Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Masalah Ketenagakerjaan Di Provinsi Bali”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan oleh guru Ekonomi dan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran
Ekonomi di SMA Negeri 1 Sidemen.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada orang-
orang yang telah memberikan inspirasi dan informasinya.

“Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….……………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………….…………………………………….…..... 4
1.2 Rumusan Masalah ....…..……………………………………………………………………………….……….. 4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………….….…………………………………………………………………....... 4

BAB II ISI
2.1 Tenaga Kerja di Provinsi Bali …………………..……………………….………………..…….………….... 5
2.2 Masalah Ketenagakerjaan di Provinsi Bali ………………………....………….…...................... 5
2.2.1 Jumlah Angkatan Kerja ………..………………............…………........…….…………….……..…... 5
2.2.2 Upah …………..…………………………………………………….……………………...............……......... 6
2.2.3 Kualitas ………..…………………………………….…..…………………………….………..…..…. 7
2.2.4 Persebaran Tenaga Kerja ……………..…………………………………………….……........ 9
2.3 Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Bali ………….…………..…….…..……...….. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………….…………………………….…………..………..…………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..….…………………….…………..……………….…….…. 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bali merupakan wilayah di Indonesia yang jumlah penduduknya padat. Dan tiap tahunya
jumlah penduduk kian meningkat. Meskipun demikian meningkatnya jumlah penduduk Bali
tidak bisa lepas dari berbagai masalah, salah satunya adalah masalah
ketenagakerjaan. Sebenarnya kondisi ketenagakerjaan di Bali tergolong cukup baik, karena
tingkat pengangguran hanya 1,37 persen, paling rendah dibanding daerah lainnya di
Indonesia. Penduduk usia kerja di Bali sebanyak 3,06 juta orang, 2,41 juta orang di
antaranya tergolong sebagai angkatan kerja atau tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
mencapai 78,61 persen. Sedangkan 656.080 orang lainnya tergolong sebagai bukan
angkatan kerja, yakni mereka yang hanya memiliki kegiatan bersekolah, mengurus rumah
tangga serta aktivitas lainnya. Angkatan kerja terbagi dalam kelompok penduduk yang
bekerja dan pengangguran. Jumlah penduduk Bali yang bekerja hingga Februari 2014
tercatat 2,37 juta orang (98,63 persen). Dari jumlah angkatan kerja hanya 1,37 persen
lainnya yang tidak terserap pada lapangan kerja. Industri pariwisata yang menjadi motor
penggerak perekonomian Bali sanggup menyediakan peluang kerja yang menjanjikan bagi
masyarakat setempat maupun penduduk luar Bali. Namun, masih terdapat beberapa
masalah ketenagakerjaan yang pada gilirannya membawa berbagai persoalan sosial
ekonomi tersendiri. Masalah ketenagakerjaan seperti jumlah angkatan kerja, upah, kualitas
dan persebaran tenaga kerja yang belum merata di pelosok Bali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana masalah ketenagakerjaan di Bali?
2. Bagaimana kondisi tenaga kerja di Bali?
3. Bagaimana sistem upah yang berlaku di Bali?
4. Bagaimana cara peningkatan mutu atau kualitas tenaga kerja di Bali?
5. Bagaimana upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan di Bali?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk memenuhi tugas Ekonomi
2. Untuk mengetahui masalah ketenagakerjaan di Bali
3. Untuk mengetahui kondisi tenaga kerja di Bali
4. Untuk mengetahui sistem upah di Bali
5. Untuk mengetahui cara peningkatan mutu atau kualitas tenaga kerja di Bali
6. Untuk mengetahui upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan di Bali
BAB II ISI

2.1 Tenaga Kerja di Provinsi Bali


Kondisi ketenagakerjaan di Bali tergolong cukup baik, karena tingkat pengangguran hanya
1,37 persen, paling rendah dibanding daerah lainnya di Indonesia. Penduduk usia kerja di
Bali sebanyak 3,06 juta orang, 2,41 juta orang di antaranya tergolong sebagai angkatan kerja
atau tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 78,61 persen. Sedangkan 656.080
orang lainnya tergolong sebagai bukan angkatan kerja, yakni mereka yang hanya memiliki
kegiatan bersekolah, mengurus rumah tangga serta aktivitas lainnya. Angkatan kerja terbagi
dalam kelompok penduduk yang bekerja dan pengangguran. Jumlah penduduk Bali yang
bekerja hingga Februari 2014 tercatat 2,37 juta orang (98,63 persen). Dari jumlah angkatan
kerja hanya 1,37 persen lainnya yang tidak terserap pada lapangan kerja. Industri pariwisata
yang menjadi motor penggerak perekonomian Bali sanggup menyediakan peluang kerja
yang menjanjikan bagi masyarakat setempat maupun penduduk luar Bali.

2.2 Masalah Ketenagakerjaan di Provinsi Bali


Kondisi ketenagakerjaan di Bali termasuk cukup baik, hal ini disebabkan tingkat
pengangguran yang hanya 1,37 persen, paling rendah dibanding daerah lainnya di
Indonesia. Namun masih banyak juga terdapat permasalahan ketenagakerjaan selain tingkat
pengangguran, seperti jumlah angkatan kerja, upah, kualitas dan persebaran tenaga kerja
yang belum merata di pelosok Bali.
1. Jumlah Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja di Bali sebanyak 3,06 juta orang, 2,41 juta orang di antaranya tergolong
sebagai angkatan kerja atau tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 78,61
persen. Sedangkan 656.080 orang lainnya tergolong sebagai bukan angkatan kerja, yakni
mereka yang hanya memiliki kegiatan bersekolah, mengurus rumah tangga serta aktivitas
lainnya. Angkatan kerja terbagi dalam kelompok penduduk yang bekerja dan pengangguran.
Jumlah penduduk Bali yang bekerja hingga Februari 2014 tercatat 2,37 juta orang (98,63
persen). Dari jumlah angkatan kerja hanya 1,37 persen lainnya yang tidak terserap pada
lapangan kerja.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja
akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung
dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah,
semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
Salah satu cara atau solusi yang dapat dilakukan yaitu pemerintah harus memaksimalkan
pelaksanaan program KB atau keluarga berencana. Jika program KB dapat berjalan dengan
baik, maka jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran akan menurun, demikian juga
angkatan kerja semakin berkurang. Apabila penurunan jumlah angkatan kerja diikuti dengan
peningkatan jumlah lapangan pekerjaan, maka jumlah pengangguran dapat berkurang.

2. Upah
Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum pekerja adalah rendahnya atau tidak
sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini, yakni kebutuhan hidup semakin meningkat,
sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak protes kaum
pekerja. Adapun dalam sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi
penarik bagi para investor asing. Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan
pendapatan pemerintah (bukan rakyat), justru memelihara kondisi seperti ini.
Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah lebih sering memihak ‘sang investor’. dibanding
dengan buruh (yang merupakan rakyatnya sendiri) ketika terjadi krisis perburuhan.
Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas SDM. Persoalannya
bagaimana, SDM bisa meningkat kalau biaya pendidikan mahal?
Solusi terhadap problem UMR dan UMD ini tentu saja harus terus diupayakan dan
diharapkan mampu membangun kondisi seideal mungkin.
Upaya yang harus dilakukan Pemerintah dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak
bagi pekerja, perlu menetapkan upah minimum. Penetapan upah minimum itu antara lain
dilakukan dengan mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan pekerja, tanpa
mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan perusahaan serta perkembangan
perekonomian pada umumnya.
Semula upah minimum ditetapkan secara regional, atau sering kita kenal sebagai upah
minimum regional (UMR). Sistem upah ini ditetapkan berdasarkan biaya hidup pekerja
disetiap daerah. Sebelum tahun 2000, Indonesia menganut sistem pengupahan
berdasarkan kawasan (regional). Artinya, untuk kawasan yang berbeda, upah minimum yang
harus diterima oleh pekerja juga berbeda. Ini berdasarkan pada perbedaan biaya hidup
pekerja di setiap daerah. Akan tetapi, penentuan upah berdasarkan kawasan ini masih
dirasakan belum cukup untuk mewakili angka biaya hidup di setiap daerah. Untuk itu
pemerintah melakukan perubahan peraturan tentang upah minimum.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka pemberlakuan Upah Minimum
Regional (UMR) berubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) atau upah minimum
kabupaten/kota. Dengan adanya peraturan baru ini, provinsi-provinsi di Indonesia mulai
menyeuaikan upah minimum regional di daerah mereka.
Pajak penghasilan yang berhubungan dengan upah minimum provinsi atau upah minimum
kabupaten/kota diatur oleh pemerintah melalui PP No. 5 Tahun 2003 mengenai Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja Sampai Dengan Sebesar Upah
Minimum Provinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota. Peraturan ini dibuat berdasarkan
kenyataan bahwa masih banyak pekerja yang memperoleh penghasilan dalam sebulan di
atas Penghasilan Tidak Kena Pajak, namun masih di bawah atau sebesar UMP. Akibatnya,
pekerja tersebut dikenakan PPh pasal 21 atas penghasilannya, sehingga mungkin
mengurangi kesejahteraan pekerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk penghasilan
pekerja sampai dengan sebesar UMP atau upah minimum, pajak penghasilan yang terutang
atas penghasilan tersebut ditanggung oleh pemerintah.
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan
tetap. Penetapan upah buruh di Bali dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang.
Setelah otonomi daerah berlaku penuh dikenal pula istilah upah minimum kabupaten/kota
(UMK). Angka UMK merupakan hasil perhitungan dewan pengupahan kabupaten/kota
(DPK). UMP Provinsi Bali tahun 2014 adalah sebesar Rp. 1.542.600, naik 30,62% dari UMP
tahun 2013 yang hanya sebesar Rp. 1.181.000. Dan kenaikan 30,62% menjadi yang tertinggi
di Indonesia. Kenaikan yang signifikan itu disebabkan oleh tuntutan dari elemen buruh di
Bali lantaran dinilai kecil. Terlebih Komponen Hidup Layak (KHL) di Bali dengan status
penghasil devisa sektor pariwisata yang tergolong cukup tinggi.
UMK juga mengalami peningkatan, UMK kabupaten/kota di Provinsi Bali dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

3. Kualitas
Kualitas tenaga kerja kerja di Provinsi Bali terbilang sudah cukup baik. Namun, masih juga
terdapat tenaga kerja dengan kualitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu rendahnya pendidikan, selain itu penyebab lainnya diantaranya terbatasnya
fasiltas infrastruktur dan faktor-faktor lainnya.
 Pendidikan yang Rendah
Di dalam pendidikan terdapat unsur pengembangan, peningkatan, dan pembinaaan untuk
senantiasa meningkatkan keterampilan, kepribadian, dan potensi yang dimiliki oleh seorang
individu. Pendidikan yang tidak sesuai standar akan sangat berpengaruh pada kehidupan
individu. Jika usaha penyiapan tenaga kerja melalui pendidikan ini tidak berjalan optimal
atau kualitasnya tidak sesuai, maka hasilnya adalah individu yang bermutu rendah.
Kecakapan individu ini akan sangat kurang memadai jika ia menjadi tenaga kerja. Kecakapan
seorang tenaga kerja pastinya berpengaruh pada daya jualnya di pasar tenaga kerja serta
dalam produktifitasnya ketika manghasilkan barang dan jasa. Sayangnya, di Indonesia
khususnya di Bali, masih banyak tingkat pendidikan tenaga kerjanya masih tergolong
rendah. Upaya yang harus dilakukan pemerintah yaitu, meningkatkan kualitas pendidikan
dan memberikan pendidikan yang merata pada tiap-tiap wilayah kabupaten.
 Tidak Menguasai Teknologi
Penguasaan teknologi bermakna mempunyai kemampuan untuk mengolah, memanfaatkan
dan menggunakan teknologi dengan optimal.Penguasaan teknologi juga sangat
berpengaruh bagi kualitas tenaga kerja. Jika seorang tenaga kerja mempunyai penguasaan
teknologi yang bagus, maka produktifitasnya akan meningkat pesat dan lebih efisien.
Sebaliknya, tenaga kerja yang tidak menguasai teknologi atau dapat disebut dengan
istilah gaptek atau gagap teknologi akan lebih kecil prokdutifitasnya. Daya saing yang
dimiliki oleh tenaga kerja yang gagap teknologi akan kecil.
 Terbatasnya Fasiltas Infrastruktur
Terbatasnya fasilitas-fasilitas infrastruktur akan mengakibatkan produksi barang semakin
rendah. Jika fasiltas infrastruktur atau alat yang hendak dipergunakan terbatas, tenaga kerja
terpaksa memilih membuatnya dengan olahan tangan sendiri. Hal tersebut belum tentu
beroleh hasil yang bermutu tinggi, sehingga daya saing barang produksi tersebut kalah
banding dengan barang produksi daerah lain. Hal itulah yang menyebabkan kualitas tenaga
kerja Bali semakin rendah.
Upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu atau kualitas
tenaga kerja yaitu :
 Latihan Kerja
Latihan kerja merupakan proses pengembangan keahlian dan keterampilan kerja yang
langsung dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja. Dengan kata lain, latihan kerja
berkaitan dengan pengembangan profesionalisme tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan
peningkatan mutu kerja, latihan kerja dapat berfungsi sebagai suplemen ataupun
komplemen terhadap pendidikan formal.
 Pemagangan
Pemagangan adalah latihan kerja langsung ditempat kerja. Jalur pemagangan ini bertujuan
untuk memantapkan profesionalisme yang dibentuk melalui latihan kerja. Dengan
bimbingan dan pengalaman yang terus-menerus dalam dunia kerja maka profesionalisme
tenaga kerja akan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan keterampilan yang
dipelajari selama magang pada suatu perusahaan.
 Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan cara memperbaiki ataupun
memantapkan sistem pendidikan di Indonesia khususnya di Bali. Pemerintah dapat
membuka sekolah menengah kejuruan (SMK) yang berkualitas di seluruh daerah kabupaten
Provinsi Bali.

4. Persebaran Tenaga Kerja


Sebagian besar tenaga kerja di Bali berada di Denpasar ataupun Badung. Sementara di
daerah lain seperti Jembrana, Buleleng, Karangasem dan lainnya masih kekurangan tenaga
kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Pemerintah dalam hal
ini harus melakukukan berbagai upaya-upaya. Diantaranya menambahkan lapangan
pekerjan yang merata pada tiap-tiap daerah di Bali.

2.3 Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Bali


Untuk dapat menyelesaikan problem Ketenagakerjaan itu perlu mencermati secara lebih
mendalam berbagai persoalan ketenagakerjaan yang ada, maka masalah tersebut
berpangkal dari persoalan pokok upaya pemenuhan kebutuhan hidup serta upaya
meningkatkan kesejahteraan hidup. Persoalan pemenuhan kebutuhan pokok, baik
kebutuhan akan barang, seperti pangan, sandang dan papan, maupun jasa seperti
pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah akar penyebab utama sekaligus faktor
pendorong terjadinya permasalahan ketenagakerjaan. Terjadinya kelangkaan lapangan kerja
menyebabkan sebagian anggota masyarakat menganggur dan ini berdampak pada
ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan hidupnya. Terjunnya kalangan wanita dan
anak-anak ke dunia ketenagakerjaan tidak terlepas dari upaya mereka untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya sekaligus dalam rangka meningkatkan
kesejahteran hidup.
Secara umum kita dapat mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan melalui berbagai
upaya praktis seperti berikut :
a. Mendorong Investasi
Mengharapkan investasi dari luar negeri kenyataannya belum menunjukkan hasil yang
berarti selama tahun 2006 lalu. Para investor asing mungkin masih menunggu adanya
perbaikan iklim investasi dan beberapa peraturan yang menyangkut aspek perburuhan.
Kalau upaya terobosan lain tidak dilakukan, khawatir masalah pengangguran ini akan
bertambah terus pada tahun-tahun mendatang. Beberapa produk perikanan dan kelautan
juga sangat potensial untuk dikembangkan seperti udang, ikan kerapu dan rumput laut dan
beberapa jenis budidaya perikanan dan kelautan lainnya. Sektor industri manufaktur dan
kerajinan, khususnya untuk industri penunjang - supporting industries seperti komponen
otomotif, elektronika, furnitur, garmen dan produk alas kaki juga memberikan kontribusi
besar dalam pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja. Penulis juga mencermati banyak
sekali produk-produk IT dan industri manufaktur yang sangat dibutuhkan, baik untuk pasar
lokal, maupun untuk pasar luar.
b. Meningkatkan Fleksibilitas tenaga kerja
Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan fleksibilitas
tenaga kerja antara lain:
a. Menyelesaikan pelaksanaan perundang-undangan tenaga kerja dan berkonsentrasi pada dua
isu utama yang mendapat perhatian para pengusaha yaitu: i) keleluasaan dalam
mempekerjakan pekerja kontrak dan ii) keleluasaan dalam melakukan outsourcing, dengan
menekankan para sub-kontraktor untuk memenuhi hak-hak pekerja mereka.
b. Menciptakan peradilan tenaga kerja, sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
perselisihan hubungan industrial. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses
penyelesaian perselisihan tenaga kerja.
c. Membentuk tim ahli dalam menentukan tingkat upah minimum. Pemerintah pusat dapat
menjalankan kewenangan untuk membatasi peningkatan upah minimum di daerah.
d. Jika diperlukan, merevisi Undang-undang mengenai Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional
yang baru disahkan dan membentuk komisi tingkat tinggi yang bertugas mendesain sistem
kesejahteraan nasional. Sistem ini harus dapat dilaksanakan dan mendukung penciptaan
lapangan pekerjaan.

c. Peningkatan Keahlian Pekerja


Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan kemampuan angkatan kerja. Lemahnya
kemampuan pekerja Indonesia dirasakan sebagai kendala utama bagi investor. Rendahnya
keahlian ini akan mempersempit ruang bagi kebijakan Indonesia untuk meningkatkan
struktur produksinya. Walaupun pada saat sebelum krisis pendidikan di Indonesia mencapai
kemajuan yang luar biasa, dalam segi kuantitas, kualitas pendidikan masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara pesaing lainnya. Pemerintah harus lebih menekankan
pencapaian tujuan di bidang pendidikan formal dengan mereformasi sistem pendidikan,
sesuai dengan prinsip dan manfaat dari proses desentralisasi.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, kondisi
ketenagakerjaan di Bali tergolong cukup baik, karena tingkat pengangguran hanya 1,37
persen. Tetapi masih terdapat beberapa masalah ketenagakerjaan yang pada gilirannya
membawa berbagai persoalan sosial ekonomi tersendiri. Masalah ketenagakerjaan seperti
jumlah angkatan kerja, upah yang rendah , kualitas tenaga kerja yang perlu ditingkatkan dan
persebaran tenaga kerja yang belum merata di pelosok Bali. Masalah-masalah tersebut
harus cepat ditangani pemerintah guna menekan masalah ketenagakerjaan yang masih
tersebar di penjuru Bali.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014
http://www.baliprov.go.id/Gubernur-Bertemu-Dewan-Pengupahan Diakses pada tanggal 29
Oktober 2014
http://www.antaranews.com/berita/433368/tingkat-pengangguran-di-bali-paling-rendah-
di-indonesia Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014
http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/upah-kerja/pertanyaan-mengenai-gaji-
atau-upah-kerja-1 Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014
http://twentytwopm.wordpress.com/2011/03/26/sistem-upah-di-indonesia/ Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2014
http://rasyidpublish.blogspot.com/2013/07/rendahnya-kualitas-angkatan-kerja-
di.html#pages/2 Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai