Anda di halaman 1dari 7

1.

Definisi Efusi Pleura


2. Epidemiologi Efusi Pleura
3. Patofisiologi Efusi Pleura
4. Tanda dan Gejala Efusi Pleura
5. Tatalaksana Efusi Pleura

Rangkuman
Definisi Efusi Pleura
Penyakit efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya akumulasi cairan
pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

Epidemiologi Efusi Pleura


Efusi pleura merupakan gejala dari penyakit yang mendasarinya, oleh karena itu sulit
untuk menentukan angka kejadiannya. Namun, insiden efusi pleura di Amerika
diperkirakan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya. Diperkirakan prevalensi efusi pleura
adalah didapatkan 320 kasus dari 100.000 penduduk di negara industri.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Khairani dkk di RS Persahabatan tahun 2010-
2011, dari 119 pasien dengan efusi pleura didapatkan 66 pasien laki-laki dan 53 sisanya
adalah wanita. Kelompok umur terbanyak adalah antara 40-59 tahun dengan sisi
hemotoraks lebih dominan sebelah kanan (68,9%). Efusi pleura pada sebagian besar
subjek penelitian adalah bersifat eksudat (87%) dengan penyebab terbesar adalah infeksi
dan malignansi, sisanya sebanyak 13% pasien bersifat transudat..

Patofisiologi Efusi Pleura


Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk secara lambat
sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan
osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial
masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar
pleura.

1
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan.
Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/ nanah, sehingga terjadi
empiema/ piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat
menyebabkan hemotoraks. Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat
pleura parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering
disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis lagi
seperti pada pasien emfisema paru.
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer
paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum,
hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis
paru dan pneumotoraks.
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler
pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau
kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis
eksudativa yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit, jamur,
pneumonia atipik, keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis
rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan
akibat radiasi.

Secara umum penyebab efusi pleura meliputi:


Meningkatnya pembentukan cairan pleura
a. Meningkatnya cairan interstitial pada paru ; gagal jantung kiri, pneumonia
b. Meningkatnya tekanan intravaskular pada pleura; gagal jantung kiri, sindroma
vena cava superior
c. Meningkatnya permeabilitas kapiler pada pleura; inflammasi pada pleura,
meningkatnya kadar vascular endothelial growth factor
d. Meningkatnya kadar protein cairan pleura
e. Menurunnya tekanan rongga pleura ; atelektasis paru
f. Meningkatnya cairan pada rongga peritoneal ; asites
g. Gangguan duktus thorasikus

2
Menurunnya penyerapan cairan pleura
a. Obstruksi drainase limfatik pleura parietal
b. Meningkatnya tekanan pembuluh darah sistemik ; sindroma vena cava superior

Tanda dan Gejala Efusi Pleura


Efusi pleura sering ditemukan dari pemeriksaan fisik, biasanya manifestasi klinisnya
adalah penyakit yang mendasari. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk.
Jumlah cairan efusi akan menentukan derajat beratnya gejala. Efusi yang luas akan
menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan akan menunjukkan bunyi napas
minimal atau tidak sama sekali,pada perkusi didapatkan suara beda. Deviasi trakea menjauhi
tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terdapat
efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak ditemukan.
1. Anamnesis
Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita membatasi
pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit.
Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke sisi yang sehat disertai batuk batuk
dengan atau tanpa dahak. Berat ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah
cairan efusi. Keluhan yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung selain melebar
dan kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal melemah, redup sampai pekak
pada perkusi, dan suara napas lemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum
terdorong ke sisi yang sehat.
3. Foto thorax

3
Foto thorax biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Foto dada juga
dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang
membesar, adanya masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan,
dan adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.

Diagnosis Banding Efusi Pleura

4
Tatalaksana Efusi Pleura

5
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura
akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam pengobatan atau
tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah sebagai berikut 3,4,5 :
 Obati penyakit yang mendasarinya
 Torakosentesis, Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk
diagnostic maupun terapeutik.
 Chest tube

 Pleurodesis, dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga akan mencegah


penumpukan cairan pluera kembali. Hal ini dipertimbangkan untuk efusi pleura yang
rekuren seperti pada efusi karena keganasan. Sebelum dilakukan pleurodesis cairan
dikeluarkan terlebih dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan
mengembang. Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis
dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium,
parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan sangat
banyak dan selalu terakumulasi kembali.Pleurodesis dilakukan dengan memakai
bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam rongga pleura. Efektifitas dari bahan ini
tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler
pleura. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak
500 mg yang sudah dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam
rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 20 ml larutan garam fisiologis.
Kemudian kateter diklem selama 6 jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit
dan selama itu posisi penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh
rongga pleura. Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada dicabut.

1. ACE I inhibitor  untuk mengurangi remodelin jantung dan retensi air dan garam

6
2. Beta-blocker  pada pasien dengan kongestif jantung stabil yang toleran dengan
beta blocker, guna untuk meningkatkan vasodilatasi.
3. Diuretik
4. Antagonis aldosterone  menghambat reabsorpsi Na dan K. Dosis awal 12.5 mg
per hari hingga 25 mg per hari
5. Nitrat  meningkatkan vasodilatasi, sehingga meningkatkan stroke volume dan
cardiac output

Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala
kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari pemberian diuretik
adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang
serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari
dehidrasi atau reistensi.

Anda mungkin juga menyukai