gerakan ISIS di Indonesia, radikal baik itu Al-Qaeda, Taliban, Nusra,
dengan memperhatikan berita-berita di Boko Haram, dan Asyabab merupakan
media massa (elektronik dan cetak) dimana gerakan yang selalu menghasilkan karya
angkatan muda banyak terlibat di sadisme dan brutalisme. ISIS yang dikenal
dalamnya. Seperti di Universitas sebagai kelompok radikal selalu
Muhammadiyah Surakarta dan Universitas menggunakan karya sadisme dan
Islam Negeri Syarif Hidayatullah beberapa brutalisme (Sumantho, 2014: 33-35).
waktu lalu menjadi bukti bahwa kaum ISIS adalah sebuah kelompok dengan
muda (mahasiswa) tertarik dan terlibat cita-cita membuat sebuah negara yang
dalam gerakan radikalis-terorisme yang berlandaskan syariat Islam. Kelompok ini
terjadi di Indonesia. Jumlah sedikit tetapi awalnya adalah binaan atau ciptaann Al-
Qaeda untuk wilayah Irak, akan tetapi dalam pemboman dan perang sungguhan
dengan terjadinya konflik di Suriah, ISIS yakni peledakan bom, mortar, bahkan
pun terlibat (Sumantho, 2014:29). pembunuhan.
Gerakan ISIS memiliki ciri yang Radikalisme memiliki sejarah yang
melekat pada kelompok ini yaitu; Pertama, dimunculkan dengan sikap fanatik,
bendera berwarna hitam. Kedua, kelompok intoleransi, dan ekslusif dalam Islam
yang lemah, Ketiga, hati yang keras pertama yang ditampakkan oleh kaum
(arogan dan sadis). Keempat, mengaku Khawarij sejak abad pertama hijriyah
mendirikan negara Daulah Islamiyah yang (Santosa, 2012). Radikalisme sendiri
bertujuan mendirikan negara Islam. memiliki ciri yang melekat yaitu sebagai
Kelima, mengajak kepada Al-Quran. berikut: Pertama, Memperjuangkan Islam
Keenam, nama-nama merekasemuannya secara Kaffah, dimana syariat Islam
julukan atau alias. Ketujuh, nama keluarga sebagai hukuman negara. Kedua,
mereka adalah nama daerah. Kedelapan, mendasarkan praktek keagamaannya pada
memelihara janggut mereka hingga orientasi masa lalu (safety). Ketiga,
panjang (Sumantho, 2014: 33-35). cenderung memusuhi Barat, terutama
Fenomena ISIS adalah rangkaian sekularisasi dan modernisasi. Keempat,
peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat perlawanan terhadap liberalisme islam
diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah yang tengah berkembang di Indonesia.
atau disiplin ilmu tertentu. Fenomena bisa (Abdurrahmad Mas’ud, 2014).
terjadi di semua tempat yang bisa diamati Jika dilihat dari tujuan radikalisme
oleh manusia (Hanif, 2011). Munculnya adalah kekuasaan dan penguasaan politik
Islamic State of Irak and Syiria (ISIS) Dengan mengedepankan atau men-cover
adalah fenomena baru dan mengejutkan atau memanfaatkan golongan, kelompok-
saat ini. ISIS sebuah kelompok yang kelompok primordial (suku, bangsa, ras,
melakukan operasinya di Irak dan Suriah, keyakinan, keagamaan, dan kepercayaan).
telah membawa pengaruh kepada negara- Berbagai pendekatan primordial inilah
negara di dunia. Gerakan yang dipimpin gerakan radikalisme membangun kekuatan
oleh Abu Bakar al - Baghdadi ini dikenal untuk mendapatkan legitimasi dan
dengan cara sadis yaitu menghalalkan solidaritas (Dwilaksana, 2014).
segara cara seperti membunuh, membantai,
menjarah, meneror siapapun dari D. Intoleransi Kaum Muda harus
kelompok manapun yang berbeda, Dihindarkan
menghalangi, dan menolak keberadaan
Bibit toleransi kaum muda seperti
kelompok ISIS.
Radikalisme-terorisme ISIS jika dikemukakan para psikolog sosial dan
diperhatikan dalam berita media kita dapat ilmuwan sosial sekurang-kurangnya
disebabkan karena empat hal utama; yakni
menyaksikan kaum muda terlibat di sana.
Mereka memanggul senjata, latihan pertama, soal kesiapan mental yang belum
perang, bahkan tampak di sana terlibat matang, sehingga anak anak muda
gampang terpengaruh oleh hal-hal yang seketika dan satu orang melarikan diri
disampaikan dari orang yang dianggap sampai sekarang tidak
lebih tua, lebih pintar, serta lebih ditemukan.(Kompas, 25, 2-2017)
“berkuasa” dalam hal keagamaan. Mental Keempat, masalah pemahaman teks
kaum muda pendeknya masih mencari keagamaan. Ini merupakan produk lama
figur siapa yang akan dijadikan “pedoman” yang senantiasa direproduksi oleh para
dalam kata-kata dan hidup. pemberi “mandat terror” dan para “mandat
Kedua, ketimpangan politik yang intoleransi” bahwa agama kita
memunculkan spekulasi bahwa kaum mengajarkan untuk jihad dengan fisik
muda kurang mendapatkan akses memadai yakni mati sebagai martir atau mati 431 di
padahal mereka menjadi tulang punggung sebuah ujung pedang, mati disebuah granat
politik seperti di Indonesia. Kondisi seperti atau bom Molotov. Semuanya dianggap
ini membuat kaum muda kecewa pada sebagai jihad yang sesungguhnya maka tak
negaranya. Ketika kecewa dan segan anak-anak muda yang masih kurang
mendapatkan siraman kebencian maka paham agamanya segera melaksanakan.
yang muncul adalah kebencian pada salah Hal itulah yang perlu mendapatkan
satu agama tertentu padahal yang perhatian oleh para pengelola negara dan
berpolitik di Indonesia bukan hanya salah pendakwah agama. Para pengelola negara
satu agama. dan pendakwah agama perlu merevisi
Ketiga, persoalan ketimpangan kembali pemahamannya tentang doktrin
ekonomi. Ketimpangan ekonomi sering jihad, doktrin iman, doktrin, takwa bahkan
dikatakan oleh para ahli ekonomi politik doktrin surga dan neraka sehingga
dan sosiolog menjadi bibit paling subur memberikan kerangka yang relatif utuh
munculnya intoleransi dan kekerasan. pada kaum muda harapan bangsa kita.
Disebabkan karena hidup susah yang Agamawan harus mendorong sikap dan
diderita, pekerjaan sulit didapatkan dan tindakan toleransi antar umat beragama
pengangguran menunggu di depannya, yang sekarang tampak semakin hampa.
ketika ada sekelompok atau seseorang Sikap toleransi itu sendiri merupakan
menyiramkan bibit kebencian dan masuk kesediaan untuk menerima adanya
surga segera tanpa basa-basi mereka kaum perbedaan teologi, perbedaan keyakinan,
muda mengikutinya. Kasus pengantin bom menghargai, menghormati yang berbeda
dan pemboman yang dilakukan di sebagai sesuatu yang nyata adanya dan
Indonesia lima tahun terakhir adalah anak diyakini oleh mereka yang memang
muda bukan kaum sepuh (old citizenship). berbeda dengan kita. Dengan sikap
Pemboman di Tamrin, Februari 24, 2017, toleransi inilah akan lahir sikap hidup
misalnya dilakukan oleh mereka yang rukun dalam perbedaan, tidak saling
berumur masih 26-32 tahun. Menurut menghujat, membenci, mengkafirkan
informasi pihak Kepolisian Sunoto dan apalagi hendak membunuhnya karena
kawannya mereka empat orang yang berbeda dengan kita.
melakukan dimana tiga diantaranya wafat
Itulah pesan yang sangat penting dari al-Quran di Kalimantan Selatan, Perda
pemimpin sedunia umat Katolik seperti Pengelolaan Zakat di Batam, dan Perda
kita sampaikan diawal tulisan bukan hanya Pengelolaan Zakat di Mamuju. Walikota
bagi umat Katolik, tetapi bagi seluruh Palembang, juga menekan surat bernomor
warga manusia yang mengaku beragama. 177 Tahun 2009, tentang Kewajiban
Beragama dengan demikian bukan untuk Membayar Zakat bagi PNS di Kota
saling membenci, menghardik, atau Palembang.
menghakimi. Beragama adalah Pada tahun 2010, The Wahid Institute
memanusiakan manusia serta kembali merilis laporannya. Hasilnya
menghargainya sebagai Ciptaan itulah menyedihkan. Kasus Pelanggaran naik;
Kodrat Ilahi. dari 35 kasus, menjadi 63 kasus
Imparsial mencatat, terjadi 24 kasus pelanggaran.Sedang intoleransi; dari 93
penutupan gereja sepanjang 2005. kasus, menjadi 133 kasus, atau naik 30
Pelanggaran kebebasan beragama dan persen. Salah satu faktornya, menurut
berkeyakinan lainnya, selama 2005 analisis The Wahid Institute adalah adanya
sebanyak 12 kasus. Bentuknya, mulai dari pembiaran yang dilakukan negara.
penyesatan, penangkapan, hingga Hal senada, juga terlihat dalam laporan
pelarangan beribadah. Selanjutnya, Setara yang dirilis Setara Institute (2010).
Institute (2007), mencatat bahwa di Sepanjang tahun 2010, tejadi 216 peristiwa
sepanjang 2007 telah terjadi 135 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/
pelanggaran kebebasan beragama berkeyakinan, yang mengandung 286
berkeyakinan. Sementara itu, laporan PGI bentuk tindakan, yang menyebar di 20
dan KWI, sejak 2004—2007, terjadi 108 propinsi. Dari 286, 103 tindakan, dilakukan
kasus penutupan, penyerangan, dan oleh negara yang melibatkan para
perusakan gereja. penyelenggara negara sebagai aktor.
Pada tahun 2009, dalam laporan Institusi negara yang paling banyak
tentang kebebasan beragama yang dirilis melakukan pelanggaran adalah kepolisian;
The Wahid Institute (2009), mencatat sebanyak dengan 56 tindakan. Selanjutnya
bahwa sepanjang tahun 2009, terjadi 35 Bupati/Walikota, Camat, Satpol PP,
pelanggaran kebebasan beragama, 93 Pengadilan, Kementerian Agama, TNI,
tindakan intoleransi. Aparat kepolisian Menteri Agama, dan selebihnya, institusi-
adalah pelaku terbanyak tindakan institusi lainnya.
pelanggaran, sedang ormas keagamaan Selain itu, riset yang juga dilakukan
pelaku terbanyak tindakan intoleransi. oleh Setara Institute, pada rentang 20
Laporan ini juga menyuguhkan banyaknya Oktober-10 November 2010, terhadap
bermunculan peraturan yang dinilai 1.200 responden, juga menunjukkan
diskriminatif. Setidaknya, ada enam perda adanya tren peningkatan pemahaman anti
bernuansa agama: Qanun Jinayah di Aceh, toleransi. Survei yang mengambil
Perda Zakat di Bekasi, Perda Pelarangan responden warga Jakarta, Bogor, Depok,
Pelacuran di Jombang, Perda Pendidikan Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) ini
menyebut, (49,5 persen) responden tidak Di samping itu, persoalan yang tak
menyetujui adanya rumah ibadah bagi kalah penting adalah soal peran media
penganut agama yang berbeda dari agama dalam advokasi penguatan toleransi di
yang dianutnya. Sedangkan (45 persen) media massa. Tantangan bias toleransi
lainnya, dapat menerima keberadaan dalam meliputi isu-isu keagamaan relatif
rumah ibadah agama lain, dan sisanya tidak masih menuai soal. Hasil riset The
menjawab.(Setara Institute; 2010, 11). International Journal of Press dan
Pada tahun 2011, ICRP mencatat Yayasan Pantau (2010), bertajuk “Misi
bahwa ternyata aksi-aksi kekerasan dan Jurnalisme Indonesia: Demokrasi yang
diskriminasi yang dilakukan kelompok Seimbang, Pembangunan, dan Nilai-Nilai
keagamaan tertentu, ternyata tak menurun. Islam”, menunjukan problem ini.
Aksi paling brutal menimpa jemaat (vhrmedia.com:2010).
Ahmadiyah di Cikeusik, pada 6 Februari Hal yang juga menarik survei LSI dan
2011. Tiga orang tewas dengan cara Yayasan DENY JA menyebutkan tahun
biadab. Kasus ini, tragisnya, menyulut 2012, masyarakat kehilangan kepercayaan
desakan pembubaran dan keputusan kepala dan kepuasan terhadap lembaga Negara
daerah untuk melarang aktivitas demikian rendah. Ketidakpuasan
Ahmadiyah. Sejumlah kebijakan muncul di masyarakat atas Lembaga Kepresidenan
Jawa Timur, Pandeglang, Jawa Barat, mencapai 62, 7%, ketidakpuasan terhadap
Depok, dan sejumlah wilayah lain. Polisi 64,7 % dan ketidakpuasan terhadap
Selain itu, hasil survei Lembaga partai politik 58,1%. Rendahnya kepuasan
Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), masyarakat atas tiga lembaga Negara
Oktober 2010-Januari 2011, menyebut disebabkan kerja lambat, terkesan apatis,
bahwa ternyata ada persoalan paling dan membiarkan dalam pelbagai kasus
mendasar pada level kultural bangsa ini. pelanggaran HAM kebebasan beragama di
Yakni, berkembangnya pemahaman Indonesia.
radikal dan anti toleransi, yang sudah Sementara itu mendasarkan pada
masuk ke ruang pendidikan. Dari 100 SMP laporan tahunan kebebasan beragama dan
serta SMA umum di Jakarta dan berkeyakinan The Wahid Institute 2013
sekitarnya, dari 993 siswa yang disurvei, menyatakan bahwa selama Januari sampai
sekitar (48,9 persen) menyatakan setuju Desember 2013, jumlah pelanggaran atau
atau sangat setuju terhadap aksi kekerasan intoleransi keyakinan beragama berjumlah
atas nama agama dan moral. Sisanya, (51,1 245 peristiwa.Terdiri dari 106 peristiwa
persen) menyatakan kurang setuju atau (43%) yang melibatkan aktor negara dan 139
sangat tak setuju. Di antara 590 guru agama peristiwa (57%) oleh aktor non-negara.
yang menjadi responden, (28,2 persen) Sementara total jumlah tindakan kekerasan
menyatakan setuju atau sangat setuju atas dan intoleransi mencapai 280, dimana 121
aksi-aksi kekerasan berbaju agama. tindakan (43%) dilakukan aktor negara dan
(Tempo, 2011). 159 tindakan (57%) oleh aktor non negara.
(The Wahid Institute Januari 2014).
Pada tahun 2012, hasil survei yang secara paham keagamaan. Hal ini jika
dilakukan oleh Yayasan Denny JA dan LSI dibiarkan akan membahayakan kehidupan
Community (MI: 2012), menunjukkan keagamaan di Indonesia.
bahwa trend intoleransi masyarakat Survei The Wahid Foundation (2016)
Indonesia terus meningkat. Masyarakat melaporkan kaum muda terlibat dalam
merasa semakin tak nyaman akan dukungan pada aktivitas kekerasan
keberadaan orang lain (yang berbeda keagamaan (jihad) dan terorisme mencapai
identitas (berbeda agama, maupun berbeda 76 %. Mendukung aksi-aksi intoleransi
aliran dalam satu agama ) di sekitarnya. Di mencapai 46 %. Sementara tahun 2017, The
tahun 2005, mereka yang keberatan hidup Wahid Foundation melaporkan bahwa Unit
berdampingan dengan yang berbeda agama Kerohanian Islam (Rohis) di Jabodetabek
(6,9%), pada tahun 2012, naik menjadi melakukan kajian jihad dalam makna perang
(15%). Sedangkan mereka yang keberatan mencapai 87 %. Terkait dengan aksi
untuk hidup berdampingan dengan orang kekerasan radikalisme-terorisme yang
berbeda aliran (Syiah) (26,7%) pada tahun dilakukan di Indonesia, kaum muda muslim
2005, menjadi (41,8%) pada tahun 2012. yang tergabung dalam Unit Kerhonian Islam
Publik yang keberatan untuk hidup juga menyetujui. Makna dari temuan The
berdampingan dengan yang berbeda Wahid Foundation adalah kaum muda
identitas tersebut, mayoritas adalah mereka muslim telah memiliki pikiran bahwa jika
yang berpendidikan dan berpenghasilan ada aksi kekerasan atas nama agama Islam
rendah (SMA ke bawah), yakni sekitar itu dibolehkan. Fakta-fakta di atas,
(67,8%) keberatan untuk bertetangga dengan setidaknya menunjukan bahwa sikap
yang berbeda agama dan (61,2%) keberatan toleransi dan kesadaran akan keberagaman
untuk bertetangga dengan orang Syiah. di Indonesia masih menjadi tantangan besar.
Sedangkan mereka yang berpendidikan Keberagaman yang harusnya menjadi modal
tinggi (SMA ke atas), (32,2%) tak nyaman sosial yang luar biasa bagi bangsa Indonesia,
bertetangga dengan yang berbeda agama, ternyata berbuah kerentanan konflik, anti-
dan (38,8%) keberatan untuk bertetangga dialog, dan penyingkiran. Jika persoalan
dengan orang Syiah. tersebut tak segera diantisipasi, maka
Berdasarkan pada survei yang dilakukan eksistensi NKRI akan menjadi taruhannya.
oleh Yayasan Denny JA diatas kita dapat Berdasarkan atas fakta yang lapangan yang
menyaksikan bahwa masyarakat beragama disampaikan The Wahid Institute diatas
di Indonesia memiliki kebencian yang cukup terdapat pertanyaan fundamental yang harus
mendalam pada Syiah sebagai bagian dari dijawab oleh setiap warga negara yang
Islam yang telah dianut sejak dahulu di mengaku memiliki keyakinan keagamaan.
Indonesia. Masyarakat kita memiliki Hal apakah yang menyebabkan perilaku
perasaan yang tidak senang kepada Syiah kekerasan dan tindakan melanggar undang-
sejak tahun 2005 sampai tahun 2012 terus undang dasar terkait kebebasan beragama
meningkat. Hal ini tentu saja menjadi terus berlangsung? Bukankah kebebasan
persoalan serius di negeri yang beragam menganut keyakinan keagamaan merupakan
440 | JURNAL STUDI PEMUDA • VOL. 5 , NO. 1 , MEI 2016
Zuly Qodir, Kaum Muda, Intoleransi, dan Radikalisme Agama
hak asasi yang tidak dapat tergantikan di Konghucu. Sementara agama-agama non
Indonesia? resmi seperti agama-agama suku dan
Hal yang paling krusial jika kita keyakinan-keyakinan lokal seperti
mendasarkan pada fakta lapangan yang Kaharingan di Kalimantan, Sunda Wiwitan
ditemukan The Wahid Institute perilaku di Cirebon, Parmalin di Sumatra, Wetu Telu
pelarangan dan tindakan kekerasan atas di Lombok tidak diakui sebagai agama.
mereka yang beragama dilakukan oleh aktor Bersama-sama dengan Penganut Pengasih,
yang bernama Negara, bukan sekedar warga Sapto Dharmo, dan lainnya di Jawa dikenal
negara. Padahal kita mengetahui bahwa dengan sebutan penganut penghayat kepada
Negara seharusnya berperan menjadi Tuhan yang Maha Esa dan bagian dari
penjamin dan pengayom kebebasan kebudayaan. Padahal betapa banyaknya
berkeyakinan di dalam menganut suatu yang tidak masuk dalam anah “agama
keyakinan keagamaan dan mengerjakan resmi” Negara jika berdasarkan UU PNPS
ibadah penganut agama sesuai tahun 1965 yang hanya mengakui enam
keyakinannya. agama resmi saja: Kristen, Katolik, Islam,
Jika kita baca secara keseluruhan dari Hindu, Budha dan Konghucu, diluar enam
data survei yang terkait dengan persoalan tidak termasuk agama atau aliran yang sah di
intoleransi, radikalisme, dan terorisme Indonesia. Di Indonesia sendiri seperti
seperti dikemukakan diatas kita dapat dalam PNPS (Peraturan Negara dan Pejabat
menyatakan bahwa persoalan intoleransi Sipil) tahun 1965 mengatakan bahwa agama
dikalangan kaum muda muslim (khususnya) yang diakui di Indonesia hanya ada lima
cukup serius sebagai problem keagamaan yakni Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan
dan kebangsaan. Bahkan, jika kita kaitkan Islam. (Hikmat Budiman, 2007)
dengan isu radikalisme dan terorisme Beberapa persoalan isu antar agama
dikalangan kaum muda diantara mereka itu yang menjadi krusial untuk kita bicarakan
berpikiran mendukung aksi-aksi kekerasan dalam hubungannya dengan beberapa
atas nama agama. Oleh sebab itu, secara perilaku dan tindakan kekerasan antar agama
sederhana dapat dikatakan bahwa kaum di Indonesia yang dilakukan dan diyakini
muda Indonesia berdasarkan survei diatas oleh kaum muda muslim. Persoalan penting
bisa dikatakan menyetujui adanya aksi-aksi seperti telah dikemukakan dibagian
radikalisme terorisme yang dilakukan atas sebelumnya dari tulisan ini, juga persoalan-
nama agama. persoalan penting yang hendak
dikemukakan dibawah ini merupakan hal
E. Isu Krusial Antaragama sangat penting dalam kerangkan Negara
Indonesia, merupakan negara yang yang tidak berdasarkan agama. Persoalan
secara agama multi religious, baik internal dasar Negara yang sudah final dipersoalkan
(Islam terdapat berbagai mazhab), oleh kaum muda muslim. Padahal Indonesia,
sedangkan secara eksternal kita mengenal sebagaimana dikemukakan para ahli tentang
enam “agama resmi”, yakni Kristen, agama dan Negara di Indonesia seperti
Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Abdurrahman Wahid, Ahmad Syafii Maarif
Padahal tidak selalu demikian. Sebab perihal kadang mencari pengikut dengan dakwah
kawin agama tidak harus berpindah agama. atau penyebaran di masyarakat yang
Hanya saja dikalangan muslim kawin antar beragam.Tidak mungkin umat Islam hanya
agama antara Islam dengan Kristen masih berdakwah dikalangan umat Islam dan
dianggap hal yang dilarang kitab suci karena sebaliknya Kristen, mereka sama-sama
dianggap kawin dengan kaum yang tidak sah agama misionaris maka menyebarkan
sehingga dilarang. Namun sekarang kepada masyarakat adalah hal yang
sebagian intelektual muslim tidak lagi sebenarnya wajar.(CRCS UGM, 2010, 2011,
memandang kawin antar agama dalam 2012).
perspektif teologis tetapi sosiologis dan Isu tentang toleransi seringkali dikaitkan
psikologis selain kultural. Kawin antar secara langsung dengan isu pluralisme.
agama seringkali menjadi senjata ampuh Toleransi yang berlebihan jika ada istilah
untuk saling mencurigai, menyudutkan dan toleransi berlebihan (sebab saya sering
menyalahkan dakwah agama-agama mendengar istilah ini dikalangan sebagian
terutama Islam dan Kristen. Kawin antar umat Islam tentu saja) adalah istilah yang
agama dianggap sebagai metode sangat krusial diantara umat islam sebab
penambahan jumlah umat beragama senantiasa dihubungkan dengan isu yang
dikalangan agama Ibrahim, sebagai agama sekarang menjadi penting dalam sebuah
misionaris-atau agama dakwah. Kaum muda masyarakat modern yang multi agama dan
muslim, tidak setuju dengan kawin antar etnis. Pluralisme inilah isu sangat sentral
agama jka dilakukan dilingkungan belakangan apalagi Majlis Ulama Indonesia
keluargnya, mencapai 78 %. Tetapi jika memahami Pluralisme adalah relativisme
dilakukan oleh keluarga orang lain kaum alias meniadakan keragaman dan keunikan
muda ini setuju mencapai 43 %. (CRCS agama-agama. Bahkan dalam pandangan
UGM, 2011) MUI agama-agama itu dianggap sama oleh
Inilah persoalan lain lagi yang hemat para pejuang pluralisme padahal tidak
juga saya sangat serius yakni soal isu pindah demikian sama sekali. Pluralisme bahkan
agama (konversi agama). Khususnya dalam sebuah gagasan dan praktek penghargaan
tradisi Islam, soal pindah agama dianggap yang hebat tentang keragaman agama yang
sebagai kafir dan murtad (tidak lagi ada di muka bumi. Pluralisme sebenarnya
beriman) sehingga akan banyak argumen menurut hemat saya adalah prinsip agamaku
diajukan disana untuk menentang pindah adalah agamaku dan agama mu adalah agama
agama dan menghentikan orang untuk mu.Tidak ada campur aduk disana secara
pindah agama. Pemilihan agama dalam pasti sebab masing-masing agama memang
islam sekalipun dipersilahkan oleh kitab suci memiliki keunikan dan perbedaannya.
tetapi dalam prakteknya tidak demikian. (CRCS UGM, 2009, 2010, 2011, 2012).
Pindah agama dilarang keras tetapi kalau Semua tindakan kebencian, teror dan
dari awal pada agama yang bukan Islam perusakan harus mendapatkan perhatian
tidak dipersoalkan. Inilah yang menurut saya serius dari aparat negara yang dinilai oleh
menjadi problem agama-agama misi yang publik lemah bahkan sebagai failed state,
sehingga publik tidak mendapatkan kepuasan semua warga Negara di Indonesia untuk
atas pelayanan yang dilakukan selama ini. hidup berdampingan berdasarkan realitas
Semoga Tahun 2014 ini dan lima tahun keragaman agama dan aliran keyakinan.
mendatang menjadi tahun yang lebih baik Kaum muda masih menolak hal itu yang
untuk kehidupan keagamaan di Indonesia. secara faktual menumbuhkan kekerasan dan
Kita tahu umat Islam adalah mayoritas sektarianisme yang membelenggu
mencapai 88,18 % dari total penduduk masyarakat. Agama harus dihadirkan untuk
Indonesia 237.641.326 (BPS, 2010). Secara membela rakyat yang melarat dan
berurutan penganut Kristen: 16,5 juta terdiskriminasi bukan membela para raja dan
(6,96%); 6,9 juta (2,4 %) Katolik; 4 juta penguasa.
(1,69%) Hindu; 1,7 juta (0,72%) Budha; 0,11 Dalam konteks agama seperti itu,
juta (0,05%) Konghucu dan lainnya 0,13 %. janganlah dilupakan bagaimana
Sekarang diperkirakan mencapai 254 juta, pentingnya kaum muda menjadi bagian
dengan etnis Jawa paling dominan 207 juta, dari agensi pejuangan untuk menciptakan
tetapi tidak berarti umat lain tidak penting keamanan dan kedamaian di Indonesia.
artinya di Indonesia, sebab makna keragaman Kaum muda tidak bisa dibiarkan untuk
(multi agama dan multi etnis) inilah yang terlibat dalam aksi-aksi kekerasan sebab
membuat Indonesia itu kaya dan seharusnya mereka inilah yang akan menjadi penentu
hebat. kehidupan Indonesia dimasa depan. Kaum
Berdasarkan data survei dari beberapa muda merupakan harapan kehidupan
lembaga penelitian yang dikemukakan bangsa. Kaum muda tidak bisa
diatas dimana kaum muda muslim Indonesia dipersalahkan jika terlibat dalam aksi-aksi
438
masih mempersoalkan beberapa masalah kekerasan radikalisme dan terorisme ketika
seperti dasar Negara, hubungan dengan persoalan bangsa terus berada di
orang beragama lain, kawin antar agama, hadapannya yang dianggap tidak sesuai
toleransi dan pluralisme sebenarnya ada dengan harapan kaum muda. Fakta sosial
masalah dalam kerangka pemikiran kaum bahwa terdapat jurang kesejahteraan sosial
muda untuk menerima kenyataan sejarah di Indonesia yang sering menjadi pemicu
bahwa Indonesia telah disepakati oleh adanya aksi kekerasan dilihat oleh kaum
pendiri bangsa sebagai Negara yang muda. Belum lagi masalah pengangguran
berdasarkan Pancasila. Pancasila yang digali terdidik juga menjadi persoalan serius di
dari dalam dirinya sendiri masyarakat Indonesia.
nusantara bukan dari Negara lain sebagai Oleh sebab itu beberapa persoalan
kesepakatan bersama untuk menjadi dasar penyebab radikalisme-terorisme harus
Negara. Pancasila juga diyakini oleh para menjadi perhatian kita semua. Beberapa
pendiri bangsa serta para ahli agama dan penyebab radikalisme terorisme kaum muda
Negara tidak bertentangan dengan Islam. seperti persoalan ekonomi, politik,
Selain itu, kaum muda kita ternyata mentalitas, agama dan kultural merupakan
masih bermasalah dalam hal yang bersifat hal yang perlu diperhatikan secara serius.
rekognisi sosial serta meletakkan kesetaraan Kaum muda adalah bagian dari entitas
masyarakat yang sangat penting diharapkan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian
melakukan perubahan dimasa depan. Fakta (LaKIP), Oktober 2010-Januari 2011,
sosial belakangan terdapat banyak kaum Survei Perilaku Keagamaan Kaum
muda terlibat dalam aksi-aksi kekerasan di Muda Indonesia.
beberapa daerah nusantara adalah hal yang Masud, Abdurrahman. 2014. Islam dan
tidak bisa dianggap remeh. Jangan pernah Globalisasi, Pustaka Pelajar.
dibiarkan kaum muda terlibat dalam aksi- Media Indonesia. 7 Juli 2012.
aksi kekerasan radikalisme dan terorisme Meyer, Mark Juergen, Terror in the Mind of
berdasarkan argumen keagamaan sekalipun God: The Global Rise of Religious
sebab hal itu tidak sesuai dengan ajaran Violence (Comparative Studies in
keagamaan yang rahmahmatan lil alamin. Religion and Society) September 1,
2003.
***** Mohammad Hanif. 2011. ISIS dan
Kekerasan Keagamaan di Timur
Tengah, Jurnal kajian Islam dan
Referensi Keindonesiaan. IAIN Salatiga, vol 9
No. 2 2011.
Al-Qurthuby, Sumantho. 2014. Radikalisme
R. Scott Appleby. 2004. The Ambivalence of
Agama dan ISIS. Jurnal NU-Online
the Sacred: Religion, Violence and
Jakarta.
Reconciliation.
Badan Pusat Statistik. 2010.
Setara Institute. 2011. Kehidupan
Dwilaksana. 2014. Radikalisme dan
keagamaan di Indonesia.
Karakteristiknya. Jurnal Studi Agama
Tempo. 26 Juni 2016.
Universitas Islam Negeri Malang, vol
The Wahid Institute. 2012 Laporan
12 nomor 2 2014.
Kehidupan Keagamaan di Indonesia.
Hadiz, Vedi R. 2014. Islamic Populism in
The International Journal of Press dan
Indonesia and the Midle East, Iseas
Yayasan Pantau, 2010.
Singapore.
The Wahid Institute. 2014. Kekerasan
Hikmat Budiman. 2007 Masyarakat
Bernuansa Keagamaan di Indonesia.
Multikultur: Kebebasan dan
Thomas Santosa. 2012. Radikalisme dan
Kewarganegaraan, Tifa Foundation
Kekerasan Agama, Galia Indonesia,
dan Yayasan Interseksi.
Jakarta.
Indonesia Conference on Religion and Peace
Yayasan Denny JA dan LSI Community.
(ICRP 2011), Aksi Kekerasan dan
2012. Laporan Kehidupan
Diskriminasi di Indonesia.
Keagamaan Indonesia.
JE. Sahetapi (dkk). 1999. Laporan
Zainal Abidin Bagir, Suhadi dan Endy
kekerasan perusakan rumah Ibadah di
Saputro. 2009. Laporan Kehidupan
Indonesia. FFKS. Surabaya.
Keagamaan di Indonesia. Centre for
Kompas. 25 Februari 2017.
Religious and Cultural Studies UGM.
Kompas. 26 Juni 2016.